Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika KBK Astronomi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PETUNJUK PRAKTIKUM

EKSPERIMEN FISIKA
KBK ASTRONOMI

Oleh :
Oleh:
DRS.SUTRISNO,M.T.
NIP. 19610102 198803 1 002

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JANUARI TAHUN 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Alloh swt. atas limpahan

rahmadNya, sehingga buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika KBK

Astronomi sebagai pegangan praktikum matakuliah Eksperimen Fisika selesai

ditulis sebelum kuliah dimulai.

Sesuai dengan deskripsi matakuliah pada buku katalog MIPA untuk

Jurusan Fisika, matakuliah ini merupakan matakuliah wajib sebagai bidang

keahlian, dan matakuliah ini adalah matakuliah yang dikaitkan dengan KBK

Astronomi. Dalam praktikum ini sebagai dasar peserta didik untuk mengalami

cara mengamati obyek melalui teleskop. Diharapkan dengan pengalaman

praktikum ini peserta didik dapat menambah wawasan dan dapat diterapkan dalam

kehidupan seperti ruyah untuk kehidupan beragama.

Demikian Buku Petunjuk Praktikum matakuliah Eksperimen Fisika ini

disusun, dan demi perbaikan disemester berikutnya penyusun menerima kritik

maupun saran-saran dari peserta didik maupun pembaca lain yang tertarik pada

matakuliah ini.

Januari 2012
Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... 2


DAFTAR ISI .............................................................................................. 3
JUDUL PRAKTIKUM ............................................................................... 4
A. Pendahuluan .......................................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................................... 5
C. Peralatan ................................................................................................ 5
D. Prosedur Pengoperasian teleskop .. 6
E. Tugas Pengamatan obyek .. 11
Lembar Pengamatan Sementara . 12

LAMPIRAN :
DASAR TEORI TATAKOORDINAT

3
PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA
SETING TELESKOP DI LABORATURIUM ASTRONOMI
JURUSAN FISIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

A. Pendahuluan

Teleskop merupakan alat untuk mendekatkan benda/obyek yang sangat

jauh menjadi dekat sehingga obyek tersebut menjadi jelas. Oleh sebab itu dalam

merakit ataupun men-set ( meletakan ) teleskop supaya sesuai dengan benda -

benda yang jauh dapat terlihat sesuai dengan posisinya yang diatur dalam satuan

internasional. Untuk menyatakan posisi benda tersebut diperlukan tingkat

ketelitian dan presisi yang tinggi. Pengamatan ini terkait erat dengan peralatan

yang digunakan yakni teleskop. Ketepatan penggunaan teleskop akan sangat

berpengaruh pada kejelasan dan ketepatan hasil pengamatan. Oleh karena itu

perlu diketahui cara menggunakan / mengoperasikan macam-macam teleskop

yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda langit serta prosedur

penggunaan teleskop itu sendiri. Untuk kali ini para mahasiswa dilatih untuk

mengoperasikan salah satu teleskop yang dimiliki laboratorium Astronomi

Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang, yaitu jenis teleskop Al-azimut merk

MEADE yang didasarkan pada system Tatakoordinat Horizon. Oleh sebab itu

dasar teori tentang Tatakoordinat Horizon disertakan dalam buku petunjuk

praktikum ini. Dan sedikit teori tentang system teleskop. Diharapkan setiap

4
peserta akan dapat mengoperasikan dan memahami penggunaan teleskop dalam

kehidupan sehari-hari seperti praktek ruyah dalam kehidupan beragama.

B. Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah:

1. Menentukan arah mata angin (Utara-selatan, Timur dan Barat ) sebagai

Titik nol pengukuran Koordinat Horizon di lokasi yang ditentukan.

2. Merakit ( Setting ) Teleskop Meade-ETX-125

3. Mengoperasikan teleskop AL-AZIMUTH TELESCOPE MEADE

ETX-125 di Lokasi yang ditentukan.

4. Menentukan lokasi ( Azimuth, Atlitude) Obyek benda melalui Teleskop

Meade.

5. Setiap peserta membuat laporan praktikum yang ditulis tangan yang

disertai data dan photo kegiatan.

