Advokasi 2
Advokasi 2
Advokasi 2
077
Ind
m
ADVOKASI
Perubahan yang sangat cepat dalam sektor kesehatan dan sektor lain serta
lingkungan nasional/global, memerlukan pola pikir, rencana dan pemimpinan yang
strategis, yang mampu melakukan berbagai penyesuaian dalam mencapai tujuan-
tujuan pembangunan kesehatan yang sudah disepakati.
Modul Advocacy ini tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari berbagai unit
terkait dilingkungan Departemen Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Tim
TRT Pusat, Tim Konsultan 3579 dan Tim Penyusun. Pada kesempatan ini saya
menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penyusunan Modul dan Pedoman ini, dan Sekretaris Eksekutif Proyek DHS-1
yang secara sistematis memfasilitasi mengembangkan draft revisi modul,
mendiskusikannya dengan banyak fihak dan melakukan uji coba dan pelatihan
serta bimbingan kepada daerah.
i
DHS-1 MODUL ADVOKASI
KATA SAMBUTAN
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
Module Pelatihan untuk meningkakan kapasitas petugas kesehatan dalam melaksanakan
proses desentralisasi yang telah mengalami beberapa kali penyesuaian dapat diselesaikan.
Modul Pelatihan dan Pedoman ini tersusun berkat kerjasama dan dukungan dari Direktorat
Jenderal P2M-PL, Direktorat Kesehatan Ibu, Direktorat Kesehatan Anak, Biro Perencanaan,
Pusat Data dan Informasi Kesehatan, Tim TRT Pusat, Tim Konsultan 3579, para Pihak
Ketiga yang ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan dan Sekretaris Eksekutif Proyek
DHS-1 yang telah memfasilitasi penyusunan pedoman dan modul tersebut diatas. Dalam
kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan Modul dan Pedoman ini.
Kami menyadari bahwa modul pelatihan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, kami berharap Modul dan
Pedoman ini bermanfaat bukan saja bagi daerah, akan tetapi juga bagi tingkat Provinsi
dan Pusat serta siapa saja yang berkepentingan dengan Pengembangan dan Penguatan
Sistem Pelayanan Kesehatan dalam konteks Desentralisasi.
ii
DHS-1 MODUL ADVOKASI
iii
DHS-1 MODUL ADVOKASI
DAFTAR ISI
I. DESKRIPSI SINGKAT.......................................................................... 1
LAMPIRAN - LAMPIRAN :
LEMBAR KERJA FASILITATOR .................................................................. 1-11
LEMBAR KERJA PESERTA ........................................................................ 1-8
LEMBAR SOAL TEST .................................................................................. 1-5
iv
DHS-1 MODUL ADVOKASI
I. DESKRIPSI SINGKAT
1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
III. POKOK BAHASAN dan SUB POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas beberapa pokok bahasan dan sub pokok
bahasan sebagai berikut :
b. Advokator
2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
h. Peserta dibagi dalam kelompok baru. Satu kelompok pengamat dan satu
kelompok pemeran. Seluruh peserta diberi kasus dan skenario role play.
Kelompok pengamat diberikan tambahan lembar pengamatan (lihat Lembar
Kerja). Bahan diberikan untuk dipelajari selama 15 menit.
i. Peserta mendemonstrasikan tatacara advokasi sesuai peran masing-
masing dalam skenario role play. Waktu 45 menit.
j. Rekam kegiatan role play
k. Lakukan refleksi dengan memutar ulang rekaman dan penyampaian hasil
pengamatan sesuai dengan format. Waktu 60 menit.
l. Tutup acara dengan umpan balik yang dipimpin oleh fasilitator dan dicatat
pada lembar flipchart. Waktu 15 menit.
Pokok Bahasan 1 :
Ruang Lingkup Advokasi Kesehatan
3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Apakah beda masing-masing istilah tersebut? Dengan memperhatikan
praktik advokasi di Indonesia, apakah yang dimaksud dengan advokasi
sesungguhnya?
Isu kesehatan mencakup dimensi yang luas dan harus didekati secara
praktis dengan mengkaitkan pada program strategis. Advokasi kesehatan
dalam kaitannya dengan era desentralisasi menjadi pendekatan praktis
terpilih.
