Pedoman Pelayanan Gizi ODHA - 2014 Final
Pedoman Pelayanan Gizi ODHA - 2014 Final
Pedoman Pelayanan Gizi ODHA - 2014 Final
PEDOMAN
PEDOMAN
PELAYANAN
PELAYANAN
GIZIGIZI
BAGIBAGI
ODHA
ODHA
KEMENTERIAN
KEMENTERIAN
KESEHATAN
KESEHATAN
RI RI
20142014
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
612.3
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI
P Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA.Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI, 2010
ii
= ii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
KATA PENGANTAR
Peran gizi bagi kesehatan telah diketahui secara luas dan hal
ini mendasari hubungan antara status gizi dan infeksi HIV. Dalam
layanan komprehensif bagi ODHA, gizi adalah elemen penting
dalam semua tahap pelayanan, mulai dari pencegahan sampai
perawatan jangka panjang. Gizi memiliki dampak nyata terhadap
perjalanan penyakit pada ODHA. Kurang gizi berat dan sedang
memiliki korelasi terhadap peningkatan resiko kematian sebanyak
dua sampai enam kali lipat. Masalah gizi seperti turunnya berat
badan menunjukkan kondisi ODHA yang tidak mampu melawan
perjalanan penyakit akibat HIV. Defisiensi zat gizi mikro
mempengaruhi perjalanan penyakit, memperbesar resiko
penularan dari ibu ke anak serta meningkatkan kematian.
= iii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
dan kematian akibat HIV serta mencegah penularan. Hal ini penting
dalam menetapkan model layanan sesuai prinsip Layanan
Komprehensif Berkesinambungan (LKB).
HA
KEM
TAN
Direktorat Jendral
Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak
A
RE
SI
UB
Ir. . Doddy Izwardy, MA
LIK IN D O N
E
P
iv
= iv =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR Ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR BAGAN viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
DEFINISI OPERASIONAL xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang `1
B. Tujuan 3
C. Sasaran 3
D. Ruang lingkup 3
=v=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB VI PENUTUP 52
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 55
vi
= vi =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR TABEL
vii
= vii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR BAGAN
1 Hubungan antara infeksi HIV dan kurang gizi 11
2 Hubungan patogenesis kurang gizi pada anak 12
dengan kondisi-kondisi yang berhubungan
dengan HIV
3 Gizi dan imunitas pada HIV 13
4 Efek HIV pada gizi 14
5 Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di 18
Puskesmas
6 Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah 19
Sakit
viii
= viii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan Kebutuhan Energi
2 Standar Penilaian Status Gizi
3 Formulir Asuhan Gizi dan Evaluasi Asuhan Gizi
4 Form Monitoring Berat Badan
5 Alternatif Pemberian/Pengganti ASI
6 Angka Kecukupan Gizi bagi Orang Indonesia
7 Daftar Bahan Makanan Penukar
8 Contoh Makanan Formula Cair Oral (Untuk ODHA Dewasa)
9 Form Monitoring asupan makan
10 Contoh Menu
ix
= ix =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR SINGKATAN
ABC Abacavir
AFASS Affordable, Feasible, Acceptable, Sustainable, Safe
AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome
ARV Anti Retroviral
ASI Air Susu Ibu
AZT Azidothymidine
BB Berat badan
BTA Basil/Bakteri Tahan Asam
CD4 Cluster of differentiation 4
d4T Stavudin (nama paten)
ddl Didanosine
EFV Efavirenz
FTC Emtricitabine (nama paten)
HBV Hepatitis B Viral
HCV Hepatitis C Viral
HDL High density lipoprotein
HIB Haemophylus influenza B
HIV Human Immunodeficiency Virus
IMS Infeksi menular seksual
IMT Indeks Massa Tubuh
INH Isonicotinic acid hydrazid
IO Infeksi oportunistik
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Atas
KB Keluarga Berencana
KEK Kurang Energi Protein
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
KTIP Konseling dan Tes Inisiatif Petugas
KTS Konseling dan Tes Sukarela
LDL Low density lipoprotein
LKB Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LPV/r Lopinavir/ritonavir
MCT Medium chain triglyceride
MDR Multi drug resistent
x
=x=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= xi =
xi
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DEFINISI OPERASIONAL
Asuhan Gizi :
adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Konseling Gizi :
adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi
masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
Pelayanan Gizi:
adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik
dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat
atau sakit.
Preskripsi Diet:
adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai
dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat
gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan
rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan
pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi,
kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pasien/ klien.
xii
= xii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT):
adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi
yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Terapi Gizi:
pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
xiii
= xiii =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= xiv =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus
ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai
infeksi dan penyakit lainnya.
Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan
September 2014 tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV sebanyak
45.631 orang yang berasal dari 33 provinsi dan lebih dari 300 kab/kota, dengan
rasio laki-laki dan perempuan 1:1 (pada kasus HIV) dan 2:1 (pada kasus AIDS), dan
persentase tertinggi pada kelompok usia 20-49 tahun.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa
Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan
dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang dilaporkan
masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil penelitian De Cock dkk pada tahun 2012, menunjukkan bahwa dari
43.624 ibu hamil yang melakukan konseling dan tes HIV, terdapat 1.329 (3,05%) ibu
yang terinfeksi HIV. Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif.
Penularan tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan (5-10%), persalinan (10-20%),
dan selama menyusui (5-20% dengan angka rata-rata 15%).
Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau intervensi
berkisar antara 20 sampai 50%, sedangkan apabila dengan pencegahan risiko
penularan HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%.
Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan
Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti kegiatan KIE pengetahuan komprehensif,
pengendalian faktor risiko, layanan Konseling dan Tes HIV (VCT/KTS) dan
PITC/KTIP), Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP/CST), Pencegahan
Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA), serta kegiatan lainnya termasuk kegiatan
1
=1=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
monitoring
monitoring
dan dan
evaluasi
evaluasi
sertaserta
surveilan
surveilan
epidemiologi
epidemiologi
di fasilitas
di fasilitas
kesehatan
kesehatan
Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota
(Tabel
(Tabel
1). 1).
Tabel
Tabel
1. Jenis
1. Jenis
Layanan
Layanan
Komprehensif
Komprehensif
HIV HIV
PromosiPromosi
dan Pencegahan
dan Pencegahan Tatalaksana Tatalaksana
KlinisKlinis Dukungan
Dukungan
HIV HIV Psikososial,
Psikososial,
Ekonomi
Ekonomi
dan Legal
dan Legal
Promosi
Promosi
Kesehatan
Kesehatan
(KIE)(KIE) Tatalaksana
Tatalaksanamedismedis Dukungan
Dukungan
Ketersediaan
Ketersediaan dan dan alat alatdasardasar
aksesakses psikososial
psikososial
pencegahan
pencegahan (kondom,
(kondom, Terapi
alat alat Terapi
ARV ARV Dukungan
Dukungansebayasebaya
suntiksuntik
steril)steril) Diagnosis
Diagnosis IO dan Dukungan
IO dan Dukungan
PTRM,
PTRM,
PTRB,PTRB,
PARBPARB komorbid
komorbid
terkait
terkait ekonomi:
ekonomi:
latihanlatihan
Penapisan
Penapisan
darahdarah
donordonor HIV serta
HIV serta kerja,kerja,
kreditkredit
Life skill
Lifeeducation
skill education pengobatannya
pengobatannya mikro,
mikro,
kegiatan
kegiatan
Dukungan
Dukungan kepatuhan
kepatuhan berobattermasuk
berobat termasuk
TB TB peningkatan,
peningkatan,
dsb dsb
(adherence)
(adherence) Profilaksis
Profilaksis
IO IO Dukungan
Dukungan legal legal
/ /
PPIA PPIA Tatalaksana
Tatalaksana hukumhukum
Layanan
LayananIMS, IMS,
KIA, KIA, dan danhepatitis
KB, KB, hepatitis
B danBCdan C
kesehatan
kesehatan
reproduksi
reproduksi remaja Perawatan
remaja Perawatan
paliatif,
paliatif,
Tatalaksana
TatalaksanaIMS IMS termasuk
termasuk
Vaksinasi
Vaksinasi
Hep-BHep-Bbagi bayi dan dantatalaksana
bagi bayi tatalaksana
nyerinyeri
para para
penasun
penasun
(bila (bila
tersedia)
tersedia)
Pencegahan
Pencegahan pascapasca pajanan DUKUNGAN
pajanan DUKUNGAN GIZI GIZI
Sumber:
Sumber:
Kementerian
Kementerian
Kesehatan
Kesehatan
RI. 2013.
RI. 2013.
Dukungan
Dukungan
gizi pada
gizi pada
kehidupan
kehidupan
sehari-hari
sehari-hari
ODHAODHA
merupakan
merupakan
strategi
strategi
penting
penting
untukuntuk
mempertahankan
mempertahankan stadium
stadium
klinisklinis
agar agar
tidaktidak
memburuk
memburuk dan dan
meningkatkan
meningkatkan
kualitas
kualitas
hiduphidup
ODHA. ODHA.
Dalam Dalam
LKB, LKB,
tenagatenaga
kesehatan
kesehatan
dapatdapat
memberikan
memberikanedukasi
edukasi
dan dan
konseling
konseling
gizi gizi
baik baik
padapada individu
individu
maupunmaupunkelompok,
kelompok,
sertaserta
dukungan
dukungandalamdalam
pemberian
pemberian
makanan
makanantambahan.
tambahan.
