Antosianin
Antosianin
Antosianin
DISUSUN OLEH :
SONIA MYG
22010316140039
I. TUJUAN
2.5 Antosianin
Antosianin adalah zat warna alami yang bersifat sebagai antioksidan yang
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Lebih dari 300 struktur antosianin yang ditemukan
telah diidentifikasi secara alami. Antosianin adalah pigmen dari kelompok flavonoid
yang larut dalam air, berwarna merah sampai biru dan tersebar luas pada tanaman.
Terutama terdapat pada buah dan bunga, namun juga terdapat pada daun. Kadar
antosianin cukup tinggi terdapat pada berbagai tumbuh-tumbuhan seperti misalnya:
bilberries (vaccinium myrtillus L), minuman anggur merah (red wine), dan anggur
(Jawi dkk., 2007).
Manusia sejak lama telah mengkonsumsi antosianin bersamaan dengan buah
dan sayuran yang mereka makan. Selama ini tidak pernah terjadi suatu penyakit atas
keracunan yang disebabkan oleh pigmen ini sehingga antosianin aman untuk
dikonsumsi, tidak beracun dan tidak menimbulkan mutasi gen. Beberapa penelitian di
Jepang menyatakan bahwa antosianin memiliki fungsi fisiologi. Misalnya sebagai
antioksidan, antikanker, dan perlindungan terhadap kerusakan hati. Antosianin juga
berperan sebagai pangan fungsional, sebagai contoh food ingredient yang sangat
berguna bagi kesehatan mata dan retina yang pertama kali dipublikasikan di Jepang
pada tahun 1997 (Imelda, 2002).
Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang
tersebar dalam tanaman. Pada dasarnya, antosianin terdapat dalam sel epidermal dari
buah, akar, dan daun pada buah tua dan masak. Pada beberapa buah-buahan dan
sayuran serta bunga memperlihatkan warna-warna yang menarik yang mereka miliki
termasuk komponen warna yang bersifat larut dalam air dan terdapat dalam cairan sel
tumbuhan (Fennema, 1976).
2.5.1 Metanol
Sifat fisika Metanol (CH3OH) :
Berwarna bening
Massa molar 32.04 g/mol
Kelarutan dalam air Fully miscible
Titik didih 64.7 C, 148.4 F (337.8 K).
Titik leleh 97 C, -142.9 F (176 K),
Densitas 0.7918 g/cm
Keasaman (pKa) ~ 15.5
Viskositas 0.59 mPas at 20 C
Momen dipol 1.69
Sifat Kimia Methanol:
Beracun
Mudah terbakar
Mudah menguap
Tidak berwarna
Bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol)
2.5.3 Heksana
Sifat Fisika dan Kimia Heksana :
Rumus molekul: C6H14
Berat molekul: 86,18 gr mol1
Penampilan: Cairan tidak berwarna
Densitas: 0,6548 gr/mL
Titik lebur: 95 C, 178 K, -139 F
Titik didih: 69 C, 342 K, 156 F
Kelarutan dalam air: 13 mg/L pada 20C
Viskositas: 0,294 cP
Titik nyala: 23,3 C
Suhu menyala sendiri: 233,9 C
2.5.4 Kloroform
Sifat-sifat Fisika Kloroform
Rumus molekul CHCl3
massa molar 119,38 g/mol
cairan yang tak berwarna
berat jenis 1,48 g/cm3
titik leleh -63,5 oC
titik didih 61,2 oC
kelarutan dalam air 0,8 g/mol pada 20 oC
memiliki indeks bias yang tinggi
berbentuk cairan
berbau khas
volatile (mudah menguap)
beracun
Sifat-sifat Kimia Kloroform
tidak bercampur dengan air
larut dalam eter dan alkohol
merupakan asam lemah
tidak mudah terbakar
Hasil
3.2.1 IdentifikasiAntosianin
Hasil
Campuran Methanol+n-heksana(7:3).
metanol+N- Jahe merah:
heksana dan N- 0,218cm dan 0,327cm.
eksana+metanol Kunyit putih: 0,081 cm
N-heksana+methanol (3:7)
kunyit putih:
0,072cm;
jahe merah:
0,072cm; 0,345cm dan 1cm.
V. PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul Analisis Isolasi Antosianin dilakukan pada tanggal
13 November 2017 di Laboratorium Basah lantai 5 Gedung E Fakultas
Kedokteran UNDIP. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa diharapkan dapat
mengisolasi antosianin dari suatu bunga dengan kromatografi kertas. Prinsip pada
percobaan ini yaitu distribusi senyawa yang akan dipisahkan terhadap fase gerak
dan fase diam. Fase gerak yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pelarut yang
dipakai sedangkan fase diamnya yaitu lempeng KLT. Distribusi senyawa
tergantung pada kepolaran masing-masing komponen. Plat KLT mengandung
adsorben yang bersifat polar berupa silika gel. Eluennya itu sendiri merupakan
pelarut yang dipakai dalam migrasi atau pergerakan dalam mebawa komponen-
komponen yang dianalisa.
Percobaan ini dilakukan dengan cara menyiapkan 3gr serbuk simplisia yakni
kunyit dan jahe merah. Kemudian simplisia tersebut dimaserasi dengan 10 mL
etanol selama 10-15 menit lalu Filtrat disaring dan dimasukkan ke dalam vial, lalu
Plat KLT diberi garis bawah 1 cm dan atas cm. Kemudian ditotolkan eluen ke
atas plat KLT menggunakan pipa kapiler dengan satu sentuhan sampai gelap pada
jarak 1 cm dari dasar lempeng. Setelah itu, kertas saring dimasukkan kedalam
gelas yang telah diisi pelarut lalu diambil ketika pelarut telah merembes sampai
puncak kertas saring. Selepas kertas saring diambil, plat KLT yang telah
dilakukan penotolan sampel langsung dimasukkan kedalam tiap pelarut. Plat KLT
yang dimasukkan ke dalam pelarut jangan sampai mengenai sampel yang
ditotolkan (tinggi pelarut harus dibawah 1 cm dari dasar lempeng). Lempeng KLT
diangkat setelah beberapa menit lalu dikeringkan. Diamati nodanya dibawah
lampu UV 254 nm. Lalu lempeng dipanaskan diatas hotplate sampai warnanya
berubah dan disemprot dengan H2SO4. Diamati warna yang terjadi. Diamati
dibawah lampu UV 365 nm. Dihitung Rf dari senyawa yang dipisahkan.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam pelarut
polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zat aktif yang juga
bersifat polar. Etanol digunakan sebagai cairan penyari karena lebih selektif,
kapang dan khamir sulit tumbuhdalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
dan etanol dapat bercampurdengan air pada segala perbandingan, serta panas yang
diperlukan untukpemekatan lebih rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas
bahan obat terlarut dan tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel.
Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan
menghambat kerja enzim. Metode ekstraksi yag digunakan dalam percobaan ini
yaitu metode maserasi. Menurut List dan Schmidt (2000), metode maserasi
digunaka karena metode ini merupakan metode yang sederhana yaitu dengan cara
merendam serbuk simplisia kedalam pelarut. Proses maserasi dikatakan berhenti
ketika mencapai proses keseimbangan yaitu setelah terjadi keseimbangan
konsentrasi (istilahnya jenuh). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan
selesai, maka zat aktif didalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang
sama, yaitu masing-masing 50%. Setelah itu sampel disaring dan dimasukkan
kedalam suatu vial. Penyaringan dilakukan untuk mendapatkan eluen yang jenuh
dan serbuk simplisianya tidak ikut dalam pengujian.