C. Peralatan
No. Peralatan / Bahan Kegunaan
1. Teleskop Meade ETX-125 Untuk pengamatan
( teleskop Al-Azimuth )
2. Tali / rafia / benang dan paku Untuk penghubung arah mata angin
3. Webcamp yang terhubung Mengambil data obyek
USB dan drivernya
4. Penggaris busur dan penggaris Untuk menggaris titik-titik hubung
lurus dari kayu panjang 1 m
5. Kapur/spidol Menandai arah titik mata angin
6. Laptop Untuk merekam data obyek

5
D. Prosedur Pengoperasian teleskop
1. Menentukan arah mata angin pada lokasi teleskop untuk pengamatan
a Tancapkan tongkat/stik diatas tanah dan tentukan arah utara,
selatan, timur maupun barat bedasarkan titik titik bayangan ujung
tongkat yang setiap 5 menit ditandai dengan tanda X , kemudian
garis dengan menggunakan benang/tali sebagai tanda arah mata
angin tersebut. Seperti dalam gambar berikut:

Gambar 1. Tongkat ditancapkan sampai ada bayangan

Gambar 2. Menandai ujung bayangan tongkat setiap 5 menit


b Buat garis tersebut saling tegak lurus kemudia ditandai arah mata
angin tersebut, nampak seperti gambar berikut:

6
Gambar 3. Tanda arah mata angin untuk lokasi Teleskop

2. Merakit Teleskop
a. Rakit Teleskop Meade ETX-125 sesuai dengan urutan gambar berikut:
Rakit tripot (kaki teleskop) seperti gambar berikut:

Gambar 4.Tripot yang sudah dirakit


Ambil teleskop Meade dari tempat tas, dan buka tas tersebut jangan sampai
terbalik

7
Gambar 5.Tas Teleskop Meade ETX-125

Gambar 6. Cara membuka tas teleskop


b. Ambil teleskop dan letakan diatas tripot kemudian dikunci bagian bawah
teleskop pada tripot supaya kuat dan tidak jatuh. Seperti gambar berikut

Gambar 7.Cara pengambilan Teleskop bagian tengah dipegang

8
c.Tempatkan Teleskop yang sudah dirakit untuk digunakan sebagai
pengamatan pada daerah yang telah ditandai dengan arah mata angin

Gambar 8. Tempatkan teleskop pada tempat yang sudah ditandai arah mata angin
d. Buka tutup lensa obyektif teleskop seperti pada gambar berikut

Gambar 9. Cara Buka tutup lensa obyektif teleskop putar kiri

9
e. Pasang lensa okuler teleskop seperti gambar berikut:

Gambar 10. Cara pasang lensa okuler teleskop


f. Arahkan tabung lensa obyektif teleskop kearah utara sebagai titik nol
azimuth dan ketinggian lensa obyektif sejajar horizon sebagai titik nol
atltude.seperti pada gambar berikut:

Gambar 11. Posisi teleskop siap digunakan menentukan posisi obyek

10
3. Pengamatan Obyek benda
Setelah teleskop siap, gunakan pemgamatan benda/obyek yang jauh dan mudah
terlihat kemudian atur fokus pada eyepiece dengan menggerakan pelahan-lahan
sampai obyek terlihat dengan jelas diteleskop. Kemudian catat posisi Azimuth
obyek dan atlitudenya. Selanjutnya rekam obyek dengan mengganti eyepiece
dengan Webcam dan atur fokus sampai terlihat jelas di laptop setelah jelas di
snapshoot untuk diambil gambarnya sebagai data.

Gambar 12. Posisi pengatur fokus obyek sampai terlihat jelas

E. Tugas Pengamatan obyek


1. Amati obyek / benda dengan lokasi ditentukan oleh Dosen/Asisten,
lakukan pengamatan dan laporkan hasilnya pada laporan sementara
pengamatan pada lembar pengamatan
2. Bagaimana posisi obyek yang terlihat didalam teleskop apakah terbalik,
tegak jelaskan jawabanmu !

11
LEMBAR PENGAMATAN SEMENTARA
PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA
SETING TELESKOP DI LABORATURIUM ASTRONOMI
JURUSAN FISIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

NAMA : ..

