Metode Pengajaran Keimanan Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beriman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan
melakukan dengan perbuatan. Tidaklah mudah mengatakan seseorang
beriman apabila hanya dilihat dari lahiriahnya saja.
Iman yang terdapat dalam hati dapat dipupuk sehingga tumbuh subur dan
benar-benar melaksanakan apa yang diperintah Allah SWT. Iman dapat
ditanamkan dalam hati seseorang melalui pengajaran. Tetapi pengajaran
keimanan yang dimaksudkan tidak sekedar pengajaran yang menambah
wawasan pengetahuan saja atau hanya sekedar menyentuh aspek kognitif
saja. Pengajaran iman harus menyeluruh mulai dari pemahaman sampai
dengan aplikasinya dalam kehidupan.
Seorang guru agama Islam harus mempunyai dasar mengajar keimanan.
Karena inti dari pengajaran agama Islam adalah penanaman keimanan.
Pendekatan dan metode yang diterapkan guru harus sesuai dengan apa
yang dipelajari dan merujuk pada apa yang telah dicontohkan Nabi
Muhammad SAW
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian tentang pendidikan keimanan ?
2. Bagaimana Tafsir tentang materi pendidikan keimanan ?
3. Bagaimana metode pengajaran tentang materi keimanan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan keimanan
2. Untuk mengetahui tafsir tentang materi pendidikan Keimanan
3. Untuk mengetahui metode pembelajaran tentang materi Keimanan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tentang pendidikan keimanan





Iman dalam arti luas yakni keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati,
diikrarkan oleh lidah, dan diwujudkan dalam perbuatan, tingkah laku
didalam aspek kehidupan.
Iman dalam arti khas adalah - - arkanul iman yang
jumlahnya enam. Iman adalah meyakini keberadaan Allah beserta sifat-
sifat yang dimilikinya. Dalilnya dalam Al quran dijelaskan tentang
keimanan pada Surat An Nisa ayat 136:





Hai orang-orang yang beriman, berimanlah sungguh-sungguh kepada
Allah, Rosul, dan kepada kitab yang telah ia turunkan lebih dahulu.
Barang siapa tidak percaya kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab, rosul-
rosul dan hari kemudian, maka sesungguhnya sesatlah dia pada
kesesatan yang jauh.
Pendidikan adalah proses usaha secara sadar Sehingga dapat
didefinisikan bahwa pendidikan keimanan merupakan usaha sadar yang
dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya dengan tujuan agar
peserta didik memiliki kesadaran akan Tuhannya dengan menanamkan
keyakinan akan rukun iman yang enam yaitu beriman kepada Allah,
Malaikat, Kitab-kitab, Hari kiamat serta qaa dan qadar-Nya. Selain itu
pendidikan keimanan berfungsi untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik yaitu potensi mengakui akan adanya Allah swt.
sehingga dengan tertanamnya keimanan ini menjadikan peserta didik
menjadi hamba yang taqwa dan taat kepada Allah swt.

2
B. Tafsir Tentang Materi Pendidikan Keimanan
1. Iman kepada Allah, Surat Al-Ikhlas1
)4() 3() 2(
)1(

Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.(1) Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(2) Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan.(3) dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia".(4)
2. Iman kepada Malaikat, Al Baqarah:1772





Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu
suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat...
3. Iman kepada Rasul Allah, An-Nahl: 363






Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).

1
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Kitab Tauhid, jilid I Terj. dari At-
Tauhid Li affil Awwal al-Ali oleh Agus Hasan Bashori, (Jakarta: Darul Haq, 2011),
Cet. I, hal. 19
2
Sumber: https://almanhaj.or.id/3026-iman-kepada-para-rasul-allah.html yang
diakses pada 19.58 WIB 11/19/2017
3
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pola Hidup Muslim; Aqidah, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. II, h. 53

3
4. Iman kepada Kitab-kitab Allah, Surat Fatir ayat 31:



Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al
Quran) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.
5. Iman kepada Hari Akhir, Surat al-Baqarah ayat 62:



Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa sja di antara mereka
yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhir dan beramal
shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
6. Iman kepada Qodho dan Qodar, Surat Al-Qamar ayat 494

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

C. Metode pengajaran Keimanan


Dalam rangka menumbuhkan rasa iman, rasa cinta kepada Allah
SWT, seorang guru dapat menggunakan metode yang telah diterapkan
Nabi Muhammad SAW seperti berikut ini:
1. Kisah Qurani dan Nabawi