5.1 Kloroform
Serbuk simplisia jahe merah dan kunyit putih gram dimaserasi dengan
menggunakan pelarut etanol. Pemilihan etanol sebagai pelarut didasarkan pada
etanol bersifat lebih selektif pada senyawa metabolit sekunder, tidak mudah
ditumbuhi jamur dan bakteri pada etanol, tidak beracun, tidak bereaksi dengan
komponen yang diekstraksi, absorbsinya baik, tidak membutuhkan waktu yang
lama dalam pemekatan ekstrak. Selain itu, pelarut etanol dapat mengektraksi
senyawa flavonoid yang tergolong dalam senyawa polar sehingga akan lebih
mudah larut dalam pelarut polar (Markham,1988). Persiapan awal ekstraksi adalah
mengangin-anginkan rimpang jahe merah dan kunyit putih yang bertujuan untuk
mengurangi kadar air. Penghancuran rimpang jahe merah dan kunyit putih
berguna untuk memperbesar luas permukaanjahe merah dan kunyit putih,
sehingga interaksi pelarut dengan senyawa yang akan diambil dapat lebih efektif.
Pada percobaan ini digunakan kloroform sebagai eluen. Alasan penggunaan
kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut baik didalam pelarut
ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung molekul air. Jika dalam
larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat akan berubah menjadi
asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.
Dari hasil percobaan, didapatkan 4 noda pada kunyit dan 3 noda pada jahe
merah dalam penggunaan kloroform sebagai eluen. Sehingga didapatkan nilai Rf
0,045cm;0,4cm;0.45cm;1cm ada kunyit. Sedangkan pada jae, didapatkan nilai Rf
sebesar 0,045cm; 0,1cm; dan 0,16 cm.
5.2 Metanol
Persiapan awal ekstraksi adalah mengangin-anginkan rimpang jahe merah dan
kunyit putih yang bertujuan untuk mengurangi kadar air. Penghancuran rimpang
jahe merah dan kunyit putih berguna untuk memperbesar luas permukaan jahe
merah dan kunyit putih, sehingga interaksi pelarut dengan senyawa yang akan
diambil dapat lebih efektif.
Pada percobaan ini digunakan metanol sebagai eluen. Alasan penggunaan
kloroform adalah karena apabila golongan senyawa inidibandingkan dengan
campuran pelarut lain sama efektifnya dan metanol lebih aman. metanol adalah
semi polar, sehingga pada saat penotolan diharapkan hasil yang baik dikarenakan
tingkat kepolaran yang seimbang.
Dari hasil percobaan, didapatkan 2 noda pada kunyit dan 1 noda pada jahe
merah dalam penggunaan metanol sebagai eluen. Sehingga didapatkan nilai Rf
0,045cm;0,4cm;0.45cm; pada kunyit. Sedangkan pada jahe, didapatkan nilai Rf
sebesar 0,04cm.
5.4 N-heksana
Uji kemurnian dengan analisis KLT menggunakan beberapa fase gerak
menghasilkan isolat relatif murni dengan satu noda pada berbagai polaritas eluen
yang digunakan.N- Heksana digunakan sebagai pelarut karena memiliki beda
polaritas yang kecil. Menurut Sediawan (1997), syarat pelarut untuk ekstraksi
adalah beda polaritas antara solvent dan solute kecil, titik didih rendah (minyak
akan rusak pada suhu tinggi), mudah menguap, tidak berbahaya, tidak beracun,
tidak mudah meledak/terbakar , dan inert; tidak bereaksi dengan solute. Dari hasil
percobaan, tidak ditemukan noda pada kedua simplisia. Hal tersebut mungkin
disebakan karena simplisia yang diekstraksi kurang jenuh sehingga sulit untuk
mendeteksi bercak/noda.Adapun faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi
yakni, rusaknya lempeng KLT, tidak jenuhnya larutan eluen, tidak bersihnya alat
yang digunakan.
6.1 Kesimpulan.
KLT adalah suatu pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat
dengan lapisan bahan absorben inert.
Prinsip pada percobaan ini yaitu distribusi senyawa yang akan dipisahkan
terhadap fase gerak dan fase diam. Fase gerak yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu pelarut yang dipakai sedangkan fase diamnya yaitu
lempeng KLT
1.2 Saran
Lebih perlu belajar mengenai cara pemakaian alat praktikum.
Pesan