Pemilihan Badan Usaha Dalam Manajemen Perpajakan
Pemilihan Badan Usaha Dalam Manajemen Perpajakan
Pemilihan Badan Usaha Dalam Manajemen Perpajakan
MANAJEMEN PERPAJAKAN
(PEMILIHAN BADAN USAHA)
OLEH :
KELOMPOK 1
Nur Farida 1610247132
Oetari Andri Prakoso 1610247134
Refinia Widiastuty 1610247135
Yeni Sapridawati 1610247130
Yutri Nurmalasari 1610247138
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah senantiasa memberikan rahmat dan nikmat yang tiada terkira bagi
kami. Sehingga dengan nikmat dan rahmat-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas kelompok
dalam mata kuliah Manajemen Perpajakan.
Terimakasih juga kami sampaikan kepada Bapak, yang telah memberikan tugas tersebut sehingga kami
menjadi semakin mengerti tentang mata kuliah Manajemen Perpajakan, khususnya pada materi Pemilihan Badan
Usaha dalam Bentuk PT, CV, dan Perseorangan. Selanjutnya, terimakasih kepada teman-teman dari kelompok lain
yang telah berkenan mempelajari hasil dari tugas kami.
Sekian dari kami semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua orang umumnya.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 1/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
Setiap perusahaan pasti berharap untuk menjadi salah satu perusahaan yang maju dan besar. Salah satu
faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor awal pendiriannya yaitu pada saat pemilihan bentuk perusahaan
tersebut. Oleh karena itu pemilihan bentuk perusahaan adalah tahap awal dari pendirian suatu perusahaan harus
dengan benar demi kemajuan perusahaan tersebut. Untuk memilih bentuk perusahaan, tentunya harus melalui
pertimbangan yang matang dan perlu diperhatikan dengan cermat bagaimana bentuk perusahaan tersebut.
Bentuk-bentuk usaha di Indonesia sendiri terdiri dari 3 macam yaitu BUMN, Koperasi dan Swasta. Namun yang
tentunya menjadi objek pajak penghasilan adalah bentuk usaha Swasta, yang mana hal itu bertujuan semata-mata untuk
mencari keuntungan dan menambah kekayaan. Bentuk usaha Swasta sendiri terbagi 5 yaitu perseorangan,
CV(persekutuan komanditer), Firma, PT(Perseroan Terbatas) dan Yayasan. Di antara semua itu tentunya memiliki
perlakuan pajak yang berbeda-beda. Perusahaan perseorangan yang pemiliknya hanya satu orang tentu akan mendapat
pemungutan pajak yang berbeda dengan perusahaan yang pemiliknya lebih dari satu orang seperti CV, Firma, PT dan
Yayasan.
Dalam ketentuan umum perpajakan, Wajib Pajak dapat dibagi dua yaitu Wajib Pajak perorangan dan Wajib Pajak
badan. Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan kepada setiap Wajib Pajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun Wajib
Pajak badan atas penghasilan yang diterimanya dalam setahun. Perbedaan utama antara Wajib Pajak perorangan dan
Wajib Pajak badan dalam penghitungan PPh adalah besarnya tarif pajak. Lapisan terendah tarif pajak bagi perorangan
adalah 5% dan lapisan tertinggi bagi perorangan adalah 30% sedangkan bagi Wajib Pajak Badan tarifnya 25%.
Penghasilan dalam pengertian perpajakan memiliki makna yang sangat luas, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang dapat dikonsumsi atau menambah kekayaan. Sehubungan dengan usaha maka penghasilan sebagai
tambahan kemampuan ekonomis adalah laba usaha, yaitu penerimaan bruto dikurangi biaya-biaya, yang dalam
perpajakan disebut dengan penghasilan neto. Dalam menghitung besarnya laba usaha, perpajakan mempunyai
ketentuan mengenai penghasilan yang diperhitungkan dan biaya yang tidak dapat dikurangkan yang diatur dalam UU
PPh.
