Usaha pEmbuaTan Gula Aren
Usaha pEmbuaTan Gula Aren
Usaha pEmbuaTan Gula Aren
GULA AREN
(Gula Semut dan Cetak)
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
GULA AREN
(Gula Semut dan Cetak)
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku
Pola Pembiayaan Usaha Pembuatan Gula Aren (Gula Semut dan Gula Cetak) ini mampu
diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan,
UMKM pengusaha maupun calon pengusaha yang berminat mengembangkan usaha tersebut.
Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia
(www.bi.go.id).
Buku Pola Pembiayaan usaha pembuatan gula aren mengambil sampel di Kabupaten Lebak
Propinsi Banten. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth
interview terhadap pelaku usaha, wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta
dengan pihak perbankan.
Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan
saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT
Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank
Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun
perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan
usaha pembuatan gula aren, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit,
BPR dan UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi
penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat
menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia
dengan alamat:
Gedung Tipikal (TP), Lt. 5
Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110
Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 8951
Email: [email protected]
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi
yang berarti bagi pengembangan UMKM.
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
USAHA PEMBUATAN GULA AREN
No UNSUR URAIAN
d. Produk yang Dihasilkan Gula aren semut dan gula aren cetak sebagai
produk sampingan
e. Pemasaran Produk Dijual langsung, agen, pesanan
8 Kriteria Kelayakan Usaha
Net B/C Ratio DF 18% 1,49
NPV DF 18% Rp 171.023.442,-
IRR 37,75%
PBP usaha 2 tahun 11 bulan (2,95 tahun)
BEP rata-rata penjualan Rp 840.680.710,-
Total penjualan (Tahun) Rp 1.290.000.000,-
BEP Rata-rata produksi per tahun 97.754 kg gula aren semut dan 9.775 kg gula
aren cetak
Penilaian Layak dilaksanakan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
........................................
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI iv
...
DAFTAR TABEL vi
...
DAFTAR GAMBAR vii
......
DAFTAR DIAGRAM viii
.....
BAB I PENDAHULUAN 1
..........
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2006 .................... 2
Tabel 4.1 Perkembangan Luas Pertanaman, Produksi dan Produktivitas Gula Aren di
Indonesia .................................................................................................. 15
Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter Teknis untuk Analisa Keuangan ............................. 20
Tabel 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren .. 23
Tabel 5.10 Analisa Kelayakan Usaha saat Biaya Operasional Naik 7% ... 28
Tabel 5.11 Analisa Kelayakan Usaha saat Biaya Operasional Naik 9% ... 28
Tabel 5.12 Analisa Kelayakan Usaha saat Pendapatan Turun 3% dan Biaya
Operasional Naik 3% ........................................................... 29
Gambar 3.6 Gula Aren Semut Diayak Berdasarkan Ukuran Kehalusan .................. 10
Gambar 3.7 Gula Aren Semut Berdasarkan 3 Jenis Ukuran Kehalusan .................. 10
vii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 3.1 Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh
Pengrajin ............................................................................................. 11
Diagram 3.2 Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Sentra Industri ............ 12
BAB I
PENDAHULUAN
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang memiliki
potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia.
Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur
maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi.
Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang
memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 250
celcius. Di luar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam berproduksi.
Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat
memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan
dan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya
dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat
diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari
semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi
gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri, berikut
adalah beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan.
1
Pendahuluan
Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan
dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses
penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Produk gula
aren ini adalah berupa gula cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira
aren hingga menjadi kental seperti gulali kemudian mencetaknya dalam cetakan berbentuk
setengah lingkaran. Untuk gula semut, proses memasaknya lebih panjang yaitu hingga gula aren
mengkristal, kemudian dikeringkan (dijemur atau dioven) hingga kadar airnya di bawah 3%. Jenis
yang terakhir ini memiliki keunggulan yaitu berdaya tahan yang lebih lama, lebih higienis dan
praktis dalam penggunaannya.
Luas area pohon aren yang diusahakan di Indonesia adalah 62.120 ha dengan jumlah
produksi 36.991 ton dalam bentuk gula merah. Berikut ini adalah enam Propinsi penghasil aren
terbesar di Indonesia.
Tabel 1.1. Enam Besar Propinsi Penghasil Aren di Indonesia Tahun 2006
Gula aren selama ini menjadi sumber mata pencaharian penting bagi para petani di sentra-
sentra produksinya. Salah satu sentra produksi gula aren di Indonesia adalah di Kabupaten Lebak,
Propinsi Banten yaitu tepatnya di desa Hariang, Kecamatan Sobang. Kabupaten Lebak dikenal
sebagai salah satu daerah penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Industri gula aren di
kabupaten ini menyerap 5.406 tenaga kerja melalui 2.982 unit usaha mikro dan kecil, belum
termasuk tenaga kerja di saluran distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton
yang tersebar di 44 sentra produksi1.
1
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lebak, 2005
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Usaha gula aren pada umumnya dilaksanakan oleh para pengrajin sebagai usaha
sampingan. Ini karena waktu penyadapan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari di luar waktu
kerja utamanya. Usaha ini tergolong jenis home industry karena pengerjaannya secara individual di
rumah masing-masing pengrajin. Penyadapan biasanya dilakukan oleh para pria, kemudian proses
pemasakan hingga menjadi gula cetak atau gula semut setengah jadi dilakukan oleh para wanita di
rumah.
Proses produksi gula aren di tingkat petani dilakukan dengan peralatan yang sangat
sederhana, yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan tungku kayu bakar. Gula aren cetak dari hasil
produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar atau pengumpul yang datang
pada hari-hari tertentu. Selain daya tahan yang pendek, gula aren cetak memiliki kelemahan, yaitu
tingkat harga yang sangat fluktuatif. Pada saat musim hujan, yaitu ketika pasokan gula aren
melimpah, harga bisa jatuh hingga kisaran antara Rp. 3000,- dan Rp. 4000,- per kg. Namun pada
saat musim kemarau pasokan gula aren sangat terbatas, sehingga harga dapat naik dari Rp.
9.000,- hingga Rp. 10.000,- / kg.
