EPG Tiwul

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki banyak hasil bumi yang melimpah seperti, sayur-
sayuran, kaang-kacangan sampai umbi-umbian, sehingga di Indonesia banyak
memiliki makanan khas. Makanan khas di Indonesia salah satunya yaitu
tiwul. Awalnya tiwul haya dikonsumsi oleh masyarakat suku Jawa. Namun
tiwul kini sudah dikenal hampir seluruh masyarakat di Indonesia.
Tiwul adalah salah satu olahan berbahan dasar ubi kayu berwarna kuning
kecoklatan hingga coklat kehitaman yang dibuat menyerupai beras setelah
mengalami beberapa proses pembuatan.
Singkong (Manihot utilissima) disebut ubi kayu atau ketela pohon,
mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi yaitu sebanyak 32,4 gr dan
567 kalori setiap100 gram singkong, Kandungan tersebut setara dengan beras.
Aneka olahan dan bahan baku singkong cukup beragam mulai dari makanan
tradisional seperti makanan getuk, timus, tiwul, keripik, gemblong dan lain-
lain, Pada dasarnya olahan singkong dalam industri dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong (tape/peyem), singkong yang
dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong atau tepung tapioca. Salah satu
jenis olahan dari singkong adalah tiwul.
Tiwul menjadi makanan pokok di daerah gunung kidul Yogyakarta. Di
daerah lain tiwul di konsumsi sebagai makanan jajanan yang dimakan dengan
parutan kelapa serta juruh (gula jawa yang dicairkan). Tiwul mempunyai
kandungan gizi yang relatif rendah khususnya protein dan lemak. Untuk
meningkatkan mutu gizi khususnya protein maka perlu di tambahkan dengan
bahan lain yaitu sumber protein salah satunya adalah ikan dalam bentuk
tepung. Ikan mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi khususnya
protein, kadar protein pada ikan mencapai 15-24 % tergantung dari jenis
ikannya. Dan untuk menambah nilai gizi makanan tiwul itu dapat
termodifikasi dan di campur dengan bahan bahan lain yang mempunyai

1
nilai gizi tinggi seperti serat, yodium, seng, asam folat, vitamin B12, vitamin
A, vitamin B6.
1.2 Rumusan Masalah
1. Informasi produk mengenai tiwul?
2. Apa sajakah kandungan gizi yang ada pada tiwul?
3. Bagaimanakah sistem produksi pada tiwul?
4. Bagaimanakah sistem penanganan pasca panen pada tiwul?
5. Bagaimanakah sistem distribusi pada tiwul?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui informasi produk mengenai tiwul.
2. Untuk mengetahui kandungan gizi yang ada pada tiwul.
3. Untuk mengetahui sistem produksi pada tiwul.
4. Untuk mengetahui sistem penanganan pasca panen pada tiwul.
5. Untuk mengetahui sistem distribusi pada tiwul.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Informasi Produk Tiwul


Tiwul merupakan makanan pokok pengganti beras karena masyarakat
Indonesia saat itu tidak sempat untuk bercocok tanam apalagi harus bertani.
Tiwul merupakan salah satu kudapan khas masyarakat Pacitan di Gunung
Kidul yang terbuat dari gaplek atau singkong kering yang diolah kemudian
diberi taburan berupa kelapa parut. Tiwul ini merupakan makanan sehari-hari
dari penduduk Gunung Kidul. Sebagai salah satu makanan pokok penduduk
gunung Kidul, kandungan kalori yang ada didalam tiwul lebih rendah dari
pada nasi, jadi tiwul sudah memenuhi kriteria sebagai bahan panganan
pengganti nasi.
Tiwul dibuat dari gaplek yang merupakan hasil olahan singkong yang
telah dikupas dan dikeringkan. Dari pengeringan tersebut setelah diolah akan
diperoleh tepung singkong yang nantinya akan diolah menjadi Tiwul. Sebagai
makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun
cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tiwul dipercaya
mencegah penyakit maag, perut keroncongan, dan lain sebagainya.
Adapun cara membuat yang umum digunakan untuk membuat
tiwul antara lain :
Bahan :
a. 350 gram singkong (yang sudah dikupas kulitnya lalu jemur kurang lebih
3-4 hari).
b. 1 gelas air matang.
c. 150 gram gula merah (sisir halus).
d. 200 gram kelapa parut.
e. 2 lembar daun pandan (kira-kira ukuran 20 cm lalu ikat simpul).
f. 1 tangkai daun pisang (ambil daunnya saja).
g. Garam secukupnya.

