Macam Macam Baja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Baja

Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM - Tahun


1100 SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400
tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi
mulai diketahui secara luas. Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma,
Carhaginians dan Asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi
dalam kehidupannya.Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di
invansi oleh bangsa arya. Tahun 700 600 SM, Cina belajar membuat besi.
Tahun 400 500 SM, Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa. Tahun 250
SM, Bangsa India menemukan cara membuat baja. Tahun 1000 M, Baja dengan
campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran Fatim
yang disebut dengan baja Damaskus. 1300 M rahasia pembuatan baja damaskus
hilang.1700 M, Baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di Eropa.

Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang


untuk bentang lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di
Inggris pada tahun 1777 1779, lihat gambar 1 pada halaman berikut. Dalam
kurun waktu 1780 1820,. Dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi tuang,
kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok balok utama dari potongan
potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang batang atau kerangka
(truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada
jembatan jembatan suspensi sampai sekitar tahun 1840.

Setelah tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh
pertamanya yang penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales
yang dibangun pada 1846 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar gelagar
tubular yang membentang sepanjang 230 460 460 230 ft (70 140 140
70 m) dari pelat dan profil siku besi tempa.

Proses canai (rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat
besi tuang dan besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang batang
mulai dicanai pada skala industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai
sekitar 1820 dan diperluas sampai pada bentuk I menjelang tahun 1870-an.

Perkembangan proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada


konverter Bessemer (1870) serta tungku siemens-martin semakin memperluas
penggunaan produk produk besi sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890,
baja telah mengganti kedudukan besi tempa sebagai bahan bangunan logam yang
terutama. Dewasa ini (1990-an), baja telah memiliki tegangan leleh dari24 000
sampai dengan 100 000 pounds per square inch, psi (165 sampai 690 MPa), dan
telah tersedia untuk berbagai keperluan struktural.

2.2 Macam-macam Baja

Macam-macam baja terdiri dari baja karbon, baja paduan, baja khusus, dan
baja tempa atau baja cor.

2.2.1 Baja Karbon

Menurut Nasution, Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang


mengandung unsur bukan hanya besi (Fe) dengan persentase maksimum karbon
(C) 1,7 %, mangan (Mn)1,65 %, silikon (Si) 0,6 % dan tembaga (Cu) 0,6 %.
Karbon dan mangan adalah unsur utama untuk menaikkan kekuatan besi murni
(Nasution,T. 2011 :2). Presentasi baja karbon biasa ditentukan oleh presentasi
karbon dan mikro struktur. Mikro struktur pada baja dipengaruhi oleh perlakuan
panas dan komposisi baja. Karbon dengan campuran unsur lain dalam baja dapat
meningkatkan nilai kekerasan, tahan gores dan tahan suhu. Selain oleh karbon
sifat baja ditentukan oleh adanya unsur-unsur lain yang terpadu sepert mangan,
silisium, pospor dan belerang, yang umumnya berasal dari bahan-bahan seperti
pengoksid, bahan bakar dan lain-lain. Terkandungnya gas-gas seperti O2, N2, dan
H2 yang terjadi pada awal proses pembuatan baja, juga bisa mempengaruhi sifat
baja. Proses akhir pada proses produksi baja seperti pengerolan dan seterusnya
juga dapat mempengaruhi sifat baja.

Tabel sifat-sifat baja dapat dipengaruhi oleh campuran logam yang lain.
Campuran Pengaruh terhadap sifat-sifat baja

logam Menambah Mengurangi

Karbon (C) Kekokohan, kekerasan, sifat Titik lebur, keuletan,


pengerasan regangan sifat mengelas dan
menempa

Silisium (Si) Menambah elastisitas, kekokohan, Sifat mengelas


kekerasan dan daya tahan karat

Fosfor (P) Leburan encer Regangan dan daya kekuatan


pukul

Sulfur (S) Lebaran kental, serpihan mudah Daya kekuatan pukul


patah

Mangan Kekerasan, kekokohan, daya Sifat membuat serpih


(Mn) kekuatan pukul dan daya keausan

Nikel (Ni) Keuletan regangan, kekokohan, Pegangan oleh suhu tinggi


daya tahan karat, tahan listrik dan
suhu tinggi

Khrom (Cr) Kekerasan, kekokohan, daya Regangan


tahan karat, suhu tinggi dan
ketajaman

Varadium Daya tahan lama, kekerasan dan Daya tahan suhu tinggi
(V) keuletan

Molibdenium Kekerasan daya tahan lama Regangan dan sifat menempa


(Mo)

Kobalt (Co) Kekerasan, ketajaman Keuletan mengurangi daya


tahan suhu tinggi

Wolfram Kekerasan, kekokohan, daya Regangan


(W) tahan karat, suhu tinggi dan
ketajaman

Tabel 1. Sifat-sifat baja dapat dipengaruhi oleh campuran logam yang lain.