Untuk memasok industri usaha gula aren semut, biasanya pengrajin hanya memproduksi
bahan setengah jadi, yaitu gula aren semut dengan kadar air yang masih di atas 5%. Bahan
tersebut kemudian dikumpulkan ke sentra produksi oleh para pengumpul. Selanjutnya, gula aren
setengah jadi dihaluskan dan dikeringkan kembali hingga kadar airnya di bawah 3%. Proses
pengeringannya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan panas matahari dan menggunakan oven.
Usaha gula aren di lokasi penelitian terkonsentrasi pada suatu sentra produksi. Adanya
sentra ini membantu pelaku usaha untuk berkembang dan memudahkan pihak-pihak terkait untuk
berkontribusi dalam pengembangannya, misalnya bantuan peralatan (penghancur, oven, loyang
penjemur) melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat. Batuan peralatan ini didistribusikan
melalui kelompok pengrajin, sehingga pemiliknya adalah kelompok yang bersangkutan/bukan
individual. Hasil produksinya kemudian dijual ke pasar dan pedagang besar di kota-kota besar
seperti Tangerang dan Jakarta. Sedangkan, keuntungan yang diperoleh dibagikan di antara
anggota (pengrajin dan pengumpul) dengan proporsi yang sudah ditentukan.
3
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Pada tingkat pengrajin, pembiayaan yang dibutuhkan adalah untuk keperluaan konsumsi
daripada usaha. Ini karena usaha gula aren hanya membutuhkan peralatan yang sederhana,
seperti: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar
dan konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Peralatan tersebut relatif harganya
murah dan atau dapat diusahakan sendiri oleh pengrajin. Sedangkan pinjaman konsumsi
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup keluarga, terutama pada masa paceklik. Sumber pinjaman
biasanya berasal dari pengumpul. Di awal bulan pengumpul memberikan pinjaman kepada
pengrajin berupa bahan makanan dan atau uang untuk keperluan hidupnya. Kemudian pengrajin
akan membayar pinjamannya dengan gula aren yang dihasilkan.
Pengumpul tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu pengumpul murni yang membeli gula aren
cetak untuk dijual ke pasar/agen, dan pengumpul yang juga berperan sebagai pengusaha gula aren
semut. Pengusaha gula aren semut tersebut memproduksi gula aren semut sebagai produk utama
dan gula aren cetak sebagai produk sampingan.
BAB III
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
Lokasi usaha produksi gula aren sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku yaitu nira
aren. Hal ini disebabkan daya tahan nira aren hanya tiga jam sebelum menjadi asam akibat proses
fermentasi. Oleh karena itu, bahan baku perlu penanganan yang cepat, nira hasil sadapan harus
segera diolah menjadi gula cetak.
Daerah yang memiliki banyak pohon aren, umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula
aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Salah satu sentra produksi yang relatif
berkembang ada di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Di wilayah tersebut terdapat 44 sentra
produksi yang mampu menghasilkan 2.249 ton per tahun gula aren.
b. Lahan penjemuran
Luas lahan penjemuran disesuaikan dengan skala usaha.
3.2.2. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha gula aren relatif sederhana, yaitu: lodong atau
bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar, saringan nira, golok
sadap, pemukul (paninggur), konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Sedangkan
untuk usaha gula aren yang sudah berskala industri kecil menggunakan alat tambahan berupa
nampan aluminium untuk menjemur gula aren semut, mesin penggiling, oven pemanas, mesin
pengayak dan alat pengayak manual.
5
Aspek Teknik Produksi
Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk usaha gula aren adalah nira aren. Perbedaan
jenis gula aren yaitu gula cetak dan gula semut karena perbedaan pengolahannya.
Jenis gula aren cetak pengolahan nira dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari
kemasaman. Pengolahan gula aren cetak selain bahan baku, juga memerlukan bahan pelengkap
yaitu sarang madu yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengentalkan nira ketika dipanaskan.
Sedangkan untuk gula aren semut, bahan baku selain langsung dari nira aren juga dapat
dari gula aren semut setengah jadi. Pada skala industri kecil, umumnya digunakan bahan baku
berupa gula aren semut setengah jadi yang diperoleh dari pengrajin dan atau pengumpul.
Tenaga kerja pada usaha gula aren umumnya berasal dari anggota keluarga dan
masyarakat di sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja keluarga biasanya dipraktekkan di tingkat
pengrajin, yaitu penyadap oleh anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga
perempuan sebagai pemasak nira aren.
Pada tingkat skala industri kecil, menggunakan tenaga kerja sebanyak 6-12 tenaga kerja
yang berasal baik dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Tenaga kerja tersebut dapat
digolongkan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap yang memproses gula aren
semut. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja administratif yang digaji per bulan, sedangkan
tenaga kerja tidak tetap dibayar upah sebesar antara Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,- per hari.
3.5. Teknologi
a. Teknologi Tradisional
Teknologi tradisonal digunakan di tingkat pengrajin, yaitu dengan menggunakan peralatan
yang sangat sederhana. Penggunaan alat sederhana berpengaruh pada kapasitas produksi dan
mutu yang relatif rendah.
b. Teknologi Mekanisasi
Teknologi ini umumnya digunakan pada skala industri kecil. Teknologi mekanisasi yang
biasanya dipakai antara lain: mesin penggiling, mesin pengayak dan oven pengering.
Proses produksi gula cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dari nira aren
atau dari gula semut reject. Proses produksi gula cetak yang menggunakan nira aren biasanya
hanya dilakukan di tingkat pengrajin. Sedangkan, di tingkat industri, gula cetak diproduksi dari
gula semut reject yaitu gula semut yang menggumpal dan tidak lolos ayakan.
Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada perbedaan. Proses
produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren.
Penyadapan nira aren biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Sebelum menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang
bertujuan untuk mengurangi resiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro.
Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren kemudian dituang di
kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi kemudian disimpan.
Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren
mentah hanya tahan 3 jam.
7
Aspek Teknik Produksi
Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk
kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng
atau minyak kelapa sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak, sesekali
dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih,
pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan
pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu.
Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur
dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama
pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam.
Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula
aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren
yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat
dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan.
Industri kecil gula aren semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula aren di Lebak
menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi dari pengrajin
terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih
menggumpal.
9
Aspek Teknik Produksi
Setelah penggilingan, gula aren semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air
di bawah 3%.
Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan
ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos
pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian dimasak kembali
hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak.
Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan ayakan ukuran yang
lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang terkecil. Jumlah produksi gula semut
dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan dengan permintaan pasar.
Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut, kemudian dijemur di bawah
panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3%. Jika tidak ada sinar matahari, proses
pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering, misalnyanya oven pemanas. Gula
semut yang sudah kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri
makanan atau pedagang besar dengan kemasan plastik untuk dipasarkan.
Secara garis besar alur proses produksi gula aren dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram 3.1. Diagram alur proses produksi gula aren cetak dan gula semut oleh pengrajin
Nira Aren
Pensterilan
Pendinginan
Pengadukan
dipercepat
Gula Cetak
11
Aspek Teknik Produksi
Diagram 3.2. Diagram alur proses produksi gula semut oleh sentra industri
Penggilingan
Pengeringan
Pemasakan
Pendinginan
Gula Cetak
Usaha gula aren menghasilkan dua jenis produk yaitu gula aren cetak dan gula aren semut.
Sedangkan untuk jumlah produksi, baik gula aren cetak atau semut pada skala pengrajin adalah
antara 2 10 kg per hari. Sementara, pada skala industri kecil, produksi gula aren per hari antara
200 2.000 kg. Jumlah produksi dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim hujan, jumlah nira
aren yang dihasilkan lebih banyak dibanding pada saat musim kemarau. Dengan demikian, hasil
produksi gula aren musim hujan lebih banyak dari musim kemarau. Tetapi dari sisi kualitas, gula
aren musim kemarau lebih baik daripada musim hujan. Hal ini karena kadar air nira musim hujan
lebih tinggi dari musim kemarau.
Mutu gula aren cetak ditentukan oleh tekstur, aroma dan warna. Namun demikian, tidak
ada perbedaan harga untuk perbedaan mutu berdasarkan ketiga variabel tersebut baik di tingkat
pengrajin maupun industri kecil. Sedangkan, gula aren semut untuk memenuhi standar industri
merujuk pada standar tingkat kehalusan serbuk dan kadar air. Kehalusan serbuk dibagi dalam 3
jenis ukuran, yaitu: 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%.
Tingkat kehalusan serbuk gula semut inilah yang menentukan perbedaan harga. Harga gula aren
semut ukuran 20 mesh (terkecil) adalah yang paling mahal.
Hasil produksi gula aren di tingkat pengrajin ditentukan oleh musim dan jumlah pohon aren
yang dimiliki. Rata-rata seorang pengrajin memiliki 10 60 pohon, dimana hanya sepertiga atau
sekitar 4 20 pohon diantaranya yang memproduksi nira. Sementara, sisanya pohon masih muda
atau belum berproduksi. Mengingat tidak adanya biaya variabel di tingkat pengrajin gula aren
(kayu bakar, minyak kelapa dan nira aren diproduksi sendiri), maka semakin banyak produksi gula
aren, keuntungan yang didapat semakin besar.
Sedangkan hasil gula aren di tingkat industri kecil, produksi optimum mencapai 2 ton per
hari. Hal ini diperhitungkan dari besarnya rata-rata permintaan pasar terhadap produk gula aren di
Kabupaten Lebak.
Kendala produksi yang dialami dalam usaha pembuatan gula aren adalah fluktuasi jumlah
nira aren yang dihasilkan dan harga. Fluktuasi ini terjadi karena pengaruh musim. Pada saat musim
hujan jumlah produksi meningkat tetapi harga produk justru turun, sementara pada musim
kemarau terjadi sebaliknya. .
Selain itu, pada tingkat industri kecil juga mengalami kendala pengadaan peralatan
produksi misalnya oven pengering. Oven ini sangat dibutuhkan terutama pada musim pengujan,
dimana produksi sedang tinggi tetapi tidak ada panas matahari sebagai pengering.
13
Aspek Teknik Produksi
BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
4.1.1. Permintaan
Usaha gula aren di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Ini
dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya
untuk jenis gula semut, yang seringkali sulit dipenuhi. Berdasarkan survei, sebuah industri kecil
dalam sebulan dapat memperoleh pesanan sebesar 15 25 ton. Pesanan tersebut sampai saat ini
belum mampu dipenuhi akibat keterbatasan pasokan dan kurangnya modal.
Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari
industri makanan dan obat yang tersebar di sekitar Tangerang. Sementara untuk pasar lokal,
permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk
permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang.
4.1.2. Penawaran
Produksi Produktivitas
Tahun Luas Areal (Ha)
(ton) (Kw/Ha)
1996 46.105 25.392 10,05
1997 45.611 19.067 7,38
1998 44.857 38.069 14,31
1999 44.802 20.874 7,65
2000 47.730 27.682 9,96
2001 50.543 33.498 11,38
2002 48.797 28.189 10,15
2003 55.183 34.051 10,42
2004 59.557 32.880 10,12
2005 60.761 35.899 10,13
Sumber: Ditjen Perkebunan (1996-2007)
15
Aspek Pasar dan Pemasaran
Perluasan areal tanaman aren dapat diindikasikan sebagai jaminan pasokan bahan baku. Ini
juga berarti usaha gula aren dapat berkelanjutan dan berpeluang untuk meningkatkan kapasitas
produksinya. Dengan demikian, dari sisi penawaran berpotensi untuk menaikan produk gula aren
sebagai upaya untuk memenuhi permintaan yang cenderung makin tinggi.
Persaingan antar usaha gula aren di lokasi penelitian relatif masih rendah karena jumlah
pengusaha gula aren tidak terlalu banyak. Dengan demikian, jumlah penawaran masih lebih
rendah dibanding permintaannya, terutama pada saat permintaan tinggi yaitu pada bulan
Ramadhan dan Idul Fitri. Sebagaimana yang diuraikan pada sub bab 4.1.1 pengusaha seringkali
tidak mampu memenuhi permintaan pasar.
4.2.1. Harga
Harga gula aren ditentukan oleh musim, dimana musim hujan saat produksi nira melimpah
harga turun, sebaliknya saat musim kemarau saat produksi nira sedang berkurang harga naik.
Secara umum fluktuasi harga per kg untuk gula aren cetak berkisar antara Rp3000,- - Rp9000,-,
sedangkan gula aren semut berkisar Rp7000,- - Rp.10.000,-.
