Koloid Dalam Penjernihan Air Sungai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lingkungan yang bersih adalah tempat yang nyaman untuk
ditinggali masyarakat, sehingga salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah menjaganya agar tetap bersih.Salah satunya adalah menjaga
kebersihan air; yang meliputi air sungai dan air laut.Sejauh ini sebagian
besar sungai di Indonesia sudah tercemar oleh limbah industri dan limbah
rumah tangga.Hal ini ditandai oleh berubahnya warna air sungai yang
semula jernih, menjadi berwarna kecoklatan bahkan berwarna
hijau.Tentunya apabila hal ini terus dibiarkan, akan berakibat pada
menurunnya kualitas air sungai.
Padahal, air sungai sendiri seringkali digunakan untuk mandi
bahkan dikonsumsi oleh masyarakat.Dengan tercemarnya air sungai,
tentunya air sungai tersebut menjadi tidak layak lagi digunakan oleh
masyarakat. Untuk itulah diperlukan usaha untuk dapat mengurangi
masalah tersebut dengan menggunakan proses koagulasi terhadap air
tercermar itu.
Proses koagulasi termasuk dalam metode pengolahan kimia. Proses
koagulasi biasanya memakai zat koagulan atau zat pengendap seperti
tawas dan aluminium sulfat yang berguna mengendapkan partikel-partikel
yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi dengan cara mengumpulkan
partikel-partikel kecil tersebut menjadi partikel yang lebih besar.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana prinsip kerja sistem koloid dalam proses penjernihan
air?
1.2.2. Bagaimana pengaruh zat koagulan terhadap air keruh

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui prinsip kerja sistem koloid dalam proses
penjernihan air
1.3.2. Mengetahui pengaruh zat koagulan terhadap air keruh

1.4. Manfaat
1.4.1. Menambah stok air bersih bagi masyarakat
1.4.2. Mengatasi pencemaran yang terjadi di sungai
1.4.3. Menambah khasanah ilmu

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Koloid
Koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih yang
mana partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi
(tersebar) merata dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi disebut
fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan
partikel disebut medium pendispersi.

Pada sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersi dapat


berupa zat padat, zat cair, atau gas. Berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersi sistem koloid dikelompokkan menjadi (Retnowati,
2008:141):

1. Sol. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa


padatan dan fasa pendispersinya berupa cairan. Contohnya: sol
emas, tinta, dan cat.
2. Sol padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa
padatan dan fasa pendispersinya padatan. Contohnya: gelas
berwarna, dan intan hitam.
3. Emulsi. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa
cairan dan fasa pendispersinya cairan. Contohnya: susu, santan,
dan minyak ikan.
4. Emulsi padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdisfersi
berupa cairan dan fasa pendispersinya berupa padatan.
Contohnya: jelly, mutiara, dan keju.
5. Aerosol padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi
berupa padatan dan fasa pendispersinya berupa gas. Contohnya:
asap dan debu.

3
6. Aerosol cair. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi
berupa cairan dan fasa pendispersinya berupa gas. Contohnya:
kabut, awan, dan hair spray.
7. Buih. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi berupa gas
dan fasa pendispersinya berupa cairan. Contohnya: buih sabun,
dan krim kocok.
8. Buih padat. Sistem koloid ini terbentuk dari fasa terdispersi
berupa gas dan fasa pendispersinya berupa padatan. Contohnya:
karet busa dan batu apung.

Koloid sendiri memiliki beberapa sifat/ciri yang terkadang dapat


diamati oleh mata, antara lain adalah :

a. Tyndall Effect merupakan suatu peristiwa ketika seberkas cahaya


diarahkan kepada sistem koloid,cahaya akan di hamburkan.Efek
penghamburan cahaya oleh sistem koloid ini disebut efek Tyndal.
Salah satu fenomena yang menunjukkan efek tyndall adalah
ketika cahaya mobil menembus kabut.
b. Gerak brown adalah pergerakan partike-partikel koloid secara
acak dengan jalur patah-patah dalam medium pendispersi.
Gerakan brown membantu menstabilkan partikel koloid sehingga
tidak terjadi pemisahan antara partikel terdispersi dan medium
pendispersi oleh pengaruh gaya gravitasi.
c. Elektroforesis adalah sifat gerak partikel koloid dalam medium
bermuatan listrik. Bila arus listrik dengan tegangan rendah
dialirkan ke dalam dispersi koloid, maka partikel-partikel koloid
bergerak menuju elektrode positif atau elektrode negatifnya.
Contoh penggunaan sifat ini adalah dalam pengujian DNA korban
kecelakaan.

4
d. Koagulasi adalah proses pembentukan gumpalan-gumpalan
partikel dengan dibantu oleh muatan listrik sejenis partikel-
partikel koloid untuk menstabilkan sistem koloid. Jika muatan
listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan menjadi tidak
stabil dan bergabung membentuk koagulasi. Salah satu
penggunaan sifat koagulasi adalah proses penjernihan air.