4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Keempat, kesenjangan persepsi mengenai kesehatan itu sendiri. Sudut
pandang di antara stakeholder kesehatan berbeda-beda. (1). Ada yang
memahami kesehatan dari empati dan kesetiakawanan kepada kelompok-
kelompok masyarakat yang dirugikan oleh kebijakan pemerintah untuk
kepentingan publik; selanjutnya (2) alasan pribadi yang mengemuka ketika
diri sendiri terlibat langsung sebagai pihak yang dirugikan (korban); (3)
alasan praktis merupakan alasan yang diajukan pada saat advokasi telah
menjadi program organisasi, lembaga atau donor yang harus dilaksanakan;
(4) alasan lain merupakan alasan yang tidak selalu dapat diterima, karena
hanya terbawa oleh trend.
5
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Bagaimana menetapkan tujuan advokasi? Unsur apa saja yang harus
terdapat di dalam tujuan tersebut?
Mari, kita melatih diri sendiri membuat satu tujuan advokasi kesehatan!
Diawali dengan analisis situasi, meliputi situasi saat ini, faktor-faktor yang
ada kaitannya, kebijakan masa sekarang dan sebelumnya, refleksi upaya
yang sudah dilakukan, serta evaluasi keberhasilan dan ketidakberhasilan.
Bertolak dari analisis situasi tersebut, isu advokasi dapat ditetapkan. Jika
terdapat beberapa isu, pemilihan dilakukan dengan membuat prioritas
dan mengurutkan mulai dari tingkat prioritas tertinggi. Perkiraan akan
kecenderungan masa depan melengkapi analisis masalah ini. Kemudian,
disusunlah 'positioning' yang bersifat sementara sebelum merumuskan
stakeholders interest.
a. Filosofi advokasi
Melakukan advokasi bukan mempersoalkan menang kalah atau benar
salah. Ada hal lain yang lebih mendasar dalam mempengaruhi
perubahan kebijakan agar menjadi lebih baik.
Dalam kegiatan advokasi, seorang advokator harus mempertahankan
arah (fokus) isu pada tataran filosofi advokasi, yaitu bahwa: (1) Advokasi
diperlukan untuk mempromosikan agenda yang berisi jaminan
'kesehatan adalah hak asasi manusia'; yaitu masyarakat dapat
memperoleh akses untuk hak dan kesamaan sebagai konsumen
layanan kesehatan dan selaku warga Negara; (2) advokasi diperlukan
untuk meyakinkan penentu kebijakan dan lembaga Internasional untuk
mengadopsi kebijakan kesehatan dengan berorientasi kepada
'kesehatan adalah investasi'. Intinya bahwa kesehatan merupakan
pintu gerbang untuk akselarasi pembangunan, karena pada dasarnya
pembangunan adalah untuk dan oleh manusia.
6
DHS-1 MODUL ADVOKASI
b. Landasan normatif advokasi
Pada tataran operasional, isu secara normatif berlandaskan pada (1)
allocation (alokasi anggaran cukup/memadai); (2) Pemerataan
(ekuitas) pembangunan kesehatan bagi setiap kelompok masyarakat
(terutama kelompok vulnerable/ lemah, balita); (3) Efisiensi, yaitu
menggunakan sumberdaya kesehatan secara efisien (misalnya
penggunaan anggaran secara tepat guna); dan (4) Demokratisasi,
yakni mengarahkan pembangunan kesehatan lebih demokratis dengan
mendorong peran kemitraan di lapis bawah. Misalnya, mendudukkan
wakil dari masyarakat pada governing board di Rumah Sakit.
1. Pemerintah
2. Swasta
3. Masyarakat
Legislator (DPRD)
Pemerintah dengan peran gandanya yaitu sebagai regulator (sektor
pemerintah yang menetapkan, membuat dan mengeluarkan peraturan
dan ketentuan tentang pengelolaan sektor tersebut), juga sebagai
operator (sektor pemerintah yang mengelola dan mengoperasikan
7
DHS-1 MODUL ADVOKASI
kegiatan. Ditinjau dari jenisnya: BUMN/BUMD, swasta yaitu RS Swasta,
Poliklinik Swasta, dan instansi pemerintah yang memberikan layanan
seperti RSUD, Puskesmas,)
Private/ swasta (modern maupun tradisional)
Consumer (sektoral maupun non sektoral, bisa terdiri dari LSM/Lembaga
Swadaya Masyarakat, Tokoh masyarakat, warga masyarakat)
Payer (asuransi seperti PT. ASKES, PT. JAMSOSTEK, pemasok)
Hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah memperhatikan tata nilai (ideologis)
yang dianut stakeholders, seperti: spiritual, relijius, adat istiadat, demokrasi,
liberalisme, kemerdekaan dan kebebasan, dsb.