Gula aren, baik gula aren cetak maupun gula aren semut, dapat dipasarkan melalui
beberapa jalur pemasaran. Jalu-jalur tersebut antra lain dapat dilihat pada diagram 4.1 dan 4.2
Pengrajin
Pengrajin
Kendala pemasaran yang masih dihadapi oleh pengusaha dalam pemasaran produk gula
aren, antara lain:
a. Kurangnya akses terhadap informasi pasar, terutama tentang harga, sehingga pengrajin sangat
tergantung pada harga yang diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin rendah).
b. Masyarakat masih kurang mengenal produk gula aren semut sebagai subtitusi gula pasir tebu.
Hal ini menyebabkan gula aren semut lebih dikenal untuk keperluaan industri daripada untuk
konsumsi. Padahal, peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan pemanis pada pasar konsumsi
relatif besar.
17
Aspek Pasar dan Pemasaran
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Analisis keuangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pengusaha maupun
pemerhati usaha gula aren terhadap nilai tambah yang dihasilkan dalam kegiatan usaha ini.
Pengusaha dipacu untuk mampu mengembalikan kredit yang diberikan oleh bank dalam jangka
waktu yang wajar (3 tahun). Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha gula
aren yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya repliaksi usaha
di wilayah lain.
Pola pembiayaan yang dianalisis adalah usaha gula aren skala industri kecil. Industri yang
menjadi contoh adalah usaha gula aren yang dimiliki oleh kelompok tani di desa Hariang,
kecamatan Sobang, kabupaten Lebak.
Produk utama yang dihasilkan adalah gula aren semut dengan kadar air 3% dan produk
sampingan adalah gula aren cetak yang berasal dari gula aren semut yang tidak lolos pada saat
pengayakan. Kapasitas produksi per bulan adalah 12.500kg gula aren semut dan 1.250kg gula
aren cetak.
Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren menjelaskan gambaran umum
variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan analisis keuangan. Asumsi tersebut diambil
berdasarkan survei lapangan yang dilakukan terhadap industri terkait. Periode proyek adalah lima
tahun dimana tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun
ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah tenaga
kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha setiap bulan mampu
memproduksi 12.500 kg gula aren semut dan 1.250 kg gula aren cetak dengan angka rendemen
sebesar 92%. Harga gula aren semut rata-rata di pasar lokal sebesar Rp 8.000,- per kg, dan gula
aren cetak Rp. 6000,- per kg. Hari kerja selama setahun sebanyak diasumsikan 300 hari (25 hari
per bulan). Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren dapat dilihat pada tabel 5.1.
Selengkapnya dapat dilihat lampiran 1.
19
Aspek Keuangan
Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan. Biaya investasi secara garis besar terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu: biaya
perizinan, sewa tanah dan bangunan, peralatan produksi, peralatan lain, dan kendaraan carry.
Biaya perijinan meliputi SIUP, SITU, ijin usaha industri dan wajib daftar perusahaan yang
masa berlakunya 5 tahun, sementara untuk ijin Depkes dan NPWP yang berlaku selamanya. Jumlah
biaya perijinan total mencapai Rp. 1.750.000,-. Sewa tanah dan bangunan dibayarkan sekaligus
selama masa proyek yaitu 5 tahun, karenanya setiap tahun harus dikeluarkan biaya amortisasi
untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk
pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah
biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol adalah Rp. 259.200.000,-.
Komponen biaya investasi berurutan dari yang terbesar adalah sewa tanah dan bangunan
yaitu 46,3% dari total biaya investasi pada awal usaha, kemudian diikuti biaya kendaraan carry
yaitu sebesar 27%, peralatan produksi yaitu sebesar 25,7% dan sisanya 1% adalah untuk investasi
pembelian peralatan lain dan perijinan. Kebutuhan biaya investasi dapat dilihat pada tabel 5.2.
Sedangkan, rincian biaya investasi dapat dilihat pada lampiran 2.
Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah
produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku, bahan pendukung,
biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan umum.
Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi gula aren.
Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari (asumsi yang digunakan adalah 25 hari kerja per
bulan dan 12 bulan kerja dalam setahun).
Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap
terdiri dari seorang pimpinan dengan bayaran Rp. 2.000.000,- per bulan, 2 orang tenaga
administrasi gaji masing-masing Rp. 800.000,- per bulan. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap
adalah 3 orang yang masing-masing dibayar dengan upah sebesar Rp. 30.000,- per hari. Jumlah
21
Aspek Keuangan
biaya operasional untuk usaha gula aren disajikan pada tabel 5.3. Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 3.
Besarnya dana modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali
siklus produksi. Usaha produksi gula aren mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai
memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 25 hari atau 1 bulan. Sehingga
kebutuhan dana modal kerja adalah:
Kebutuhandana modalkerja
siklus produksi biaya operasional setahun
hari kerja setahun
25
Rp.1.107.017..500,-
300
Rp.92.251.458,-
Dengan demikian total kebutuhan biaya untuk modal awal usaha gula aren sebesar Rp.
351.451.458,- yang terdiri dari biaya investasi sebesar Rp. 259.200.000,- dan modal kerja awal
untuk 1 siklus produksi gula aren (1 bulan/25 hari) yaitu sebesar Rp. 92.251.458,-. Kebutuhan
dana investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri. Salah satu sumber dana yang
dapat dimanfaatkan adalah dana kredit dari perbankan.
tenggang. Sistem perhitungan bunga secara efektif menurun. Kebutuhan dana usaha gula aren
selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 5.4 dan lampiran 4.
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka kapasitas produksi usaha gula aren selama satu
tahun adalah 150.000kg gula aren semut dan 15.000kg untuk gula aren cetak. Harga jual gula
aren semut rata-rata sebesar Rp. 8.000,-/kg, sedangkan untuk gula aren cetak Rp. 6.000,-/kg.
Dengan demikian, pendapatan yang dihasilkan dari produksi gula aren semut adalah Rp.
1.200.000.000,-. dan gula aren cetak sebesar Rp. 90.000.000,- atau totalnya (kotor) mencapai Rp
1.290.000.000 per tahun. Perhitungan produksi dan pendapatan dapat dilihat pada tabel 5.5 atau
lampiran 6.