Laba usaha yang diterima oleh badan usaha maupun perorangan itulah yang akan dikenai PPh. Namun
demikian, bagi Wajib Pajak perorangan, sebelum laba dikenakan pajak terlebih dahulu dikurangkan dengan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) yang besarnya ditetapkan dan bergantung pada jumlah tanggungan keluarganya.
Sebenarnya, pihak yang memiliki sebuah usaha berbentuk badan adalah juga perorangan sebagai investor. Hasil
yang akan diterima oleh investor sebagai pemilik usaha merupakan penghasilan kembali yang merupakan Objek PPh
bagi perorangan. Namun karena prinsip usaha adalah going concern maka keuntungan dari sebuah badan usaha tidak
selalu langsung dinikmati oleh investor (pemilik) tetapi dapat ditanamkan kembali untuk memperbesar usaha. Sehingga
penghasilan yang diterima oleh perorangan atas investasinya di badan usaha bisa ditunda sampai keuntungan tersebut
dibagikan ke perorangan.
Selain itu dalam memungut pajak juga ditentukan dari omzet yang didapat. Semakin besar omzet/penghasilan
yang didapat maka semakin besar pula pajak yang dikenakan. Karena kondisi itulah menyebabkan terjadi cara-cara
yang dilakukan Wajib pajak untuk menghindari pajak atau meringankan beban pajak pajak yang didapat dengan cara-
cara yang tidak melanggar hukum. Sehingga perencanaan perpajakan (tax planning) dapat digunaan oleh badan usaha
tersebut dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
BAB II
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 2/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
PEMBAHASAN
Memilih bentuk usaha/business vehicle yang tepat merupakan hal pertama yang harus diperhatikan oleh
investor/pengusaha, selain untuk menentukan bentuk usaha apa yang dapat memberikan kontribusi profit paling besar
dengan tingkat risiko yang paling rendah. Terkait ketentuan perpajakan yang berlaku, investor/pengusaha juga harus
menentukan bentuk usaha yang mana yang memberikan kontribusi profit yang paling besar namun dengan beban pajak
yang paling kecil, dan yang paling penting dari pemilihan bentuk usaha adalah tentu saja untuk mempertimbangkan
keberlangsungan usaha dalam jangka panjang.
Pohan (Zain, 2003:97) memberikan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk usaha,
diantaranya:
1. bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif pajak penghasilan wajib pajak badan,
termasuk ketentuan khusus yang mengatur hal itu
2. pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha, maupun penghasilan dari pembagian
keuntungan (dividen) kepada para pemegang sahamnya
3. kesempatan untuk menunda pembayaran pajak pada tarif pajak penghasilan lebih kecil/besar apabila dibandingkan
dengan kesempatan yang terdapat pada tarif pajak penghasilan dari akumulasi penghasilan perusahaan
4. adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi kerugian) dan kredit investasi yang berlaku
bagi bentuk usaha tertentu
5. kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba, pajak atas penghasilan personal,
holding company, dan seterusnya
6. liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in kind.
Fokus penjelasan tulisan ini hanya akan menekankan pada pemilihan badan usaha berbentuk usaha orang pribadi
(individual basis), CV dan PT. Dan disini kita hanya mendiskusikan masalah pemilihan bentuk usaha dilihat dari aspek
perpajakannya. Banyak pilihan bentuk usaha yang dapat dipertimbangkan investor, itu semua akan bermuara pada
besarnya pajak yang akan ditanggung.
2.1 USAHA ORANG PRIBADI/ PERSEORANGAN
Warga Negara Indonesia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk berusaha selama tidak bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan. Untuk melakukan usaha secara pribadi, seseorang tidak memerlukan izin khusus
dalam pendiriannya, karena bukan berupa badan usaha atau badan hukum. Usaha perseorangan ini bisa dijalankan
dengan membuat usaha dagang (UD) atau usaha lainnya, tanpa harus memiliki nama usaha. Contoh usaha yang
dijalankan pun bisa beragam, dari berdagang, manufaktur skala kecil, jasa, dsb.
Keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha yang dijalankan secara perorangan seluruhnya akan dinikmati dan
masuk ke kantong pribadi perorangan. Keuntungan tersebut akan dikenai pajak sesuai dengan lapisan tarif pajak
perorangan. Jika keuntungan yang diperoleh di atas Rp500.000.000,00 kelebihannya akan dikenai tarif tertinggi
perpajakan sebesar 30%.
Keuntungan usaha berupa selisih penerimaan dengan biaya dihitung berdasarkan pembukuan yang
diselenggarakan oleh perorangan. Dalam usaha perorangan tidak dikenal adanya pemisahan harta usaha dengan harta
pribadi perorangan, keseluruhannya adalah harta miliknya perorangan. Namun demikian untuk keperluan penghitungan
keuntungan usaha tetap harus dibedakan antara harta untuk usaha dengan harta bukan untuk usaha, sehingga dapat
dipisahkan biaya penyusutan harta yang berhubungan dengan usaha. Karena tidak adanya pemisahan antara harta
usaha dengan harta pribadi maka dari sudut perpajakan kewajiban mendaftar NPWP hanya melekat pada diri
perorangannya. Begitu pula dengan kewajiban melaporkan pajaknya.
Pengeluaran-pengeluaran untuk kepentingan pribadi tidak diperkenankan, seperti biaya gaji pemilik, pengeluaran
berupa prive dan sebagainya. Bagi perorangan yang omzet setahunnya belum melebihi Rp4.800.000.000,00 tidak wajib
menyelenggarakan pembukuan, sehingga keuntungan dihitung dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 3/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
neto. Konsekuensi menggunakan norma penghitungan penghasilan neto adalah tidak pernah diakui adanya kerugian
usaha.
Dalam menghitung besarnya pajak penghasilan, usaha perorangan wajib melakukan pembukuan atau hanya melakukan
pencatatan dengan Norma Penghitungan jika peredaran brutonya kurang dari Rp. 1.800.000.000 (satu miliar delapan
ratus juta rupiah).
Terkait dengan ketentuan perpajakan, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih bentuk
usaha Perseorangan adalah:
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 4/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 5/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
Maka penghitungan besarnya PPh terutang Tuan Anas selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Laba Usaha Rp700.000.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2) * Rp67.500.000,-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp632.500.000,-
PPh Terutang
5% x Rp50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000,- Rp134.750.000,-
25% x Rp250.000.000,- = Rp62.500.000,-
30% x Rp132.500.000,- = Rp39.750.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 19,3%
*) 54.000.000 + 4.500.000 + (24.500.000) = Rp67.500.000
Dari analisis di atas, ada beberapa hal penting yang perlu di catat :
1. Beban pajak yang ditanggung investor melalui persekutuan ternyata lebih kecil dibandingkan daripada usaha
berbentuk PT
2. Bisnis perseorangan tersebut bisa memberikan tingkat efisiensi pajak yang jauh lebih besar dari pada bentuk badan
usaha lainnya. Namun kita tidak boleh tergesa-gesa mengambil keputusan atas dasar pertimbangan ini semata,
harus memperhatikan pertimbangan lainnya.
3. Pemihan salah satu entitas bisnis dapat dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan oeh para investor untuk
meminimalkan beban pajak. Namun demikian faktor pajak bukan satu-satunya pertimbangan dalam pengambilan
keputusan bisnis. Masih banyak variabel lain yang harus diperhatikan investor.