Layanan
Layanan
Komprehensif
Komprehensif HIV, HIV,
berupa dukungan
berupa dukungangizi gizi
dapatdapat
diberikan
diberikan
padapadatahaptahap
promosi
promosi
dan pencegahan
dan pencegahansebagai
sebagai
upayaupaya
untukuntuk
menjaga
menjaga
kesehatan
kesehatan
sertaserta
tahaptahap
tatalaksana
tatalaksana
klinisklinis
HIV sebagai
HIV sebagai
dukungan
dukungan
bagi ODHA
bagi ODHA
yangyang
mulaimulai
mendapatkan
mendapatkanmasalah
masalahkesehatan.
kesehatan.
ODHAODHA dan dankeluarganya
keluarganya
juga juga
perluperlu
dukungan
dukungan
Psikososial,
Psikososial,
Ekonomi
Ekonomi dan dan dalamdalam
LegalLegal pemenuhan
pemenuhankehidupan
kehidupan
sehari-hari
sehari-hari
seperti
seperti
peningkatan
peningkatan
pendapatan
pendapatanuntukuntuk
memenuhi
memenuhikebutuhan
kebutuhan
dasardasar
(sandang,
(sandang,
pangan,
pangan,
papan,
papan,
dan transportasi).
dan transportasi).
2 2
=2=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
C. SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah
Sakit, yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Tenaga Gizi (nutrisionis dan dietisien)
3. Perawat
4. Bidan
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah:
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum
2. HIV/AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis HIV,
diagnosis, metabolisme gizi, Hubungan antara Gizi dan HIV, serta Gizi dan
ARV)
3. Gambaran umum Tatalaksana Gizi bagi ODHA
4. Tatalaksana Gizi bagi ODHA Ibu Hamil, Menyusui, Bayi dan Anak
5. Tatalaksana Gizi bagi ODHA dengan Tuberculosis dan manifestasi klinis
lainnya
=3=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB II
HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu
(ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan t u b u h dan mengakibatkan
turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi dan
penyakit lainnya. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-
tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang
serius.
Walaupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain
melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik
secara bergantian dan Penularan Ibu ke Anak
HIV di dalam tubuh merusak sistem kekebalan, mengganggu proses
metabolisme zat gizi serta menyerang hampir semua sistem organ dalam tiga hari
pertama HIV masuk ke dalam tubuh. Peranan gizi sangat penting dalam menunjang
sistem kekebalan serta metabolism sel sehingga dapat mempertahankan stadium
klinis tertentu dan memperbaiki kualitas hidup ODHA.
=4=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stadium Klinis I
Tidak ada gejala (Asimtomatis)
Limfadenopati Meluas Persisten
Skala Aktivitas 1: asimtomatis, aktivitas normal
Stadium Klinis II
Penurunan berat badan bersifat sedang yang tidak diketahui penyebabnya
(<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media,
faringitis)
Herpes zoster
Angular cheilitis
Ulkus mulut yang berulang
Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption)
Dermatitis seboroik
infeksi jamur kuku
Skala Aktivitas 2: simtomatis, aktivitas normal
5
=5=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stadium Klinis IV
Stadium Klinis IV
Sindrom wasting HIV Infeksi mikobakteria non
6
=6=
6
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 3. Stadium klinis WHO untuk Bayi dan Anak yang Terinfeksi HIV
Stadium Klinis 1
Asimtomatik (tanpa gejala)
Limfadenopati generalisata persisten
Stadium Klinis 2
Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskana
Erupsi Pruritik popular
Infeksi virus wart luas
Angular cheilitis
Moluskum kontagiosum luas
Ulserasi oral berulang
Pembersaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan
Eritema gingival lineal
Herpes zoster
Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis media, otorrhea,
sinusitis, tonsillitis)
Infeksi kuku oleh fungus / jamur
Stadium Klinis 3
Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara
adekuat terhadap terapi standar
Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih)a
Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,50 C intermiten
atau konstan, > 1 bulan)a
Kandidosis orang persisten (di luar saat 6-8 minggu pertama kehidupan)
Oral hairy leukoplakia
Periodontitis/gingivitis ulseratif nekrotikans akut
Tuberkulosis kelenjar
Tuberkulosis paru
Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
Pneumosistis interstitial lomfoid simtomatik
Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronkiektasis
Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl), neutropenia (<500/mm3) atau
trombositopenia (<50.000/mm3)
7
=7=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stadium klinis 4b
Malanutrisi, wasting dan stunting Ensefalopati HIV
berat yang tidak dapar dijelaskan Infeksi sitomegalovirus (CMV),
dan tidak berespons terhadap retinitis atau infeksi CMV pada
terapi standar organ lain, dengan onset umur > 1
Pneumonia pneumosistis bulan
Infeksi bacterial berat yang Kriptokokus ekstrapulmonar
berulang (misal empyema, termasuk meningitis
piomiositis, infeksi tulang dan Mikosis endemic diseminata
sendi, meningitis, kecuali (histoplasmosis, coccidiomycosis)
pneumonia) Kriptosporidiosis kronik (dengan
Infeksi herpes simplex kronik diare)
(orolabial atau kutaneus > 1 bulan Isosporiasis kronik
atau viseralis di lokasi manapun) Infeksi mikobakteraia non-
TB ekstrapulmonar tuberkulosis diseminata
Sarkoma Kaposi Kardiomiopati atau nefropati yang
Kandidiasis esophagus (atau trakea, dihubungkan dengan HIV yang
bronkus, atau paru) simtomatik
Toksoplasmosis sususnan saraf Limfoma sel B non-Hodgkin atau
pusat (di luar masa neonatus) limfoma serebral
Progressive multifocal
leukoencephalopathy
Catatan:
a Tidak dapat dijelaskan berarti kondisi tersebut tidak dapat dibuktikan oleh
kategori ini
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2014
= 88 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
B. DIAGNOSIS
=9=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
tersebut tidak terinfeksi HIV. Diagnosis HIV pada bayi < 18 bulan dapat
menggunakan uji virologi (Viral Load); sementara bayi >18 bulan dapat
dengan tes serologi.
= 10 =
Bagan 1. Hubungan antara infeksi HIV dan kurang gizi
= 11 =
- Defisiensi mikronutrien
Perubahan metabolisme:
CATATAN : - Meningkatnya kebutuhan zat gizi akibat infeksi
Pada kondisi terbatas: - REE meningkat 10% saat asimtomatik hingga meningkat 30% saat simtomatik
- Kurang gizi yang berlanjut, kerawanan - Meningkatnya kehilangan mikronutrien akibat infeksi
pangan, kualitas asupan gizi yang rendah - Utilisasi zat gizi yang tidak efisien (menurunnya utilisasi zat gizi dalam tubuh)
- Resiko tinggi berbagai infeksi (malaria, TB, parasitoses) - Perubahan produksi hormone (glucagon, insulin, kortisol, epinefrin,) yang
- Resiko terinfeksi HIV meningkat: mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak
o Prevalensi HIB meningkat - Insufisiensi kelenjar adrenal dan hipogonadisme
o Pertahanan jaringan epitel menurun
o Perilaku beresiko
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
11
Sumber: dePee S, Semba R. 2010.
Bagan 2. Hubungan patogenesis kurang gizi pada anak dengan kondisi-kondisi yang berhubungan dengan
HIV
TB paru
Sariawan berulang Gangguan paru akibat HIV
Kandidiasis mulut Pneumonia bakterial Diare berkepanjangan
Herpes simpleks orolabial Pneumokistik pneumonia Kriptosporidiosis
Ulseratif nekrotik akut Ensefalopati HIV Isosporiasis
Gingivitis/periodontitis Infeksi diseminata lain
Diare
Gangguan menelan Nafsu makan Demam
dan makan menurun
= 12 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kurang gizi
12
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
D. HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistem kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan status gizi.
Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan makanan karena
berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi, sehingga menyebabkan
kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu perlu diperhatikan faktor
psikososial serta keamanan makanan dan minuman.
Gizi memburuk
(BB turun, atrofi otot, zat gizi mikro
berkurang)
Sumber: WHO,2004.
13
= 13 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
menghambat berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hidup.
Bagan 4. Efek HIV pada gizi
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel yang
mempunyai reseptor CD4, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang
tersedia untuk menginfeksi sel CD4 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh
dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, yang ditunjukkan dengan
peningkatan jumlah sel CD4.
14
= 14 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/AIDS adalah menghambat perjalanan
penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel CD4, mengurangi jumlah virus dalam
darah dan membuat ODHA merasa lebih baik yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Tidak semua ODHA membutuhkan ARV. Bila ODHA membutuhkan ARV, sebaiknya
mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain obat-obat ARV ada
beberapa obat lain yang diberikan pada ODHA sesuai dengan kondisi klinisnya.
2 NRTI + 1 NNRTI
Paduan tersebut di atas masih digunakan secara nasional sampai sekarang. Akan
terapi, Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan informasi untuk penggunaan
paduan yang lebih praktis penggunaannya dan dapat digunakan untuk semua
kelompok pasien.
Paduan tersebut adalah tetapi dengan 2 NRTI + 1 NNRTI, tetapi menggunakan
obat-obat:
15
= 15 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
16
= 16 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
17
= 17 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB III
GAMBARAN UMUM
TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA
A. TUJUAN
Umum:
Melakukan tatalaksana gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek
dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV.