23
Aspek Keuangan
Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian
penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih
antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel pada 5.6. di bawah ini menunjukkan
keuntungan (surplus) selama periode proyek.
No Uraian Rata-rata
1 Pendapatan 1,290,000,000
2 Biay a Operasional Produksi 1,107,017,500
3 Laba Kotor 182,982,500
Bunga Kredit 9,495,000
4 Laba Sebelum Pajak 173,487,500
Biaya Penyusutan 45,240,000
5 Laba Kena Pajak 128,247,500
Pajak 20,974,250
6 Laba Bersih 107,273,250
7 Profit margin (%) 8.32
Perhitungan proyeksi laba rugi (lampiran 7) menunjukkan bahwa pada tahun pertama
usaha saja, telah menghasilkan keuntungan sebesar Rp 93.812.250,-. Laba ini meningkat pada
tahun berikutnya karena makin berkurangnya beban angsuran bunga dan mencapai puncaknya
ketika kredit lunas setalah tahun ke tiga. Laba rata-rata selama periode proyek mencapai Rp
107.273.250,- per tahun dengan profit margin rata-rata per tahun sebesar 8,32%.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan gula aren,
maka diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp. 840.680.710,- .
Nilai ini sama dengan jumlah BEP rata-rata produksi sebesar 97.754 kg gula aren semut dan 9.775
kg gula aren cetak tiap tahunnya.
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus
masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk
gula aren semut dan gula aren cetak selama satu tahun, dimana asumsi kapasitas usaha
berpengaruh pada besarnya volume produksi yang akan menentukan nilai total penjualan,
sehingga arus masuk menjadi optimal. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya modal
kerja, biaya operasional termasuk angsuran pokok, angsuran bunga.dan pajak penghasilan.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha gula aren ini menguntungkan karena pada
discount factor 18% per tahun net B/C ratio sebesar 1,49 (> 1) dan NPV sebesar Rp. 171.023.442,-
(> 0). Dengan nilai IRR 37,75% (> discount rate) artinya proyek ini masih layak dilakukan sampai
pada tingkat suku bunga sebesar 37,75% per tahun. Perhitungan kelayakan ditampilkan pada
table 5.7. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
Pada tabel 5.7 juga dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya
investasi/PBP (usaha) adalah 2 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan
karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek yaitu 5 tahun.
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren Layak dan
Menguntungkan.
25
Aspek Keuangan
Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan
dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan
komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan
pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian
yang cukup tinggi. Untuk mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang
digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek/usaha terhadap perubahan harga input
maupun output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:
1. Skenario I
Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional
dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga gula aren,
jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun.
2. Skenario II
Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan proyek
investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga input untuk
operasional seperti bahan baku, peralatan operasional, dll.
3. Skenario III
Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu diasumsikan penerimaan
proyek mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya
investasi tetap.
Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 6%, usaha gula aren ini
masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan
investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,12 (> 1), NPV sebesar Rp.
35.062.924,- (> 0), nilai IRR 23,01% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 (< periode
proyek).
Saat pendapatan usaha turun sebesar 7%, usaha gula aren ini sudah tidak layak
dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada
discount rate 18%) sebagai berikut: NPV Rp1.194.644,-, nilai IRR 18,17% (> discount rate), PBP
(usaha) adalah 4 tahun 11 bulan (< periode proyek), tetapi net B/C sebesar 1,00 (= 1) sehingga
tidak layak untuk diusahakan.
DF 18%
PV Benefit 3,807,677,945
PV Cost 3,772,615,021
B/C Ratio 1.01
NPV 35,062,924
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 326,514,382
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.12
DF 18%
PV Benefit 3,767,337,439
PV Cost 3,766,142,795
B/C Ratio 1.00
NPV 1,194,644
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 292,646,103
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.00
Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 7%, usaha gula aren ini masih
layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi
(pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,12 (> 1), NPV sebesar Rp.
36.374.413,- (> 0), nilai IRR 23,21% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 bulan (<
periode proyek).
Ketika kenaikan biaya operasional mencapai 9% maka usaha ini sudah tidak layak
dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada
discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 0,92 (< 1), NPV negatif, dan nilai IRR 14,42%
(< discount rate). Selain itu PBP (usaha) lebih besar dari periode proyek yaitu 5 tahun.
27
Aspek Keuangan
DF 18%
PV Benefit 4,049,720,982
PV Cost 4,013,346,570
B/C Ratio 1.01
NPV 36,374,413
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 327,825,871
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.12
Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya
operasional masing-masing sebesar 3%, usaha gula aren ini masih layak dilaksanakan. Hal ini
berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%)
sebagai berikut: net B/C sebesar 1,18 (> 1), NPV sebesar Rp. 51.991.231,- (> 0), nilai IRR 25,41%
(> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 2 bulan (< periode proyek)
DF 18%
PV Benefit 3,928,699,464
PV Cost 3,876,708,233
B/C Ratio 1.01
NPV 51,991,231
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 343,442,689
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.18
Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif terhadap
penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Dengan memperhatikan kriteria
jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan
pendapatan sebesar 6%, artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari 6% tiap tahunnya
proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Sedangkan jika dilihat dari perubahan biaya operasional,
proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 7% dengan asumsi biaya investasi dan
pendapatan tetap. Artinya jika kenaikan biaya operasional lebih besar dari 7% tiap tahun, proyek
ini menjadi tidak layak/merugi. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini
sensitif pada kondisi terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-
masing sebesar 3%.
29
Aspek Keuangan
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan produksi gula aren antara lain sebagai berikut:
a) Menyediakan lapangan kerja bagi penduduk di sekitar sentra produksi gula aren.
b) Meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan dan diperoleh pengrajin dan pengusaha gula aren.
d) Meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk gula aren ke luar negeri.
e) Mendorong adanya penelitian dan pengembangan teknologi produksi gula aren secara
berkesinambungan.
Usaha produksi gula aren tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, bahkan
menciptakan manfaat bagi lingkungan karena:
a) Tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan oleh industri gula aren.
b) Perakaran pohon aren sangatlah dalam, sehingga membantu mengangkat unsur hara dari
tanah yang dalam ke permukaan yang berakibat pada semakin suburnya tanah disekitarnya.