Kelebihan dan kekurangan bentuk usaha CV, sebagaimana diuraikan Santoso dan Rahayu, (2013:91) antara lain:
Kelebihan
1. relatiif mudah dalam proses pendiriannya
2. kebutuhan akan modal dapat lebih dipenuhi
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 6/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
Kekurangan:
1. kelangsungan hidup tidak menentu karena banyak tergantung dari sekutu aktif yang bertindak sebagai sekutu
pemimpin CV
2. tanggung jawab para sekutu komanditer yang terbatas dapat berpengaruh terhadap semangat untuk memajukan
perusahaan
3. kewajiban sekutu yang tidak terbatas
4. perlindungan hukumnya masih dianggap minim
Sebagai sebuah badan usaha maka CV atau Firma berkewajiban untuk mendaftarkan NPWP yang terpisah
dengan kewajiban para pemiliknya. Keuntungan usaha merupakan penghasilannya CV atau Firma yang akan dikenai
pajak dan dilaporkan oleh CV atau Firma sebagai Wajib Pajak. Sedangkan penghasilan seorang investor dari
penanaman modal di CV atau Firma adalah penghasilan berupa pembagian laba. Jika seorang investor juga aktif
menjalankan usaha, investor dapat saja menerima tambahan penghasilan lain berupa gaji dan tunjangan-tunjangan
lainnya.
Dalam ketentuan perpajakan, bergesernya aliran penghasilan dari CV atau Firma kepada pemilik tidak dianggap
sebagai terjadinya aliran penghasilan, sehingga pajak tidak mengakui adanya pengurangan berupa biaya gaji pemilik di
CV atau Firma. Sebaliknya penerimaan berupa gaji oleh pemilik tidak dianggap sebagai adanya penghasilan bagi si
pemilik. Demikian juga atas pembagian laba yang diterima oleh pemilik.
Pajak memandang bahwa antara anggota atau pemilik dengan CV atau Firma diperlakukan sebagai satu
kesatuan dalam penghitungan PPh atas keuntungan usaha. Satu kesatuan dalam hal ini adalah tambahan kemampuan
ekonomis dari usaha CV atau Firma hanya akan dikenai PPh satu kali yaitu di CV atau Firma.
Dengan demikian antara CV dengan usaha perorangan memiliki persamaan perlakuan perpajakan yaitu
keuntungan usaha sama-sama diperlakukan sebagai satu kesatuan dengan penghasilan pemiliknya. Hanya bedanya
keuntungan usaha perorangan dikenai pajak di sisi perorangan sebagai WPOP sedangkan keuntungan usaha CV
dikenai pajak di sisi CV sebagai WP badan.
Keduanya sama-sama tidak diperkenankan memperhitungkan pengurangan biaya berupa gaji pemilik dan
pembagian keuntungannya. Dipandang dari sudut penghematan pajak, CV memiliki keunggulan jika dibandingkan
dengan usaha perorangan yaitu dari sisi tarif pajak. Sebagaimana dijelaskan di atas, tarif pajak bagi CV adalah 28%
sedangkan tarif pajak perorangan tertinggi adalah 30%. Dengan demikian dengan membentuk CV dapat timbul
penghematan pajak sebesar 2%.
Dipandang dari sudut penghematan pajak, CV memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan usaha perorangan
yaitu dari sisi tarif pajak
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 7/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
2. Karena CV merupakan subjek pajak badan, maka CV harus mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
3. Selain harus mendaftarkan NPWP dan/atau PKP atas nama CV, CV juga harus menyelenggarakan pembukuan.
4. Laba yang didistribusikan kepada sekutu tidak dikenai pajak. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU
PPh yang menyebutkan bahwa bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif dikecualikan sebagai objek pajak
5. Gaji yang dibebankan oleh CV kepada para sekutu tidak dapat menjadi pengurang sebagaimana diatur dalam Pasal
9 UU PPh
6. Dalam mengitung PPh nya CV menggunakan tarif tunggal 25% atau 12,5% apabila memenuhi ketentuan Pasal 31E
UU PPh.
Atas keuntungan CV dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif pasal 17 undang-undang Pajak Penghasilan
(sama dengan PT). Pembagian keuntungan kepada pemegang saham (pesero) tidak bisa dibebankan sebagai biaya CV,
tidak dipotong PPh pasal 23 dan bagi yang menerima bukan sebagai obyek pajak. Dengan kata lain, Pajak penghasilan
hanya dikenakan pada Perusahaan (Badan) saja dan tidak ada double taxation.