Khusus:
1. Tercapainya berat badan dan hasil laboratorium normal
2. Teratasinya mual, muntah, diare dan lain-lain,
3. Terlaksananya edukasi dan konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap
produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
Penemuan ODHA
Di Puskesmas /Pustu/Polindes
Skrining Gizi
= 18 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
AlurPelayananGizi di RumahSakit
Bagan 6.ulang
Kunjungan Alur Pelayanan
untuk Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit
asuhan gizi
1.Sumber:
ODHA sehat
Kementerian Kesehatan RI. 2013: 6 bulan sekali
2. ODHA sakit : 3 bulan sekali
3. ODHA sakit dengan malanutrisi : 1 bulan sekali
Perlu Tindak Lanjut
Pasien Masuk
Monev
Rawat Inap Rawat Jalan Control Ulang
Berisiko
Bagan 6. Alur Pelayanan Gizi bagi ODHA di Rumah Sakit Tujuan
Tidak
Tercapai
Sumber: Kementerian Kesehatan
Berisiko RI. 2013
IntervensiGizi
- Pemberian Diet Monitoring
Asesmen Penentuan - Edukasi dan
danEvaluasi
Gizi Diagnosis Konseling
19
=1919 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1. ASESMEN GIZI
20
= 20 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
LiLA Klasifikasi
Tabel 8. Penilaian status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran
< 19 cm Malnutrisi berat
lingkar lengan atas
19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang
LiLA Klasifikasi
22 cm sd < 23 cm Malnutrisi ringan
< 19 cm Malnutrisi berat
23 cm Status Gizi Normal
19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang
21
= 21
61 =
21
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1.2 Laboratorium
Misalnya CD4, Viral load, C-creative Protein, Fibronectin, Albumin, Prealbumin,
Hemoglobin, Hematokrit, Kolesterol Total, HDL, LDL, trigliserida, Ureum, Kreatinin,
SGOT, SGPT, Gula darah.
2. DIAGNOSIS GIZI
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis medis
ditentukan sesuai dengan status kesehatan yaitu berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Sedangkan diagnosis gizi merupakan masalah yang berkaitan dengan
risiko masalah gizi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu:
22
= 22 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1) Kesulitan menelan, bisa terjadi akibat adanya masalah oral
misalnya kandidiasis oral.
2) Kehilangan BB yang tidak diharapkan, bisa terjadi karena
asupan tidak adekuat akibat peningkatan kebutuhan karena
adanya infeksi dan gangguan makan.
23
= 23 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel
Tabel9.9.Kebutuhan
Kebutuhangizi
gizipada
padaODHA
ODHAberdasar
berdasarstadium
stadium
Stadium
Stadium11 Kebutuhan
Kebutuhanenergi
energimengikuti
mengikutikebutuhan
kebutuhannormal
normaldengan
dengan
memperhatikan
memperhatikangizi
giziseimbang
seimbang
Stadium
Stadium22 Kebutuhan
Kebutuhanenergi
energimeningkat
meningkat10%
10%dari
darikebutuhan
kebutuhannormal
normal
Stadium
Stadium33dan
dan44 Kebutuhan
Kebutuhan energi
energi meningkat
meningkat 20%-30%
20%-30% dari
dari
kebutuhan
kebutuhannormal
normal
3.2
3.2Kebutuhan
Kebutuhanzat
zatgizi
gizimakro
makro
Berdasarkan
Berdasarkan diagnosis
diagnosis gizi kemudian dilakukan
gizi kemudian dilakukan perhitungan
perhitungan kebutuhan
kebutuhan
energi dan zat
energi dan zat gizi
gizi klien.
klien. Hal
Hal ini
ini dilakukan
dilakukan dalam
dalam rangka
rangka menetapkan
menetapkan
preskripsi diet,
preskripsi diet, pedoman
pedoman makan,makan, makanan
makanan yang
yang dianjurkan
dianjurkan dan
dan tidak
tidak
dianjurkandan
dianjurkan danmerencanakan
merencanakanmenu menusesuai
sesuaikebutuhan
kebutuhanklien.
klien.Pada
Padapenderita
penderita
dengan
denganHIV, kebutuhangizinya
HIV,kebutuhan gizinyadisesuaikan
disesuaikandengan
denganstadium
stadiumpenyakitnya.
penyakitnya.
a.a.Protein
Protein
Kebutuhan
Kebutuhan protein
protein berdasarkan
berdasarkan proporsi
proporsi energi
energi adalah
adalah 12-15%
12-15%
dan
dantingkat
tingkatkecukupan
kecukupanyang yangdianjurkan
dianjurkanberdasarkan
berdasarkanBB BBideal
idealper
perhari
hari
adalah
adalah 0,8 0,8 1,0
1,0 g/kg
g/kg BB. BB. Kebutuhan
Kebutuhan energi
energi minimal
minimal untukuntuk
mempertahankan
mempertahankan keseimbangan
keseimbangan nitrogen
nitrogen adalah
adalah 1,4-1,5
1,4-1,5 g/kg
g/kg BB.BB.
Demam,
Demam, sepsis,
sepsis, operasi,
operasi, trauma,
trauma, dan dan luka
luka dapat
dapat meningkatkan
meningkatkan
katabolisme
katabolisme protein,
protein, sehingga
sehingga meningkatkan
meningkatkan kebutuhan
kebutuhan protein
protein
sampai
sampai1,5-2,0
1,5-2,0g/kg
g/kgBB.
BB.Perlu
Perluada adaprotein
proteinyang
yangberasal
berasaldaridarisumber
sumber
protein
protein hewani
hewani dan dan nabati
nabati karena
karena memiliki
memiliki keunggulan
keunggulan dan dan
kekurangan
kekurangan masing-masing.
masing-masing. Protein
Proteinhewani
hewanimempunyai
mempunyaiasam asamamino
amino
yang
yang lebih
lebih lengkap
lengkap dandan mempunyai
mempunyai mutu mutu zatzat gizi
gizi yaitu
yaitu protein,
protein,
vitamin
vitamindandanmineral
minerallebih
lebihbaik,
baik,karena
karenakandungan
kandunganzat-zat
zat-zatgizi
gizimudah
mudah
diserap
diserap tubuh,
tubuh, tetapi
tetapi protein
proteinhewani
hewani mengandung
mengandung tinggitinggi kolesterol
kolesterol
dan
dan lemaklemak kecuali
kecuali ikan.
ikan. Kolesterol
Kolesterol dan dan lemaklemak jenuh jenuh
diperlukan
diperlukan tubuh
tubuh terutama
terutama anak-anak
anak-anak tetapi
tetapi bagi
bagi orang
orang dewasa
dewasa
perlu
perludibatasi.
dibatasi.Sedangkan
Sedangkanprotein
proteinnabati
nabatikeunggulannya
keunggulannyamengandung
mengandung
lemak
lemak tidak
tidak jenuh
jenuh yangyang lebihlebih banyak,
banyak, jugajuga mengandung
mengandung
isoflavon
isoflavon yaitu
yaitu kandungan
kandungan fitokimia
fitokimia yang
yang berfungsi
berfungsi mirip
mirip hormon
hormon
estrogen
estrogendan dananti
antioksidan
oksidanserta
sertaanti
antikolesterol.
kolesterol.
= 24 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
b. Lemak
c. Karbohidrat
= 25 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.3 Perhitungan Kebutuhan Vitamin dan Mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral dapat diambil dari AKG yang dianjurkan.
Disamping itu dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh,
kehilangan melalui urin, kulit, dan saluran cerna, dan interaksi dengan obat-
obatan. Untuk menjamin kebutuhan dalam keadaan tertentu vitamin dan
mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
26
= 26 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan Yang Dianjurkan :
a) Tempe dan produknya, selain mengandung protein dan vitamin B12
juga mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah
diare.
b) Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus
sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang mudah diserap
dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat
digunakan untuk pembentukan sel.
c) Wortel mengandung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk
CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten
berfungsi sebagai antiradikal bebas (atau disebut sebagai anti
oksidan). Akibat perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh
menghasilkan radikal bebas
d) Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4
e) Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin-vitamin
neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk
pembentukan CD4 dan pencegahan anemia
f) Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat
dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam
bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi sebagai
antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga
mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV.
g) Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin
h) Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
i) Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik dalam
bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air panas.
j) Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya
k) Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang.
= 27 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
c) Bumbu yang merangsang: cabe, merica, cuka
d) Bahan makanan yang mentah seperti lalapan
e) Buah-buahan yang masih mentah
f) Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur
setengah matang.
g) Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa
h) Minuman bersoda dan mengandung alkohol
= 28 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
e) Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
f) Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti
dengan susu kedelai
g) Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya
h) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan penyakit
lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis oral)
i) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi
(tape, brem)
j) Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk
mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan baik
secara mekanik, termik maupun kimia
k) Menghindari rokok, kafein dan alkohol
l) Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
m) Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi pemberian
dosis besar (megadosis) harus dihindari karena dapat menekan
kekebalan tubuh
n) Bila ODHA mendapat obat anti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat lambung kosong, saat
lambung terisi, atau diberikan bersama-sama dengan makanan.