Itulah sebabnya di sekitar pohon aren, para pengrajin dapat melakukan kegiatan bercocok
tanam secara tumpang sari untuk menambah penghasilan.
31
Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
a. Industri kecil gula aren dilakukan secara kelompok oleh masyarakat pengrajin di desa Hariang,
kecamatan Sobang, kabupaten Lebak merupakan sumber pendapatan keluarga bagi
masyarakat.
b. Permintaan dan penawaran gula aren di pasar sangat fluktuatif. Permintaan sangat tinggi pada
saat menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan penawaran bergantung
pada curah hujan. Saat musim kemarau, air nira yang dihasilkan sangat sedikit sehingga gula
aren yang diproduksi jumlahnya kecil, dan sebaliknya di saat musim penghujan.
c. Daerah yang memiliki banyak pohon aren umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren
baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Hal ini karena setelah diambil, nira hasil sadapan
harus segera diolah. Mengingat daya tahan nira aren setelah disadap hanya 3 jam sebelum
menjadi asam akibat proses fermentasi.
d. Terkait dengan replikasi usaha di wilayah lain, sepanjang tersedia bahan baku pohon aren
maka usaha gula aren dapat dilakukan. Ini mengingat, usaha gula aren relatif tidak
membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus, peralatan yang digunakan
sederhana dan hanya membutuhkan modal kecil atau tidak sama sekali jika masyarakat
mempunyai bahan bakunya sendiri.
e. Berdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap usaha produksi gula aren pada tingkat
discount rate 15%, diperoleh NPV sebesar Rp. 184.993.036,- (> 0), net B/C ratio sebesar 1,53
(> 1) dan nilai IRR 35,25% (> discount rate). Hasil perhitungan kelayakan usaha tersebut
menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula aren ini layak dilaksanakan.
f. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif
terhadap penurunan pendapatan di atas 7% dan kenaikan biaya operasional di atas 8%.
Analisis sensitivitas terhadap perubahan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional
menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan pendapatan sekaligus kenaikan
biaya operasional masing-masing sebesar 3%
33
Pendahuluan
7.2. Saran
a. Investasi peralatan dibutuhkan baik untuk peningkatan kapasitas produksi maupun untuk
perbaikan kualitas produk gula aren. Hal ini mengingat peluang pasar domestik maupun ekspor
masih sangat terbuka dan sejauh ini belum optimal mampu dimanfaatkan oleh pelaku usaha
gula aren.
b. Pembiayaan dari lembaga keuangan formal (bank) sangat dibutuhkan untuk pengadaan alat-
alat baik untuk perbaikan mesin maupun pembeliaan mesin baru. Guna memotivasi pelaku
usaha untuk mengakses kredit dari perbankan maka perlu ada skim pembiayaan yang dapat
mengakomodir siklus produksi dan nature of business gula aren.
c. Untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu produk yang dihasilkan, maka pengusaha perlu
lebih memperdalam pengetahuan mengenai teknik produksi, teknologi, dan informasi
mengenai produksi gula aren yang efektif dan higienis.
d. Untuk meningkatkan produksi, perlu diadakan pembudidayaan bibit gula aren secara intensif
untuk menggantikan pohon aren yang sudah tidak produktif lagi. Selain itu perlu adanya
transfer teknologi pengolahan gula aren cetak dan semut melalui pelatihan dan penyuluhan
secara berkala dan pengenalan teknologi tepat guna sehingga lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Neraca Bahan Makanan, BPS (199996-1999); dan Neraca Bahan Makanan, Deptan (2000-
2002).
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kab. Lebak, Profil Potensi Komoditi Gula
Aren. Lebak: 2005.
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode, dan Kasus, Gramedia Pustaka Utama,
1997.
Rachman, Benny, dkk, Kajian Sosial Ekonomi Gula Aren, Badan Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Banten, Serang: 2005.
35
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
Lampiran 1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Gula Aren
Jumlah
No Asumsi (Nilai) Satuan Keterangan
1 Periode proyek 5 tahun Periode 5 tahun
2 Jumlah hari kerja per bulan 25 hari
3 Jumlah bulan kerja per tahun 12 bulan
4 Skala Usaha Untuk satu hari
a. Bahan baku *) 600 kg
b. Output produksi
Gula Cetak 50 kg
Gula Semut 500 kg
5 Harga produk **)
Gula Cetak 6,000 Rp/kg
Gula Semut 8,000 Rp/kg
6 Harga Bahan Baku **) 5,000 Rp/kg
7 Biaya pemeliharaan 5% %/thn dari nilai peralatan dan mobil
8 Discount Factor (suku bunga) 18% % Tingkat Suku Bunga Pinjaman
*) Gula aren setengah jadi yang dihasilkan pengrajin
**) Harga rata-rata sepanjang tahun (rata-rata terbobot dari harga masing-masing musim)
***) Jumlah hari kerja perbulan dikali upah harian (Rp 30.000 per hari)
37
Lampiran
No Jenis Biaya Satuan Jml Harga Nilai Umur Penyusutan Nilai Sisa
satuan Rp ekonomis per thn Rp
1 Perizinan Berkas
SIUP 1 300,000 300,000 5 60,000
SITU 1 300,000 300,000 5 60,000
Izin Usaha Industri 1 300,000 300,000 5 60,000
Wajib Daftar Perusahaan 1 300,000 300,000 5 60,000 -
Izin Depkes 1 300,000 300,000 selamanya - -
NPWP 1 250,000 250,000 selamanya - -
Sub jumlah 1,750,000 240,000 -
2 Sewa tanah dan bangunan thn 5 24,000,000 120,000,000 5 24,000,000
3 Peralatan Produksi
Mesin gilingan unit 2 5,000,000 10,000,000 5 2,000,000 -
Oven unit 1 15,000,000 15,000,000 5 3,000,000 -
Kompor utk Oven unit 1 5,000,000 5,000,000 5 1,000,000
Loyang aluminium unit 60 250,000 15,000,000 5 3,000,000 -
