OKSIDI

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

ANALISA OKSIDIMETRI/REDUKTOMETRI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Analisa

Disusun Oleh:
Kelompok III (A7)

Asnadia NIM.190140011
Nur Khairani NIM.190140082
M. Irvan Maulana Lubis NIM.190140087
Nicky Arwita NIM.190140091
Ayu Lidya Panjaitan NIM.190140102
Sri Wiyani NIM.190140110
Zikri Husni Siagian NIM.190140112

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK
Oksidimetri/Reduktometri adalah salah satu macam titrasi. Oksidometri/
Reduktometri adalah metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi
dari titran dan titrat. Adapun tujuan praktikum adalah penentuan suatu zat kimia
terjadi redoks dan untuk menentukan kadar Fe dalam garam-garam.
Oksidimetri/reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu
persenyawaan dan analisis senyama organik. Alat yang digunakan Neraca
digital,Erlenmeyer,Buret,StatifAluminium foil,Gelas kimia 250 ml,Pipet volum
10 ml,Pipet tetes,Pengaduk,Spatula,Kaca arloji,Corong, dan Labu Ukur 100 mL.
Bahan yang digunakan FeCl2 2ml, NaHCO3 1gr, thio 0,1N 2,4 ml,KI 20%
5ml,Amilum 1% 3 tetes dan H2SO4 30% 3ml. Larutan menjadi berwarna kuning
karena inensitas. Karena kuning tergantung konsentrasi besi dalam larutan,
Larutan menjadi berwarna merah bata, karea terjadi reduksi pada larutan. Larutan
menjadi berwarna merah bata, karea terjadi reduksi pada larutan. Timbul buih dan
soda, terjadi oksidasi sehingga menglepaspakan gas CO2. Gelembung menghilang
dann larutan berwarna merah bata. Warna memudar karena penambahan aquades.
Timbul buih dan soda, terjadi oksidasi sehingga melepaskan gas CO2. Volume
titrasi 1 ml (15 ml) warna warna menjadi abu-abu, karen Na2S2O3 digunakan
sebagai titran.

Kata kunci : Larutan, Oksidimetri, Reaksi, Reduktometri, Titrasi.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Analisa Oksidimetri/Reduktometri


1.2 Tanggal Praktikum : 3 Juni 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Asnadia NIM.190140011
2. Nur Khairani NIM.190140082
3. M.Irvan Maulana Lubis NIM.190140087
4. Nicky Arwita NIM.190140091
5. Ayu Lidya Panjaitan NIM.190140102
6. Sri Wiyani NIM.190140110
7. Zikri Husni Siagian NIM.190140112
1.4 Tujuan Praktikum : a. Penentuan suatu zat kimia terjadi redoks
b. Untuk menentukan kadar Fe dalam
garam-garam .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oksidasi dan Reduksi