NIM : .

TGL.PERCOBAAN :

Lokasi Pengamatan :

: ..LS ..BT

Obyek yang diamati : ..

Waktu Pengamatan : .

Posisi Azimuth :

Posisi Atlitude : ..

Mengetahui,
Dosen/Asisten

( )

12
LAMPIRAN TEORI

TATAKOORDINAT

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya.

Al-Qur'an, Surah Al Anbiyaa' Ayat 33

A. Bola Langit dan Bola Dunia

Jika kita melihat langit, seolah-olah kita melihat bagian dalam dari

setengah bola (hemisfer) raksasa yang melingkupi kita. Benda-benda langit

terlihat seolah-olah menempel pada bagian dalam bola raksasa, yang kita

namakan bola langit. Untuk merujuk posisi objek-objek di bola langit itu,

digunakan sistem kordinat. Dalam astronomi, dikenal beberapa sistem koordinat.

Perbedaan antar sistem koordinat adalah perbedaan pemilihan titik asal mengukur

posisi objek di bola langit, dan pemilihan lingkaran-lingkaran dasar yang

13
mendefinisikan kordinat-koordinat tersebut. Pada tulisan ini, yang dibahas sistem

koordinat horizon dan sistem koordinat equatorial, sistem koordinat ekliptika

1. Bola Langit dan Bola Langit Standar

Sejak zaman yunani kuno telah diyakini bahwa bumi, bulan, planet,

matahari, semuanya berbentuk bola, karena bola diyakini rerupakan bentuk ruang

yang paling sempurna. Untuk memudahkan mempelajari benda bentuk bola seperti

itu perlu disepakati terlebih dahulu beberapa istilah penting pada bidang bola

berikut:

a. Bola langit adalah bola dengan radius yang amat besar (dibandingkan dengan

radius Bumi), tempat objek-objek langit diproyeksikan. Semua objek-objek

langit (Bulan, planet, bintang, galaksi, dll) diproyeksikan pada bola langit, dan

perbedaan jarak objek-objek tersebut diabaikan. Bola langit ini berpusatkan

pada posisi pengamat di permukaan Bumi. Posisi yang merujuk pada bola

langit ini dinamakan posisi toposentrik.

b. Bola langit standar adalah bola langit yang pusatnya berimpit dengan pusat

Bumi. Posisi benda langit yang diproyeksikan pada bola langit standar ini

adalah posisi benda langit yang akan diamati oleh pengamat jika ia berada di

pusat Bumi. Posisi yang merujuk pada bola langit standar dinamakan posisi

geosentrik.Seperti yang nampak pada gambar 1.1.

c. Bidang bola ialah tempat kedudukan titik-titik yang sama jarak dari satu titik tetap.

tetap ini disebut pusat bola, dan jarak sama tadi disebut jejari bola.

14
Gambar 1.1 Bola langit (kiri) dan bola langit standar
(kanan).

d. Lingkaran besar ialah lingkaran pada bidang bola yang sepusat dengan bola.

e. Lingkaran kecil ialah lingkaran pada bidang bola yang tidak sepusat dengan bola.

Untuk selanjutnya, penggunaan istilah bola langit merujuk pada bola langit

standar. Pusat bola langit (yang juga pusat Bumi) selanjutnya akan disimbolkan

sebagai C.Seperti dalam gambar 1,2

Gambar 1.2 Bola langit standar

15
Lingkaran besar adalah lingkaran yang pusatnya berimpit dengan titik pusat bola
langit (berwarna hijau). Lingkaran berwarna merah, kuning, dan biru adalah
lingkaran besar, sedangkan lingkaran berwarna abu-abu bukan.
2. Bola Dunia
a.Bidang bola dunia

Ruang bola dunia ialah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak

6,35 x 106m dari pusat intinya.

b.Sumbu putar, Kutub-kutub bidang bola dunia

Perputaran bola dunia sekeliling sumbu melalui pusat bola; Sumbu

putar ini menembus bidang bola dunia di dua kutub; pengamat

menghadap ke utara, apabila perputaran bola dunia searah dengan perputaran

jarum jam, dikatakan juga perputaran ini dari barat ke timur. Kutub

yang dibelakangi pengamat adalah kutub selatan. Lambang kutub utara

adalah KU dan kutub selatan: KS.