Cetakan unit 20 10,000 200,000 2 100,000 100,000
Mesin ayakan unit 1 20,000,000 20,000,000 5 4,000,000 -
Ayakan manual unit 6 250,000 1,500,000 2 750,000 750,000
Sub jumlah 66,700,000 13,850,000 850,000
4 Peralatan lain
Timbangan 5 kg unit 3 150,000 450,000 5 90,000 -
Timbangan 25 kg unit 1 300,000 300,000 5 60,000 -
Sub jumlah 750,000 150,000 -
5 Kendaraan carry unit 1 70,000,000 70,000,000 10 7,000,000 35,000,000
35,850,00
Jumlah biaya investasi 259,200,000 45,240,000 0
Nilai Penyusutan
No Jenis Biaya Rp per thn
1 Perizinan 1,750,000 240,000
3 Sewa tanah dan bangunan 120,000,000 24,000,000
2 Peralatan Produksi 66,700,000 13,850,000
3 Peralatan lain 750,000 150,000
4 Kendaraan carry 70,000,000 7,000,000
Jumlah Biaya Investasi 259,200,000 45,240,000
5 Sumber Dana Investasi dari Rp
Kredit 150,000,000
Dana Sendiri 109,200,000
39
Lampiran
41
Lampiran
60,000,000
Nilai Kredit Investasi (Rp)
12
Jangka waktu kredit (bulan)
18
Bunga per tahun (%)
menurun
Jumlah angsuran per bulan
43
Lampiran
1 Jenis Produk
TAHUN
No Uraian 1 2 3 4 5 Rata-rata
1 Pendapatan 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000
Biaya Operasional
2 Produksi 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500
3 Laba Kotor 182,982,500 182,982,500 182,982,500 182,982,500 182,982,500 182,982,500
Bunga Kredit 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - - 9,495,000
4 Laba Sebelum Pajak 154,257,500 169,107,500 178,107,500 182,982,500 182,982,500 173,487,500
Biaya Penyusutan 45,240,000 45,240,000 45,240,000 45,240,000 45,240,000 45,240,000
5 Laba Kena Pajak 109,017,500 123,867,500 132,867,500 137,742,500 137,742,500 128,247,500
Pajak 15,205,250 19,660,250 22,360,250 23,822,750 23,822,750 20,974,250
6 Laba Bersih 93,812,250 104,207,250 110,507,250 113,919,750 113,919,750 107,273,250
7 Profit margin (%) 7.27 8.08 8.57 8.83 8.83 8.32
45
Lampiran
TAHUN
No Uraian 1 2 3 4 5
2 Biaya Variabel
Bahan Baku 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000 900,000,000
Bahan Pendukung 30,180,000 30,180,000 30,180,000 30,180,000 30,180,000
Biaya Pemasaran 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 27,000,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000 27,000,000
Pajak 15,205,250 19,660,250 22,360,250 23,822,750 23,822,750
Total Biaya Variabel 975,985,250 980,440,250 983,140,250 984,602,750 984,602,750
3 Biaya Tetap
Biaya overhead pabrik (BOP) 145,637,500 145,637,500 145,637,500 145,637,500 145,637,500
Biaya administrasi & umum 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Biaya penyusutan 45,240,000 45,240,000 45,240,000 45,240,000 45,240,000
Bunga Kredit 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - -
Total Biaya Tetap 220,202,500 205,352,500 196,352,500 191,477,500 191,477,500
TAHUN
URAIAN 0 1 2 3 4 5
Inflow
a. Pendapatan - 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000
b. Dana sendiri 141,451,458
c. Kredit investasi 150,000,000
d. Kredit modal kerja 60,000,000
e. Nilai sisa 35,850,000
Total Inflow 351,451,458 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,325,850,000
Total Inflow untuk IRR - 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,325,850,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi 259,200,000 - 1,700,000 - 1,700,000 -
b. Modal kerja 92,251,458
c. Biaya operasional 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500
d. Angsuran pokok 110,000,000 50,000,000 50,000,000 - -
e. Bunga Kredit perbankan 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - -
f. Pajak 15,205,250 19,660,250 22,360,250 23,822,750 23,822,750
Total Outflow 351,451,458 1,260,947,750 1,192,252,750 1,184,252,750 1,132,540,250 1,130,840,250
Total Outflow untuk IRR 351,451,458 1,122,222,750 1,128,377,750 1,129,377,750 1,132,540,250 1,130,840,250
Analisis Kelayakan
IRR 37.75
PBP (usaha) - tahun 2.95
PBP (kredit) 1.58
DF 18.00%
PV Benefit 4,049,720,982
PV Cost 3,878,697,541
B/C Ratio 1.04
NPV 171,023,442
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 522,474,900
Cash Flow (-) (351,451,458)
Net B/C ratio 1.49
47
Lampiran
Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 6%
TAHUN
URAIAN 0 1 2 3 4 5
Inflow
a. Pendapatan - 1,212,600,000 1,212,600,000 1,212,600,000 1,212,600,000 1,212,600,000
b. Dana sendiri 141,451,458
c. Kredit investasi 150,000,000
d. Kredit modal kerja 60,000,000
e. Nilai sisa - 35,850,000
Total Inflow 351,451,458 1,212,600,000 1,212,600,000 1,212,600,000 1,212,600,000 1,248,450,000
Total Inflow untuk IRR - 1,212,600,000 1,212,600,000 1,212,600,000 1,212,600,000 1,248,450,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi 259,200,000 - 1,700,000 - 1,700,000 -
b. Modal kerja 32,251,458
c. Biaya operasional 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500
d. Angsuran pokok 110,000,000 50,000,000 50,000,000 - -
e. Bunga Kredit perbankan 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - -
f. Pajak 5,000,000 4,470,125 5,820,125 6,551,375 6,551,375
Total Outflow 291,451,458 1,250,742,500 1,177,062,625 1,167,712,625 1,115,268,875 1,113,568,875
Total Outflow untuk IRR 291,451,458 1,112,017,500 1,113,187,625 1,112,837,625 1,115,268,875 1,113,568,875
Analisis Kelayakan
IRR (%) 23.01
PBP (usaha)-tahun 4.29
PBP (kredit) 2.75
DF 18%
PV Benefit 3,807,677,945
PV Cost 3,772,615,021
B/C Ratio 1.01
NPV 35,062,924
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 326,514,382
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.12
Lampiran 11. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 7%