3
Manfaat nasi tiwul berdasarkan prosesnya:
a. Menjaga kesehatan pencernaan
Proses pembuatan tiwul yang cukup lama memungkinkan kandungan pati
mengalami interaksi yang di sebut retrogradasi yang artinya terjadi
interaksi antar fraksi amilosa pada pati ketika selama proses pembuatan
dan menghasilkan pati retrogradasi atau pati resisten. Pati resisten
merupakan jenis pati yang lolos untuk pencernaan yang sehat.
b. Nasi tiwul sebagai sumber energi
Kandungan asam butirat di dalam nasi tiwul merupakan sumber energi
bagi tubuh. Selain itu, menurut beberapa study kesehatan, asam butirat
dapat menghambat tumbuhnya sel- sel kanker dalam tubuh.
c. Nasi tiwul sebagai makanan diet penderita diabetes
Penderita diabetes harus menghindari nasi sebagai sumber tenaga.
Alasanya nasi adalah jenis makanan pokok yang mengandung kalori
cukup tinggi sehingga kalori yang di serap oleh tubuh cepat terurai
menjadi gula. Dan karena itu kesehatan menyarankan umbi umbian
sebagai penggantinya, salah satunya adalah singkong. Namun untuk
memudahkan mengkonsumsinya umbi tersebut di buat menjadi nasi tiwul.

2.2 Kandungan Gizi Tiwul


Perbandingan kandungan gizi tiwul instan,tiwul tradisional dan nasi putih
melalui technical license oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Div.
Bogasari Flour Mills dengan menggunakan tiwul instan yang diproduksi oleh
industri pangan nasional oleh PT Sinar Sukses Sentosa (PT SSS) yang
berlokasi di Gunungkidul.

4
2.3 Sistem Penanganan Pasca Panen Tiwul
Ubi kayu yang telah di panen masih mengalami proses lagi sebelum
menjadi bahan pangan tiwul yang siap di konsumsi. penanganan yang di mulai
dari mengumpulkan ubi kayu sampai di konsumsi merupakan kegiatan yang di
lakukan setelah pasca panen.
Penanganan pasca panen bertujuan untuk meminimalisir kerusakan
pangan, meminimalisir kehilangan zat gizi, mempertahankan mutu/kualitas
pangan selama mungkin (masa simpan) dan menjaga ketersediaan sumber pangan
dengan kualitas yang baik. penanganan setelah pasca panen tiwul meliputi
:pengolahan, pengeringan, pengemasan,dan penyimpanan.
1. Pengolahan
Kumpulan metode dan teknik yang di gunakan untuk mengubah bahan
mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk
lain untuk di konsumsi. Pengolahan merupakan proses pertama pasca
panen sebelum ubi kayu atau singkong menjadi tiwul, pengolahan
tiwul tradisional yang harus di lakukan terlebih dahulu seperti
mengukus singkong yang bertujuan untuk mematangkan singkong dan
mempermudah untuk proses penghancuran nanti, kemudian singkong
di jemur untuk mengurangi kadar air yang masih terkandung di dalam
singkong lalu singkong di tumbuk yang bertujuan untuk memudahkan
dalam mengkonsumsi. Sedangkan tiwul instan pengolahannya hampir

5
mirip dengan tiwul tradisional perbedaannya terletak di penambahan
bahan menggunakan tepung singkon,tepung jagung,tepung
terigu,vitamin mineral dihaluskan dan diaduk lalu dikukus dan
dilakukan pengeringan,dan dihancurkan setelah dihancurkan
dilakukan pengayakan kemudian dikemas jadilah tiwul instan.
2. Pengeringan.
Pengeringan merupakan salah satu metode penyusutan air untuk
menghambat pertumbuhan bakteri sehingga memperlambat
pembusukan.Proses ini juga termasuk dalam proses pengawetan,
dengan menjemur tiwul tradisional langsung di bawah sinar matahari
sedangkan tiwul instan dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah
sinar matahari atau di oven. Ini bertujuan kadar air dalam tiwul akan
rendah.
3. Pengemasan.
pengemasan merupakan proses yang dilakukan utuk mengatur
interaksi antara bahan pangan dengan lingkungan sekitar untuk
menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme, serangga, dan
bahan kimia.Untuk tiwul instan setelah dilakukan
pengeringan,pengayakan lalu dikemas dengan menggunakan karung
plastik kapasitas 35-40 kg. Sedangkan tiwul tradisional setelah di
kering langsung dikukus kemudian di dinginkan dg diletakkan pada
anyaman bambu dan di kemas dengan menggunakan daun pisang.
4. Penyimpanan.
Untuk penyimpanan bahan pangan atau tiwul harus memenuhi hygiene
sanitasi makanan,penyimpanan harus di tempatkan di tempat yang
bersih, kering,tidak lembab.penyimpanan tiwul instan dapat dilakukan
dengan meletakkan karung diatas rak,bambu/kayu agar tidak kontak
langsung dengan lantai.Sedangkan tiwul tradisional penyimpanannya
dapat dilakukan dengan suhu ruangan yang tidak memudahkan tiwul
menjadi rusak karna tiwul tradisional ini tidak tahan lama.