29
= 29 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
6) Keamanan Makanan
a) Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah saat disimpan,
terutama daging, ayam dan ikan agar tidak mengkontaminasi bahan
makanan lain.
b) Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
c) Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasan/mineral
d) Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
e) Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi
f) Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label kemasan
makanan
g) Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan salat dapur
h) Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena lebih
terjamin keamanannya.
i) Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
j) Hindari konsumsi bahan makanan mentah (misalnya lalapan, salad, telur
dan daging panggang setengah matang.
k) Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
l) Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak mencapai titik
didih (100C)
30
= 30 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
D. MONITORING DAN EVALUASI
Kementerian Kesehatan telah menetapkan lebih dari 300 RS Rujukan
Bagi ODHA, sehingga akses layanan terhadap ODHA semakin mudah dan
dekat. Hal ini sesuai dengan pencanangan access for all oleh WHO, semua
ODHA mendapat akses untuk perawatan, dukungan dan pengobatan secara
komprehensif.
Dengan meningkatnya akses layanan terhadap ODHA, maka dibutuhkan
suatu monitoring yang mencakup klinis dan laboratorium. Pada buku ini,
monitoring hanya dibatasi pada hal-hal yang terkait dengan gizi ODHA.
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Kegiatan ini merupakan langkah dari Proses Asuhan Gizi Terstandar/Proses
Terapi Gizi dan bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja.
Indikator hasil yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada
kebutuhan pasien, diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit.
Sedangkan waktu pengamatan dari masing-masing indikator sesuai dengan
rujukan yang digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi :
1. Monitoring Klinis
2. Monitoring laboratorium
3. Monitoring asupan makan
4. Monitoring masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi
1. MONITORING KLINIS
Adalah suatu kegiatan, dimana ODHA diperiksa secara teratur dan
diminta untuk memberitahukan setiap gejala klinis (anemia, gangguan
pencernaan, kenaikan dan lain-lain) dan tanda yang ada hubungannya
dengan penyakitnya atau pengobatannya, termasuk monitoring berat badan.
Dalam monitoring klinis diperlukan formulir medis yang baku dan register,
termasuk sistem rujukan pasien.
31
= 31 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
badan mungkin merupakan pertanda adanya kegagalan pengobatan dan
intervensi gizinya.
Penentuan status gizi berdasarkan kelompok umur:
a. bayi dan balita ditentukan menggunakan baku standar WHO 2005.
b. anak sampai usia 15 tahun menggunakan BB/TB dengan Z score,
c. remaja 15-18 tahun dengan menggunakan IMT (Index Massa Tubuh)
dibandingkan dengan umur dan dewasa menggunakan IMT.
Indikator keberhasilan :
Anak : kenaikan BB 5gr/ kg BB/ hari atau 50 gr/ kgBB/minggu.
Dewasa : mempertahankan BB pada saat didiagnosa tidak turun > 5%
2. MONITORING LABORATORIUM
Adalah serangkaian pemeriksaan yang umumnya berhubungan dengan
pemeriksaan darah yang meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, kadar gula
darah, SGOT, SGPT, kadar albumin, ureum, kreatinin, elektrolit (Na, K, Cl),
kadar kolesterol, trigliserida, sistem imun, virologi, efek samping obat ARV
dan resistensi obat. Pemeriksaan laborotarium yang berkaitan dengan gizi
adalah sebagai berikut :
a. Hemoglobin
Pemeriksaan ini penting sekali untuk memeriksa anemia. Anemia paling
sering terjadi pada penggunaan zidovudine (ZDV), yang biasanya
terjadi pada minggu pertama, akan tetapi dapat terjadi secara perlahan-
lahan beberapa bulan kemudian. Jika Hb < 7 g/ dl, pertimbangkan untuk
mengganti obat dan intervensi dan konseling gizi untuk meningkatkan
kadar hemoglobin.
b. Hematokrit
Apabila hasil pemeriksaan hematokritnya tinggi meningkat 20%, berarti
ada indikasi dehidrasi.
c. Hiperglikemia dan resistensi insulin
Kadar gula darah yang tinggi akibat resistensi insulin dapat
menyebabkan diabetes, yang biasanya terjadi pada penggunaan PI,
dengan prevalensi 3-17%. Rata-rata 5% kasus terjadi setelah
pengobatan 5 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi setelah 2 bulan
pengobatan.
= 32 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
d. Gangguan fungsi liver
Peningkatan SGPT, SGOT dan keluhan hepatitis (ikterus, anoreksia,
kencing berwarna teh tua) dapat terjadi pada penggunaan semua ARV
dan paling sering terjadi jika terdapat koinfeksi hepatitis B atau
hepatitis C. Pemeriksaan tes fungsi hati ini untuk melihat tanda dini
kerusakan hati, yaitu melalui adanya enzim dalam darah yang dilepaskan
oleh hati. Dikatakan hepatotoksisitas jika terdapat: peningkatan SGOT
atau SGPT 3 X dari nilai normal tertinggi dan ada gejala atau
peningkatan SGOT dan SGPT 5 X dari nilai normal tertinggi.
= 33 =
Tabel 10. Pelayanan Gizi ODHA dengan kondisi khusus
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Kehilangan - Meningkatkan berat badan Penekanan dengan menjaga asupan gizi yang cukup untuk
Berat Badan mencapai berat badan ideal. mencegah kehilangan berat badan lebih lanjut dan
- Mencapai asupan makanan mengatasi malnutrisi, dengan cara :
yang cukup, baik gizi makro - Pada ODHA dengan malnutrisi sedang (IMT 16 18,5
maupun mikro. kg/m2), diberikan suplemen makanan dalam bentuk makanan
- Secara keseluruhan selingan yang padat kalori.
meningkatkan kualitas hidup. - Pada ODHA dengan malnutrisi berat (IMT < 16 kg/m2),
diberikan makanan Theurapeutic dapat berupa Formula 100
atau formula lain yang nilai gizinya sebanding.
-
Strategi pemberian makan :
Makan secara teratur, berikan makanan selingan diantara
-
waktu makan.
= 34 =
Secara keseluruhan meningkatkan asupan gizi makro dan
-
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
-
rendah seperti minuman ringan, kopi, teh.
Konsumsi makan yang berfortifikasi.
Hipertensi Mencapai tekanan darah Memberikan energi sesuai dengan kebutuhan, apabila ada kelebihan
normal dan mencegah atau berat badan sesuaikan energi dengan rencana penurunan berat
memperlambat terjadinya badan.
komplikasi melalui intervensi Meningkatkan asupan buah dan sayuran, susu rendah lemak dan
gizi. menurunkan asupan lemak jenuh.
Membatasi asupan natrium, tidak lebih dari 2,4 gr natrium atau
5-6 gr garam dapur.
34
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Diabetes melitus - Mencapai dan menjaga - Untuk pemberian diet mengikuti syarat diet diabetes
kadar gula darah, kadar mellitus.
lemak tubuh dan tekanan - Edukasi dan konseling gizi sangat dibutuhkan dan pada
darah dalam batas normal. pelaksaanaannya klien diikutsertakan dalam menentukan
- Mencegah dan kebutuhan gizi, anjuran prinsip 3 J (jumlah, jenis dan
memperlambat laju jadwal), aktifitas fisik, target berat badan yang dianjurkan.
perkembangan komplikasi - Anjuran diet harus memperhatikan kondisi sosial dan
kronik melalui modifikasi ekonomi klien.
asupan gizi dan gaya
hidup.
Kelebihan berat - Mencapai dan menjaga - Penekanan pada hubungan antara overweigt/obesitas dan
badan/obesitas berat badan normal faktor resiko lain seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes,
= 35 =
- Menjaga asupan makan dan komplikasi metabolik lainnya.
yang cukup - Kurangi berat badan secara bertahap sesuai dengan
- Mengurangi faktor resiko toleransi.
penyakit jantung dan - Mendorong untuk melakukan aktifitas fisik
diabetes - Jaga keseimbangan dan variasi diet serta anjuran makan
- Secara keseluruhan sehat.
meningkatkan kualitas - Minum air putih yang banyak, minimal 2 liter.
hidup - Melakukan aktifitas fisik yang rutin setidaknya 3 kali setiap
minggu.
- Modifikasi gaya hidup
35
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Dislipidemia - Menjaga asupan makanan - Keseimbangan asupan makanan dan aktifitas fisik untuk
yang seimbang. menjaga berat badan ideal dan olah raga secara teratur
- Mengoptimalkan profil - Konsumsi makanan yang kaya sayur, buah, diet tinggi serat.
Lipid puasa. - Konsumsi ikan dan produk olahannya sebagai sumber
- Mengurangi fator resiko protein hewaninya.
penyakit kardiovaskuler - Batasi konsumsi lemak jenuh <7% dari energi, minyak trans
dan diabetes. <1% dari Energi, dan kolesterol <300 mg/hari dengan :
- Menjaga berat badan ideal. Memilih daging tanpa lemak
- Meningkatkan status gizi. Pilih produk susu bebas lemak atau rendah lemak (skim).
- Secara keseluruhan Kurangi penambahan gula pada minuman dan makanan,
meningkatkan kualitas pilih dan persiapkan makanan dengan sedikit/tanpa garam
= 36 =
hidup. - Hindari minuman beralkohol & tidak merokok
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lipodistropi - Menjaga asupan gizi - Konsumsi energi yang seuai dengan kebutuhan dengan pola
seimbang gizi seimbang
- Mencegah perubahan - Sumber karbohidrat dari beras, jagung, biji-bijian, susu,
bentuk tubuh buah dan sayuran.