Membangun sikap
Membangun komitmen
8
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Perhatikan hal berikut ini dalam menyusun tujuan advokasi.
9
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Contoh 1.
Apakah tepat menanganani isu ini dengan advokasi di atas? Berapa lama
waktu yang dibutuhkan hingga tujuan tercapai?
10
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Contoh 2.
Komitmen lain yang dapat dihasilkan melalui advokasi pada isu ini adalah
disusunnya PERDA bebas rokok dengan mengenakan denda bagi perokok
yang tidak mengikuti aturan. Denda tersebut diperuntukkan pemulihan
kesehatan masyarakat dan perbaikan gizi balita.
11
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Langkah 4. Penyusunan rencana dan persiapan kegiatan advokasi
Anekdot
Ambil saja isu pada contoh 2 di atas, bagaimana jika yang melakukan
advokasi adalah kelompok non kesehatan dan dari komunitas
perokok?
12
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Langkah 5. Monitoring dan Evaluasi
13
DHS-1 MODUL ADVOKASI
b. Format Evaluasi Dampak dan Manfaat
Tujuan Dampak/ Indikator Uji verifikasi Prasyarat
advokasi manfaat Keberhasilan
Tujuan yang Manfaat Petunjuk yang Cara untuk Suatu keadaan yang
telah ditetapkan dilakukannya meyakinkan memperoleh menjadi prasyarat
pada awal program tentang bukti terlaksananya
kegiatan advokasi pencapaian kegiatan yang telah
advokasi obyektif direncanakan
14
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Pokok Bahasan 2 :
Advokator
Siapakah yang disebut Advokator? Apakah advokator harus seorang ahli hukum?
Jika bukan, apa sajakah kriterianya ?
1. Tenaga terlatih dan berpengalaman dalam bekerja secara kemitraan untuk suatu
institusi dengan tujuan membangun kepercayaan diri institusi bersangkutan.
2. Pendengar yang baik dan komunikator terampil.
3. Seorang yang menawarkan dukungan praktis dan juga sebagai sumber informasi
4. Seorang yang berupaya memberikan kepercayaan yang memadai kepada sebuah
institusi agar dapat berbicara atas namanya sendiri, tetapi dapat juga (jika diminta
oleh institusi tersebut) berbicara atas nama institusi.
15
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Pokok Bahasan 3 :
Prinsip, Strategi, Tata Cara dan Media Advokasi
1. Prinsip Advokasi
a. Evidence Based
Advokasi harus didasarkan pada data atau kenyataan yang valid. Analisis
situasi dalam masalah kesehatan didasarkan pada data yang bersumber
dari laporan fasilitas, analisis data dan hasil-hasil survei.
b. Manfaat
Advokasi harus memberikan manfaat bagi stakeholders, untuk memberikan
motivasi kepada mereka. Caranya, dengan menyampaikan pengalaman
atau cerita sukses mengenai diperolehnya manfaat ketika rencana
diwujudkan.
c. Transparan
Proses kegiatan advokasi harus bisa dipantau, dilihat dan diketahui oleh
semua pihak. Tidak ada yang disembunyikan.
d. Akuntabel
Kegiatan advokasi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
2. Strategi Advokasi
16
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Jawab kesembilan kunci pertanyaan berikut untuk memperoleh strategi advokasi
efektif :
Contoh :
Berkenaan dengan komitmen anggaran. Seperti apakah bentuk komitmen
yang diberikan? Apakah diperlukan PERDA baru? Apakah sebaiknya dilakukan
penghapusan PERDA yang menghambat? Dan sebagainya
17
DHS-1 MODUL ADVOKASI
d. PEMBAWA PESAN: Mereka ingin mendengarkan hal itu dari siapa?
Pesan yang sama akan mempunyai dampak yang sangat berbeda tergantung
kepada siapa yang mengkomunikasikannya.
Siapakah pembawa pesan yang paling kredibel untuk audiens yang berbeda?