Contoh
CV Aurora bergerak dalam usaha perdagangan besar, laba rugi tahun 2015 menunjukkan informasi sebagai berikut:
Peredaran usaha Rp60.000.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp58.800.000.000,-
Laba Bruto Rp1.200.000.000,-
Biaya Operasi (tidak termasuk gaji para sekutu) Rp500.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp700.000.000,-
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 8/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
Kelebihan dan kelemahan PT sebagaimana diuraikan oleh Santoso dan Rahayu (2013:100-101) adalah sebagai
berikut :
Kelebihan
1. kewajiban dan tanggung jawab terbatas
2. masa hidup abadi
3. efisiensi manajemen karena adanya pemisahan antara pemilik dan pengurus
4. modal dapat diperoleh dengan menjual saham
Kekurangan
1. kerumitan perizinan dan organisasi
2. besarnya biaya pengorganisasian perusahaan
3. bidang usaha PT relative susah diubah karena harus mengubah akta pendirian dan sulit mengubah investasi yang
telah ditanamkan
4. hubungan antarperorangan lebih formal dan terkesan kaku
Perpajakan memandang bahwa antara pemegang saham dengan PT adalah dua Wajib Pajak yang berbeda dan
terpisah. Sehingga jika ada pengalihan kekayaan atau harta baik berupa sumber daya atau resources dari perusahaan
kepada pemilik dianggap telah terjadi arus mengalirnya penghasilan. Dengan demikian dividen yang diterima oleh
pemegang saham dianggap sebagai penghasilan yang akan dikenai pajak. Sebaliknya karena dividen itu dihitung dari
laba setelah pajak, maka di sisi perusahaan dividen tersebut tidak berpengaruh terhadap besarnya keuntungan usaha
atau laba usaha yang dikenai pajak. Bisa dikatakan bahwa atas keuntungan atau laba usaha akan dikenai pajak di PT
dan ketika keuntungan atau laba tersebut dibagi kepada para pemegang saham akan dikenai pajak lagi di pemegang
saham (perorangan).
Pembagian dividen kepada pemegang saham (pesero) tidak bisa dibebankan sebagai biaya perusahaan,
dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 15% dan sebagai kredit pajak bagi pihak yang dipotong (tidak final).
Dengan demikian terdapat double taxation.
Contoh
PT Angkasa bergerak sebagai distributor mainan anak yang terbuat dari bahan yang aman dan berkualitas. Laba/rugi PT
Angkasa tahun 2015 menunjukkan informasi sebagai berikut:
Peredaran usaha Rp60.000.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp58.800.000.000,-
Laba Bruto Rp1.200.000.000,-
Biaya Operasi Rp500.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp700.000.000,-
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 9/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
Pada saat laba usaha dibagikan kepada para pemegang saham, dikenai PPh atas dividen sebesar 10%, yaitu:
Laba usaha yang akan dibagikan sebagai dividen Rp525.000.000,-
PPh atas dividen (Pasal 17 ayat(2c) UU PPh Rp52.500.000,-
Sehingga total pajak terutang oleh PT dan persentasenya terhadap peredaran usaha dapat dihitung sebagai berikut:
Jumlah PPh terutang Rp227.500.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 32,5%
A. Pemilihan antara bentuk usaha persekutuan komanditer (Commanditaire Vennootschap = CV) atau
Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan komanditer (CV) maupun PT adalah dua bentuk badan usaha yang berorientasi pada profit motive yang
sangat diminati oleh para pengusaha.Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih antara CV dengan PT yaitu:
1. Pengakuan Biaya gaji bagi pemiliknya
Bagi perusahaan yang berbentuk perseroan komanditer (CV) yang modalnya tidak terbagi atas saham, biaya gaji
yang dibayarkankepada anggota atau pemilik CV tersebut bukan merupakan biaya. Sedangkan untuk perseroan
terbatas (PT) yang modalnya tidak terbagi atas saham maupun yang tidak terbagi atas saham, biaya gaji pemilik
tersebut diakui sebagai biaya.
