Fraktur Dentoalveolar
Fraktur Dentoalveolar
Fraktur Dentoalveolar
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 7 (Medical and Dental
Emergency)
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dental
Science Program 7 dan untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang
diperoleh dari berbagai buku, teksbook, dan jurnal. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
Tim Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian
erutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, 2002). Literatur lain
menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma (Mansjoer, 2000).
atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya
disebabkan trauma.
penting untuk memahami berbagai hal mengenai fraktur dentoalveoar seperti definisi
mahkota/akar gigi, avulsi gigi dan perawatan, alat restorasi semi tetap,
penanggulangan gigi sulung yang terkena trauma, dan macam-macam alat stabilisasi
TINJAUAN PUSTAKA
Traumatic injury adalah injury yang dapat bersifat fisik (badan) atau
emosional yang dihasilkan oleh luka luka fisik atau mental, atau shock. Traumatic
dental injury atau dental trauma merupakan injury yang terjadi pada mulut,
termasuk gigi, bibir, gusi, lidah, dan tulang rahang. Traumatic dental injury
jaringan pendukungnya. Traumatic Dental Injuries (TDI) atau luka trauma dental
Traumatic Dental Injury terjadi oleh benturan yang dapat menyebabkan energi
mekanis yang cukup untuk menghasilkan suatu injuri/luka. Peristiwa TDI terjadi
karena aktivitas yang menyebabkan kejadian TDI seperti jatuh, benturan, aktivitas
fisik diwaktu senggang, kecelakaan lalu lintas, permaian yang kasar, kekerasan,
penggunaan gigi yang tidak sesuai, serta menggigit benda keras. Perilaku manusia
Sering terjadi pada anak dan orang tua. Seperti jatuh dari tangga, di garasi, teras,
Olahraga beresiko tinggi terhadap Tdi contohnya American football, hockey, ice
hockey, lacrosse, martial sport, rugby, dan skating. Olahraga yang beresiko
didominasi oleh multiple dental injuri, meliputi tulang pendukung, jaringan lunak,
TDI dapat terjadi pada pasien pemakai tindikan pada lidah dan oral. Tindikan
telah dilaporkan dapat mengakibatkan potong dan frakturnya suatu gigi dan
TDI.
7. Penyiksaan fisik
Penyiksaan dan pemukulan terhadap anak atau orang sering mengakibatkan
fasial. Penyembuhan fraktur multipel pada gigi atau rahang, terutama dengan
penyiksaan. Pukulan saat berkelahi pun termasuk pada kategori ini. Penyiksaan
ini sering mengakibatkan kegoyangan, avulsi, atau fraktur gigi dan laserasi
jaringan lunak.
8. Insidensi
Insidensi fraktur adalah sekitar 5%, Ellis melaporkan suatu insidensi 4,2%,
dan Grundy melaporkan suatu insidensi sebesar 5,1%. Hal itu berarti apabila
laki-laki mempunyai sekitar 2 sampai 3 kali lebih banyak gigi yang patah
mulut.
9. Klasifikasi
1. Fraktur klas I : fraktur hanya email atau hanya melibatkan sedikit dentin.
2. Fraktur klas II : fraktur mengenai jaringan dentin tetapi pulpa belum terkena.
3. Fraktur klas III : fraktur gigi yang mengenai dentin dan pulpa sudah terkena.
4. Fraktur klas IV : fraktur karena trauma sehingga gigi menjadi non vital, dapat
tersebut.
6. Fraktur klas VI : fraktur akar gigi tanpa atau disertai hilangnya struktur
mahkota gigi.
7. Fraktur klas VII : pindahnya tempat gigi tanpa disertai fraktur akar maupun
mahkota.