Dalam beberapa kasus, pembawa pesan ini ahli di bidang yang sangat
teknis. Pada kasus lainnya, diperlukan seseorang yang menyuarakan hal
yang sesungguhnya dan nyata berdasarkan pengalaman pribadi.
Apa yang dibutuhkan untuk melengkapi pembawa pesan ini, baik dalam hal
informasi dan untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai advokator?
Banyak cara untuk menyampaikan pesan advokasi. Mulai dari melobi hingga
tindakan langsung yang merupakan variasi paling efektif dari dari situasi ke
situasi. Kuncinya, menilai dan mengaplikasikannya dengan tepat, serta
menggabungkan kesemuanya dalam ramuan yang mampu memenangkan
advokasi.
Untuk itu, materi advokasi harus terfokus pada isu yang dianggap paling
penting. Isu atau tema advokasi tersebut dari tahun ke tahun tidak selalu
sama, misalnya: pada tahun ini difokuskan pada (a) dukungan DPRD dan
Pemda terhadap usulan program, dan tahun berikutnya pada (b) dukungan
adanya peraturan yang sangat penting agar rencana program yang telah
disusun dapat dilaksanakan dengan baik, kemudian pada (c) dukungan untuk
pengadaan SDM kesehatan dengan anggaran daerah, selanjutnya pada (d)
dukungan untuk meningkatkan alokasi terhadap kegiatan promotif dan preventif,
(e) dan seterusnya.
18
DHS-1 MODUL ADVOKASI
f. SUMBER: Apa yang telah didapat?
Perlu dicatat bahwa sejak awal lakukan upaya untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat. Hal ini akan lebih efektif jika dilakukan dari dan oleh masyarakat
yang memiliki ikatan kekerabatan sosial tinggi.
19
DHS-1 MODUL ADVOKASI
i. EVALUASI: Bagaimana mengatakannya jika hal itu berhasil?
Sebagaimana suatu perjalanan panjang, program harus diperiksa di sepanjang
perjalanan. Strategi perlu dievaluasi dengan meninjau ulang setiap pertanyaan
di atas (misalnya apakah advokasi ditujukan kepada audiens yang tepat,
apakah advokasi telah mencapai mereka, dsb.). Sangatlah penting untuk
dapat melakukan koreksi di tengah program dan tidak menggunakan elemen
strategi yang tidak tepat ketika dipraktikkan.
3. Tata Cara Advokasi
a. Teknik dan kiat
Terdapat beberapa cara dalam melakukan advokasi melalui teknik yang
ditawarkan berikut kiatnya di bawah ini :
Lobi
Lobi banyak digunakan untuk mengadvokasi pembuat kebijakan publik
atau pejabat publik dalam bentuk bincang-bincang (pendekatan). Yang
diperlukan dalam melobi yaitu data dan argumen yang kuat untuk
menyakinkan si pejabat bahwa betapa seriusnya permasalahan/isu yang
dihadapi dan betapa pentingnya peranan si pejabat. Aktivitas lobi biasanya
berhubungan dengan program, undang-undang atau isu-isu tertentu.
Apakah hal yang sebaiknya dilakukan dan apa yang harus dihindari
dalam melobi?
Melobi bisa langsung (pertemuan pribadi, percakapan lewat telepon,
surat tertulis pribadi, surat terbuka/massal, email dan pernyataan) atau
tidak langsung (kampanye).
Kiat dalam melobi :
F Nalar yang memikat. Menyampaikan hal-hal yang secara umum
ideal dan bisa diterima berkaitan dengan pandangan/isu yang kita
perjuangkan.
F Ingatkan ideologi mereka. Menyampaikan hal-hal yang sesuai dengan
idealisme orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan
pandangan/isu yang kita perjuangkan.
F Katakan yang benar. Selalu menjaga diri untuk berkata jujur (sekali
diketahui tidak jujur, maka di lain kesempatan kepercayaan tidak
akan didapat lagi).
F Kaitkan dengan minat pribadi. Menyampaikan hal-hal yang sesuai
dengan kepentingan orang yang sedang kita lobi berkaitan dengan
pandangan/isu yang kita perjuangkan.
20
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lima hal berikut ini perlu dipegang teguh dalam melobi :
21
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Bagaimana melangsungkan suatu presentasi efektif?
Debat
22
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Contoh topik :
o Mengurangi subsidi BBM: kenaikan harga BBM tidak bisa
ditunda
o Bantuan militer asing di daerah bencana tsunami dibatasi
hingga 3 bulan saja sejak kedatangannya.