Peristiwa oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron, mengalami
oksidasi berarti melepas elektron. Pengertian reduksi adalah peristiwa
penangkapan elektron. Mengalami reduksi berarti menangkap elektron. Semua
reaksi pelepasan elektron disebut reaksi oksidasi sedangkan semua reaksi
penangkapan elektron disebut reaksi reduksi.
Contoh dari reaksi-reaksi oksidasi adalah:
K K+ + e-
Zn Zn2+ + 2e-
Fe2+ Fe3+ + e-
Contoh dari reaksi-reaksi reduksi adalah:
Cu2+ + 2e- Cu
Sn4+ + 2e- Sn2+
Cl2- + 2e- 2Cl
Peristiwa pelepasan elektron oleh suatu atom selalu disertai dengan
peristiwa penangkapan elektron oleh atom lain. Jadi, peristiwa oksidasi selalu
disertai dengan peristiwa reduksi. Contoh:
Zn Zn2+ + 2e- (Oksidasi)
Cu + + 2e- Cu (Reduksi)
2+ 2+
Zn + Cu Zn + Cu (Redoks)
Bila suatu zat mengalami oksidasi (melepaskan elektron), maka zat itu
menyebabkan zat lain mengalami reduksi (menerima elektron). Zat-zat yang
mengalami oksidasi zat pereduksi (reduksi) karena zat mengalami mereduksi zat
lain.
Bila suatu zat mengalami reduksi (menangkap elektron), maka zat itu
menyebabkan zat lain akan mengalami oksidasi (melepas elektron). Zat yang
mengalami reduksi disebut zat pengoksidasi (oksidator), karena dapat
mengoksidasi zat lain. Kalium permanganate banyak sekali dipakai penitrasi
oksidimetri digunakan pengoksidasi lain kalium dikromat, surium sulfat, dalam
hal itu cara pada umumnya disebut oksidimetri. Dalam lingkungan asam dua
molekul permanganate dapat melepaskan lima atom oksigen (bila zat yang dapat
dioksidasikan oleh oksigen itu).
2KMnO4 + 3H2SO4 K2SO4 + MnSO4 + 3H2O + 5O
Karena larutan KMnO4 berwarna sekali, tidak diperlukan indikator. Satu
tetes larutan KMnO4 0,1N dalam 200 mL telah menyebabkan warna merah jambu
muda yang menyala supaya KMnO4 yang dibuat tidak berubah titrannya, maka
dibiarkan seminggu lamanya. Dalam hal ini terbentuk MnO4 pengoksida
berlangsung dalam lingkungan netral.
2KMnO4 +H2O 2MnO4 +2KOH +3MnO2
Zat yang terbentuk itu berlaku sebagai katalis bagi pemecahan seterusnya,
maka sesudah dibiarkan seminggu lamanya larutan disaring melalui penyaring.
Disimpan dalam botol berwarna coklat, maka larutan dapat dipergunakan. Supaya
reaksi dengan KMnO4 berlangsung dengan cepat biasanya dipanaskan sampai
60oC. Untuk mengasamkan larutan selalu digunakan asam sulfat (Harjadi,1998).

2.2 Oksidimetri dan Reduktometri


Reaksi oksidasi reduksi antara zat penitrasi dan zat yang dititrasi menjadi
dasar dalam reaksi oksidi-reduktometri. Dalam reaksi redoks pasti ditemukan
unsur yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi dan unsur lain yang mengalami
penurunan bilangan oksidasi pada waktu yang bersamaan. Pada titrasi redoks ada
dua jenis indicator, yaitu indikator khusus yang beraksi dengan salah satu
komponen yang bereaksi dengan indikator oksidasi-reduksi yang sebenarnya tidak
tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya ada perubahan potensial larutan selama
titrasi. Potensial saat terjadinya reaksi atau perrubahan warna tergantung dari
potensial standar indikator yang bersangkutan.
Oksidimetri merupakan suatu teknik titrasi yang menggunakan titran
sebagai suatu ooksidator. Permanganimetri merupakan salah satu contoh reaksi
oksidimetri. Reaksi tersebut termasuk titrasi oksidimetri yang melibatkan KMnO4
yang dalam suasana asam bertindak sebagai oksidator sehingga ion MnO4-
berubah menjadi Mn2+ sesuai dengan reaksi berikut:
5e + 8H+ + MnO4- Mn + 4H2O
Kalium permanganate telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi
selama lebih dari 100 tahun. Permanganate bereaksi cepat dengan banyak agen
pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan
pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Khopkar,
2002).
Reduktometri merupakan teknik titrasi yang merupakan teknik titrasi yang
menggunakan titran sebagai suatu reduktor. Iodometri merupakan contoh dari
reaksi reduktometri. Dasar dari cara iodometri adalah reaksi keseimbangan dari
iodom dan iodida. Normal potensial reduksi dari sistem reversible adalah:
I2 + 2e 2I …. 0,5354 volt
Titrasi oksidimetri ada dua cara, yaitu:
a. Cara langsung
Menurut cara ini, suatu zat reduksi dititrasi langsung oleh iodom. Misal
pada titrasi Na2S2O3 dan I2.
b. Cara tak langsung
Dalam hal ini, ion iodida sebagai pereduksi adalah diubah menjadi iodium
–iodium yang terbentuk dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara ini
digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi. Missal pada penentuan suatu zat
oksidator ini (H2O). Pada oksidator ini ditambah larutan KI dan asam sehingga
akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan. Reaksinya:
Na2S2O3 + H2O + KI + 2HCl I2 + 2KCl + 2H2O
(Rivai, 1995).