c.Equator bola dunia

Equator bola dunia ialah lingkaran besar pada bidang bola dunia

yang bidangnya tegaklurus di tengah-tengah garis U&S.Ekuator disebut

juga khatulistiwa.

d.Lintang geografi

Lintang geografis ialah lingkaran kecil pada bidang bola dunia yang

bidangnya sejajar dengan bidang ekuator, ditengarai L, di belahan utara

disebut lintang utara (LU) dan di selatan disebut lintang selatan (LS),

masing-masing terbagi atas 0 0 -- 90 0 untuk LU; dan 00 -- -900 untuk LS.

Lintang kutub utara adalah 900 dan lintang kutub selatan adalah -90.

16
e.Bujur geografi

Bujur geografi adalah lingkaran besar pada bola dunia yang bergaris

tengah garis U-S; ditengarai huruf B. Bujur geografi_ yang melewati

Greenwich Observatorium dekat London, Inggris, disebut bujur

Greenwich atau bujur nol. Bujur nol berpotongan dengan ekuator di teluk

Afrika, dan dinamakan titik acuan 0. Dari bujur nol ke timur sejauh 180 0

(positif) disebut bujur timur, dilambangi huruf BT dan yang ke barat

sejauh -180 0 (negatif) disebut bujur barat dilambangi huruf BB. Bujur

+180 0 bertemu dengan bujur -180 0 di samodera Pasifik, yang merupakan

bujur batas.

f. Sintem koordinat bidang bola dunia

Sistem koordinat bidang bola dunia ialah susunan salib sumbu yang

dibentuk dari ekuator dan bujur Greenwich. Koordinat yang digunakan pada

bola langit mirip seperti koordinat yang kita gunakan di permukaan Bumi,

lintang dan bujur. Koordinat-koordinat tsb diukur sepanjang busur lingkaran

besar, yaitu lingkaran pada bola langit yang pusatnya berimpit dengan pusat

bola langit. Dengan kata lain, lingkaran besar adalah lingkaran terbesar yang

bisa digambar di bola langit, dimana radius dari lingkaran besar tsb sama

dengan radius bola langit ( lihat Gambar 1.2 ). Lingkaran berwarna kuning,

merah, dan biru pada Gambar 1.2 adalah lingkaran besar, tetapi lingkaran

berwarna abu-abu bukan lingkaran besar.

Untuk menyatakan posisi sebuah benda langit dapat digunakan beberapa

macam tata koordinat yang semuanya merupakan sistem koordinat bola tanpa

17
memperhitungkan jarak dari pusat bola. Lingkaran-lingkaran bujur (longitude)

semuanya merupakan lingkaran besar. Kecuali satu lingkaran lintang (latitude)

yang membagi bola menjadi dua sama besar, semua lingkaran lintang yang lain

merupakan lingkaran kecil. Lingkaran lintang semakin kecil jika semakin dekat

dengan kutub bola. Jarak sudut lingkaran lintang terbesar ini adalah sama dari

kedua titik kutub yaitu 90. Seperti yang nampak pada gambar 1.3

lingkaran bujur

Lingkaran Lintang

Gambar
1.3 Lingkaran bujur dan lingkaran lintang

Gambar 1.4 Longitude ( Lingkaran bujur) dan Latitude ( lingkaran lintang)

18
B. Pola Dasar Sistem Koordinat Astronomi
Setiap sistem koordinat astronomi memiliki:

Lingkaran dasar: lingkaran besar yang yang menjadi basis pengukuran


koordinat

kutub: titik-titik terjauh dari lingkaran dasar

titik asal: titik nol pengukuran koordinat

Perbedaan pemilihan ketiga hal di atas itulah yang membedakan satu sistem

koordinat dengan sistem koordinat lainnya.

1. Sistem Koordinat Horizon

Titik-titik kutub pada tata koordinat Horison adalah titik Zenith dan Nadir.