- Mengurangi lemak viseral - Sumber protein untuk membentuk dan meningkatkan masa
- Mengatur agar kadar gula otot dengan mengkonsumsi produk susu, daging, ikan telur
darah tetap normal dan kacang kacangan.
- Mencapai berat badan - Sumber lemak yang terdiri dari MUFA dan PUFA yaitu dari
normal bahan makanan minyak zaitun, minyak jagung, minyak
kacang, selai kacang, kacang mete, alpukat, almond, kedelai,
minyak kedelai, ikan tuna.
36
- Anjuran untuk olah raga sesuai dengan kemampuan fisik.
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Anoreksia - menjaga asupan zat gizi - Menjaga asupan zat gizi yang adequate untuk mecegah
- -
yang cukup kehilangan berat badan dan malnutrisi
Mengurangi resiko Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering (PKTS)
- -
kehilangan berat badan setiap 2-3 jam untuk menjaga asupan energi
Mencapai berat badan Berikan makanan dan cairan yang mengandung tinggi
-
yang ideal Mencapai dan kalori dan protein
menjaga status gizi Mencegah energi rendah atau diet dengan nilai gizi yang
- -
baik,secara keseluruhan rendah
-
Meningkatkan kualitas Makan selama nafsu makan masih baik
hidup. Batasi bahan makanan yang mengurangi nafsu makan
-
seperti tembakau, kafein, obat-obat terlarang,
= 37 =
Gunakan perasa makan dan aroma untuk meningkatkan
-
nafsu makan
-
Anjurkan pemberian multivitamin
Berikan edukasi gizi terutama pada pasien rawat jalan
yang akan menjalankan dietnya di rumah
Sumber: Nelms M, Sucher K, Long S. 2007.
37
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB
BAB IV.
IV.
TATALAKSANA
TATALAKSANA GIZI BAGI IBU
GIZI BAGI HAMIL, MENYUSUI,
IBU HAMIL, MENYUSUI,
BAYI
BAYI DAN
DAN ANAK-ANAK
ANAK-ANAK
Untuk
Untuk mencapai
mencapai status
status kesehatan yang optimal
kesehatan yang optimal pada
pada ODHA
ODHA
diperlukan pelayanan medis dan pelayanan gizi secara sinergis sehingga
diperlukan pelayanan medis dan pelayanan gizi secara sinergis sehingga
kesehatan
kesehatanODHA
ODHAdapat
dapatdiperbaiki
diperbaiki dan
dan dipertahankan secara optimal
dipertahankan secara optimal. .
A.A. IBU
IBUHAMIL
HAMILDENGAN
DENGAN HIV
HIV
Kebutuhan
Kebutuhan energi
energi pada
pada Ibu
Ibu hamil
hamil dengan HIV/AIDS pada
dengan HIV/AIDS pada dasarnya
dasarnya
sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu sesuai
sama dengan orang dewasa, hanya ada penambahan kalori tertentu sesuai status status
gizinya. Disarankan untuk menambahkan
gizinya. Disarankan untuk menambahkan multi mikronutrien dalam makanan
mikronutrien dalam makanan
seperti
sepertisumber
sumberbahan
bahan makanan
makanan yangyang banyak mengandung
mengandung Fe, Fe, Ca,
Ca, dan
dan asam
asam
folat.
folat. Perlu
Perlu diperhatikan
diperhatikan ibu
ibu hamil
hamil tidak boleh menerima suplementasi
suplementasi vitamin
vitamin
AAlebih
lebihdari
dari10.000
10.000IU
IU..
Tabel
Tabel11.
11. Kebutuhan
KebutuhanPenambahan
Penambahan Energi dari Total Energi
Energi yang
yang dianjurkan
dianjurkan
selama
selamakehamilan
kehamilandan
danmenyusui
menyusui
StatusGizi
Status GiziIbu
IbuHamil
Hamil Penambahan Kalori
Kalori
Ibuhamil
Ibu hamilODHA
ODHAStatus
Statusgizi
gizi 180 Kkal
180 Kkal pada ibu hamil ODHA
ODHA Trimester
Trimester11
baik
baik 300 Kkal
300 Kkal pada ibu hamil ODHA
ODHA Trimester
TrimesterIIIIdan
danIII
III
Ibuhamil
Ibu hamilODHA
ODHAdengan
dengan Kebutuhan ODHA
Kebutuhan ODHA dewasa
dewasa ++ koreksi
koreksi IO
IO(20-30%)
(20-30%)
infeksioportunistik
infeksi oportunistik
Ibuhamil
Ibu hamilODHA
ODHAKEK
KEK Kebutuhan ODHA
Kebutuhan ODHA dewasa
dewasa ++ 500
500 Kkal
Kkal ++koreksi
koreksiIO
IO
(20-30%)
(20-30%)
= 38 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kondisi
Kondisiibu
ibuhamil
hamil Penambahan
Penambahan
Asymtomatik
Asymtomatik + 10% ++ 180
180 Kkal
Kkal(trimester
(trimester1)1)
+10% + 300
300 Kkal
Kkal(trimester
(trimester22dan
dan3)3)
Symptomatic
Symptomatic + 20 30%
30% ++ 500
500Kkal
Kkal(0-6
(0-6bulan)
bulan)
+ 20-30%
20-30% ++ 550
550Kkal
Kkal(7-12
(7-12bulan)
bulan)
Tabel
Tabel12.
12.Rekomendasi
RekomendasiKenaikan
Kenaikan BB selama kehamilan
kehamilanpada
padaODHA
ODHA
Kategori
Kategori Total
Total kenaikan Peningkatan
Peningkatan
IMT
IMT (Kg) BB/minggu
BB/minggupada
pada
Sebelum
Sebelum TMS
TMSkedua
keduadan
dantiga
tiga(kg)
(kg)
IMT
IMT<< 18,5
18,5 12,7-19,5 0,45
0,45
IMT
IMT18,5-24,9
18,5-24,9 11,3-17,1 0,45
0,45
IMT
IMT25-29,9
25-29,9 6,8-12,2 0,0,2727
IMT
IMT 3030 5,0-9,8 0,23
0,23
Sumber
Sumber: :Institute
Institute of
of Medicine,
Medicine, 2009.
Hal-hal
Hal-halpenting
pentingyang
yangharus
harus diperhatikan
diperhatikan ibu hamil
hamil dengan
denganHIV/AIDS
HIV/AIDS
1.1. Ibu
Ibuhamil
hamil dengan
dengan HIV/AIDS
HIV/AIDS perlu mengetahui
mengetahui bahwa
bahwa berat
beratbadan
badan
yang
yangrendah
rendah serta
serta kekurangan
kekurangan zat gizi selama
selama kehamilan
kehamilanterutama
terutama
protein,
protein, vitamin
vitamin dan
dan mineral selama kehamilan
kehamilan meningkatkan
meningkatkan
risiko
risiko ibu
ibu untuk
untuk mengalami
mengalami penyakit
penyakit infeksi
infeksi yang
yang dapat
dapat
meningkatkan
meningkatkan kadar kadar HIV dalam darah darah ibuibu sehingga
sehingga
menambahkan
menambahkan risikorisiko penularan
penularan pada bayi.
bayi.
2.2. Pemantauan
Pemantauan kenaikan
kenaikan berat badan dilakukan
dilakukan bersamaan
bersamaan dengan
dengan
pemeriksaan
pemeriksaantumbuh
tumbuh kembang
kembang janin.
3.3. Ibu
Ibu hamil
hamil dengan
dengan HIV/AIDS
HIV/AIDS perlu mengetahui
mengetahui IMS,
IMS, atau
atau sifilis,
sifilis,
infeksi
infeksiorgan
organ reproduksi,
reproduksi, malaria dan tuberkulosis
tuberkulosis karena
karenaberisiko
berisiko
meningkatkan
meningkatkankadarkadar HIV
HIV dalam darah ibu
ibu sehingga
sehinggarisiko
risikopenularan
penularan
terhadap
terhadapbayi
bayilebih
lebih besar.
besar.
39
= 39 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
4. Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis dan abses pada
payudara akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui
pemberian ASI
5. Ibu hamil dengan HIV/AIDS perlu mendapatkan konseling untuk
membantu mereka membuat keputusan apakah ingin memberikan
memberikan ASI ekslusif atau susu formula kepada bayinya.
6. Sesuai anjuran dari WHO, Ibu harus memilih antara ASI ekslusif
atau susu formula saja bukan mixed feeding.
Mixed feeding memiiki risiko tertinggi untuk terjadinya penularan
HIV kepada bayi. Hal ini karena susu formula adalah benda asing
yang dapat menimbulkan perubahan mukosa dinding usus dan
mempermudah masuknya HIV yang ada dalam ASI ibu ke aliran
darah bayi.
40
= 40 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Hal-hal penting yang harus diperhatikan ibu ODHA yang menyusui
1. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan.
2. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain)
meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi.
3. Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis dan abses pada payudara
akan meningkatkan risiko penularan HIV melalui pemberian ASI.
4. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif dapat menjadi
alteratif jika ibu ingin bayinya tetap mendapatkan ASI
5. Jika menggunakan ASI pengganti donor dari wanita yang HIV negatif maka
dianjurkan untuk memanaskan ASI (minimal 660C) nya untuk mematikan
virus HIV
6. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan
makanan
7. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih
sebelum menggunakannya
8. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak.