6
2.4 Sistem Produksi Tiwul
Sistem produksi tiwul tradisional dan tiwul instan mengalami perbedaan
pada bahan pembuatan dan pengolahannya.
1. Sistem produksi tiwul instan

7
2. Sistem produksi tiwul tradisional

Pendinginan

Tiwul

8
2.5 Sistem Distribusi Tiwul
Tiwul merupakan makanan khas Indonesia yang sangat ramah terhadap
masyarakat. Dengan harga yang terjamin, bergizi tinggi, dan dapat di peroleh
dengan mudah di sudut sudut pasar tradisional maupun pedagang keliling.
Karena mudah nya akses terhadap makanan khas Gunung Kidul Yogyakarta ini
tidak membutuhkan sistem distribusi yang rumit. Pengertian dari distribusi adalah
bagian dari bauran pemasaran (Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi) yang
memegang peranan cukup penting, karena Distribusi berperan dalam
pengalokasian barang agar mudah dijangkau oleh konsumen. Distribusi itu sendiri
terdiri dari Saluran Distribusi dan Distribusi Fisik.
a. Pengangkutan (Transportasi)
Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal
konsumen, perbedaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya
teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan
barang yang disalurkan semakin luas, sehingga membutuhkan alat
transportasi (pengangkutan).Pengangkutan tiwul tradisional di lakukan secara
sederhana. Dari bahan mentah singkong hingga menjadi suatu makanan tiwul,
produsen atau pun pedagang biasanya mengangkut menggunakan transportasi
seperti becak motor maupun melalui keliling di sepanjang jalan.
Pengangkutan tiwul menggunakan nampan yang tertutup agar terhindar dari
kontaminasi udara atau pun polusi jalan. Pengangkutan pada tiwul yang di
produksi dalam skala besar dapat menggunakan mobil boks untuk di jajakan
pada agent yang di tunjuk untuk di pasarkan kepada konsumen nya. Pada
pengangkutan pedagang atau pun produsen menjual hasil makanan tiwul
tersebut melalui jalan yang mudah, singkat dan cepat agar konsumen juga
dapat dengan mudah untuk mendapatkan tiwul tersebut.
b. Pemasaran
Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan
oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat
dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen
dapat menggunakan barang tersebut.Pemasaran tiwul dapat melalui langsung

9
dari pedagang ataupun produsen ke konsumen. Pemasaran tiwul yang
semakin berkembang pesat yang telah menggunakan tekhnologi sosial media
juga telah banyak dilakukan oleh produsen. Perantara social media ini dirasa
praktis dan efisien oleh produsen tiwul karena permintaan yang semakin
tinggi di banding dengan ada nya makanan di masyarakat yang semakin
jarang di temukan.
c. Pembelian (Buying)
Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian. Jika penjualan
barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang
membutuhkan barang tersebut. Pembelian tiwul dapat dilakukan melalui
pedagang keliling atau pun yang berada pada toko makanan khas Indonesia.
Konsumen dapat mendapatkan tiwul di pedagang kaki lima dengan harga dan
porsi yang dapat di sesuai kan dengan permintaan Karena semakin tinggi
minat konsumen dalam makanan tradisional yang telah jarang di temui para
produsen tidak kehabisan akal. Produsen menyediakan layanan online untuk
para konsumen yang di daerah nya sulit mendapatkan makanan khas Gunung
Kidul itu. Pembelian online di rasa lebih praktis.
d. Penyimpanan (Stooring)
Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan
terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan
barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan ).Tiwul yang di buat
dengan bahan bahan yang alami tidak membutuhkan bahan pengawet dalam
proses produksi nya. Tiwul yang telah matang biasa nya dapat langsung di
pasarkan ke konsumen . Jadi tiwul tradisional tidak membutuhkan
penyimpanan khusus hanya dengan tempat yang tertutup, tidak lembab dan
terhindar dari vector dan rodent .
e. Pembakuan Standar Kualitas Barang
Dalam setiap transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeli selalu
menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barang yang akan
diperjual belikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar baik jenis,
ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjual belikan tersebut. Standar
kualitas barang dalam kemasan tiwul harus terhindar dari kontaminasi vector