Titik Zenith adalah suatu titik khayal pada bola langit tepat vertikal diatas kepala

pengamat. Titik Nadir adalah kebalikan dari titik zenith, berada pada bola langit

di bawah pengamat. Lingkaran lintang terbesar disebut lingkaran horison yang

merupakan perpotongan antara perluasan bidang datar tempat pengamat berdiri

(sering disebut bidang horison) dengan bola langit. Di daerah pegunungan

memang agak sulit membayangkan lingkaran horison ini, akan tetapi jika kita

berdiri di tepi pantai maka "perpotongan" antara kaki langit dengan permukaan

laut dapat dipandang sebagai lingkaran horison. Seperti yang nampak pada

gambar 1.5. dan gambar 1.6.

19
Z

z
P
T
*a
U S
Azimuth B K*

Lingkaran Horison

Gambar 1.5 Lingkaran horison

Gambar 1.6 Koordinat horizon


Bola langit dengan sistem koordinat horizon. Garis kuning adalah garis yang
menghubungkan titik utara-selatan, dan garis merah menghubungkan timur-barat.
Bidang horizontal adalah horizon pengamat, dan lingkaran besar berwarna biru
dan tegak lurus terhadap horizon adalah meridian pengamat. Garis abu-abu yang
tegak lurus terhadap horizon, menghubungkan zenith (titik tertinggi pada bola
langit) dan nadir (titik terendah pada bola langit).

20
Pada lingkaran horison terdapat empat titik istimewa yang disebut dengan

titik-titik Kardinal yaitu titik Utara, Timur, Selatan dan Barat. Bagaimana cara

menentukan titik-titik Kardinal itu ? Untuk menentukan arah Utara Selatan

dapat digunakan kompas. Jarum kompas menunjuk kira-kira ke arah Utara-

Selatan. Untuk mengetahui arah Timur dan Barat dapat dilihat arah matahari terbit

dan terbenam. Meskipun tidak selalu tepat, namun cukup baik untuk perkiraan

pertama. Jika ingin mengetahui titik Timur dan Barat dengan ketepatan yang

tinggi, lihatlah titik terbit dan terbenam matahari pada tanggal sekitar tanggal 21

Maret atau 23 September.

Lintang, di dalam tata koordinat horison disebut dengan istilah tinggi (a =

Altitude) yang didefinisikan sebagai jarak sudut benda langit dari lingkaran

horison. Dalam gambar 1.5 tinggi bintang adalah busur * K*. Bujur diistilahkan

dengan Azimuth (Az), yang kalau bintang berada di sebelah Barat Meridian,

diukur dari titik Utara kearah Barat hingga proyeksi benda langit pada lingkaran

horison, yaitu busur UBK* atau sudut UZK* pada gambar 1.6. Jika bintang

berada di sebelah timur meridian, Azimuth diukur dari Utara kearah

Timur. Dengan demikian angka azimuth adalah antara 0 sampai 180 ditambah

dengan keterangan Timur atau Barat. Ada juga astronom yang menggunakan cara

lain dalam menyatakan Azimuth, misalnya diukur dari Utara kearah Timur dari 0

sampai 360. Ada pula yang membedakan antara belahan bumi utara dan selatan,

untuk pengamat di belahan bumi utara Azimuth diukur dari titik Utara, sedangkan

untuk pengamat di belahan bumi selatan, azimuth diukur dari titik Selatan. Untuk

menghindari kesalahan pahaman, sebaiknya pada saat menyatakan Azimuth

21
disebutkan juga titik awal dan arah pengukurannya. Seperti nampak pada gambar

1.7

Gambar 1.7 Pengamat dibelahan bumi utara menggunakan tata koordinat


horison

Pada tata koordinat horison juga dikenal istilah Jarak Zenith (z), yaitu

jarak sudut benda langit dari titik Z, maka z = 90 o a . Dengan demikian,

koordinat suatu benda langit dalam tata koordinat horison dapat dinyatakan dalam

(Az,a) atau dalam (Az,z). Koordinat horison sangat bermanfaat ketika kita

berurusan dengan serapan cahaya bintang oleh atmosfir. Lingkaran lintang adalah

tempat kedudukan benda langit yang mengalami serapan atmosfir yang sama.