Untuk berpartisipasi dalam debat, ada dua hal yang harus dikuasai:
o Mentaati prinsip debat: logis, berbasis eviden, singkat, dsb
o Topik terkini
Negosiasi
F Jangan bereaksi
F Dengarkan dan nyatakan
F Rekam dan susun apa yang mereka katakan dalam alur pikir ke
arah pemecahan masalah
F Tetaplah kukuh tanpa meremehkan keinginan orang lain/kelompok
F Pecahkan masalah
Dialog
23
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Petisi-resolusi
24
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Santun, namun tegas dan percaya diri.
4. Advokasi Media
Berikut ini, beberapa pertanyaan yang perlu dijawab secara jelas, singkat
dan dengan cara meyakinkan sebelum berbicara dengan media.
Harus jelas tentang siapa audiens dari media yang dipakai dan apa yang
akan dicapai - kesadaran publik, pendapat publik, pemberian tekanan kepada
pembuat hukum, atau mempromosikan organisasi. Penggunaan media akan
sangat berbeda untuk masing-masing tujuan dan sasaran tersebut.
25
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Semua media ditujukan untuk mengkomunikasikan pesan, yang diharapkan
efektif. Pertama, pesan harus menarik minat audiens. Kemudian "kerangkai"
pesan/isu yang menempatkan posisi secara jelas.
Ada beberapa cara untuk bekerja sama dengan pers untuk mempublikasikan
isu advokasi, antara lain :
Berbicara kepada media melalui telepon atau temu muka
Bina hubungan dengan wartawan setempat
Tulis surat pembaca
Ikuti pertemuan dewan editorial
Daftarkan diri sebagai editorial tamu
Selenggarakan konferensi pers
Buat pernyataan pers (Press release)
Hubungi acara bincang-bincang di radio
Merancang pesan
Buat agar pesan mengandung berita
Berikut ini kiat-kiat dan catatan yang dapat dipertimbangkan ketika menggunakan
media untuk advokasi :
Membuat isu menarik bagi media
Isu yang disampaikan akan bersaing dengan berbagai kejadian pada hari
yang sama. Cara membuat isu agar menarik bagi media yaitu dengan
memfokuskan pada berita yang baru, manusiawi, menciptakan konflik,
kontroversial dan sensasional, jika bisa lebih baik lagi bila keempat hal
tersebut ada. Hubungan yang solid dengan wartawan akan sangat memberi
pengaruh baik.
Surat pembaca dan editorial tamu
26
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Tetaplah pada 'pesan`.
Sesudah memberi kerangka pada isu, berlatihlah agar tidak bergeser dari
pesan awal. Artinya, setiap saat harus kembali pada isu, solusi, dan orang
yang diharapkan akan mengambil tindakan. Menggunakan bahasa yang
sama setiap kali akan terasa membosankan, tetapi hal ini merupakan
cara untuk membangun pesan yang konsisten agar tujuan tercapai. Apalagi
jika pesannya jelas dan mudah diingat.
Berlatih
Latih untuk membaca pesan dengan lantang di depan cermin, atau lebih
baik di depan teman atau anggota keluarga. Gantilah kata-kata yang sulit
diucapkan. Lakukan perubahan pesan seperlunya hingga rekan-rekan
mengerti apa yang diinginkan dan mengapa. Jika memungkinkan minta
seseorang beraksi seperti seorang wartawan yang memberikan pertanyaan
berat dan 'keras'.
Penutup
Apa yang diharapkan muncul dalam modul ini, tetapi tidak tersedia?
27
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Referensi :
e. Pekerti, Rudy dkk, modul Training of Trainers: Advokasi suatu strategi untuk
mendukung Pembangunan Berwawasan Kesehatan di daerah, Decentralized
Health Services (DHS I) Sekretariat Jenderal Depkes RI.
h. The Democracy Center - Citizen Action Series Excerpts from The Democracy
Owners Manual,Media Advocacy, downloaded from http://www.democracyctr.
org/by Rinni Yudhi Pratiwi on January 19, 2005.
28
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA FASILITATOR
ADVOKASI KESEHATAN
1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 1. APERSEPSI
2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 2.
TUJUAN PEMBELAJARAN
3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 3.