Dengan adanya perbedaan atas pengakuan gaji bagi pemiliknya antara CV ataupun PT yang modalnya tidak
terbagi atas saham, sehingga hal terbeut bisa dijadikan pertimbangan badan usaha mana yang akan dipilih.
Bagi Pemilik CV ataupun PT yang ikut melaksanakan kegiatan usaha, baik sebagai direktur maupun komisaris
mendapatkan gaji atau sejenisnya, tentu memilih bentuk PT disbanding CV, karena dengan dapat dikurangkannya
pembayaran gaji atau sejenisnya kepada pemilik hal tersebut akan membuat laba kena pajak perusahaan lebih rendah.
Gaji dari pemilik CV yang modalnya tidak terbagi atas saham diperlakukan sebagai pembagaian keuntungan, tentu
saja pengakuan penghasilannya diakui oleh pemilik CV tersebut, sedangkan untuk PT selain harus diakui oleh orang
pribadi pemilik PT, Penghasilan tersebut pajaknya sudah dihitung pada saat pembayaran gaji.
Contoh:
Tuan A adalah pemilik CV. Maksi y bang modalnya tidak terbagi atas saham. Ia sekaligus sebagai direkturnya dan
mendapat gaji Rp. 400.000.000 untuk setahun. Bagaimana erbandinngan PPh terutang perusahaan itu menggunakan
bentuk PT. Penghasilan kena pajak CV. Maksi adalah Rp. 500.000.000,- setelah memperhitungkan gaji Tuan A tersebut.
Besarnya PPh terutang dihitung sebagai CV dan sebagai PT adalah sebagai berikut:
Keterangan Bentuk PT Bentuk CV Selisih
Penghasilan Bersih 500.000.000 500.000.000 0
Koreksi Gaji 0 400.000.000 400.000.000
Penghasilan Kena Pajak 500.000.000 900.000.000 400.000.000
PPh terhutang 95.000.000 215.000.000 120.000.000
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 10/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
Dari perhitungan diatas tampak bahwa PPh terutang bentuk usaha CV lebih Besar dibandingkan dengan bentuk usaha
PT.
2. Perlakuan keuntungan
Keuntungan yang didapat oleh badan udaha, apabila dibagikan kepada pemegang saham berupa deviden akan
terutang PPh. Namun bagi wajib pajak berbentuk CV akan modalnya tidak dibagikan atas saham maka atas deviden
yang dibagikan tidak terutang PPh. Sedangkan bagi PT yang sahamnya dimiliki oleh badan usaha termasuk koperasi
yang aktif atas pembagian devidennya tidak dipotong PPh.
Dari pertimbangan itu apabila wajib pajak mendirikan usaha dalam bentuk perseroan terbatas CV maka lebih
menguntungkan kalau modalnya tidak dijual bebas dalam bentuk saham. Demikian pula apabila bentuk usahanya
berupa Perseroan Terbatas, maka pemegang saham cenderung berupa badan usaha yang jumlahnya tidak banyak
tetapi modalnya rata-rata 25 %
Contoh:
Keseluruhan laba bersih CV. Maksi yang telah menjadi laba ditahan sebesar Rp. 500.000.000,- dibagi sebagai
deviden kepada pemegang anggotanya.
Bagaimana perbandingan PPh terhutang atas deviden yang dibagikan oleh CV. Maksi disbanding kalau CV. Maksi
sebagai PT. dan yang menerima deviden adalah sama yaitu Tuan A.
