Marce Datu Randa (N21116032) Merchandising
Marce Datu Randa (N21116032) Merchandising
Marce Datu Randa (N21116032) Merchandising
FARMASI PERAPOTEKAN
MERCHANDISING
Menyetujui,
Pembimbing Teknis
Manajer Apotek Pelayanan Kimia Farma 199 Erlina
Mengetahui,
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Maksud dan Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Umum Apotek 3
II.2 Tinjauan Khusus Kimia Farma 16
II.3 Tugas Khusus 23
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 35
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan 38
IV.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 40
BAB I
PENDAHULUAN
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu pelayanan, dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (4).
4. Penyimpanan Obat
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darutat dimana isi dipindahkan ke wadah
lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baruh. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch, dan tanggal kedaluarsa. Penyimpanan
obat dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan obat, kelas terapi
serta disusun secara alfabetis. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO
(First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) (4)
5. Pemusnahan
a) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung narkotik atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan resep dan selanjutnya dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (4)
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehiangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. (4)
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan dan faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya sesuai
kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya. (4)
8. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek meliputi:
a. Pengkajian resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administratif, kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi: nama
pasien, umur, jenis kelamin, berat, badan, nama dokter, nomor surat izin
praktek, alamat, nomor telepon, paraf, tanggal penulisan resep. Kajian
kesesuaian farmasetik meliputi: bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas,
kompatibilitas. Kajian klinis meliputi: ketepatan indikasi dan dosis obat,
aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi atau polifarmasi, reaksi
obat yang tidak diinginkan, kontra indikasi, interaksi. Jika ditemukan
adanya ketidaksesuaian dari hasil skrining maka apoteker harus
menghubungi dokter penulis resep untuk mengkonfirmasi (4).
b. Dispensing
Dispensing terdirih dari penyiapan, penyarahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep maka dilakukan hal-
hal seperti menyiapkan obat sesuai dengan resep, melakukan peracikan
jika perlu, memberikan etiket, memasukkan obat dalam wadah. Setelah
dilakukan penyiapan obat, dilakukan cek kembali kesesuaian obat yang
telah disiapkan dengan yang tertulis pada resep (4).
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi obat yang diberikan meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi,
rute, cara pemberian, farmakokinetik, farmakologi, keamaan penggunaan
pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, harga,
dan lain-lain (4).
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien, atau keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahanman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dlam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, apoteker wajib mengawali denga
three prime question. jika dinilai pengetahuan pasien rendah, akan
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker wajib
melakukan verivikasi bahwa pasien atau keluarga pasien benar-benar
mengerti tentang obat yang digunakan (4).
Kriteria pasien yang perluh diberikan konsumen adalah pasien
kondisi khusus (pediatrik, geriatri, gangguan fungsi hati atau ginjal, ibu
hamil dan ibu menyusui), pasien dengan terapi obat jangka panjang
(TB,DM,AIDS,epilepsi), pasien yang menggunakan obat dengan instruksi
khusus (penggunaan kortikosteroid), pasien yang menggunakan obat
dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoi, teofilin), pasien dengan
polifarmasi, dan pasien denga tingkat kepatuhan rendah. (4)
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Care)
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
apoteker adalah penilaian masalah yang nberhubungan dengan
pengobatan, mengidentifikasi kepatuhan pasien, pendampingan
pengelolaan obat atau alat kesehatan di rumah, konsultasi masalah obat,
monitoring pelaksanaan, dan dokumentasi pelaksanaan (4).
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO),
PTO merupakan proses yang memastikab bahwa pasien mendapatkn
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
memiimalkan efek samping (4).
g. Monitoring Efek Samping Obat.
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
onbat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjad pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan
terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (4).
9. Pengelolaan Psikotropika (5)
Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997
merupakan zat atau oabt, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi menjadi 4 beberapa golongan, yaitu:
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mnyebabkan
ketergantungan.
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan
ketergantungan.
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengbatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunya potensi sedang mengakibatkan
ketergantungan.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan untuk terapi dan untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
Simbol matahari
a. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang lebih
baik.
b. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energy, cahaya terebut
adalah penggambaran optimism PT. Kimia Farma dalam menjalankan
bisnisnya.
c. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam arah barat
secara teratur dan terus-meneru, memiliki makna adanya komitmen dan
konsistensi dlam menjalankan segala tugas yang diemban oleh PT. Kimia
Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
d. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan PT.
Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi
kesehatan masyarakat.
e. Semangat yang abadi, wrna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian.Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu
semangat yang abadi.
Jenis Huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan PT.Kimia Farma (Persero) Tbk yang
disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energy bagi PT. Kimia
Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah
ada.
Sifat Huruf
a. Kokoh, memperlihatkan PT.Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
b. Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
c. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan PT. Kimia Farma dalam melayani konsumennya.
Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun produk
unggulan
Customer First
Mengutamakan pelanggan sebagai miitra kerja
Accountable
Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan dengan memegang teguh profesialisme, integritas dan kerja sama
Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran
dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana dalam
menghadapi setiap masalah.
Eco-Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan yang
ramah lingkungan
IV.1 KESIMPULAN
1. Letak Apotek Kimia Farma 199 Erlina cukup stategis.
2. Penerapan Merchandising khususnya pemberian sign category dan
penempatan produk sesuai category di Apotek 199 Erlina belum optimal.
IV.2 SARAN
1. Produk-produk obat di Apotek sebaiknya disediakan lengkap, terlebih
produk yang sering dicari konsumen.
2. Sebaiknya masing-masing produk diberi label harga.
DAFTAR PUSTAKA
9. Sarlo, Evan Rano. Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 38
Medan. E-Repository. Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Medan
LAMPIRAN
Pharmacy Manager
Apoteker Pendamping
Non AA
Asisten Apoteker (Kasir dan Juru
Racik)
Lampiran 5. Skema pengadaan perbekalan farmasi
Bagian Pengadaan
(Gudang)
3 SPB
2
Barang
4/5
+ Faktur
Pelunasan Faktur
Faktur Asli 1 Pemasok/PBF
Barang/faktur
Surat pesanan
Bon
pinjam 6 Copy R/ 8
APP KF lain APP KF 578 Apotek III
Sudiang
Barang/ faktur Barang + kwitansi
7 9
Mendesak
Keterangan:
APP : Apotek Pelayanan
PBF : Pedagang Besar Farmasi
SPB : Surat Permintaan Barang
Lampiran 6. Skema pengadaan narkotika
BM
(PENGADAAN) SP Khusus
Narkotika
SP khusus
2
Faktur
4 Faktur
+Barang 3
SP khusus
APP DISTRIBUTOR
1 BM
Faktur SP Khusus
2 BPBA (PENGADAAN) Psikotropika
SP khusus SP khusus
Faktur
SPB +Barang 3
SPB
PsikttropikAPP
DISTRIBUTOR
Psikttropik
a a
Lampiran 7. Form surat pesanan narkotika
Catatan:
Catt:
Catt:
o Perforate