Baja karbon dibagi menjadi 3 jenis: baja karbon rendah, baja karbon sedang, baja
karbon tinggi.

2.2.1.1 Baja Karbon Rendah (low carbon steel)

Baja karbon rendah merupakan bukan baja yang keras karena kadar
karbonnya tidak cukup untuk membentuk struktur martensite. Baja karbon rendah
yaitu 0,05% - 0,30 %, sering disebut juga baja ringan (mild steel). Baja karbon
rendah sifatnya mudah ditempa dan mudah dibentuk dengan mesin.

Baja ini dapat dijadikan rangka mobil, pipa, rantai paku keeling sekrup dan
paku pada kadar karbon 0,05%-0,20%, sedangkan pada kadar karbon 0,20%-
0,30% dapat digunakan sebagai roda gigi, poros, baut,dll. Baja jenis karbon

rendah mempunyai sifat tidak terlalu keras, cukup kuat, ulet, mudah dibentuk dan
ditempa, tetapi karena kurangnya kadar karbon maka tidak dapat disepuh keras.

2.2.1.2 Baja Karbon Sedang ( Medium carbon steel)

Baja karbon sedang merupakan baja yang memiliki kandungan karbon


0,30%-0,60% lebih keras dibandimgkan dengan baja karbon rendah. Baja ini
memungkinkan dikeraskan sebagian dengan pegerjaan panas yang sesuai. Jenis
baja ini dapat dijadikan kabel, pin engkol, as roda pada kadar karbon 0,30%-
0,40%. Pada kadar karbon 0,40%-0,50% digunakan untuk as mobil, rel, boiler,
obeng. Pada kadar karbon 0,50%-0,6% digunakan sebagai palu, kereta luncur, dll.
Baja karbon sedang memiliki sifat sulit di bengkokkan, dilas, dan dipotong.

2.2.1.3 Baja Karbon Tinggi ( high carbon steel)

Baja karbon tinggi memiliki kandungan karrbon 0,60%-1,50%. Menurut


Sukma, Baja karbon tinggi ini sulit diberi perlakuan panas untuk meningkatkan
sifat kekerasannya, hal ini dikarenakan baja karbon tinggi memiliki jumlah
martensit yang cukup tinggi sehingga tidak akan memberikan hasil yang optimal
pada saat dilakukan proses pengerasan permukaan (Sukma, JA. 2012:12). Baja
karbon tinggi biasanya digunakan untuk alat potong seperti gergaji, pahat, kikir
dan lain sebagainya.

2.2.2 Baja Paduan

Menurut Indiyanto, baja paduan didefinisikan sbagai suatu baja yang


dicampur dengan satu atau lebih unsur campuran seperti nikel, kromium,
molibden, vanadium, mangan, dan wolfram yang berguna untuk memperoleh
sifat-sifat baja yang dikehendaki. ( Indiyanto,R. 2012:53). Paduan duat atau
lebuh pada unsure campuran akan menghasilkan sifat khas.

Baja paduan digunakan karena keterbatasan baja karbon saat waktu


dibutuhkan sifat-sifat khusus daripada baja, keterbatasan dari baja karbon adalah
reaksinya terhadap panas dan kondisinya.

2.2.2.1 Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi

Baja ini mempunyai sifat mekanis dan ketahanan korosi yang lebih baik bila
dibandingkan dengan baja paduan rendah biasa. Baja ini dibuat melalui
pengerasan baik dalam keadaan diannealing atau normalizing. Baja ini kadar
karbonnya rendah sehingga relatif lunak dan liat, sehingga mudah dalam
pembentukan dan pengelasan. Unsur-unsur seperti Si, Mn, Ni, Cr, Mo,
ditambahkan dalam baja ini. Sebagai unsur-unsur paduan (alloying element)
dengan jumlah total tidak lebih dari 5%. Unsur-unsur ini membentuk solid
solution dengan ferrite sehingga menambah kekuatan baja.