2. Advokator
a. Prinsip advokasi
b. Strategi advokasi
c. Tatacara advokasi
d. Advokasi media
4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 3.
BAHAN BELAJAR
5
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 3.
METODE :
- Ceramah singkat
- Curah pendapat
- Penugasan
- Simulasi
- Demonstrasi
6
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lembar Kasus
Ketiga wilayah itu berada di dataran rendah dan di sekelilingnya banyak parit.
Karena itu, pada saat hujan wilayah tersebut selalu digenangi air dan kondisiya
kumuh karena padat penduduk.
7
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmanya, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota
Depok, dan Kota Bogor.
Dia menyebutkan, Kota Bogor, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Majalengka
temasuk daerah yang paling banyak korbannya. Korban tewas di masing-masing
daerah tersebut sebanyak empat orang.
8
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 6.
Kelompok 1
Kelompok 2
Apa saja kegiatan yang dilakukan dan oleh siapa saja dalam
kasus tersebut?
Kelompok 3
9
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 6.
Topik
Wabah DBD dan diare terjadi secara bersamaan. Setelah pengasapan,
korban DBD masih berjatuhan. Sementara korban diare terus bertambah
sehingga Rumah Sakit maupun Puskesmas kebanjiran pasien.
Skenario
Departemen Kesehatan dan seluruh jajarannya telah mengambil berbagai
langkah, demikian juga Dinas Kesehatan setempat. Masyarakat semakin
panik, dan minta kepada lurah, ketua RT, lingkungan untuk mengambil
tindakan. Jajaran Pemda tak kurang melakukan berbagai aksi. Pihak
akademisi merasa terusik dengan kejadian ini dan turut serta berpartisipasi
untuk mencari solusi.
Soal
Apakah penanganan wabah tersebut akan berhasil dengan pembebasan
biaya perawatan atau pengobatan bagi pasien-pasien DBD dan diare?
Apakah pengasapan dan perawatan menyelesaikan masalah wabah
tersebut? Apa sebaiknya yang harus dilakukan? Tak pelak lagi, untuk
menangani keadaan tersebut oleh masing-masing pihak diperlukan cara
yang tepat.
10
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR PENGAMATAN.
11
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA PESERTA
ADVOKASI KESEHATAN
1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
HARAPAN
1. ......................................................
2. ......................................................
3. ......................................................
4. ......................................................
Selain itu, saya memiliki pengalaman, informasi dan ketrampilan teknis yang boleh
saya bagikan kepada rekan-rekan peserta, yaitu:
1. ......................................................
2. ......................................................
3. ......................................................
4. ......................................................
2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 1. APERSEPSI
3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KASUS
Ketiga wilayah itu berada di dataran rendah dan di sekelilingnya banyak parit.
Karena itu, pada saat hujan wilayah tersebut selalu digenangi air dan kondisiya
kumuh karena padat penduduk.
Sedangkan jumlah penderita DB di Jawa Barat (Jabar) sejak awal Januari hingga
kemarin tercatat mencapai 485 orang, dan 30 di antaranya meninggal dunia.
Penderita lainnya masih dirawat di beberapa RS, antara lain RS Hasan Sadikin,
RS Al-Islam, dan RS Umum Cibabat, Cimahi.
4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Dinkes Jabar Udeng
Damam, kemarin, mengatakan di wilayahnya ada 13 daerah yang termasuk paling
parah terkena wabah mematikan ini. Di antaranya Kabupaten Subang, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Tasikmanya, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kota Bogor.
"Korban meninggal terbanyak berasal dari Kota Bogor, Kabupaten Subang, dan
Kabupaten Majalengka. Sedangkan sisanya dari Kabupaten Indramayu, Ka-
bupaten Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Depok, Kabupaten
Sumedang, dan Kota Cimahi," kata Udeng.
Kepala Dinkes Provinsi Sulsel Basir Palu saat dihubungi kemarin, mengatakan
kasus DB terjadi di 28 kabupaten dan kota. Dari 300 kasus, yang terbanyak berada
di lima wilayah, masing-masing Kabupaten Gowa, Kabupaten Sinjai, Kabupaten
Wajo, Kabupaten
Barru dan Kota Makassar.
Menurutnya, meski wabah tersebut telah merenggut enam orang, namun hal itu
belum bisa digolongkan kejadian luar biasa (KLB), melainkan dalam kategori
endemis tinggi.