Dari perhitungan tersebut tampak besarnya PPh terutang atas deviden jauh lebih tinggi kalau berbentuk PT
Walaupun masing-masing bentuk usaha tersebut di atas mempunyai karakter yang berbeda-beda beserta
keunggulan dan kelemahannya, penulis akan mencoba memberikan perbandingan atas beban pajak untuk masing-
masing bentuk usaha. Supaya perbandingan beban pajak ini dapat dilakukan secara obyektif, penulis mencoba
memberikan asumsi-asumsi pendapatan, pembebanan biaya dan pembagian keuntungan yang sama untuk masing-
masing bentuk usaha tersebut, seperti yang ada di tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1: Perbandingan Beban Pajak Penghasilan untuk Penjualan Rp. 1,5 Miliar
Asumsi:
*1) Norma Penghitungan Untuk Pedagang Eceran 30% dari Peredaran Bruto
*2) Beban Usaha 80% dari Penjualan
*3) PTKP K/3 = Rp. 18.000.000
*4) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen, dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 15%
Dari Tabel 1 di atas, terlibat bahwa total Beban PPh Terutang terendah adalah usaha perorangan dengan
pembukuan sebesar Rp. 40.500.000, sedangkan total Beban PPh Terutang terbesar adalah pada usaha perorangan
dengan Norma penghitungan sebesar Rp. 78.000.000. Hal ini terjadi karena secara umum Norma Penghitungan
menetapkan margin keuntungan usaha yang lebih besar (30%) daripada keuntungan usaha sebenarnya (20% dengan
pembukuan). Pada prakteknya, usaha perorangan/orang pribadi mengalami dilemma, jika menggunakan Pencatatan
peredaran bruto (yang mudah/sederhana) dengan Norma penghitungan, Persentase keuntungan yang sebenarnya
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 11/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
masih jauh lebih kecil daripada % Keuntungan yang diterapkan dalam Norma penghitungan. Sebaliknya, jika mau
melakukan pembukuan, masih sulit dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih besar dari CV ataupun
perorangan, karena adanya tambahan PPh pasal 23 yang harus dipotong dari dividen yang dibayarkan oleh PT,
sedangkan pembagian hasil untuk CV tidak dikenakan pajak (bukan obyek pajak). Maka motivasi sesorang untuk lebih
memilih bentuk usaha PT dari pada CV adalah factor-faktor lain selain factor pajak.
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa total beban pajak penghasilan terkecil adalah CV sebesar Rp. 450.000.000,
diikuti Usaha Perorangan Rp. 479.600.000 dan yang terbesar adalah PT sebesar Rp. 652.500.000. Dengan demikian
perbedaan besarnya total beban pajak yang dibayar oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya
Penghasilan kena pajak (laba). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tarif PPh pasal 17 untuk badan (dengan
tariff maximum 25%) dan orang pribadi (dengan tariff maximum 30%).
PPh pasal 23 yang dipotong oleh PT atas dividen yang dibagikan sebesar 15% adalah tidak final, sehingga
besarnya tariff efektif akan tergantung pada besarnya penghasilan pemegang saham (sebagai perorangan). Contoh: jika
penghasilan kena pajak pemegang saham (perorangan) diluar dividen ini sudah mencapai Rp. 200.000.000, maka tariff
efektif atas dividen ini menjadi 35% sehingga total beban pajak atas PT menjadi lebih besar lagi.
BAB III
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pilihan bentuk usaha ternyata berpengaruh terhadap aspek PPh yang akan dihadapi oleh seorang investor. Kajian
dari tiga pilihan apakah usaha perorangan, badan usaha yang modalnya tidak terbagi atas saham seperti CV atau Firma
atau PT ternyata menunjukkan bahwa pilihan bentuk usaha yang tidak terbagi atas saham memiliki keuntungan pajak
tersendiri. Keuntungan tersebut jika dibandingkan dengan usaha perorangan adalah pengenaan tarif pajak tertinggi yang
lebih rendah dibandingkan tarif pajak tertinggi perorangan. Jika dibandingkan dengan bentuk PT maka keuntungan CV
atau Firma adalah tidak dikenakannya pajak ganda (double tax) atas pembagian laba atau dividen.
