Prs Menoraghia Bu Wiwin
Prs Menoraghia Bu Wiwin
Prs Menoraghia Bu Wiwin
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK A2-4
Desi Mulyawati (1720333588)
Desty Erza Andriana (1720333589)
Dewi Anggriani (1720333590)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menoragia didefinisikan sebagai menstruasi pada interval siklus teratur tetapi
dengan aliran berlebihan dan durasi dan merupakan salah satu keluhan ginekologis
yang paling umum di ginekologi kontemporer. Klinis, menorrhagia didefinisikan
sebagai kehilangan darah total melebihi 80 ml per siklus atau mens berlangsung lebih
lama dari 7 hari. Kesehatan Dunia melaporkan Organisasi bahwa 18 juta wanita usia
30-55 tahun melihat perdarahan haid mereka untuk menjadi selangit. Laporan
menunjukkan bahwa hanya 10% dari perempuan mengalami kehilangan darah yang
cukup parah menyebabkan anemia atau secara klinis didefinisikan sebagai
menorrhagia. Dalam prakteknya, pengukuran kehilangan darah menstruasi sulit.
Dengan demikian, diagnosis biasanya berdasarkan riwayat pasien. Siklus haid normal
adalah 21-35 hari dalam durasi, dengan perdarahan yang berlangsung rata-rata 7 hari
dan ukur arus 25-80 mL.
Fibroid atau mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.Mioma uteri merupakan
tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.Kejadian mioma uteri
sebesar 20-40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan sering menimbulkan
gejala klinis berupa menorrhagia dan dismenorea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Menorrhagia
a. Definisi
Menorrhagia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi berat
atau jangka panjang. Wanita yang kehilangan lebih dari 80 ml darah selama
satu periode ini disebut sebagai Menorrhagia. Namun hal ini tergantung setiap
wanita untuk memutuskan apakah hilangnya menstruasi sendiri adalah terlalu
banyak. Tingkat kejadian menorrhagia pada wanita yang sehat berkisar dari 9%
sampai 14% (Dipiro, et al, 2008).
Penyebab menorrhagia dapat dibagi menjadi gangguan sistemik dan
kelainan rahim tertentu. Dalam beberapa penelitian dari remaja dengan
menorrhagia akut, yang mendasari gangguan perdarahan menyumbang 3%
sampai 13% dari presentasi ruang gawat darurat. Meskipun penyakit von
Willebrand memiliki insiden 1% pada populasi umum, prevalensi pada wanita
dengan menorrhagia mungkin setinggi 20%.Hipotiroidisme juga mungkin
berhubungan dengan menstruasi yang berat. Penyebab rahim spesifik
menorrhagia lebih sering terjadi pada wanita usia subur dan yang lebih tua
termasuk fibroid, adenomiosis, polip endometrium, dan kanker ginekologi
(Dipiro, et al, 2008).
b. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin
releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan
folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar
berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel
yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan
korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan
poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah
ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan
endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron
akibat involusi korpus luteum.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya
stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi.
Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron
yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak
terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan.
Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal,
namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak
mengakibatkan pendarahan hebat.
Tabel 1. Patofisiologi dari gangguan pendarahan menstruasi
System Kondisi Patofisiologi/temuan
organ laboratorium
1. Penyakit von Willebrand 1. Faktor VII cacat menyebabkan
adhesi platelet terganggu dan
peningkatan waktu perdarahan
Hematologi
2. Idiopatik
thrombocytopenic 2. Penurunan sirkulasi trombosit,
purpura bisa akut atau kronis
Penurunan metabolisme estrogen,
Hati Sirosis
yang mendasari koagulopati
Kelenjar
Hypothyroidism Perubahan dalam sumbu HPO
endokrin
1. Fibroid 1. Perubahan endometrium,
perubahan kontraktilitas uterus
2. Adenomiosis 2. Perubahan endometrium,
perubahan kontraktilitas uterus
Uterine
3. Polip endometrium 3. Perubahan endometrium
Depo-Provera
Depo-Provera adalah injeksi progesteron yang berlangsung selama tiga
bulan. Sekali lagi, ini menyebabkan penurunan cepat dalam aliran
menstruasi. efek samping cenderung menjadi sedikit lebih mengganggu dan
kembali kepada kesuburan juga membutuhkan waktu lebih lama. Ini adalah
pilihan yang kurang praktis untuk kontrol jangka panjang dari OCP dan
Mirena.
Obat antifibrinolitik
Contoh utama adalah Cyklokapron atau asam traneksamat. Ini yang
secara halus mengubah keseimbangan sistem koagulasi tubuh, berpihak
pada pembekuan membentuk melarutkan agak gumpalan. Hal ini dapat
mengurangi aliran menstruasi sekitar 50%, mirip dengan OCP gabungan.
Efek samping bisa termasuk sakit kepala, kram otot atau sakit perut
sesekali.
Non-steroid anti-inflamasi (NSAID)
Ponstan atau asam mefenamat adalah yang paling sering diresepkan
non-steroid anti-inflamasi khusus untuk pengobatan perdarahan menstruasi
yang berat. Namun, NSAID lainnya seperti Nurofen atau Naprogesic
mungkin juga efektif. Ini dapat mengurangi aliran menstruasi sekitar 50%,
tidak mahal dan memiliki sedikit efek samping. Mereka juga dapat
mengurangi rasa sakit periode. NSAID dapat diambil dalam kombinasi
dengan salah satu perawatan di atas. progestin oral / progesterone
Levonorgestrel-releasing intrauterine system
Merupakan sejenis alat kontrasepsi yang mampu menurunkan
perdarahan hingga 96%. LNG-IUS bekerja dengan cara memperlambat
pertumbuhan lapisan rahim. Alat plastik berukuran kecil ini digunakan
dengan cara dimasukkan ke dalam rahim. Di dalam rahim LNG-IUS
kemudian akan melepaskan hormon progestogen secara perlahan-lahan.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan obat ini adalah
munculnya jerawat, nyeri atau rasa tidak nyaman di payudara, dan amenorea
(terhentinya menstruasi selama masa penggunaan).