Dia juga menyatakan tidak tinggal diam menghadapi wabah ini. Sejak 3 Januari
lalu pihaknya telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh rumah sakit untuk
membuka posko KLB guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan
jumlah kasus.
(SS/EM/SG/SR/SV/N-2)
5
DHS-1 MODUL ADVOKASI
LEMBAR KERJA 2.
Kelompok 1
Kelompok 2
Apa saja kegiatan yang dilakukan dan oleh siapa saja dalam
kasus tersebut?
Kelompok 3
6
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lembar skenario untuk kelompok pemeran dan pengamat
Topik
Wabah DBD dan diare terjadi secara bersamaan. Setelah pengasapan,
korban DBD masih berjatuhan. Sementara korban diare terus bertambah
sehingga Rumah Sakit maupun Puskesmas kebanjiran pasien.
Skenario
Departemen Kesehatan dan seluruh jajarannya telah mengambil berbagai
langkah, demikian juga Dinas Kesehatan setempat. Masyarakat semakin
panik, dan minta kepada lurah, ketua RT, lingkungan untuk mengambil
tindakan. Jajaran Pemda tak kurang melakukan berbagai aksi. Pihak
akademisi merasa terusik dengan kejadian ini dan turut serta berpartisipasi
untuk mencari solusi.
Soal
Apakah penanganan wabah tersebut akan berhasil dengan pembebasan
biaya perawatan atau pengobatan bagi pasien-pasien DBD dan diare?
Apakah pengasapan dan perawatan menyelesaikan masalah wabah
tersebut? Apa sebaiknya yang harus dilakukan? Tak pelak lagi, untuk
menangani keadaan tersebut oleh masing-masing pihak diperlukan cara
yang tepat.
7
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Lembar pengamatan untuk kelompok pengamat
1. Apa saja unsur yang kebijakan publik berubah dan tidak berubah?
2. Bagaimana proses perubahan kebijakan public berlangsung? Siapa yang
mendesakkan? Cara apa yang digunakan?
3. Bagaimana aksi advokator? Apakah memenuhi kriteria dan kompetensi
yang ditetapkan?
4. Apakah masukan bagi tim pemeran?
8
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Soal test
Jawaban 1.
Secara historis, advokasi pernah tidak dapat ditolerir oleh pihak penguasa. Pada
masa Orde Baru, advokasi dikonotasikan sebagai upaya makar terhadap pemerintah.
Sementara di pihak lain, advokator di masa itu menganggap bahwa kegiatan advokasi
adalah upaya yang mengarah kepada kegiatan revolusioner mengubah sistem sosial,
politik dan ekonomi. Untuk terjadinya perubahan radikal itu dibutuhkan semangat
perlawanan, dan keberanian. Sehingga, pihak yang diadvokasi berupaya sebaliknya
dengan menolak aliansi yang ditawarkan advokator untuk pengintegrasian program-
program. Jika kemudian advokasi menjadi urusan organisasi yang berkaitan dengan
hukum, tentu dapat dipahami alasannya.
Dari segi bahasa, advokasi berasal dari bahasa Inggris yaitu advocacy yang artinya
dukungan, perlindungan, bantuan atau dorongan. Sedangkan to advocate adalah
memberikan support (dukungan), memberikan perlindungan, dan mempromosikan.
Dalam kamus bahasa Indonesia yang ditemukan istilah advokat dan mempunyai
arti pengacara, atau pejabat hukum yang memberikan pembelaan. Advokasi menjadi
kosa kata baru dalam bahasa Indonesia sesuai dengan perkembangan kebutuhannya.
Beberapa istilah yang mendekati makna advokasi di Indonesia adalah menghimbau
(persuading), mempengaruhi (influencing), menekan (pressuring), mengancam
(threatening) atau negosiasi/tawar menawar (bargaining).
Jawaban 2
Menghimbau (persuading)
Proses yang sangat halus untuk mempengaruhi pihak lain agar mengikuti satu pihak.
Dalam proses tersebut tidak digunakan mekanisme insentif atau disinsentif.
Mempengaruhi (influencing)
Lebih kuat dari persuasi dan menggunakan insentif yang lebih dominan dari disinsentif.
Tujuannya agar yang dipengaruhi mengikuti interest pihak yang mempengaruhi.