9. Apabila ibu memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI
Pemberian susu formula bagi bayi yang negatif atau tidak diketahui
status HIV nya harus memenuhi persyaratan AFASS
(AFFORDABLE = terjangkau, FEASIBLE = mampu laksana,
ACCEPTABLE = dapat diterima, SUSTAINABLE =
berkesinambungan, SAFE = aman).
Pemenuhan AFASS ditandai dengan :
a. Rumah tangga dan masyarakat yang memiliki jaminan atas
akses air bersih dan sanitas yang baik
b. Ibu atau keluarga sepenuhnya mampu menyediakan susu
formula dalam jumlah cukup untuk mendukung tumbuh
kembang anak
c. Ibu atau keluarga mampu menyiapkan susu formula dengan
bersih dan frekuensi yang cukup sehingga bayi aman dan
terhindar dari diare dan malanutrisi
d. Ibu atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan susu formula
secara terus menerus sampai bayi berusia 6 bulan
e. Keluarga mampu memberikan dukugan dalam proses
pemberian susu formula yang baik
41
= 41 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
f. Ibu dan keluarganya dapat mengakses pelayanan kesehatan
yang komprehensif bagi bayinya
Apabila syarat tersebut terpenuhi maka susu formula dapat
diberikan dengan cara penyiapan yang baik .
10. Setelah memilih pemberian susu formula maka bayi sepenuhnya
diberikan susu formula sehingga secara berangsur produksi ASI
akan terhenti secara berangsur. Sementara menunggu terhentinya
produksi ASI untuk menghindari mastitis pada payudara ibu, ASI
diperah dengan frekuensi yang dikurangi secara bertahap sampai
produksi ASI terhenti. ASI perah tersebut tidak diberikan pada bayi.
11. Apabila bayi telah berusia 6 bulan dan ibu akan menggantikan
dengan susu formula, maka persyaratan AFASS harus terpenuhi.
Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ibu tetap memberikan
ASI.
Bayi yang terbukti positif HIV, umumnya mempunyai berat lahir rendah. Bayi
yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat badan
dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya
suatu proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gagal tumbuh.
Keadaan ini disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit
penyerta (misalnya TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak
adekuat.
Kebutuhan energi pada bayi dan anak menyesuaikan dengan usia
dan ditingkatkan sesuai dengan gejala, yaitu:
= 42 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
konseling mengenai pemilihan cara pemberian makanan untuk
bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masing-masing
pilihan tersebut.
Masalah payudara misalnya puting lecet, mastitis, abses dan lain-lain akan
meningkatkan risiko penularan HIV melalui pemberian ASI.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka harus
diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya diberikan ASI
saja, bukan mixed feeding (ASI dan susu formula bergantian). Pemberian
mixed feeding ini terbukti memberikan resiko lebih tinggi terhadap kejadian
infeksi daripada pemberian ASI ekslusif.
43
= 43 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus
segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana
gizi tersebut harus meliputi: Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai
kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai .
44
= 44 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB V
TATALAKSANA GIZI BAGI ODHA DENGAN TUBERKULOSIS
DAN MANIFESTASI KLINIS LAIN
45
= 45 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
2. Rifampisin
Rifampisin dapat menyebabkan anoreksia, gangguan gastro intestinal,
bersifat hepatotoksik dan dapat menyebabkan drug induced hepatitis.
3. Pirazinamid
Pirazinamid dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, bersifat
hepatotoksik dan dapat menyebabkan drug induced hepatitis.
4 Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan mual, namun dapat diberikan dengan
atau bersama makanan, tetapi pemberiannya tidak bersamaan dengan
obat antasida.
5. Obat Anti Tuberkulosis Lini Kedua (OAT untuk TB-MDR),
a. Paraaminosalisilic acid:
Paraaminosalisilic acid bersama yogurt, juice tomat, jeruk dan apel akan
meningkatkan bioavaibilitas dalam bentuk granul, memperlambat
absorpsi dan mencegah efek toksik hepar.
b. Sikloserin
Sikloserin jangan diberikan bersama makanan karena dapat
menurunkan absorpsi terutama makanan yang berlemak.
46
= 46 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Penyebab
Efek Samping Penatalaksanaan
(kemungkinan)
47
= 47 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
48
= 48 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
49
= 49 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
50
= 50 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ARV Efek samping Rekomendasi makanan
Tenofovir Nyeri perut, sakit kepala, kelelahan, Diminum bersamaan
(TDF) pusing. dengan makanan
Zidovudine Anoreksia, anemia, mual, muntah, Lebih baik diminum tidak
(ZDV/AZT) menekan sumsum tulang, sakit bersamaan dengan
kepala, kelelahan, sembelit, konsumsi makanan, tetapi
dispepsia, demam, pusing, jika menimbulkan masalah
dyspnea, insomnia, nyeri otot, ruam. pencernaan (mual), dapat
diminum dengan makanan
tetapi hindari makanan
yang tinggi lemak.
PI
Lopinavir Diare, perut kembung, mual, Diminum bersamaan
(LPV/r) Nyeri perut, ruam. dengan makanan atau
Dapat meningkatkan risiko snack ringan.
lipodistrofi.
51
= 51 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB VI
PENUTUP
Pelayanan gizi bagi ODHA merupakan salah satu komponen yang
penting dalam mendukung keberhasilan perawatan dan pengobatan pada
penderita HIV/AIDS. Pada umumnya ODHA akan mengalami masalah dalam
asupan makanan, yang mengakibatkan penurunan berat badan, menurunnya
imunitas sehingga lebih rentan terhadap penyakit infeksi. Asuhan gizi yang
adekuat pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Buku Pelayanan gizi Bagi ODHA ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA. Pelayanan Gizi
Puskesmas dan Pelayanan Gizi Rumah Sakit diselenggarakan mengacu pada Pedoman
Kementerian Kesehatan, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal. Semoga buku
ini dapat bermanfaat dalam ikut meningkatkan kualitas hidup ODHA.
52
= 52 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
DAFTAR PUSTAKA
53
= 53 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
54
= 54 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 1
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI
Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi oleh tingkat aktifitas dan SDA.
SDA atau Specific Dynamic Action dari intake makanan adalah pengeluaran
energi dari efek makanan yaitu 10% dari total energi makanan.
= 55 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Aktifitas tubuh umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
Aktifitas sangat ringan = 20% x BMR
Aktifitas ringan = 30% x BMR
Aktifitas sedang = 40% x BMR
Aktifitas berat = 50% x BMR
Kebutuhan energi didapat dengan mengalikan AMB dengan faktor akivitas dan
faktor trauma/ stress. Rumus yang digunakan adalah:
Aktivitas Gender
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan*) 1,30 1,30
Ringan**) 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat**) 2,10 2,00
Sumber :
*) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000 **) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998
56
= 56 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 20. Faktor aktivitas & faktor trauma/stress dalam menetapkan
kebutuhan energi
Contoh Kasus 1
Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun,
mempunyai tinggi badan 158 cm dan berat badan 45 kg dengan HIV
stadium I.
Kebutuhan AMB: 1x 45 x 24 Jam = 1080 k kal
Faktor aktifitas = 1,3. Faktor stress = 1,3
Total kebutuhan Kalori = 1080 kkal x 1,3 x 1,3 = 1823,9
(dibulatkan1850 kkal)
57
= 57 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Contoh Kasus 2
Seorang laki-laki menderita HIV stadium III dirawat di RS, berat badan 45 kg
tinggi badan 165 cm.
Berat badan idealnya untuk IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg
atau dibulatkan menjadi 52 kg. Orang ini mengalami kekurangan berat badan
tingkat berat.
IMT: 45 / 1,652 = 16,5.
Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan kebutuhan energinya
adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal
- AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1,3 x 1,3 = 2.109 kkal
- Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal
- Total kebutuhan energi = 2609 kkal
(Pemberian energi ini diberikan secara bertahap dan lihat kondisi pasien
sampai mencapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk menaikan berat
badannya)
Contoh Kasus 3
Laki-laki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 50
kg dengan HIV stadium I (ringan).
Perhitungan kebutuhan energinya adalah:
Berat badan ideal adalah 53 kg.
Faktor aktivitas 1.2
Faktor stress = 1.4 (stress ringan).
Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272 kkal. Kebutuhan Total
energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal.
Perhitungan kebutuhan protein
Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi adalah 12-15%
dan tingkat kecukupan yang dianjurkan berdasrkan BB ideal per hari
adalah 0,8 1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,4-0,5 g/kg BB.
Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan katabolisme
protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB.
Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB.
58
= 58 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak b e r d a s a r k a n proporsi energi dari lemak yaitu
berkisar 20-25% dari total energi dengan rasio lemak tidak jenuh:lemak
jenuh (2 : 1). Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit,
yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Di samping itu, pada penyakit
tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.
Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total
Kebutuhan lemak rendah < 10 % dari kebutuhan energi total
Dalam keadaan tertentu seperti kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian
lemak sangat minimal
= 59 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 2.
STANDAR PENILAIAN STATUS GIZI
Tabel 21. Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak (0-60 Bulan)
Berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
Z-Score
BB/U Gizi Buruk < -3SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
TB/U Sangat Pendek < -3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan < -2SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >-2 SD
BB/TB Sangat kurus < -3SD
atau Kurus -3 SD sampai dengan < -2SD
BB/PB Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Sumber : Kepmenkes 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Anak
LiLA Klasifikasi
> 12,5 cm Normal
11,5 cm sd 12,5 cm Gizi Kurang
< 11,5 cm Gizi Buruk
Sumber: Buku II, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, 2013.