8. Fraktur Klas VIII : fraktur mahkota disertai dengan perubahan tempat gigi.
menyebabkankerusakan gigi
Injury Criteria
pada enamel
Enamel-Dentin fracture Fraktur dengan kehilangan substansi gigi
Injury Criteria
perpindahan gigi
soket
Injury Criteria
alveolar socket
Fraktur dinding soket alveolar Fraktur yang terbatas pada bagian fasial
mandibula
Injury Criteria
Laserasi gingiva atau mukosa Luka yang dangkal/ dalam pada mukosa akibat
Contusion gingiva atau mukosa Luka memar akibat tekanan oleh benda
Abrasi gingiva atau mukosa oral Luka pada superfisial akibat gosokan atau
pergeseran beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada gingiva dan vermilion
bibir, serta adanya pembengkakan atau luka pada dagu. Untuk menegakkan diagnosa
klinis lainnya dari fraktur alveolar yaitu adanya luka pada gingiva dan hematom di
atasnya, serta adanya nyeri tekan pada daerah garis fraktur. Pada kasus ini fraktur
alveolar mungkin terjadi karena adanya trauma tidak langsung pada gigi atau tulang
pendukung yang dihasilkan dari pukulan atau tekanan pada dagu. Hal ini bisaa
terlihat dengan adanya pembengkakan dan hematom pada dagu serta luka pada bibir.
misalnya fraktur bilateral melalui region mentalis atau fraktur maksilla dengan
menggunakan benang sutera tebal pada ujung lidah dan menahan lidah untuk
tetap pada posisi anterior. Keterlibatan maksila tidak mudah diatasi dan
mungkin tergantung pada reduksi dari fraktur, atau paling tidak pada
imobilisasi sementara yang dilakukan dengan jalan mengfiksasinya terhadap
atau edema lidah atau faring yang diakibatkan oleh hematom sublingual, luka-
luka lingual, menghisap udara panas atau menelan bahan kausatik. Hematom
dan luka bakar sering menyebabkan terjadinya edema lidah yang besar dan
juga menyebabkan lidah tergeser ke arah posterior. Cedera pada saraf sering
3. Perdarahan
Penekanan, baik langsung dengan jari atau secara tidak langsung dengan
masalah yang serius, tetapi karena diperlukan untuk tindakan bedah pada
waktu selanjutnya, maka pada sebagian besar trauma orofasial mayor harus
4. Antibiotik
Terapi ini diperuntukkan pada individu resiko tinggi, terutama untuk pasien di
Terapi untuk menghilangkan rasa sakit biasanya minimal, karena pasien yang
diberikan secara oral dan sering terdapat dalam bentuk cairan. Aplikasi dingin
Karena pasien biasanya tidak bisa makan secara normal, terapi pendukung
untuk pasien orofasial terdiri atas pemberian cairan yang cukup. Di rumah
sakit hal ini dilakukan dengan pemberian cairan intravena (biasanya larutan
bisa dilakukan lewat mulut. Pasien diberi diet cairan, kadang ditambah dengan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa hal yang mampu
menyebabkan fraktur pada mahkota maupun pada akar, klasifikasikan pun sudah
yang harus dilakukan untuk memperbaiki fraktur tersebut sehingga gigi bisa
1. Fraktur Email
Yang dimaksud dengan fraktur email disini adalah fraktur tidak mengenai
jaringan gigi yang lebih dalam (dentin mauapun pulpa) namun hanya sebatas
email. Sebenarnya kasus ini memiliki prognosis yang baik.. Namun tidak
dapat diberikan antara lain dengan menghaluskan bagian email yang kasar
Fraktur ini mengenai jaringan gigi yang lebih dalam, tidak hanya sebatas pada
email namun juga sudah mengenai dentin namun pulpa masih terlindungi.
komposit untuk mengembalikan struktur gigi atau dengan cara yang lebih
jaringan gigi setelah sebelumnya dilakukan etsa asam dan dengan bantuan
bonding agent.