TAHUN
URAIAN 0 1 2 3 4 5
Inflow
a. Pendapatan - 1,199,700,000 1,199,700,000 1,199,700,000 1,199,700,000 1,199,700,000
b. Dana sendiri 141,451,458
c. Kredit investasi 150,000,000
d. Kredit modal kerja 60,000,000
e. Nilai sisa 35,850,000
Total Inflow 351,451,458 1,199,700,000 1,199,700,000 1,199,700,000 1,199,700,000 1,235,550,000
Total Inflow untuk IRR - 1,199,700,000 1,199,700,000 1,199,700,000 1,199,700,000 1,235,550,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi 259,200,000 - 1,700,000 - 1,700,000 -
b. Modal kerja 32,251,458
c. Biaya operasional 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500 1,107,017,500
d. Angsuran pokok 110,000,000 50,000,000 50,000,000 - -
e. Bunga Kredit perbankan 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - -
f. Pajak 1,871,750 3,356,750 3,885,125 4,616,375 4,616,375
Total Outflow 291,451,458 1,247,614,250 1,175,949,250 1,165,777,625 1,113,333,875 1,111,633,875
Total Outflow untuk IRR 291,451,458 1,108,889,250 1,112,074,250 1,110,902,625 1,113,333,875 1,111,633,875
Analisis Kelayakan
IRR (%) 18.17
PBP (usaha)-tahun 4.49
PBP (kredit) 3.11
DF 18%
PV Benefit 3,767,337,439
PV Cost 3,766,142,795
B/C Ratio 1.00
NPV 1,194,644
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 292,646,103
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.00
49
Lampiran
Lampiran 12. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 7%
TAHUN
URAIAN 0 1 2 3 4 5
Inflow
a. Pendapatan - 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000
b. Dana sendiri 141,451,458
c. Kredit investasi 150,000,000
d. Kredit modal kerja 60,000,000
e. Nilai sisa 35,850,000
Total Inflow 351,451,458 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,325,850,000
Total Inflow untuk IRR - 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,325,850,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi 259,200,000 - 1,700,000 - 1,700,000 -
b. Modal kerja 32,251,458
c. Biaya operasional 1,184,508,725 1,184,508,725 1,184,508,725 1,184,508,725 1,184,508,725
d. Angsuran pokok 110,000,000 50,000,000 50,000,000 - -
e. Bunga Kredit perbankan 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - -
f. Pajak 3,152,628 4,456,441 5,806,441 6,537,691 6,537,691
Total Outflow 291,451,458 1,326,386,353 1,254,540,166 1,245,190,166 1,192,746,416 1,191,046,416
Total Outflow untuk IRR 291,451,458 1,187,661,353 1,190,665,166 1,190,315,166 1,192,746,416 1,191,046,416
Analisis Kelayakan
IRR (%) 23.21
PBP (usaha) - tahun 4.28
PBP (kredit) 2.73
DF 18%
PV Benefit 4,049,720,982
PV Cost 4,013,346,570
B/C Ratio 1.01
NPV 36,374,413
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 327,825,871
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.12
Lampiran 13. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 9%
TAHUN
URAIAN 0 1 2 3 4 5
Inflow
a. Pendapatan - 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000
b. Dana sendiri 141,451,458
c. Kredit investasi 150,000,000
d. Kredit modal kerja 60,000,000
e. Nilai sisa 35,850,000
Total Inflow 351,451,458 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,325,850,000
Total Inflow untuk IRR - 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,290,000,000 1,325,850,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi 259,200,000 - 1,700,000 - 1,700,000 -
b. Modal kerja 32,251,458
c. Biaya operasional 1,206,649,075 1,206,649,075 1,206,649,075 1,206,649,075 1,206,649,075
d. Angsuran pokok 110,000,000 50,000,000 50,000,000 - -
e. Bunga Kredit perbankan 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - -
f. Pajak 938,593 2,423,593 2,485,389 3,216,639 3,216,639
Total Outflow 291,451,458 1,346,312,668 1,274,647,668 1,264,009,464 1,211,565,714 1,209,865,714
Total Outflow untuk IRR 291,451,458 1,207,587,668 1,210,772,668 1,209,134,464 1,211,565,714 1,209,865,714
Analisis Kelayakan
IRR (%) 14.42
PBP (usaha) - tahun > dari 5 tahun
PBP (kredit) 3.46
DF 18%
PV Benefit 4,049,720,982
PV Cost 4,074,061,050
B/C Ratio 0.99
NPV -24,340,067
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 267,111,391
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 0.92
51
Lampiran
Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 3%
dan Biaya Operasional Naik 3%
TAHUN
URAIAN 0 1 2 3 4 5
Inflow
a. Pendapatan - 1,251,300,000 1,251,300,000 1,251,300,000 1,251,300,000 1,251,300,000
b. Dana sendiri 141,451,458
c. Kredit investasi 150,000,000
d. Kredit modal kerja 60,000,000
e. Nilai sisa 35,850,000
Total Inflow 351,451,458 1,251,300,000 1,251,300,000 1,251,300,000 1,251,300,000 1,287,150,000
Total Inflow untuk IRR - 1,251,300,000 1,251,300,000 1,251,300,000 1,251,300,000 1,287,150,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi 259,200,000 - 1,700,000 - 1,700,000 -
b. Modal kerja 32,251,458
c. Biaya operasional 1,140,228,025 1,140,228,025 1,140,228,025 1,140,228,025 1,140,228,025
d. Angsuran pokok 110,000,000 50,000,000 50,000,000 - -
e. Bunga Kredit perbankan 28,725,000 13,875,000 4,875,000 - -
f. Pajak 3,066,046 5,293,546 6,643,546 7,374,796 7,374,796
Total Outflow 291,451,458 1,282,019,071 1,211,096,571 1,201,746,571 1,149,302,821 1,147,602,821
Total Outflow untuk IRR 291,451,458 1,143,294,071 1,147,221,571 1,146,871,571 1,149,302,821 1,147,602,821
Analisis Kelayakan
IRR (%) 25.41
PBP (usaha) - tahun 4.13
PBP (kredit) 2.58
DF 18%
PV Benefit 3,928,699,464
PV Cost 3,876,708,233
B/C Ratio 1.01
NPV 51,991,231
NetB/C Ratio
Cash Flow (+) 343,442,689
Cash Flow (-) (291,451,458)
Net B/C ratio 1.18
53