60
= 60 =
IMT (kg/m) = Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) X Tinggi
PEDOMANPELAYANAN Badan
GIZI (m)ODHA
BAGI
LiLA Klasifikasi
21
= 61 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 3.
FORMULIR ASUHAN GIZI DAN EVALUASI ASUHAN GIZI
Diagnosis Medis :
PENGKAJIAN GIZI
Antropometri
BB : kg TB : cm IMT : kg/m
Tinggi Lutut : cm LLA : cm
Biokimia
Klinik/Fisik
Riwayat Gizi
Pola Makan :
Asupan gizi :
Riwayat Personal
DIAGNOSA GIZI/MASALAH
INTERVENSI GIZI
= 62 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Diagnosis medis :
1. Perkembangan Antropometri
2. Perkembangan fisik/klinis
3. Perkembangan
Data laboratorium
63
Formulir Recall 24 Jam
66
= 63 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
FORM MONITORING STATUS GIZI ANAK
A. RIWAYAT
1. Perubahan berat badan
1. Perubahan berat badan dalam 6 bln : kg A B C
2. Persen perubahan berat badan : Meningkat atau menurun <
5%
Penurunan 5 10%
Penurunan > 10%
64
= 64 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Formulir Food Frequency (FFQ)
INSTALASI GIZI POLIKLINIK GIZI KLINIK RS
No. Rekam Medik RIWAYAT GIZI Tanggal
Jenis L/P Umur Th. TB cm Berat Badan
Nama Ideal
Kg Kg
1 x sehari
3-6 x seminggu
1-2 x seminggu
Kurang 1 x
Tak pernah
Lebih 1x sehari
1 x sehari
3-6 x seminggu
1-2 x seminggu
Kurang 1 x
Tak pernah
i
i
Beras Sayuran/tomat/wortel
Jagung Sayuran lain
Mie Pisang
Roti Pepaya
Biskuit/kue Jeruk
Kentang Buah segar lain
Singkong Buah diawet
Ubi rambat Susu segar
Tempe Susu kental manis
Tahu Susu kental tak manis
Oncom Susu tepung whole
Kacang kering Susu tepung skim
Ayam Keju
Daging Minyak/goreng-gorengan
Daging diawet Kelapa/santan
Hati/Limpa/Otak/Usus/Paru Margarin/mentega
2
Telor ayam/bebek Teh Manis
Ikan basah Kopi Manis
Ikan kering Sirop
Udang basah Minuman botol ringan
Sayuran hijau daun Minuman alkohol
Sayuran kacang-kacangan Dll (sesuai kebutuhan)
= 65 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= 66 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= 67 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 5
ALTERNATIF PEMBERIAN/PENGGANTI ASI
68
= 68 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Faktor penting untuk memberikan ASI perah yang dipanaskan
secara amana adalah:
1. Akses air bersih yang ada terus menerus
2. Bahan bakar yang cukup
3. Penghasilan yang tetap yang dapat dikontrol oleh ibu
4. Kulkas jika ARV untuk sementara tidak tersedia
Syarat disusui oleh ibu lain yang tidak terinfeksi HIV adalah:
1. Ada permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang
bersangkutan
2. Identitas dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh
ibu/keluarga bayi yang bersangkutan
3. Persetujuan dari pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi
yang diberi ASI
4. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai
indikasi medis yang menjadi kontraindikasi pemberian ASI
5. ASI tidak diperjualbelikan
69
= 69 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
6. Susu formula diberikan kepada bayi dengan menggunakan cangkir.
Susu yang tersisa tidak diminumkan kepada bayi
7. Setelah selesai semua peralatan dicuci dengan bersih dan disimpan
di dalam wadah tertutup
70
= 70 =
Lampiran 6
Tabel 25. Angka Kecukupan Gizi bagi Orang Indonesia 2013
Kelompok BB TB Energi Protein Lemak (g) Karbohidrat Serat Air
umur (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (mL)
Bayi/Anak
Total n-6 n-3
Laki-laki
7-9 tahun 27 130 1850 49 72 10,0 0,9 254 26 1900
= 71 =
10-12 tahun 34 142 2100 56 70 12,0 1,2 289 30 1800
13-15 tahun 46 158 2475 72 83 16,0 1,6 340 35 2000
16-18 tahun 56 165 2675 66 89 16,0 1,6 368 37 2200
19-29 tahun 60 168 2725 62 91 17,0 1,6 375 38 2500
30-49 tahun 62 168 2625 65 73 17,0 1,6 394 38 2600
50-64 tahun 62 168 2325 65 65 14,0 1,6 349 33 2600
65-80 tahun 60 168 1900 62 53 14,0 1,6 309 27 1900
80+ tahun 58 168 1525 60 42 14,0 1,6 248 22 1600
71
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kelompok BB TB Energi Protein Lemak (g) Karbohidrat Serat Air
umur (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (mL)
Perempuan
Total n-6 n-3
= 72 =
80+ tahun 53 159 1425 55 40 11,0 1,1 232 20 1500
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Hamil (+an)
Timester 1 +180 +20 +6 +2,0 +0,3 +25 +3 +300
Trimester 2 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300
Trimester 3 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300
Menyusui (+an)
6 bln +330 +20 +11 +2,0 +0,2 +45 +5 +800
6 bln kedua +400 +20 +13 +2,0 +0,2 +55 +6 +650
72
Tabel 26. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (Per Orang Per Hari)
Kelomp Vit Vit Vit Vit K Vit Vit Vit Vit B5 Vit B6 Fola Vit Biot Ko Vit C
ok umur A D E (mc B1 B2 B3 (Panto (mg) t B12 in lin (mg)
(m (mc (mg g) (mg) (mg) (mg) tenat) (mc (mcg (mc (m
cg) g) ) (mg) g) ) g) g)
a
Bayi/Anak
06 37 5 4 5 0,3 0,3 2 1,7 0,1 65 0,4 5 12 40
7 11 40 5 5 10 0,4 0,4 4 1,8 0,3 80 0,5 6 15 50
1-3 40 15 6 15 0,6 0,7 6 2,0 0,5 160 0,9 8 20 40
4-6 45 15 7 20 0,8 1,0 9 2,0 0,6 200 1,2 12 25 45
Laki-laki
= 73 =
7-9 50 15 7 25 0,9 1,1 10 3,0 1,0 300 1,2 12 37 45
73
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Perempuan
10-12 60 15 11 35 1,0 1,2 11 4,0 1,2 400 1,8 20 37 50
13-15 60 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 25 40 65
16-18 60 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 30 42 75
19-29 50 15 15 55 1,1 1,4 12 5,0 1,3 400 2,4 30 42 75
30-49 50 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,3 400 2,4 30 42 75
50-64 50 15 15 55 1.0 1,1 10 5,0 1,5 400 2,4 30 42 75
65-80 50 20 15 55 0,8 0,9 9 5,0 1,5 400 2,4 30 42 75
= 74 =
80+ 50 20 15 55 0,7 0,9 8 5,0 1,5 400 2,4 30 42 75
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Hamil (+an)
Timeste +3 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +20 +0,2 +0 +2 +10
Trimest +3 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +20 +0,2 +0 +2 +10
Trimest +3 +0 +0 +0 +0,3 +0,3 +4 +1,0 +0,4 +20 +0,2 +0 +2 +10
Menyusui (+an)
6 bln +3 +0 +4 +0 +0,3 +0,4 +3 +2,0 +0,5 +10 +0,4 +5 +7 +25
6 bln +3 +0 +4 +0 +0,3 +0,4 +3 +2,0 +0,5 +10 +0,4 +5 +7 +25
74
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 7
DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR
Tepung Beras 8= 75
sdm = 50
Tepung Hunkwee 10 sdm 50
Tepung Sagu 8 sdm 50 P-
Tepung Singkong 5 sdm 50
Tepung Tapioka 8 sdm 50
Keterangan :
Na+ = Natrium 200-400 mg P- = Rendah Protein S++
= Serat > 6 g K+= Tinggi Kalium S+
= Serat 3-6 g
1. Rendah lemak
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Babat 1 ptg bsr 40 Ko+, Pr+
Cumi-cumi 1 ekor kcl 45
Daging Asap 1 lembar 20
Daging Ayam Tanpa Kulit 1 ptg sdg 40
Daging Kerbau 1 ptg sdg 35
Dendeng Daging Sapi 1 ptg sdg 15
Dideh Sapi 1 ptg sdg 35
Gabus Kering 1 ptg kcl 10
Ikan Asin Kering 1 ptg sdg 15 Na+
Ikan Kakap 1/3 ekor besar 35
Ikan Kembung 1/3 ekor sdg 30
Ikan Lele 1/2 ekor sdg 40
Ikan Mas 1/3 ekor sdg 45
Ikan Mujair 1/3 ekor kcl 30
Ikan Peda 1 ekor kcl 35
Ikan Pindang 1/2 ekor sdg 25
= 76 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Ikan Segar 1 ptg sdg 40
Kepiting 1/3 gls 50
Kerang 1/2 gls 90 Na+, Pr+
Lemuru 1 ptg 35
Putih Telur Ayam 2 1/2 btr 65
Rebon Kering 2 sdm 10
Rebon segar 2 sdm 45
Selar Kering 1 ekor kcl 20
Sepat Kering 1 ptg sdg 20
Teri Kering 1 sdm 20
Teri Nasi 1/3 gls 20
Udang Segar 5 ekor sdg 35 Ko+
Keterangan
2. Lemak sedang
Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein;5 g Lemak;75 Kalori
Bahan Makanan URT Gram Ket
Bakso 10 bj sdg 170
Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35
Daging Domba 1 ptg sdg 40
Daging Kambing 1 ptg sdg 40
Daging Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+
Ginjal Sapi 1 ptg bsr 45 Ko+, Pr+
Hati Ayam 1 bh sdg 30 Pr+
Hati Babi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+
Hati Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+, Pr+
Otak 1 ptg bsr 65 Ko+, Pr+
Telur Ayam 1 btr 55 Ko+
Telur Bebek Asin 1 btr 50
Telur Penyu 2 btr 60
Telur Puyuh 5 btr 77 55
Usus Sapi 1 ptg bsr 50 Ko, Pr
Tinggi lemak = 77 =
Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori
= 78 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g S++ Serat > 6 g
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
GOLONGAN IV (Sayuran)
Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C,
zat kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran dari
daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang panjang,
buncis, wortel, labu kuning, dan sebagainya. Satu penukar adalah 100 g sayuran
campur lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran
dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya.