Semakin rendah posisi bintang, cahayanya menembus atmosfir yang semakin

22
tebal sebelum mencapai pengamat, semakin banyak cahayanya yang diserap,

sehingga tampak semakin redup. Jika benda langit itu adalah matahari, pada saat

posisinya diatas kepala, tampak sangat terang, semakin sore, posisinya semakin

rendah cahayanya semakin redup dan semakin merah.

Pada saat mengamati suatu benda langit, tinggi benda langit itu tercermin

dari kemiringan teropong. Jika teropong tepat vertikal, maka benda langit tersebut

berada di Zenith. Jika teropong membentuk sudut dengan bidang datar, maka

tinggi benda langit tersebut adalah . Ordinat-ordinat dalam tata koordinat

horizon dinyatakan sebagai berikut:

a. Tinggi Bintang

Tinggi bintang yaitu busur pada lingkaran tinggi yang melalui bintang itu,

antara bintang dengan proyeksinya di horizon. Besar busur tinggi bintang 0

sampai 90 jika bintang di atas horizon dan 0 sampai -90 jika di bawah horizon.

Bintang di bawah horizon tidak dapat dilihat tetapi dapat dilukis pada bola langit.

b. Azimuth sebuah Bintang

Azimut bintang adalah busur pada horizon diukur dari titik Selatan menuju

atau melalui titik Barat sampai proyeksi bintang itu pada horizon, dihitung dari 0

sampai 360. Azimut bintang misalkan diterapkan berpangkal di titik Selatan dan

di ukur pada horizon menuju Barat. Busur yang menghubungkan Zenit dengan M1

melalui matahari, disebut lingkaran tinggi, dan M1 adalah proyeksi matahari di

horizon.

23
Benda-benda langit bergerak dari arah timur ke barat. Saat benda langit

mencapai titik tertingginya pada bola langit adalah saat ia berada pada meridian

pengamat. Saat ketika benda langit mencapai titik tertingginya ini dikatakan

benda langit tersebut berkulminasi atas, atau juga dikatakan transit lokal.

Kebalikan dari kulminasi atas adalah kulminasi bawah, yaitu saat benda langit

mencapai titik terendahnya (berpotongan dengan meridian pengamat yang berada

di bawah horizon.)

Contoh:

1. Sebuah bintang diamati memiliki altitud 25 derajat dan azimut 60 derajat. Maka

posisi bintang tsb pada bola langit:

Gambar 1.6 Contoh posisi bintang diatas horizon

Posisi bintang dengan altitud 25 derajat dan azimut 60 derajat. Azimut bintang 60,
berarti kita mengukur sudut 60 derajat dari utara ke arah timur sepanjang horizon
pengamat. Altitud bintang 25 derajat, berarti kita mengukur sudut 25 derajat dari
horizon tegak lurus menuju zenith (sampai ke posisi bintang di bola langit).

24
2. Sebuah bintang diamati memiliki altitud -30 derajat dan azimut -115 derajat.

Maka posisi bintang tsb pada bola langit:

Gambar 1.7 Contoh posisi bintang dibawah horizon


Posisi bintang dengan altitud -30 derajat dan azimut -115 dejarat. Azimut bintang -
115, karena negatif maka kita mengukur sudut 115 derajat dari utara ke arah barat
sepanjang horizon pengamat. Altitud bintang -30 derajat, karena altitudnya negatif
maka kita mengukur sudut 30 derajat dari horizon tegak lurus menuju nadir (sampai
ke posisi bintang di bola langit).
3.Contoh bintang Polaris yang diamati pada wilayah bumi sebelah utara ( daerah
utara katulistiwa ) akan nampak seperti gambar 1.8

Gambar 1.8 Pengamatan bintang Polaris diwilayah langit utara dengan


koordinat horison

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Chatief Kunjaya,2004, Tata Koordinat Benda Langit Materi


Pelatihan Astronomi Bagi Dosen dan Guru di Lemabang
Bandung. 6 11 September 2004

2. Rahmat Gumilar Nataprawira,1423 H, Belajar Falak, Bumi


Allah diakses Juni 2004

26

Anda mungkin juga menyukai