10
dan rodent ataupun polusi udara yang dapat menurunkan standar baku mutu
dari tiwul. Dalam tiwul instan di kemas dengan ukuran yang sama
menggunakan plastik yang kedap dengan udara agar memastikan
mikroorganisme tidak tumbuh di dalam nya selama di pasarkan.Standar
kualitas barang yang akan di pasarkan harus memenuhi kelulusan Badan
Pemeriksaan Obat dan Makanan untuk tiwul yang di produksi instan karena
dapat meminimalisir terjadinya pencampuran bahan bahan kimia yang tidak
di anjurkan. Dalam tiwul tradisional menggunakan baku standart dengan
warna kecoklatan, dengan bau yang tidak menyengat atau pun basi, dengan
rasa yang dirasa tidak tercampur dengan bahan bahan kimia lain.Pembakuan
(standardisasi) barang ini dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan
atau disalurkan sesuai dengan harapan.
f. Penanggung Risiko
Barang yang di distribusikan bisa jatuh dan pecah, maka rusaklah barang
yang akan didistribusikan tersebut. Hal ini mungkin saja terjadi pada kegiatan
distribusi, maka seorang distributor tentunya akan menanggung risiko.Untuk
memperkecil resiko terjatuhkan makanan tiwul di kemas dalam wadah yang
bersih, tertutup dan tidak mudah robek dan hancur. Pada tiwul tradisional
yang berada pada pasra pasar tradisional tiwul tersebut di letakkan pada
nampan besar yang kuat dan hygiene serta di tutup plastic besar agar vector
tidak mudah hingga di makanan itu. Dalam tiwul instan produsen teleh
mengemas makanan itu tahan terhadap suhu, benturan barang fisik lain
seperti memasukkan tiwul yang telah di kemas di dalam kardus yang tidak
mudah rusak. Dalam hal ini menjadikan proses distribusi ke agent atau
konsumen tidak merusak baku mutu dari tiwul itu.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tiwul merupakan makanan pokok pengganti beras karena masyarakat
Indonesia saat itu tidak sempat untuk bercocok tanam apalagi harus
bertani. Tiwul merupakan salah satu kudapan khas masyarakat Pacitan di
Gunung Kidul yang terbuat dari gaplek atau singkong kering yang diolah
kemudian diberi taburan berupa kelapa parut. Tiwul ini merupakan
makanan sehari-hari dari penduduk Gunung Kidul.
2. Kandungan pada tiwul instan lebih kompleks di banding dengan tiwul
tradisional. Bahan dari tiwul instan lebih termodofikasi di banding dengan
tiwul tradisional yang masih original. Pada tiwul instan banyak
mengandung bahan bahan tambahan yang dapat meningkatkan gizi dari
makanan tiwul.
3. Dalam sistem pengolahan pasca panen tiwul mengalami 4 proses antara
lain pengolahan, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan.
4. Sistem produksi tiwul instan dan tradisional mengalami perbedaan dalam
tahapan hasil bentuk jadi tiwul instan yaitu dalam bentuk kering atau pun
bahan setengah jadi yang harus di kukus dahulu bila ingin di santap.
Sedangkan pada tiwul tradisional langsung pada tahap penyajian.
5. Sistem distribusi pada tiwul di klasifikasi kan dalam 6 hal yaitu ;
pengangkutan, pemasaran, pembelian, penyimpanan, pembakuan standar
kualitas barang dan penanggung risiko.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Yuyun. 2010. Kue Basah dan Jajanan Pasar. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Anonim.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/17/jtptunimus-gdl-s1-2008-
roikhatulj-804-1-bab1.pdf. (Diakses pada 7 Maret 2015)
Anonim.https://gudeg.net/id/directory/62/1870/Tiwul.html#.VPu_zvmUd34.
(Diakses pada 7 Maret 2015)
Anonim. http://tiwul.page4.me/25.html. (Diakses pada 7 Maret 2015)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Laboratium Diseminasi
Wonocolo,-,Teknik Pembuatan Tiwul Instan dengan Tambahan Tepung
Komposit,http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/agritek/lip50140.pdf
(Diakses pada 8 Maret 2015)
Djuwardi,Anton.2009. Cassava ; solusi pemberagaman kemandirian pangan :
manfaat, peluang bisnis, dan prospek.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Ir. Sutrisno Koswara,Msi,-, Teknologi Pengolahan Singkong (Teori dan Praktek)
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Teknologi-
Pengolahan-Singkong-Teori-dan-Praktek.pdf (Diakses pada 8 Maret 2015)

13

Anda mungkin juga menyukai