1. Sayuran A
Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan
Kalorinya
Baligo
Gambas (oyong) S+
Jamur Kuping Segar S++
Ketimun S+K+
Labu Air
Lettuce S+
Lobak S++
Slada S+K+
Slada Air S+
Tomat
2. Sayuran B
Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat;
79
= 79 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1 g Protein; 25 Kalori
80
= 80 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Kembang Kol S++K+
Kucai S+
Labu Siam
Labu Waluh K+
Leunce
Pare S++
Pepaya Muda S+
Rebung S+K+
Tebu
Terubuk
Wortel S+
3. Sayuran C
Satu satuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3g Protein;
50 Kalori
Bayam Merah S+K+
Daun Katuk S
Daun Labu Siam
Daun Mangkokan
Daun Malinjo S++
Daun Pepaya K++
Daun Singkong S+K+
Daun Tales S+
Kacang Kapri S+
Kluwih K+
Malinjo
Nangka Muda S+
Taoge Kacang Kedele
= 81 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Bahan Makanan URT Gram Ket
Anggur 20 bh sdm 165 S++K+
Apel Merah 1 bh kcl 85
Apel Malang 1 bh sdg 75 S+
Arbei 6 bh sdg 135 K+
Belimbing 1 bh bsr 140 S++K+
Rambutan 8 bh 75
Sawo 1 bh sdg 55
Salak 1 bh sdg 65 S+
Semangka 2 bh sdg 180
Sirsak 1/2 gls 60 S+
Srikaya 2 bh bsr 50 S+
Strabery 4 bh bsr 215 S++
Gula 1 sdm 13
Madu 1 sdm 15
GOLONGAN VI (Susu)
82
= 82 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
= 83 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Minyak Jagung 1 sdt 5
Minyak Kacang Kedelei 1 sdt 5 Tj+
Minyak Kacang Tanah 1 sdt 5 Tj+
Minyak Safflower 1 sdt 5
Minyak Zaitun 1 sdt 5 Tj+
2. LEMAK JENUH
Bahan Makanan URT Gram Ket
Lemak babi 1 ptg kcl
5
Mentega 1 sdm 15
Santan (peras dengan air) 1/3 gls 40 K+
Kelapa 1 ptg kcl 15 K+
Keju Krim 1 ptg kcl 15 K
Minyak Kelapa 1 sdt 5 K
Minyak Ini Kelapa Sawit 1 sdt 5 K
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g
S++ Serat > 6 g
Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal
K+ Tinggi Kalium
84
= 84 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Keterangan :
Na++ Natrium > 400 mg
K+ Tinggi Kalium
Pr+ Tinggi Purin
85
= 85 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 8
FORMULA 1
Nilai Gizi :
Energi (kkal) : 1562.5
Protein (g) : 46.9 (12%)
Lemak (g) : 45.3 (26%)
Karbohidrat (g) 238.9 (62%)
Bahan Makanan Berat (g) URT (Ukuran Rumah Tangga)
Susu Kedelai bubuk 80 8 sdm
Havermout 100 8 sdm
Margarin/Minyak 25 2 sdm
Gula Pasir 100 12 sdm
Mineral Mix 8 1 sachet
Air 1500
FORMULA 2
Nilai Gizi :
Energi (kkal) : 1343.5
Protein (g) : 33.0
Lemak (g): 69.6
Karbohidrat (g) 144.5
Bahan Makanan Berat (g) URT (Ukuran Rumah Tangga)
Alpukat 225 2 bh besar
Wortel 150 2 bh sedang
Tomat 300 3 bh sdg
Apel 250 2 bh sdg
Susu kedelai 150 2 sdm
Gula Pasir 100 10 sdm
Mineral Mix 8
Air
86
= 86 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 9
b. Jumlah
c. Jumlah
a. Jumlah yang pemberian lewat d. Perkiraan Jumlah
pemberian lewat e. Berak Cair
Jam diberikan (ml) mulut (ml) yang dimuntahkan
NS, (jika ada, ya)
(a jumlah sisa di (ml)
jika diperlukan (ml)
tempat pemberian)
Total
Total Volume selama 24 jam = jumlah pemberian lewat mulut (b) + jumlah pemberian lewat NS (c) total
jumlah yang dimuntahkan (d) = ..ml
87
= 87 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Lampiran 10
CONTOH MENU
Menu I
Kalori : 2305
Protein : 66.85
Lemak : 58.77
Karbohidrat : 337.58
PAGI Nasi Goreng ayam 120 gr ( gelas)
Juice wortel + jeruk 100 gr (1 gelas)
10.00 Kolak pisang 1 mangkok
Siang Nasi 100 gr ( gelas)
Daging BB Sate 50 gr (1 pot.sedang)
Sop sayuran 100 gr ( 1 mangkok)
Jeruk 100 gr (1 biji sedang)
16.00 Slada buah ( 1 gelas) (200 cc)
Cucur pisang keju 50 gr (1 porsi)
Malam Nasi 100 gr (3/4 gelas)
Perkedel Kentang 50 gr (1 potong sedang)
Ikan grg BB. Tauco 50 gr (1 potong sedang)
Tauge + tahu grg bumbu Nenas 100 gr ( 1 mangkok)
Pisang raja 100 gr (1 bj )
20.00 Susu coklat 20 gr ( 1 gelas)
Roti goreng isi daging giling 50 gr (1 porsi)
88
= 88 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Menu II
Kalori : 2580,5
Protein : 66.85
Lemak : 58.77
Ha : 346.58
89
= 89 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
CATATAN:
Makanan formula dapat dibuat satu kali untuk kebutuhan sehari dengan 1
kali menghangatkan.
Simpan dalam wadah bersih dan tertutup
Jika pasien masih mau makan, dapat dibuat lagi
Formula dapat dibuat dengan tekstur yang lebih padat atau lebih cair sesuai
dengan kebutuhan
Cara pembuatan :
Siapkan masing-masing bahan sesuai dengan jumlahnya
90
= 90 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Ikan dibersihkan dan dilumuri jeruk nipis + kunyit atau menggunakan
daun kunyit, untuk menghilangkan bau amis. Kemudian ikan
direbus dengan satu gelas belimbing air hingga matang, lalu ambil
bagian daging putihnya dan hancurkan (pisahkan dari duri/ tulang
ikan)
Pisang direbus/dikukus/dibakar agar getahnya hilang, lalu ambil
bagian putihnya (bagian tengahnya dibuang). Campurkan tepung beras
dan pisang. Kemudian aduk sambil ditekan pakai punggung sendok
makan sampai membentuk adonan. Campurkan ikan dan kaldunya ke
dalam adonan, lalu tambah gula, minyak dan garam.
Lanjutkan pemasakan sambil diaduk-aduk diatas api kecil hingga
masak (5 menit)
91
= 91 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Pengarah
Ir. Doddy Izwardy, MA
dr. Marina Damajanti, MKM
Tim Penyusun :
dr. Sulastini, MKes Prof. Dr. Syamsu, SpPD dr. Yetty MP Silitonga
Dr. dr. Anie Kurniawan,MSc dr. Paul F Matulessy, SpGK Ir. Andry Harmany, MKes
dr. Grace Ginting, MARS Dr. Erwin Christianto, dr. Julina
Cornelia, SKM, MSc SpGK Della Rosa, SKM
Ir. Rr. Itje Aisah Ranida, dr. Titis Prawitasari, SpA Retnaningsih
MKes Ineu Sariningrum Witrianti
Suroto, SMK, MKM Siti Fatimah Lucia Pardede, MSc
Titi Resmisari dr. Inti Mujiati Hera Nurlita, SsiT, MKes
Rose Wahyu Wardani, DCN Prof. dr. Nurpudji Taslim,
PhD, SpGK
Editor
dr. Marina Damajanti, MKM
Ir. Mursalim, MPH
Dewi Astuti, S. Gz
dr. Paul F. Matulessy, SpGK
dr. Yanri Wijayanti Subronto, SpPD, PhD
Ineu Sariningrum
Fitri Hudayani, SGz, M.Kes
dr. Dian Nurcahyati Basuki, MSc, IBCLC
= 92 =
PT. BUANA GRAFINDO CEMERLANG
website: www.buanarepro.com
e-mail ; [email protected]
telp: 421 1566,428 03159