2.2.2.2 Baja Paduan Rendah Biasa

Biasanya baja ini mengandung paling sedikit 0,3% C, yang berarti mudah
untuk dikeraskan karena adanya unsur-unsur Ni, Cr, Mn, Mo, berarti baja ini
mempunyai sifat hardenability yang baik bila mana baja ini diannealing dan
distempering sampai kekuatan tertentu atau bilamana seluruh stuktur martensite,
maka baja ini mempunyai gejala yang menunjukkan sifat mekanis yang sama
dengan baja karbon biasa yang mengandung unsur C yang sama. Dalam ukuran-
ukuran baja yang besar, baja karbon tidak dapat dikeraskan secara sempurna,
sehingga unsur-unsur paduan diperlukan untuk sifat-sifat pengerasan yang lebih
baik, maka untuk baja dengan ukuran-ukuran besar. Alloy steel cocok untuk
memperolah kekuatan maksimum dengan proses heat treatment.

2.2.3 Baja Khusus

Menurut Murdanto, baja paduan khusus mempunyai unsur paduan yang


tinggi dan digunakan karena pemakaian-pemakaian khusus. Baja khusus itu
adalah baja tahan panas, tahan korosi, baja perkakas, dan baja listrik. (Murdanto,
P. 2016: 48). Unsur utama pada baja tahan karat adalah khrom, sebagai unsur
terpenting untuk memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Sifat tahan karat ini
sangat baik sekali pada kadar khrom di atas 11%.
Baja tahan karat terdiri atas tiga macam yaitu baja tahan karat teritis,
martensitis, dan austenitis yaitu menurut strukturnya. Tipe baja tahan karat ferit
dan martensitis adalah baja yang hanya mengandung khrom sedang, baja tahan
karat austenitis mengandung khrom antara 11,5-18% dan karbon antara 0,15-
1,2%. Baja tahan panas mempunyai sifat yang hampir sama dengan baja tahan
karat yaitu tahan terhadap korosi. Tetapi baja ini terutama harus tahan korosi pada
suhu lingkungan yang lebih tinggi atau tahan oksidasi.
Baja perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi
memegang peranan dalam industri-industri. Baja ini dipergunakan untuk alat-alat
pemotong, pembentuk, pengerol, dan yang lainnya.

Baja listrik atau baja silisium banyak dipakai dalam bidang elektronika.
Bila arus bolak-balik melalui suatu kumparan yang meliliti suatu batang besi
terjadilah medan magnit dalam batang besi tersebut.

2.2.4 Baja Tempa dan Baja Cor

Baja tempa disebut juga dengan baja aduk karena proses peleburannya
dilakukan didalam dapur aduk. Paduan dasarnya terdiri dari besi murni kurang
lebih 99%, karbon 0.02%-0,25% dan bercampur dengan unsure Si, Mn, P, S dan
sebagainya. Besi tempa memiliki sifat-sifat yang kenyal, keras, tahan karat, dan
mudah dilas. Besi tempa banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
rantai, rel kereta api dan peralatan yang tahan terhadap guncangan.

Baja cor adalah logam yang merupakan besi (Fe) degan karbon (C)
sebagia komposisi utama dan proses pembentukannya dengan cara pengecoran
yaitu cara pembentukan benda langsung diperoleh bentuknya melalui proses
penuangan pada cetakan. Ada beberapa cara pengecoran baja antara lain dengan
cetakan pasir, cetakan permanen, pengecoran sentrifugal, invesmen, dan
pengecoran kontinu.

2.3 Penggolongan Baja Menurut Macam, Kelas, Tingkat, dan Kwalitasnya.


Menurut Murdanto, baja digolongkan menjadi: a) Macam baja ditentukan
dari proses pembuatannya. b) Kelas baja ditentukan dari bentuk dan pemakaian
atau kegunaannya. c) Tingkat baja ditentukan oleh kadar karbon. d) Kwalitas baja
ditentukan oleh ketelitian dalam pembuatan komposisi baja. (Murdanto, P. 2016:
45-46). Macam baja ditentukan oleh cara pembuatannya. Biasanya di buat melalui
proses tanur perapian terbuka basa atau asam, tanur listrik basa atau asam, tanur
Bessemer, tanur Thomas, proses oksigen basa. Antara lain hasil tanur perapian
terbuka yaitu apa yang dinamakan baja yang dimatikan (balok baja atau ingot),
setengah dimatikan, dan baja rim.