Fraktur jenis ini adalah tipe fraktur yang bisa dikatakan complicated, karena
fraktur melibatkan daerah email, dentin dan juga pulpa. Perawatannya pun
agak sedikit berbeda dan tidak sesederhana dua kasus di atas. Hal lain yang
harus diperhatikan saat menangani kasus ini adalah maturasi gigi, ini penting
untuk menentukan apakah apeks gigi sudah menutup sempurna atau belum
dinding akar masih tipis, vitalitas gigi harus tetap dipertahankan demi
kelangsungan hidup gigi selanjutnya. Hal yang bisa dilakukan pada tahap
5. Setelah tiga menit, angkat dan letakkan adukan encer pasta Zn oksid
Namun jika ingin hasil restorasi yang lebih estetik dapt dilakukan restorasi
Hal ini dikarenakan CaOH adalah bahan yang semakin lama akan makin
terdisintegrasi. Pembongkaran kembali ini diharapkan dapat
pembukaan gigi kembali setelah 6-12 bulan. Namun ada tahapan yang
berbeda yakni, pengaplikasian MTA harus pada keadaan gigi yang lembab
diletakkan sedikit demi sedikit pada pulpa lalu biarkan mengeras selama
6-12 jam (tidak perlu ditutupi restorasi, pada saat ini pasien diharapkan
komposit.
Lain halnya jika fraktur dengan pulpa terbuka ini terjadi pada gigi sulung.
Ada dua hal yang diindikasikan yakni pencabutan dan pulpotomi. Semua
ini bergantung pada usia pasien, jika setengah bagian apeks sudah resorpsi
menggunakan komposit.
derah apeks, jika apeks sudah tertutup maka perawatannya sama seperti
perawatan abses alveolar akut. Namun jika apeks masih terbuka maka
2. Jika terjadi drainase maka biarkanterbuka dan pasien diminta datang 5-7 hari
kemudian
radiografik.
8. Fraktur Akar
Fraktur pada akar tidak selalu memerlukan perawatan saluran akar, hal
segmen koronal dan distabilkan dengan splin selama kurang lebih 12 minggu.
dilakukan perawatan saluran akar dan preparasi untuk pasak dan mahkota.
Kunjungan pertama
Kunjungan kedua
dilakukan pemutaran pin agar patah pada bagian takik yang sudah
dibuat.
tetap.
preparasi.
konvensional dan diisi gutta perca, fragmen apeks dibiarkan dan jaringan
pulpa mungkin tetap vital. Terapi lain yang mungkin diberikan adalah
9. Fraktur Mahkota-Akar
pada kedalaman garis fraktur di palatal. Bila pasien datang, fragmen korona
Biasanya anestesi local perlu diberikan agar fragmen dapat dilepas dan
dilakukan pemeriksaan dari luas fraktur. Bila fraktur terletak superficial, maka
pasak. Bila fraktur lebih dalam, akan lebih sulit untuk mengisolasi gigi untuk
perawatan saluran akar dan ekstruksi ortodonti dari akar perlu
Bila fraktur sangat dalam maka apa yang tertinggal terlalu kecil untuk
Maxillofacial Surgery)
(1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya
sesegera mungkin.
(2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila
kembali gigi dan tempatkan pada NaCl fisiologis. Kembalikan tulang pada
(6). Pembuatan foto rontgen dilakukan untuk memeriksa apakah posisi sudah
benar.
sesuatu.
(12). Perawatan saluran akar dipertimbangkan bila tampak adanya kelainan pada
pulpa.
(1). Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau
(3). Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan
ditangguhkan.
(4). Apabila pada foto rontgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya
gambaran radiolusen di daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi akar
(5). Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan
bertahan selama mungkin (sampai satu tahun). Restorasi ini harus protektif,
untuk gigi posterior yang baik adalah amalcore yang mengonlay cusp yang
biasanya lebih sukar karena adanya faktor estetik dan adanya kesukaran dalam
menjamin adanya kerapatan yang adekuat. Lebih disukai untuk membuat pasak
dan inti segera setelah perawatan (yang menjamin adanya kerapatan mahkota
yang baik) jika gigi tersebut merupakan indikasi bagi pemasangan mahkota
sementara.
Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan
Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah tidak baik sehingga
perlu dikurangi dan diberi pelindung (capping). Tindakan, secara rutin membuang
mahkota dan kemudian membangunnya kembali pada gigi yang telah dirawat saluran
sempurna.