2.3 Reagensia yang Lazim pada Penerapan Titrasi Okidasi dan Reduksi
dalam Zat Pengoksidasi
2.3.1 Natrium dan Hidrogen
Hidrogen peroksida merupakan zat pengoksida dengan potensial standar
positif yang benar.
2.3.2 Kalium dan Amonium Peroksida Sulfat
Ion peroksida sulfat merupakan zat pengoksidasi yang ampuh dalam
larutan asam.

2.3.3 Larutan Bismulat


Senyawa ini merupakan zat pengoksidasi yang ampuh, yang
mengoksidasikan Mn(II), MnO4-, Cr(II), Cr2O7-2,, Cu(II), Cu(IV) (Day,
1996).

2.4 Titrasi Oksidasi dan Reduksi dalam Zat Pereduksi


Larutan standar zat-zat pereduksi tidaklah begitu meluas pemakaiannya,
seperti larutan standar zat pengoksida karena kebanyakan zat pereduksi dioksidasi
perlahan-lahan oleh oksigen. Natrium tiosulfat merupakan salah satu senyawa
yang dapat disimpan dalam waktu yang lama, tanpa mengalami oksidasi dan tidak
tergangu oleh udara. Reagensia ini digunakan secara ekslusif untuk titrasi ion-ion
(Jerome, 1980).

2.5 Menyeimbangkan Persamaan Oksidasi Reduksi


Prinsip oksidasi reduksi merupakan dasar daripada dua metode sistematik
untuk menyeimbangkan ilmu itu dapat dilakasanakan dengan metode ion-elektron
atau dengan metode keadaan oksidasi. Hasil-hasil utama suatu reduksinya adalah
sebagi berikut:
a. Jika suatu logam yang mempunyai valensi positif atau dioksidasi, keadaan
oksidasinya hasilnya sudah jelas.
b. Jika halogen bekas direduksi, hasil reduksinya adalah adalah ion
halogenida.
c. Reduksi asam nitrat pekat menghasilkan NO2 sedangkan reduksi asam
nitrat encer mungkin menghasilkan NO2, N2, NH4+ dan bergantung pada
zat pereduksi dan tingkat keenceran asam tersebut (Keenan, 1992).
2.6 Sumber Kesalahan Titrasi
Kesalahan Oksigen: oksigen diudara dapat menyebabkan hasil titrasi
terlalu tinggi karena dapat mengoksida ion iodida menjadi I2 juga sebagai berikut:
O2 + 4I- + 4H+ 2I2 + 2H2O............................................................ (2.13)
dan tampak bahwa reaksi ini mengarah ke kena pH rendah. Selain dari itu reaksi
ini dikatalisa oleh cahaya dan panas.
1. Pada pH tinggi muncul bahaya lainnya, yaitu bereaksinya I2 yang
terbentuk dengan air (hidrolisa) dan hasil reaksinya :
I2 + H2O  HOI- + I- + H+ ............................................................... (2.14)
4HOI + S2O3= + H2O  2SO4 + 4I- + 6H+ ...................................... (2.15)
Jelas ini menyebabkan penggunaan Na2S2O3 menurun.
2. Diatas sudah disebutkan bahaya kesalahan karena pemberian amilum
terlalu awal
3. Banyak reaksi analat dengan KI yang berjalan agak lambat. Karena itu
sering kali harus ditunggu sebelum dititrasi;sebaliknya menunggu terlalu
lama tidak baik karena kemumgkinan yod menguap. I2 merupakan zat
padat yang sukar larut dalam larutan KI, membentuk ion I3- yang
merupakan suatu kompleks lemah. Jadi KI yang ditambahkan selain
mereduksi analat, juga melarutkan I2 hasil reaksi itu.
Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor
adalah zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat
lain dan zat yang dapat memberikan elektron kepada zat lain sedangkan oksidator
adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang
mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain. Reaksi
kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks. Istilah dari
redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi
dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan
oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai
pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada
perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi (Resi, 2018).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Neraca 1 Unit
2. Labu ukur 1 Unit
3. Gelas ukur 1 Unit
4. Erlenmeyer 2 Unit
5. Pipet tetes 2 Unit
6. Amilum Secukupnya
7. Gelas kimia 2 Unit
8. Corong 1 Unit
9. Sendok 1 Unit
10. Cawan penguap 1 Unit
11. Buret 1 Unit
12. Statif 1 Unit