Kajian di atas tentunya hanya memandang dari sudut perpajakan khususnya PPh dengan kondisi apapun bentuk
usaha yang dipilih memberikan hasil yang sama bagi seorang investor. Secara lebih mendalam tentu pertimbangan
pemilihan bentuk usaha tidaklah sesederhana itu. Banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan, seperti aspek
tanggung jawab pemegang saham, aspek kemudahan akses ke pihak lain seperti bank, dan lain sebagainya. Namun
demikian sudut pandang aspek pajak ini setidaknya dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih
bentuk usaha.
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Pembagian atas tiga bentuk Badan Usaha tersebut
bersumber dari Undang Undang 1945 khususnya pasal 33. Di Indonesia kita mengenal 3 macam bentuk badan yaitu
Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), Koperasi dan Swasta. Bentuk badan usaha swastadapat dibagi kedalam beberapa
macam : Perseorangan, Firma, Perserikatan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), Yayasan Pilihan bentuk badan
usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Kommanditer (CV) atau
Perorangan (Pribadi). Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih besar dari CV,
karena adanya tambahan PPh pasal 23 yang harus dipotong dari dividen yang dibayarkan oleh PT, sedangkan
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 12/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
pembagian hasil untuk CV tidak dikenakan pajak (bukan obyek pajak). Sedangkan (seperti ilustrasib tabel 2) perbedaan
besarnya total beban pajak yang dibayar oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya Penghasilan
kena pajak (laba). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tariff PPh pasal 17 untuk badan (dengan tariff
maximum 30%) dan orang pribadi (dengan tariff maximum 35%).
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak bukanlah satu-satunya alasan dalam pemilihan bentuk
usaha, namun pemilihan bentuk usaha yang tepat dapat memberikan penghematan pajak.
5.2 Saran
Pajak bukanlah satu-satunya alasan dalam pemilihan bentuk usaha, namun pemilihan bentuk usaha yang tepat
dapat memberikan penghematan pajak. Sehingga dalam melakukan penghematan tersebut bisa dengan cara
perencanaan pajak agar kewajiban perbajakan dapat dilakukan oleh wajib pajak dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang undang nomor 16 tahun 2009
Undang-undang republic Indonesia nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas undang undang nomor 7
tahun 1983 tentang pajak penghasilan
Pohan, chairil anwar. 2003. Manajemen perpajakan. Gramedia pustaka utama
Santoso, imam dan ning rahayu (2013. Corporate tax management, mengulas upaya pergelolaan pajak perusahaan
secara konseprual-praktikal. Ortax
Nasikhudin. (2016. Artikel. Mengulas tentang memilih badan usaha yang tepat bagi perencanaan pajak. Ortax
http://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=85 [http://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=85]
https://books.google.co.id/books?
id=9nAeg3xbW48C&pg=PA3&lpg=PA3&dq=pemilihan+bentuk+usaha+dalam+tax+planning&source=bl&ots=Q6Ma
Qk1OSd&sig=kLsmTTQr59cOMO2eq8nWJE30Z0k&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjr4v3EoanWAhUHTo8KHb3iDYU
Q6AEIYjAJ#v=onepage&q=pemilihan%20bentuk%20usaha%20dalam%20tax%20planning&f=true
[https://books.google.co.id/books?
id=9nAeg3xbW48C&pg=PA3&lpg=PA3&dq=pemilihan+bentuk+usaha+dalam+tax+planning&source=bl&ots=Q6MaQk1OSd&sig
=kLsmTTQr59cOMO2eq8nWJE30Z0k&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjr4v3EoanWAhUHTo8KHb3iDYUQ6AEIYjAJ#v=onepage&q
=pemilihan%20bentuk%20usaha%20dalam%20tax%20planning&f=true]
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 13/14
19/10/2017 PEMILIHAN BADAN USAHA DALAM MANAJEMEN PERPAJAKAN
0 View comments
No comments yet
https://farida-datakuliah.blogspot.co.id/2017/09/pemilihan-badan-usaha-dalam-manajemen.html 14/14