Kelas baja ditentukan oleh bentuk dan pemakaian atau kegunaan. Baja ketel
digunakan untuk pembuatan ketel, baja tahan panas untuk peralatan tahan panas,
baja perkakas untuk alat pemotong baja, baja mesin untuk pembuatan bagian-
bagian mesin motor, baja konstruksi yang berbentuk profil dipakai untuk
jembatan dan bangunan, baja pegas, baja rel, baja pipa, kawat, pelat, baja keras,
dan baja-baja khusus.

Tingkat baja ditentukan oleh kadar karbon. Baja karbon biasanya terdapat
unsur paduan lainnya yang tidak memegang peranan penting dalam menentukan
sifat-sifatnya. Baja yang mengandung unsur karbon 0,3% termasuk dalam baja
karbon rendah. Baja yang mengandung unsur karbon antara 0,3%-0,6% termasuk
dalam baja karbon sedang. Sedangkan baja yang mengandung unsur karbon lebih
dari 0,6% termasuk dalam baja karbon tinggi. Baja selain dibedakan berdasarkan
unsur karbonnya baja juga dapat dibedakan berdasarkan strukturnya seperti, baja
hipereutectoid mengandung lebih dari 0,8% C. Baja hipereutectoid mengandung
kurang dari 0,8% C, dan baja eutectoid mengandung 0,8%C

Kwalitas baja ditentukan oleh ketelitian pengontrolan pada pada pembuatan


baja yaitu komposisi, butir kristal, kandungan unsur lain, dan sebagainya. Lebih
tinggi kualitas baja maka lebih tinggi harga baja tersebut.

2.4 Klasifikasi dan Standarisasi Baja

Menurut Murdanto, ada berbagai macam klasifikiasi dari baja paduan, diantaranya
adalah DIN (Deutsche Industrie Norm) Jerman, BS (British Standard) Inggris ,
ASTM (American Sosiety for Testing dan Materials) Amerika, SAE (Society of
Automotive Engineers) Amerika, AISI (American Iron and Steel Institute)
Amerika, dan JIS (Japan Industrial Standard). (Murdanto, P. 2016: 51).

Angka-angka pada klasifikasi baja menurut SAE dan AISI sebagian


menunjukan macam dan komposisinya. Angka pertama menunjukkan tipe baja,
umpamanya angka 1 menunjukkan baja karbon, 2 menunjukkan baja nikel, 3
menunjukkan baja nikel khrom, dan sebagainya. Untuk paduan sederhana angka
kedua menunjukkan sub-tipe atau prosentase kandungan unsur paduan utama,
umpamanya 0 (nol) menunjukkan unsur karbon yang utama. Tak ada unsur
paduan lain yang penting (baja karbon biasa), 1 menunjukkan unsur belerang yang
utama, 2 menunjukkan unsur pospor yang utama, 3 menunjukkan unsur mangan
yang utama, 4 menunjukkan unsur silikon yang utama, dan sebagainya. Dua
angka terakhir menunjukkan prosentase karbon rata-rata dalam 1/100%. Di depan
keempat tersebut ada huruf yang menyatakan proses pembuatan baja tersebut,
yaitu A adalah baja yang dibuat pada tanur perapian terbuka basa, B adalah baja
yang dibuat pada dapur konvertor (bessmeer) asam, C adalah baja yang dibuat
pada dapur konvertor (thomas) basa, D adalah baja yang dibuat pada baja yang
dibuat pada tanur perapian terbuka asam, dan E adalah baja yang dibuat pada
tanur listrik.

Selain itu dipakai huruf TS yaitu baja yang masih dalam penentuan pilihan.
Sebagai contoh C 1008 adalah tipe baja karbon dengan sub tipe baja karbon biasa
yang dibuat pada tanur konvertor basa yang mengandung rata rata 0,08% C. Ada
kalanya huruf B dan BV disisipkan yang menunjukkan golongan baja boron
contohnya 51 B 60 atau baja boron vanadium. TS 43 BV 12, TS 43 BV 14.