2. Retensi
Restorasi korona memperoleh retensinya dari inti dan sisa dentin yang masih
ada. Jika intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran
akarnya yang memakai pasak. Namun pasak ini akan melemahkan dan mungkin
retensi inti.
Proteksi sisa struktur gigi ini diaplikasikan pada gigi posterior untuk
Koordinasi yang buruk pada pasien anak yang sedang belajar berjalan ,
serta rasio antara pulp-chamber yang relatif besar, menyebabkan banyak terjadinya
banyak terjadi daripada patah gigi pada gigi primer karena daerah sekeliling
tulangnya masih resilien. Begitu pula dengan cedera ini yang lebih sering terjadi
bahaya terhadap benih gigi permanen, sekunder ke posisi bukal - oklusal gigi
reasonable.
Andreasen dan Raven melaporkan tentang prognosis pada trauma gigi pengganti
permanen, jugagaya yang diberikan oleh gigi primer. Mereka menemukan bahwa
usia individu pada saat cedera dan jenis cederaberperan penting dalam
1. Waktu luka terjadi dan ketika kedatangan berikutnya untuk perawatan, hasil
2. Penyebab luka
3. Dimana luka terjadi untuk menentukan apakan perlu diberikan injeksi tetanus
5. Stimuli apa yang menyebabkan respon pada wilayah trauma (termal, tekanan,
kimia).
Gambar : sistem untuk menentukan treatment pada gigi primer anterior
Crown Fracture
Crown-Root Fracture
Root Fracture
Fraktur akar dengan sedikit perpindahan fragmen koronal dapat
dibiarkan tidak diobati dan akan resorbsi pada waktu yang diharapkan.
tampaknya dipertanyakan.
Ekstrusi
waktu yang singkat jika anak segera diobati jika ada cedera. jika bekuan
darah sudah masuk ke dalam soket alveolar dan tidak terjadi reposisi,
Lateral Luxation
Dalam beberapa kasus lateral luksasi mungkin terdapat gangguan
occlusal. dalam kasus ini, setelah penggunaan anestesi lokal, gigi yang
Karena open bite anterior pada anak kecil lebih sering terlukasi
dapat direposisi, mengikis tepi incisal gigi atas dan bawah atau
Intrusion
gigi dengan cara reerupsi. Sebaiknya jika gigi yang intrusi akarnya
adalah pencegahan dari cedera gigi susu berlanjut pada gigi permanen.
dalam studi eksperimen pada monyet, di mana gigi insisif primer yang
Avulsion
gigi. Penyebab trauma pada gigi permanen antara lain jatuh dari sepeda,
dilakukan pertama kali ketika terjadinya gigi avulsi dan bagaimana cara
yang mengalami avulsi ini terdiri dari replantasi, splinting serta kontrol
mandibula.
fraktur.
Etiologi
fraktur dapat positif atau negatif. Pada fraktur tulang alveolar, gigi
atau impaksi.
Gambaran radiografis
dari tepi tulang alveolar sampai apeks akar. Teknik panoramik sangat
fraktur.
Klasifikasi
perubahan posisi
Kelas 3, fraktur pada segmen dentulous dengan sedang-berat
perubahanposisi
Perawatan
Perawatan medikasi
Perawatan bedah
anestesi umum yaitu apabila anastesi lokal tidak berhasil atau pada
pasien yang sangat penakut. Reposisi segmen fraktur yang mengalami
splint atau arch bar. Hilangkan kontak prematur dan trauma oklusal.
menjadi nonvital.
perbedaan warna
Enamel dan dentin (Kelas Calcium hydroxide liner Acid etch composite resin
steel crown
atau preerupsi:
; pulpektomi
2. Kuning pulpa
terkalsifikasi ;
observasi
Splinting properties
3. Rigid : dapat digunakan pada cervical root fracture dan replantasi gigi
dibawah ini :
1. Aplikasi direct intraoral
Tipe-tipe splinting
1. Suture splint
Tipe paling simple adalah letak suture pada incisal edge dari palatal/lingual
gingival menuju buccal gingival. Fiksasi seperti ini dapat digunakan, contohnya,
dalam mencegah reposisi incisor dari ekstruding, tapi hanya akan efektif untuk jangka
waktu pendek. Setelah autotransplantasi pada premolar, suture diletakkan pada
2. Arch bar
tempat pemasangan.