Menekan (pressuring)
Lebih kuat dari influencing. Penggunaan kekuatan dan mekanisme disinsentif lebih
dominan dari insentif.
1
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Mengancam (threatening)
Proses lebih kasar dari influencing. Penggunaan kekuatan dan mekanisme disinsentif
sangat menonjol.
Advokasi
Sama dengan mempengaruhi. Hanya saja dilakukan untuk mempengaruhi kebijakan
publik dan melalui suatu proses sistematis dan terencana.
Jawaban 3
Karena:
Jawaban 4
2
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Jawaban 5
Advokator:
Jawaban 6
1. Evidence based
Advokasi harus didasarkan pada data atau kenyataan yang valid. Analisis
situasi dalam masalah kesehatan didasarkan pada data yang bersumber dari
laporan fasilitas, analisis data dan hasil-hasil survei.
2. Manfaat
Advokasi harus memberikan manfaat bagi stakeholders, untuk memberikan
motivasi kepada mereka. Caranya, dengan menyampaikan pengalaman atau
cerita sukses mengenai diperolehnya manfaat ketika rencana diwujudkan.
3. Transparan
Proses kegiatan advokasi harus bisa dipantau, dilihat dan diketahui oleh semua
pihak. Tidak ada yang disembunyikan.
4. Akuntabel
Jawaban 7
Untuk memperoleh strategi advokasi efektif, jawab kesembilan kunci pertanyaan
berikut:
3
DHS-1 MODUL ADVOKASI
Jawaban 8
a. Lobi
b. Presentasi
c. Debat
d. Negosiasi
e. Dialog
f. Petisi-resolusi
Jawaban 9
Isu yang disampaikan akan bersaing dengan berbagai kejadian pada hari yang
sama. Cara membuat isu agar menarik bagi media yaitu dengan memfokuskan
pada berita yang baru, manusiawi, menciptakan konflik, kontroversial dan
sensasional, jika bisa lebih baik lagi bila keempat hal tersebut ada. Hubungan
yang solid dengan wartawan akan sangat memberi pengaruh baik.
Advokasi media memang efektif namun terdapat kelebihan pada surat pembaca
dan editorial tamu. Kelebihannya yaitu bahwa pesan/isu dapat ditayangkan
nyaris tanpa dilakukan editing. Sehingga isu dapat dituliskan menurut keinginan
dan bahasa sendiri. Sedangkan, melalui acara media atau pernyataan pers,
maka ketergantungan terhadap wartawan dan editor yang menuliskan cerita
menjadi besar.
Sesudah memberi kerangka pada isu, berlatihlah agar tidak bergeser dari
pesan awal. Artinya, setiap saat harus kembali pada isu, solusi, dan orang
yang diharapkan akan mengambil tindakan. Menggunakan bahasa yang sama
setiap kali akan terasa membosankan, tetapi hal ini merupakan cara untuk
membangun pesan yang konsisten agar tujuan tercapai. Apalagi jika pesannya
jelas dan mudah diingat.
d. Berlatih
Latih untuk membaca pesan dengan lantang di depan cermin, atau lebih baik
di depan teman atau anggota keluarga. Gantilah kata-kata yang sulit diucapkan.
Lakukan perubahan pesan seperlunya hingga rekan-rekan mengerti apa yang
diinginkan dan mengapa. Jika memungkinkan minta seseorang beraksi seperti
seorang wartawan yang memberikan pertanyaan berat dan 'keras'.
4
DHS-1 MODUL ADVOKASI
e. Ulangi, ulangi, dan ulangi
Tetap pada hal-hal pokok/ isu utama. Wartawan seringkali menanyakan hal
yang bukan inti persoalan yang sebenarnya akan dikomunikasikan. Jangan
menjawab pernyataan yang akan mengalihkan dari inti persoalan. Tidak
masalah jika akan mengulangi secara ringkas mengapa tujuan yang disampaikan
penting dan sampaikan salah satu dari beberapa argumen yang mendukung
posisi.
Ingat untuk selalu menjaga penampilan yang tenang meskipun merasa frustasi
dan marah. Cerita kontroversial merupakan 'makanan' berita. Jangan terpancing,
karena berarti upaya pihak yang ingin menjatuhkan dan menentang upaya
yang sedang diperjuangkan justru mendapat respons. Tetaplah tenang dan
bertahanlah pada pesan awal.
5
DHS-1 MODUL ADVOKASI