3.1.2 Bahan – bahan


Adapun bahan- bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. FeCl2 2 gram
2. HCl 4N 15 ml
3. KI 20% 25 ml
4. NaHCO3 5 gram
5. Tio 0,25 N (Na2S2O3) Secukupnya
6. Amilum Knaji Secukupnya
7. Aquadest Secukupnya

3.2 Prosedur kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang FeCl2 sebanayak 2gram dan maskkan ke dalam labu ukur,
tambahkan aquadest sampai tanda batas, kemudian masukkan 2ml larutan
FeCl aquadest sebanyak 2ml tambahkan 15ml HCl 4N. Tutup erlenmeyer
dengan aluminuium foil
3. Campuran no 2 ditambahkan KI 20% sebanayak 25ml
4. Campuran no 3 ditambahkan dengan NaHCO3 sebanyak 5gram
5. Campuran larutan no 4 ditambahkan dengan 3 tetes amilum kanji
6. Campuran larutan nomor 5 dititirasi dengan Na2S2O3 0,25N sebanyak 1,3
ml (22 tetes).
7. Hasil dari titirasi ditambahkan 3 tetes amilum kanji
8. Campuran larutan nomor 7 dititirasi kembali dengan Na2S2O3 0,25N
sebanayak 0,2 ml (stetes) dan hitung kadar Fe dan FeCl2.
BAB IV
HASIL DAN PEBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil percobaan analisa Oksidimetri/Reduktometri
No Cara kerja Hasil pengamatan
1. Masukkan FeCl2 2ml + 3 ml Saat campuran ditambahkan KI 20%
HCl + 5 ml KI 20% kedalam campuran berwarna coklat , kemudian
Erlenmeyer. setelah dihomogenkan menjadi kuning .
2. Tambahkan 1gram N2HCO3 ke Terbentuknya CO2 dalam campuran.
dalam erlenmeyer kemudian
tutup dengan aluminium foil.
3. Lalu campuran didiamkan Terdapat endapan berwarna kuning
salama 10 menit kecoklatan pada erlenmeyer
4. Kemudian campuran Campuran berubah warna menjadi
ditambahkan dengan 3 tetes kecoklatan.
amilum.
5. Lalu campuran dititirasi Campuran berubah warna menjadi
dengan tio (Na2S2O3) 0,2 N kuning dan menghasilkan volume titiran
sampai end point. 0,5 ml.
6. Tambahkan lagi 3 tetes amilum Warna cenderung menjadi kuning
7. Dititrasi kembali dengan tio 0,2 Terdapat endapan, campuran warna
N sampai end point. menjadi bening dan menghasilkan
volume titran 1,9 ml.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh, 2 ml larutan FeCl2
ditambahkan dengan 3 ml HCl 5 ml KI 20% dan 1 gram NaOHCO3,
menghasilkan larutan yang berwarna kuning. Pada campuran tersebut ada
penambahan 3 ml HCl dilarutan tersebut, penambahan HCl tersebut sebelum
dititrasi dimaksudkan agar suasana larutan asam, sebab larutan yang terdiri dari
kalium iodida berada berada pada kondisi netral atau memiliki tingkat keasaam
yang rendah, pemberian NaHCO3 juga dimaksudkan untuk mengusir oksigen dari
wadah karena CO2 lebih berat dan mencegah kontak O2 dengan larutan.
Kemudian larutan dititrasi dengan tio dan volume titrasinya 1,9 ml
menghasilkan warna bening. Hal ini disebabkan karena adanya HCl pada larutan
tersebut. Selanjutnya penambahan amilum sehingga berubah warna menjadi
kecoklatan, kecoklatan ini ada karena amilum beraksi dengan I2 dan amilum
merupakan indicator warna yang berfungsi sebagai indikator warna yang
berfungsi sebagai indikator untuk perubahan warna larutan. Penambahan amilum