Tabel klasifikasi baja menurut SAW-AISI:


Macam Nomor

Baja Karbon: 1XXX

Baja Karbon Biasa 10XX

Baja Free Machining 11XX

Baja Mangan: 1.75% Mn. 13XX

: 1,65 Mn 15XX

Baja Nikel: 2XXX

3,5% Ni 23XX

5,0% Ni 25XX

Baja Nikel Khrom: 3XXX

1,25% Ni, 0.06% Cr 31XX

1,75% Ni, 1,00% Cr 32XX

3,50% Ni, 1,50% Cr 33XX

Baja Molibden: 4XXX

C, Mo 40XX

Cr, Mo 41XX

Cr, Ni, Mo 43XX

1,75% Ni, Mo 46XX

3,50% Ni, Mo 48XX


Baja Khrom: 5XXX

Cr rendah (0,5% Cr) 50XX

Cr medium (1,0% Cr) 51XX

Baja Khrom Vanadium: 6XXX

1% Cr 61XX

Baja Ni-Cr-Mo: -

0,30% Ni, 0,40% Cr, 0,12% Mo 81XX

0,55% Ni, 0,50% Cr, 0,25% Mo 87XX

3,25% Ni, 1,20% Cr, 0,12% Mo 93XX

Baja Silisium-Mangan: 9XXX

2% Si 92XX

Baja Boron: -

0,0005% B minimum 14BXX

Tabel 2. Klasifikasi baja menurut SAW-AISI

2.4.1 Menurut AISI (Americal Iron and Steel Institute) dan SAE (Society of
Automotive Engineers)
Baja menurut standarisasi AISI dan SAE merupakan spesifikasi dengan loxx
digunakan untuk paduan yang sangat minimal. Contoh baja AISI, SAE 1445, ini
berarti kandungan karbonnya adalah 0,4% dengan paduan uranium (0,4%-1,4%).
2.4.2 Menurut UNS (United Numbering System)
Baja menurut standar UNS hampir sama dengan standar AISI dan SAE,
hanya saja menggunakan huruf di depan ditambah lima digit untuk jenis tambahan
lainnya misalnya baja AISI, SAE A 0,70% UNS menjadi G41070 di mana
awalnya G untuk baja karbon paduan rendah.

2.3.3 Sistem Penomoran AISI, SAE, dan UNS


Awalnya AISI (The American Iron & Steel Institue) memiliki standard
yang diterima luas di Amerika Serikat dan negara lainnya. Tetapi standard AISI
tidak mencakup semua jenis logam/metal, dan tidak begitu informatif megenai
properties beberapa logam. Kemudian dua organisasi Standard Amerika, ASTM
(American Society For Testing & Metal) dan SAE (Society of Automotive
Engineers) mengembangkan sebuah standard untuk logam yaitu UNS (The
Unified Numbering System).

1) AISI/SAE (Steel Designation System)

SAE (Society of Automotive Engineers) menetapkan standard baja yaitu SAE


steel grades. Ini terdiri dari empat digit yang menjadi repsrenstasi komposisi
kimia. AISI memakai standard dengan system penomoran yang sama dengan
SAE, namun menambahkan huruf untuk menujukan proses pembuatan baja.
Sebagai contoh prefix C untuk open hearth furnace, basic oxygen furnace
(BOF) dan E untuk electric arc furnace.

Sistem penomoran AISI/SAE:

Gambar 1. Digit Penomoran AISI/SAE.

Dua digit pertama menggambarkan tipe material, yaitu element utama


pada digit pertama dan secondary element pada digit kedua. Dua digit terakhir
adalah kandungan element karbon yang dinyatakan dalam seperseratus persen.