Beberapa decade yang lalu, rigid splinting dari gigi luxasi dianggap perlu, dan
jenis splint yang digunakan adalah arch bar atau cap splint. Splint ini menyebabkan
kerusakan pada gigi yang terluka, dikarenakan reposisi tidak akurat, yang dapat
menekan jaringan longgar gigi terhadap dinding soket. Selanjutnya, terdapat resiko
invasi bakteri ke dalam jaringan periodontal karena dekatnya letak splint dan wire
3. Orthodontic appliance
Gambar : Penggunaan Orthodontic splint pada anterior rahang atas
Orthodontic ligature wire bonded dengan composite atau attached pada bracket
mengakibatkan iritasi pada mukosa oral, gangguan pada oral hygiene dan
untuk splinting pasif (dengan gigi pada posisi netral) terancam jika bracket bersatu
4. Composite
Splint yang sepenuhnya terdiri dari composite resin bersifat estetik dan mudah
untuk dibuat, tetapi telah ditemukan untuk fraktur pada daerah interdental,
sebagaimana material tersebut fragile. Splint bersifat rigid dan dengan demikian
melanggar permintaan untuk splinting pada kebanyakan kasus. Terlebih lagi, karena
kecocokan warna dan bonding strength pada goresan enamel, hal ini sulit untuk
material ini harus digunakan, maka dianjurkan untuk splint pada gigi luxasi dengan
Satu dari keuntungan utama adalah splint CONSTRUCTED dari material yang
secara rutin tersedia di kantor dental. Mudah dimodifikasi menjadi rigid splint oleh
perubahan dimensi dari wire atau oleh penambahan composite selama labial wire up
pada ruang interdental. Bagaimanapun, terdapat masalah yang sama pada resiko
Pada studi comparative baru pada berbagai tipe dari splint pada sukarelawan,
Pada beberapa studi yang menggunakan fiber glass daripada wire telah
dideskripsikan dan secara berkala digunakan. Fiber glass ribbon dibasahkan dengan
composite resin dan tidak ada material pengisi yang digunakan. Fleksibilitas dapat
6. Resin
Gambar : Pemasangan Resin Splint penuh pada permukaan gigi anterior rahang
atas
dan light cured).bhal ini memungkinkan untuk menerima material dalam tahapannya,
keuntungan dengan multiple displaced dan reposition teeth. Material ini tidak
menggunakan tenaga pada gigi selama aplikasi dan secara estetik dan hygiene dapat
Pada kasus kehilangan gigi atau dalam mixed dentition, dimana gigi yang
bersebelahan tidak sepenuhnya erupsi, hal ini diperlukan untuk merentangkan area
edentulous. Pada kasus ini, diperlukan reinforcement. Hal ini dapat dicapai dengan
metal bars, orthodontic wire, nylon line, glass fiber, atau synthetic fiber atau tape
beberapa material yang bersifat fleksibel dan splint diterima secara direct pada etched
crown surface.
Gambar 2.15: Pemasangan Metal Splint yang mampu beradaptasi dengan baik
Secara komersial, dental splint yang tersedia telah diperkenalkan. Prefabricated splint
yang terbuat dari titanium telah dilaporkan oleh von Arx dan co-author. Prefabricated
titanium trauma splint (TTS) mempunyai ketebalan hanya 0,2 mm dan dapat dengan
mudah dibengkokan dengan jari dan beradaptasi pada dental arch. Karena desain
rhomboid dari splint, dapat juga beradaptasi dengan panjangnya. TTS berikatan pada
enamel dengan light cured composite resin dan dikembalikan dengan peeling pada
permukaan gigi. Splint ini telah ditemukan agar dapat bertoleransi dengan baik dan
KESIMPULAN
Traumatic injury adalah injury yang dapat bersifat fisik (badan) atau emosional yang
dihasilkan oleh luka luka fisik atau mental, atau shock. Traumatic dental injury atau
dental trauma merupakan injury yang terjadi pada mulut, termasuk gigi, bibir, gusi,
lidah, dan tulang rahang. Traumatic Dental Injury terjadi oleh benturan yang dapat
Peristiwa TDI terjadi karena aktivitas yang menyebabkan kejadian TDI seperti jatuh,
benturan, aktivitas fisik diwaktu senggang, kecelakaan lalu lintas, permaian yang
kasar, kekerasan, penggunaan gigi yang tidak sesuai, serta menggigit benda keras.