dilakukan menjelang titrasi, karena kompleks I2 yang akan terabsorbsi oleh
amilum jika ditambah amilum pada titrasi ukuran ukuran kedua titrasi dilakukan
pada kondisi asam untuk mengambil, menghindari terjadinya hidrolisis amilum.
Ion Fe telah mengalami reduksi-oksidasi. Selanjutnya tahap akhir adalah larutan
titrasi dengan thio 0,2 N sehingga berubah warna menjadi kuning, warna berubah
karena telah mencapai titik equivalen. Fungsi titrasi untuk mendapatkan
kesetimbangan pada larutan, ini membuktikan bahwa sampel tersebut ion Fe telah
mengalami reduksi, jadi proses reduksi ditandai dengan perubahan warna .
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa larutan
mengalami reaksi oksidimetri. Hal ini dapat diketahui dengan munculnya
gelembung gas yang merupakan CO2 dari hasil pelepasan electron
(oksidasi).Sehingga, setelah melalaui proses perhitungan di dapatkan kadar FeCl2
adalah 4,445% dan kadar Fe adalah 1,96% kadar Fe lebih kecil dibandingkan
kadar FeCl2 dikarenakan pada Fe telah mengalami hilang oksidasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini :
1. Titrasi adalah suatu prosedur yang digunakan dalam kimia untuk
penentuan konsentrasi atau kadar suatu zat yang tidak diketahui kadarnya
dengan menggunakan zat yang tidak diketahui kadarnya dengan
menggunakan zat yang telah diketahui kadarnya.
2. Titrasi dilakukan dengan menggunakan metode analisa iodometri yaitu
metode titrasi redoks yang mellibatkan iodin dan Na2S2O3.
3. Dalam percobaan adanya perubahan warna yang terjadi pada campuran
adanya redoks oksidasi.
4. Dalam percoabaan, adanya gelembung gas yang dihasilkan dari
penambahan NaHCO3 pada campuran menandakan bahwa reaksi tersebut
adalah reaksi reduksi.
5. Terjadinya perubahan warna karena telah terjadinya reaksi kimia yaitu
dengan terbentuk endapan.
6. Volume titrasi pertama sebanyak 1,9 ml dengan hasil warna menjadi
bening.
7. kadar FeCl2 dalam sampel yaitu 4,445%.
8. Kadar Fe dalam sampel yaitu 1,96%.

5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan terdapat saran yang diantaranya
adalah:
1. Ketelitian pada saat melakukan penitrasian mencapai and point
2. Keakuratan data pada saat perhitungan kadar % FeCl2 dan % Fe yang
terkandung dalam sampel yang digunakan.
3. Fokus dalam mengamati percobaan tahap demi tahap.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi,W.1998.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia
Jerome,L Resemberg.1980.Kimia Dasar Edisi Ke-VI. Jakarta : Erlangga
Keenan,A.L, Hadjana Pudjan, PH.D.1992.Kimia untuk Universitas Jilid I. Jakarta:
Erlangga

Khopkar.2002.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press


R.A Day, A.L Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke-III. Jakarta :
Erlangga

Rivai, Harrizul. 1995.Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press


Resi Salyani, A. A. 2018. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA Vol.2 No.1.
Pengembangan Buku Saku Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)
di MAN Model Banda Aceh, 7-14.