Analog GnRH (Gonadotropin releasing hormone)
Salah satu obat yang efektif dalam mengurangi perdarahan saat
menstruasi. Terapi agonis GnRH biasanya tidak dilakukan secara rutin,
namun lebih sekadar pengobatan sementara bagi pasien yang akan
menempuh jalan operasi untuk mengobati menorrhagia.
Identitas pasien
Nama : Ny. D No Rek Medik : -
Tempt/tgl lahir (usia) : 50 tahun Dokter yg merawat : -
BB : 70 kg
TB : 160 cm
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan :-
Sosial :-
Riwayat masuk RS :-
Riwayat penyakit terdahulu : -
Riwayat keluarga : -
Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian Ya / tidak
- Merokok Ya / tidak ................batang/hari
- Meminum Alkohol
Ya / tidak
- Meminum Obat herbal
Ya / tidak
Riwayat Alergi : -
Keluhan / Tanda Umum
Tanggal Subyektif Obyektif
1/6/15 Pendarahan berat Terdapat serosal dan intra mural
Demam fibroid
Nyeri yang sangat hebat TD 100/80mmHg
Mual lemas
HR 75x/menit
RR 22x/menit
Suhu 37oC
2/6/15 Pendarahan berat TD 100/80mmHg
Demam HR 79x/menit
Nyeri yang sangat hebat RR 21x/menit
Mual lemas Suhu 37oC
No. Nama Obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome terapi
1. Saline Memenuhi asupan ion Na dan - Parenteral - Toksisitas natrium, Tercukupi kebutuhan
infusion Cl hipernatremia elektrolit.
(NaCl 0,9%) mendeteksi adanya uterine Untuk mengetahui
fibroid adanya uterine fibroid
pada rahim
2. Progestin Menorrhagia, mengurangi 1x/hari Parenteral - Nyeri perut, panggul, Menorrhagia,
lutheal phase gejala fibroid edema perifer mengurangi gejala
fibroid
3. Paracetamol Analgesik antipiretik 500 mg 3x1 p.o - Hepatotoksik Nyeri berkurang,
demam turun
4. Infus RL Mengganti cairan tubuh - i.v - nyeri dada, detak jantung Asupan cairan tercukupi
abnormal, Penurunan
tekanan darah, Kesulitan
bernapas, Batuk, Bersin-
bersin, Ruam, Gatal-gatal,
dan, Sakit kepala
5. Ketorolac Analgetik penatalaksanaan 10 mg p.o - Dispepsia, sakit kepala, Nyeri berkurang
nyeri akut yang berat jangka 3x/hari ulkus, perdarahan dan
pendek (< 5 hari) perforasi, hemoragis pasca
bedah, gagal ginjal akut
6. Sangobion Anemia defisiensi zat besi 1x1 tab p.o - Gangguan pencernaan, Mencegah defisiensi
mual, nyeri lambung besi
7. Asam pengobatan perdarahan 1x1 sehari p.o - Sakit kepala, nyeri Mengurangi perdarahan
traneksamat menstruasi siklik berat, abdominal, Diare yang berlebihan
koagulan Mual
ANALISA SOAP
Problem medik Subyektif Obyektif Terapi DRP
Menorrhagia Nyeri, Hb: Ketorolac Terapi tidak tepat
perdarahan 1/6 = 7 g/dL Pemberian ketorolac bukan merupakan obat yang
2/6 = 7 g/dL
Hematokrit : direkomendasikan untuk mengatasi nyeri pada menorrhagia
1/6 = 26 % low disertai adanya fibroid,karena dapat meningkatkan resiko
2/6 = 28 % low perdarahan
Trombosit :
Asam Traneksamat Sub dosis
1/6 = 40000 / uL low
Untuk mengatasi pendarahan. Namun penggunaan dapat
2/6 = 50000/ uL low
Eritrosit : dihentikan setelah pendarahan berhenti.
1/6 = 2,96 / -UL low Sangobion Terapi tidak tepat
2/6 = 3,46 / -UL low Pemberian sangobion kurang efektif, Hb<8 g/dL sebaiknya
diberikan tranfusi darah.
Lemas - Hb: NaCl 0.9% Terdapat penggunaan dua obat dengan komposisi dan fungsi
1/6 = 7 g/dL yang hampir sama. Infus ringerlaktat juga mengandung NaCl.
2/6 = 7 g/dL
NaCl digunakan untuk melihat ada tidaknya fibroid di rahim.
Infus ringer laktat Sebaiknya digunakan infus RL saja.
PLAN
KIE
1. Tidak dianjurkan juga melakukan aktifitas seksual hingga melakukan cek up
dan diperbolehkan oleh dokter spesialis bedah.
2. Menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis,
kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti
setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum
cukup air akan membantu proses pemulihan.
3. Hemoglobin / hematokrit harus diukur pada awal dan dalam waktu 3 bulan
dari mulai terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Hadibroto BR., 2005, Mioma Uteri, Majalah Kedokteran Nusantara, Vol 38 (3),
Departemen Obsteri dan Ginekologi, Medan.
Memarzadeh S, Broder MS, Wexler AS, Pernoll ML, 1997, Leiomyoma of the
uterus. In: Current obstetric & Gynecologi diagnostic & treatment, Ninth
edition, Lange Medical Books, New York page : 693 701
Womens Health. 2008. Uterine Fibroids. USA: Departemen of Health and Human
Services