Insidensi fraktur adalah sekitar 5%, Ellis melaporkan suatu insidensi 4,2%, dan
Grundy melaporkan suatu insidensi sebesar 5,1%. Hal itu berarti apabila terdapat 100
mempunyai sekitar 2 sampai 3 kali lebih banyak gigi yang patah daripada anak
perempuan.
Klasifikasi fraktur oleh Ellis terbagi dalam 9 klas, sedangkan WHO membagi dalam
luka jaringan keras gigi dan pulpa, luka terhadap jaringan periodontal, luka terhadap
beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada gingiva dan vermilion bibir, serta
adanya pembengkakan atau luka pada dagu, adanya luka pada gingiva dan hematom
di atasnya, serta adanya nyeri tekan pada daerah garis fraktur. Penanganan trauma
secara umum dan segera meliputi pemeriksaan jalur nafas, sumbatan jalan napas yang
Perawatan fraktur mahkota dan akar berbeda-beda tergantung daerah yang mengalami
fraktur (email, mahkota, pulpa, akar) dan tingkat keparahan fraktur. Avulsi gigi
adalah berpindahnya gigi secara menyeluruh dari soketnya. Perawatan avulsi adalah
Jika restorasi akhirnya ditunda, restorasi sementaranya harus bisa bertahan selama
mungkin (sampai satu tahun). Restorasi ini harus protektif, rapat, dan bagus estetik
serta fungsinya. Restorasi sementara semipermanen untuk gigi posterior yang baik
adalah amalcore yang mengonlay cusp yang telah lemah, sehingga dapat
terhadap benih gigi, serta tergantung dari tempat terjadinya fraktur dan tingkat
keparahannya.
Fraktur prosesus alveolaris adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan tulang
alveolar pada maksila atau mandibula, namun lebih sering terjadi pada maksila.
kelas. Perawatan ditujukan untuk memberi kenyamanan pada pasien dan untuk
mencegah komplikasi terutama akibat infeksi. Terapi yang diberikan adalah obat
di dalamnya jenis rigid dan non-rigid. Syarat splinting yang baik adalah aplikasi
direct intraoral, mudah dibuat dengan matetial yang tersedia dalam praktek dental,
tidak meningkatkan periodontal injury atau memicu caries, tidak iritasi terhadap
jaringan lunak oral, pasif tidak menggunakan tekanan orthodontic pada gigi,
dikembalikan dan berakibat minimal atau tidak ada kerusakan permanen pada gigi,
memungkinkan tes pulpa dan perawatan endodontic, hygiene dan estetik. Tipe-tipe
splinting termasuk suture splint, arch bar, orthodontic appliance, composite, wire-
Booth, Peter Ward, dkk. 2012. Maxillofacial Trauma & Esthetic Facial Reconstruction.
Missouri: Elsevier.
Fonseca RJ., 2005. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St. Louis : Elsevier Saunders.
Grossman, Louis I, Seymour Oliet. 1988. Endodontic Practice 11th edition. Philadelphia:
Lea & Febiger.
Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, 2002
Mathewson, Richard J., DDS, MS, PhD., Primosch, E. Robert, DDS, MS, Mend 1995.
Fundamental of Pediatric Dentistry, 3rd. Ed. Quintescience Publishing Co, Inc. US.
Peterson Lj., 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed St Louis : Mosby
Riyanti, Eriesca., Sp.KGA. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak pustakaunpad.ac.id
http://media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070075_2_9049.pdf