Contoh 1060, artinya 1 untuk baja karbon (carbon steel), 0 untuk


menunjukan plain (tidak ditambahkan sulfur dan phospor). Dua digit terakhir
yaitu 60 adalah kandungan karbon sebesar 0,60 %.
AISI/SAE Tipe

1XXX Carbon steels

2XXX Nickel steels

3XXX Nickel-chromium steels

4XXX Molybdenum steels

5XXX Chromium steels

6XXX Chromium-vanadium steels

7XXX Tungsten steels

8XXX Nickel-chromium-vanadium steels

9XXX Silicon-manganese steels

Tabel 3. Sistem penomoran AISI/SAE

Untuk baja karbon, digit kedua adalah:

10XX 0 menunjukan plain carbon


11XX 1 menunjukan resulfurized (ditambahkan sulfur)
12XX 2 menunjukan resulfurized dan rephosporized (ditambahkan sulfur dan
phosphor)
2) UNS (Designation System)
Bila pada AISI/SAE system penomoran terdiri dari 4 digit, UNS
mengunakan 6 digit untuk menggambarkan logam baik dari komposisi kimia,
proses manufaktur, dan perlakuan panas. Digit pertama terdiri dari huruf
menunjukan jenis logam, yaitu:
UNS Symbol Tipe

AXXXXX A untuk aluminum

CXXXXX C untuk copper dan copper alloy

FXXXXX F untuk cast iron (besi cor)

GXXXXX G untuk baja karbon

NXXXXX N untuk nickel dan nickel alloyssss

SXXXXX S untuk stainlles stell

WXXXXX W untuk welding filler material

ZXXXXX Z untuk zinck dan zinck alloy

Tabel 4. Sistem penomoran UNS

Digit kedua sampai digit kelima adalah adaptasi dari sistem penomoran
AISI/SAE. Sedangkan digit terakhir sebagai informasi tambahan untuk proses
perlakuan panas, contohnya seperti tempering, atau proses manufaktur.

2.5 Pemakaian dan Pengaplikasian Baja


Menurut Murdanto, baja yang paling umum dibuat adalah baja karbon.
Untuk memperoleh baja-baja yang khusus yang mempunyai sifat-sifat tertentu
yang diinginkan maka unsur-unsur lain dipadukan ke dalam baja, hal ini akan
memberikan sifat-sifat yang lebih baik pada baja. (Murdanto, P. 2016: 53). Sebab
itulah, baja paduan menjadi lebih mahal karena memerlukan proses-proses yang
khusus.
Baja berdasarkan pemakaiannya dalam teknik, dapat di klasifikasikan dalam
dua kelompok yaitu: baja kontruksi dan baja perkakas. Dari kedua kelompok
tersebut masih digolongkan dalam 3 macam yaitu:
1) Baja yang tidak dipadu, yaitu baja yang mengandung 0.06 s/d 1.5%C dan
dengan sedikit mangan (Mn), silium (Si), phosphor (P), dan belerang (S).
2) Baja paduan rendah, yaitu mengandung 0,06 s/d 1,5%C dan ditambah dengan
bahan paduan maximum 5% (kurang dari 5%).
3) Baja paduan tinggi yaitu baja yang mengandung 0,03 s/d 2,02%C dan
ditambah dengan bahan paduan lebih dari 5% bahan paduan.

Baja kontruksi banyak dipergunakan untuk keperluan kontruksi-kontruksi


bangunan dan pembuatan bagian-bagian mesin, diantaranya:
1) Baja karbon, 2) Baja kualitas tinggi, 3) Baja spesial.

Dalam pemilihan baja yang ekonomis baja karbon dapat diambil sebagai
bahan pilihan pertama, selama memenuhi persyaratan penggunaan. Baja karbon
rendah diperdagangkan dalam bentuk plat, strip, batang atau profil. Baja plat
untuk bahan kendaraan biasannya mengandung 0,05%C. Baja untuk kontruksi
jembatan, bangunan dan lain-lain mengandung 0,15-0,025%C. Baut dan paku
keling dari kontruksi tersebut dan SAE 1020 dan 1035 baja treemachining
adalah baja yang mudah di mesin karena pengaruh kelebihan belerang dan Pb.

Baja karbon medium dipakai untuk bahan alat-alat dan bagian-bagian mesin,
diantaranya: baut, poros, engkol, batang torak, poros terbuat dari C1040
sedangkan roda gigi yang mengandung 0,55-0,83%. Baja karbon tinggi C1095
banyak dipakai untuk pegas, dan perkakas pahat, baut, palu, dan gergaji. Sedang
kikir, gergaji, pisau cukur, dan peluru-peluru terbuat dari baja dengan kadar
karbon yang lebih tinggi 1-1,5%C.

Anda mungkin juga menyukai