4
M. Saberanity, Keimanan Ilmu Tauhid, (Tangerang: Lekdis Nusantara, 2006),
Cet. II, h. 85

4
Metode Kisah Qurani dan Nabawi adalah Pemberian kisah-kisah
yang diambil dari Al Quran maupun kisah para Nabi dan Sahabat
dapat mendidik perasaan keimanan.
2. Permisalan
Metode ini dalam menggunakan perumpamaan mengambil dari Al-
Quran. Penggunaan perumpamaan dalam pengajaran dapat
merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan
tersebut. Contoh dalam Q. S Al Ankabut ayat 41:





Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan
sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba
kalau mereka mengetahui.
3. Targhib dan Tarhib
Metode targhib adalah pendidikan dengan menyampaikan berita
gembira/harapan kepada pelajar melalui lisan maupun tulisan, agar
pelajar menjadi manusia yang bertakwa. Surat Al-Anfal ayat 29:





Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami
akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu
dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.
Sedangkan metode tarhib adalah pendidikan dengan
menyampaikan berita buruk/ancaman kepada pelajar melalui lisan
maupun tulisan, agar pelajar menjadi manusia yang bertakwa. Surat
At-Taubah ayat 74:








5
Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah,
bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu).
Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan
telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka
tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-
Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan
karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah
lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan
mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan
mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula)
penolong di muka bumi.
4. Pembiasaan
Untuk melaksanakan tugas atau kewajiban secara benar dan rutin
terhadap anak atau peserta didik diperlukan pembiasaan. Misalnya,
agar anak atau peserta didik dapat melaksanakan sholat secara benar
dan rutin maka mereka perlu dibiasakan sholat sejak masih kecil, dari
waktu kewaktu. Itulah sebabnya kita perlu mendidik mereka sejak dini
atau kecil agar mereka terbiasa dan tidak merasa berat untuk
melaksanaknnya ketika mereka sudah dewasa. Surat Al-Alaq ayat 6:

Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka
kamu tidak akan lupa .
5. Metode Keteladanan
Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu
dibandingkan metode-metode lainnya. Melalui metode ini para orang
tua, pendidik atau dai memberi contoh atau teladan terhadap
anak/peserta didiknya bagaiman cara berbicara, berbuat, bersikap,
mengerjakan sesuatu atau cara beribadah, dan sebagainya. Surat Al-
Ahzab Ayat 21:



6
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
6. Metode Nasihat
Metode inilah yang paling sering digunakan oleh para orang tua,
pendidik dan dai terhadap peserta didik dalam proses pendidikannya.
Memberi nasihat sebenarnya merupakan kewajiban kita selaku muslim
seperti tertera antara lain dalam Surat Al-Ashr ayat 3:


Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
saling menasehati dalam hal kebenaran dan saling menasehati dalam
hal kesabaran.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman adalah dasar seseorang menganut suatu agama. Dengan
keimanan yang mengakar kuat pada dirinya, orang tersebut mengakui
keberadaan Tuhannya dan berperilaku sesuai dengan apa yang
dikehendaki agamanya. Inti dari Pendidikan agama Islam adalah
penanaman keimanan. Seorang guru agama harus menguasai metode-
metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keimanan peserta
didik.
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan guru agama dalam
mengajarkan materi agama Islam yang menumbuhkan keimanan.
Metode-metode tersebut antara lain:
1. Kisah Qurani Nabawi
2. Permisalan
3. Targhib dan tarhib
4. Pembiasaan
5. Keteladanan
6. Nasehat
Apabila seorang guru dapat menerapkan metode-metode tersebut
dengan baik, maka insya Allah akan dapat menumbuhkan keimanan
dalam diri peserta didik.

B. Kritik dan saran


Kritik dan saran jelas kami butuhkan dari setiap pembaca makalah
ini agar kedepanya kami dapat mengembangkan serta memberikan
evaluasi terhadap makalah-makalah berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
M. Saberanity, Keimanan Ilmu Tauhid, (Tangerang: Lekdis Nusantara, 2006),
Cet. II, h. 85
Sumber: https://almanhaj.or.id/3026-iman-kepada-para-rasul-allah.html yang
diakses pada 19.58 WIB 11/19/2017
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pola Hidup Muslim; Aqidah, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. II, h. 53
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Kitab Tauhid, jilid I Terj. dari At-Tauhid
Li affil Awwal al-Ali oleh Agus Hasan Bashori, (Jakarta: Darul Haq, 2011),
Cet. I, hal. 19

Anda mungkin juga menyukai