Teori Behavioris Dalam Pembelajaran Matematika
Teori Behavioris Dalam Pembelajaran Matematika
Teori Behavioris Dalam Pembelajaran Matematika
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai
manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa aktif dalam
mencari, mengembangkan dan mengkonstruksi secara aktif pengetahuan yang
didapatkan. National Council of Teachers of Matematics atau NCTM (2000)
menyatakan bahwa dalam mempelajari matematika peserta didik tidak hanya
bergantung pada apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana matematika itu
diajarkan, atau bagaimana peserta didik belajar dalam pembelajaran.
Menurut Wahono dalam Wira (2012) pada dasarnya pembelajaran
merupakan proses interaksi, komunikasi dan negosiasi antara guru dan peserta
didik. Proses komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar
bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian ataupun salah
konsep. Untuk itu, guru diharapkan mampu memberikan suatu alternatif
pembelajaran bagi peserta didik agar dapat memahami konsep-konsep yang telah
diberikan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa teori pembelajaran yang diterapkan oleh guru
akan berpengaruh terhadap keberhasilan guru dan siswa dalam pembelajaran. Hal
ini tentu harus disesuaikan dengan memperhatikan karakteristik siswa itu sendiri
termasuk materi yang diajarkan ataupun cara belajar dari individu.
Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan
dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat
tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya
belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah
satunya adalah teori belajar Behavioristik.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
1
2
Teori belajar behavioristik adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa
setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Teori behaviorisme
memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah
mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan
yang diinginkan, dan guru pemberi hadiah siswa yang telah mampu
memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada
siswa yang tidak mampu memperlihatkan perubahan makna.
Sangat banyak para ahli yang berbicara mengenai teori ini, di antaranya
Ivan Pavlov, Skinner, Bandura, Thorndike,dll. Sebagai calon Pendidik sudah
seharusnya kita menguasai secara mendalam teori belajar ini. Oleh sebab itu.
untuk memberikan pemahaman yang jelas, melalui makalah ini penulis akan
membahas tentang teori behaviorisme dalam pembelajaran matematika. Melalui
makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih kepada pembaca,
sehingga pembaca dapat lebih memahami dan mengerti apa dan bagimana
pendekatan behaviorisme dalam pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah teori
behavioris itu dalam pembelajaran matematika ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari teori
belajar behavioristik, tokoh-tokoh dalam aliran teori belajar behavioristik, analisis
tentang teori behavioristik dan penerapannya dalam pembelajaran matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi
dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting, akan tetapi factor-faktor
tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
3. Clark Hull
Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata
tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam
berbagai eksperimen dalam laboratorium.
Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah adanya
Incentive motivation (motivasi insentif) dan Drive reduction (pengurangan
stimulus pendorong). Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah (revaro)
berubah.
Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas,
adalah sebagai berikut:
a. Teori belajar didasarkan pada Drive-reduction atau drive stimulus reduction.
b. Intruksional obyektif harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.
c. Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian rupa sehingga
memudahkan terjadinya proses belajar.
d. Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/ mudah menuju kepada yang
lebih kompleks/ sulit.
e. Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar.
f. Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi.
Dengan perkataan lain, kelelahan tidak boleh menggangu belajar.
g. Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang
terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang
mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.
4. Edwin Guthrie
Guthrie juga mengemukakan bahwa hukuman memegang peran penting
dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat,
akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak
perempuan yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan baju dan
topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali
7
oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil
menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungan. Setelah beberapa kali
melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan
stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini
tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin
mempopulerkan ide tentang penguatan (reinforcement).
5. Skinner
Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner adalah
teori belajar yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar.
Beberapa program pembelajaran seperti Teaching machine, Mathetics, atau
program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan factor
penguat (reinforcement), adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori
skinner.
Prinsip belajar Skinner adalah :
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan,
jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sebagai sistem modul.
c. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak
digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
menghindari hukuman.
d. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya
hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
e. Dalam pembelajaran digunakan shapping.
C. Analisis Tentang Teori Behavioris
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus
untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan
kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi
pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu
8
segera menghentikan penguatan dengan cara meminta pesrta didik tersebut agar
memberi kesempatan pada teman lain yang belum aktif.
3. Hilangkan Stimulus yang Diinginkan
Jika menghentikan pemberian penguatan tetap tidak berhasil
meningkatkan respon diharapkan, penghilangan stimulus yang diinginkan harus
dilakukan oleh guru, dengan cara time out dan respon cost. Time out adalah
penghentian penguatan positif terhadap seseorang untuk sementara yaitu hamper
sama dengan penghentian penguatan, yang berbeda adalah waktu penghentian
penguatan positif lebih lama sampai terbentuk lagi perilaku yang diingikan.
Biaya respon (respon cost) adalah menjauhkan atau menganbil penguatan-
penguatan positif dari seseorang, seperti peserta didik kehilangan hak istimewa
tertentu, guru dapat menghilangkan waktu 10 menit istirahatnya atau
menghilangkan haknya untuk menjadi pemantau kelas.
4. Hadirkan Stimulus yang Tidak Disukai (Hukuman)
Jenis stimulus yang tidak disukai dan paling umum digunakan guru adalah
teguran verbal serta disertai dengan kerutan dahi atau kontak mata. Tindakan ini
lebih efektif digunakan ketika guru berada dekat dengan peserta didik. Teeguran
tidak harus disertai bentakan atau teriakan, yang seringkali hanya menaikkan
tingkat kegaduhan dikelas dan menjadikan guru sebagai model yang tidak
terkendali bagi peserta didik.
Langkah umum yang dapat dilakukan guru dalam menerapkan teori
behaviorisme dalam proses pembelajaran menurut Mukinan (1997) adalah :
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2. Melakukan analisis pembelajaran
3. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar
4. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.
5. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll)
6. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan
waktu)
7. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan
sejenisnya)
14
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas kiranya dapat di simpulkan bahwa Teori Belajar
behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Tokoh penting dalam
teori belajar behaviorisme secara teoritik antara lain
adalah : Pavlov. Skinner, E.L.Thorndke, clark Hull dan E.R.Guthrie.
Adapun Aplikasi teori behaviorisme dalam pembelajaran yaitu
meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku- perilaku yang
tidak diinginkan. Metode behavioristik ini sesuai untuk perolehan kemampaun
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan juga sesuai diterapkan untuk melatih
anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa.
B. Saran
Pembaca harus lebih banyak belajar tentang teori behavioristik, karena
teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang sangat berpengaruh
hingga masa kini dalam dunia pembelajaran. Selain itu, Guru harus lebih bisa
memberikan motivasi dan stimulus yang baik, agar peserta didik mampu
menyerap ilmu pengetahuan dengan maksimal d samping dengan usaha peserta
didik itu sendiri. Meskipun demikian dalam proses pembelajaran di sekolah
sebaiknya tidak cenderung menggunakan teori belajar behaviorisme saja karena
teori ini hanya berpusat pada guru , peserta didik juga seharusnya dapat dilibatkan
secara aktif khususnya dalam pembelajaran matematika agar peserta didik lebih
kreatif dan dapat melatih untuk berpikir kiritis.
17
DAFTAR PUSTAKA
18