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Diketahui : Berat Sampel : 10,58 gr


BM Fe : 56 gr/mol
BM Cl2 : 71 gr/mol
BM FeCl2 : 127 gr/mol
N Tio : 0,25 N
V titran : 1,2 ml

Ditanya : %FeCl2 dan % Fe?


l2 27
Penyelesaian: BE = = = 63,5 gr
l 2
tt l2 to
% FeCl2 = 00
t l 000
63,5 ,2 63,5 0,25
= 00
t l 000
209,67
= = 11,43%
05,8

% Fe = x % FeCl2
l2
56
= x 11,43%
27

= 0,44 x 11,43%
= 0,04%
% FeCl2 > % Fe
11,43 % > 0,04%

LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERHITUNGAN

1. Sebutkan pengertian kesetimbangan!


2. Tuliskan contoh reaksi kesetimbangan!
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi!
4. Jelaskan pengertian iodometri!
JAWABAN
1. Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan sewaktu konsentrasi reaktan
dan produk tidak berubah terhadap waktu.
2. Contoh reaksi kesetimbangan :
2SO3  2SO2 + O2
CO + H2O  CO2 + H2O
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia antara lain
sebagai berikut :
a. Perubahan Konsentrasi
- Jika konsentrasi zat pereaksi ditambah, kesetimbangan akan
bergeser ke arah zat hasil, jika konsentrasi zat pereaksi dikurangi,
kesetimbangan bergeser ke arah zat pereaksi.
- Jika konsentrasi zat hasil ditambah, kesetimbangan akan bergeser
ke arah zat pereaksi, jika konsentrasi zat hasil dikurangi,
kesetimbangan bergeser ke arah zat hasil reaksi.
b. Perubahan Suhu
- Jika suhu sistem dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke reaksi
endoterm.
- Jika suhu sistem diturunkan, kesetimbanganbergeser ke reaksi
eksoterm.
c. Perubahan Tekanan/Volume
- Jika tekanan dinaikkan/volume diturunkan, kesetimbangan
bergeser kearah koefisien terkecil.
- Jika tekanan diturunkan/volume dinaikkan, kesetimbangan
bergeser ke arah koefisien terbesar.
4. Iodometri adalah suatu titrasi tidak langsung dimana titrasi menggunakan
larutan standar Na2S2O3 sebagai peniter. Penambahan indikator amilum
diakhir dikarenakan amilum akan mengadsorbsi I2 dalam larutan.
Sehingga I2 tidak dapat bereaksi dengan Na2S2O3.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Nama dan Gambar Alat Fungsi


1. Neraca digital Penimbang bahan yang digunakan

2. Labu ukur - Pengenceran larutan


- Pembuatan larutan

3. Erlenmeyer - Mengukur serta mencampur


bahan analisa.
- Wadah untuk menampung
larutan, bahan yang padat
maupun cair.

4. Gelas ukur Mengukur volume cairan

5. Pipet tetes Memindahkan larutan dari suatu


wadah lain dengan jumlah yang
sangat sedikit
6. Aluminium Foil Untuk menutup Erlenmeyer atau
tabung

7. Corong Berfungsi sebagai alat bantu untuk


menuangkan cairan dari suatu
tempat ketempat lainnya.

8. Buret Untuk mengukur volume suatu


cairan

9. Statif Untuk meneggakkan buret,


corong,corong pemisah dan
peralatan gelas lainnya pada saat
digunakan.

10. Spatula Berfungsi sebagai sendok kecil


yang juga digunakan untuk
mengambil bahan kimia.
11. Pipet volume Untuk memindahkan cairan-cairan
yang digunakan dalam proses
pengujian dengan jumlah mulai
sangat kecil hingga ukuran lainnya
yang diinginkan.

12. Bola hisap Untuk membantu proses


pengambilan cairan.

13. Gelas beaker / gelas ukur Digunakan untuk mengukur


volume cairan.

Anda mungkin juga menyukai