BAB 1 2 3 4 5 Oksidimetri
BAB 1 2 3 4 5 Oksidimetri
BAB 1 2 3 4 5 Oksidimetri
PENDAHULUAN
2.1 Titrasi
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan suatu konsentrasi dalam larutan yang ingin di
ketahui konsentrasinya, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar
yang sudah diketahui terlebih dahulu konsentrasinya secara tepat. Pengukuran
volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya
sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis
volumetri.
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap
oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu
metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).
Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu
reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit
dengan titran. Titran adalah suatu larutan yang mengandung reagensia dengan
konsentrasi yang telah diketahui. Dalam proses titrasi, titran ditambahkan sedikit
demi sedikit kedalam larutan yang belum diketahui konsentrasinya melalui alat
yang disebut buret.
Syarat-syarat suatu larutan dapat menjadi titran yaitu :
1. Larutan harus benar-benar dalam keadaan murni dengan kadar pengotor <
0,02%
2. Larutan harus stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat
higroskopis
3. Larutan memiliki berat ekivalensi yang besar, sehingga meminimalkan
kesalahan akibat penimbangan.
Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri,
dikromatrometri, serimetri, iodo-iodimetri dan bromatometri.
1. Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4
(oksidator kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak dipeerlukan
indikator , karena titran bertindak sebagai indikator (auto indikator).
2. Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat
sebagai oksidator.
Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung),
dan iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai
oksidator, sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor.
Pada reaksi redoks ini yang terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion yang
bersifat oksidator sebagai analit dengan senyawa atau ion yang bersifat reduktor
sebagai titran, begitu pula sebaliknya.
2.2 Reduksimetri
Reduksimetri adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku digunakan
bersifat sebagai reduktor yang termasuk titrasi reduksimetri adalah iodometri
dengan larutan bakunya 5H2.
Iodometri dibedakan menjadi iodometri langsung dan iodometri tidak
langsung. Pada iodometri langsung I2 langsung di gunakan sebagai titrasi dan
bahan yang dianalisa digunakan sebagai titran. iodometri tidak langsung adalah
metode titrasi berdasarkan reduksi zat malat oleh iodium sehingga timbul I2. I2
kemudian dititrasi dengan natrium thiosulfat dan ditentukan jumlahnya. Ion
thiosulfat yang bereaksi dengan iodin terbentuk ion titralionat (S4O8).
Keunggulan thiosulfat yang digunakan adalah tidak mudah teroksidasi
oleh udara. Baik iodometri langsung maupun iodometri tidak langsung,
menggunakan amilum sebagai indikator perubahan warna iodometri adalah
analisa tetrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator
seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan membentuk iodin, iodin yang terbentuk akan ditentukan dengan
menggunakan larutan baku thiosulfat.
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan iodin untuk menghasilkan I2. I2 yang terbentuk secara kuantitatif
dapat dititrasi dengan larutan thiosulfat, dan pengertian titrasi iodometri dapat di
kategorikan sebagai titrasi kembali. Iodida adalah reaktor lemah dan dengan
mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat.
Berdasarkan contoh oksidasi/ reaksi iodometri adalah sebagai berikut:
1. 2MnO4 + 10I +16H 2 Mn2 + I2 +8H20....................................(2.1)
2. 2Fe3 + 2I 2Fe2 + I2.................................................................(2.2)
3. 2Ce + 2I 2Ce3 + I2.................................................................. (2.3)
4. Br + 2I 2Br + I2.......................................................................(2.4)
Titrasi harus dilakukan untuk meminimalisasikan terjadinya oksidasi.
Iodin oleh udara bebas (Oktoby, 2003).
Berdasarkan larutan baku yang digunakan, titrasi oksidasi-reduksi dibagi
atas:
1. Oksidimetri, adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai oksidator.
2. Reduksimetri, adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang
digunakan bersifat sebagai reduktor. Yang termasuk titrasi reduksimetri
adalah iodometri, larutan bakunya adalah Na2S2O3.5H2O
2.4 Oksidimetri
Oksidimetri adalah metode reaksi redoks dimana larutan baku yang
digunakan bersifat oksidator, yang termasuk titrasi oksidimetri adalah:
1. Permangonometri, larutan bakunya KmnO4
2. Dikromatometri, larutan bakunya K2Cr2O4
3. Serimetri, larutan bakunya Ce(SO4)2 dan Ce(NH4)SO3
4. Sodimetri, larutan bakunya I2
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Peralatan yang digunakan
1. Neraca Digital
2. Labu Ukur
3. Pipet Tetes
4. Erlenmeyer
5. Gelas Kimia
6. Termometer
3.1.2 Bahan bahan
1. FeCl
2. KI 20 %
3. NaHCO 3
4. Tio 0,1 N
5. Kanji 1 %
BM
BE = Berat Ekivalen =
valensi
BMFe
%Fe = x % FeCl 2
BMFeCl 2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan
4.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, FeCl2 yang dicampurkan dengan HCl berwarna
kuning. dan ditambah KI menghasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan
kemudian ditambah NaHCO3 dan didiamkan 10 menit larutan bereaksi
membentuk gelembun-gelembung tersebut adalah CO2 yang terbentuk akibat
pencampuran tersebut. Dalam percobaan ini besi klorida bereaksi dengan kalium
iodida membentuk besi klorida dan kalium klorida.
2FeCl2 + KI 2FeCl2 + KI + I2
Pada reaksi ini terjadi kesetimbangan dan terjadi pada lingkungan asam
kemudian sampel ditambah aquadest dan titrasi dengan Thio larutan berubah
menjadi kuning. Hal ini pengaruh dari penambahan tio yang bersifat asam.
Kemudian larutan tadi ditambahkan 3 tetes amilum (larutan kanji)
sehingga warna berwarna kuning kehijauan .hal ini karena pengaruh dari
penambahan amilum yangberfungsi sebagai perubahan warna pada larutan
tersebut ,lalu larutan dititrasi kembali dengan thio dan menghasilkan warna
kuning dengan volume titran sebanyak 0,2 ml. fungsi dari thio sendiri adalah
untuk menyerap air dan melarutkan halida halida perak dalam larutan .
Pada titran awal ,larutan berubah menjadi kuning dan menghabiskan
volume titrasi 0,9 ml perbandingan antara volume titrat awal dan akhir ialah 0,5
ml : 1,3 ml
Perubahan warna kuning pada larutan itu karena telah ditetesi dengan
larutan tio sebagai larutan standar ,dimana yang telah kita ketahui bahwa larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan berfungsi sebagai
titran sehingga ditempatkan di buret.
Setelah dilakukan percobaan selanjutnya dilakukan prhitungan %FeCl dan
%Fe dimana hasil yang diperoleh dari %FeCl 5,05 dan %Fe 2,24 hasil
perhitungan percobaan ini diperoleh melalui analisa oksidimetri dan reduktometri
terjadi melalui proses reduksi dan oksidasi dimana larutan bakunya menggunakan
natrium thiosulfat yang bersifat sebagai oksidator dan dititrasi agar konsenrasi
larutan diketahui.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
diperoleh yaitu :
1. Titrasi merupakan salah satu teknik analis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan.
2. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks dimana larutan bakunya bersifat
sebagai oksidator.
3. Reduktometri adalah metode titrasi redoks dimana larutan bakunya
bersifat sebagai reduktor.
4. Fungsi Natrium Tiosulfat yaitu menyerap air dan melarutkan halida
halida perak dalam larutan.
5. Kadar FeCl2 yaitu 5,05 % dan kadar Fe 2,24%
5.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum ini sebaiknya periksa alat yang akan
digunakan sebelum dilakukan percobaan dan pada saat melakukan titrasi di
lakukan dengan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Barus T. A. 2000. Pengantar limnologi. Medan: USU-Press.
Billis, Oktoby. 2003. Prinsip-prinsip kimia modern. Jakarta: Erlangga.
Gresikanti, kiaskarboni. 2010. Jma Jago Kimia. Bogor: PT Naga.
Hervey David. 2000. Modern Analitical Chemistry. New York: Mc Graw-Hill.
Resemberg jerom L. Ph. D. 1980. Kimia dasar. Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
= 115,4220 gr 102,9470 gr
= 12,475 gr
BM Fe = 55,84
BM FeCl3 = 70 Be = 63
100 2 63 0,1
% FeCl3 = x x100%
3 12,475 1000
126000
= 33,3 x x 100%
24950
= 5,05 %
% Fe = FeCl2 x %FeCl3
56
=126 x 5,05%
= 2,24%
LAMPIRAN C
PipeT tetes
Labu ukur
Termometer