2.2 Pencemaran Lingkungan


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1982
Pasal 1 ayat 7, Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya;
Dampak dari pencemaran lingkungan ini tidak hanya berpengaruh
terhadap lingkungan, tetapi berpengaruh juga pada makhluk yang hidup
di sekitarnya.Kalau lingkungan alam telah tercemar sudah tentu
tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan ikut tercemar,
demikian pula denga hewan yang hidup di situ.Pada akhirnya manusia
sebagai makhluk hidup yang omnivor akan ikut pula merasakan dampak
pencemaran tersebut.(Wardhana, 2004).Salah satu pencemaran yang
seringkali terjadi adalah pencemaran udara, tanah, dan air.
Dalam lingkup perkotaan padat penduduk yang paling sering
dijumpai adalah pencemaran udara dan air sungai. Pencemaran udara
ditandai dengan besarnya kadar gas-gas berbahaya dalam udara,
sedangkan pencemaran air sungai ditandai dengan berubahnya warna air
sungai yang semula jernih menjadi keruh/berwarna coklat kekuningan
hingga berwarna hijau.

5
2.3 Koagulan Sebagai Substantsi Proses Koagulasi
Koagulasi adalah menggumpalnya partikel yang disebabkan oleh
perbedaan muatan listrik. Zat-zat yang melakukan proses koagulasi
disebut zat koagulan.
Koagulan adalah bahan-bahan/substansi (senyawa kimia) yang
ditambahkan ke dalam air untuk menghasilkan efek koagulasi.Sifat dan
syarat penting koagulan adalah sebagai berikut (David & Cornwell,
1991).
1. Kation Trivalen
Kation Trivalen merupakan kation yang paling efektif
menetralkan muatan listrik koloid.
2. Tidak Toksik
Persyaratan ini diperlukan untuk menghasilkan air/air limbah
hasil pengolahan yang aman.
3. Tidak larut dalam kisaran pH netral
Koagulan yang ditambahkan harus terpresipitasi dari larutan,
sehingga ion-ion tersebut tidak tertinggal dalam air.

Koagulan berfungsi memberikan kation untuk mengganggu


stabilitas suspensi koloid bermuatan negatif.Koagulan yang paling umum
digunakan adalah alum (Al3+) dan ion besi (Fe3+).

Tabel Rumus Kimia beberapa Koagulan

Nama Rumus Kimia


Aluminium Sulfat Al2(SO4)318H2O
Aluminium Klorida AlCl36H2O
Besi-III-Sulfat Fe2(SO4)39H2O
Besi-III-Klorida FeCl36H2O
Sumber : Buku Teknologi Proses Pengolahan Air, p.110

6
BAB III

PEMBAHASAN

Pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup dalam


UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23 / 1997.Dalam PP No. 20 /
1990 tentang pengendalian pencemaran air. Pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (pasal 1 , angka 2).

Sumber-Sumber Pencemaran air

1. Limbah pertanian

Zat kimia yang digunakan untuk memelihara dan


menyuburkan pertanian. Misalnya, Insektida (pembasmi serangga
hama) , fungisida (pembasmi cendawan), dan herbisida ( pembasmi
rumput-rumputan) dimana pemakaian yang berlebih akan
mengakibatkan kematian pada makhluk hidup dalam ekosistem
yang tercemar dan memutuskan siklus rantai kehidupan.

2. Limbah Industri

Limbah industri merupakan hasil buangan industri pabrik


yang tidak diolah terlebih dahulu dan dapat merusak
lingkungan.Misalnya , pencemaran oleh Merkuri dan minyak yang
berdampak negatif pada lingkungan ekosistem air

3. Limbah Rumah tangga

Limbah rumah tangga biasanya hasil limbah cucian


penduduk yang tinggal di pemukiman yang dalam kesahariannya
menggunakan detergen untuk mencuci pakaian , dll.

7
Limbah-limbah ini biasannya di buang ke sungai oleh pihak
yang kurang bertanggung jawab, Maka dari itu penggunaan sistem
koloid dapat menjernihkan sungai yang tercemar tersebut dengan
harapan meningkatkan kualitas air guna menaikan pasokan air
jernih untuk warga sekitar.

Zat koagulan akan menggumpalkan partikel padat pada air


sungai sehingga menjadi partikel yang lebih besar, hasil koagulai
air sungai selanjutnya di pisah menggunakan metoda penyaringan.
Tingkat keberhasilan proses koagulasi di pengaruhi oleh jenis dan
kandungan pengotor pada air , jumlah dan jenis koagulan, dan
pengadukan

Padatan
Padatan
tersuspensi
terlarut
Bahan Koloid

Koagulasi Koagulasi

Pemisahan secara mekanis

Sedimentasi Filtrasi Koagulasi

8
Pada tabel diatas dijelaskan keterkaitan antara koagulasi
dan pemisahan mekanis/fisik. Melalui skema proses tersebut di
dapat alat penjernih air sedeharna sebagai berikut :

Melalui proses ini, air sungai yang keruh dapat di jernihkan


dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar,
dengan adanya air bersih kemungkinan masyarakat terkenal
penyakit seperti Hepatitis A , Cholera , Tifus Abdominalis , dan
Penyakit cacingan dapat dihindari.

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

10

Anda mungkin juga menyukai