Laporan Praktikum Kimia Organik I
Laporan Praktikum Kimia Organik I
Laporan Praktikum Kimia Organik I
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
I. Tujuan percobaan:
1.1 Ekstraksi kafein dari daun teh
II. Teori Dasar
Ekstraksi adalah sebuah teknik yang umum digunakan dalam kimia organik
untuk memisahkan materi yang diinginkan dari materi yang tidak diinginkan.
(Gilbert & Martin, Experimental Organic Chemistry: 2011)
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin
kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair;
sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak
untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat
bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan dipakai pada
awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan
naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan
berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di
dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk
memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke
zat pelarut.
Seperti yang telah diketahui juga bahwa dalam melarutkan suatu zat kita tidak
bisa secara sembarang menggunakan pelarut di samping hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi juga bisa menyebabkan percobaan tidak maksimal atau bahkan
gagal, jadi berikut ini beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaan pelarut.
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi
bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut
dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di
ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan
kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan
agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali
pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya
dalam ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu
diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai
dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu
dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. Ditinjau dari segi ekonomi,
akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu
tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah). (Hana,
Ekstraksi: 2013)
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar.
Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan pH
6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein
terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak
langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek
samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut
jantung tak berarturan (tachycardia). (Hermanto, Kafein, Senyawa Bermanfaat
atau Beracunkah?: 2007)
Struktur senyawa kafein
Kantung teh celup 5 bungkus dan 20 gram Na2CO3 dimasukkan ke erlenmeyer (1)
ukuran 250 ml, lalu ditambah 112,5 ml air panas, campuran didiamkan 7 menit,
lalu didekantasi antara cairan dan kantung teh celupnya, hasil pelarutan disimpan
di erlenmeyer (2). Teh dan Na2CO3 yang mungkin masih tersisa (kefeinnya)
ditambah 25 ml air panas, hasil pelarutan digabung dengan erlenmeyer (2). Teh
dan Na2CO3 didihkan selama 20 menit, lalu didekantasi dan cairannya disatukan
dengan hasil pelarutan sebelumnya. Ekstrak teh didinginkan sampai suhu kamar
lalu dimasukkan ke corong pisah, ditambah 20 ml diklorometana, lalu
digoyangkan dan setiap 15-20 penggoyangan kran dibuka untuk membuang gas.
Lalu ditambah 7,5 ml diklorometana dan digoyangkan kembali. Setelah didapati
campuran yang memiliki berbagai lapisan, fraksi bening diambil dengan pipet
apabila terdapat emulsi, cairan yang didapat dipindahkan ke wadah erlenmeyer.
CaCl2.2H2O ditambahkan pada cairan bening, lalu diaduk 10 menit, didekantasi
hasil ekstraksi dengan diklorometana, sebagai catatan gumpalan CaCl2 jangan
sampai terbawa, jika bisa saring dengan penyaring biasa. Erlenmeyer dan kertas
saring dibilas dengan 5 ml diklorometana. Filtrat hasil bilas digabung dengan hasil
penyaringan awal, lalu dievaporasi di evaporator.
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan
Perlakuan Pengamatan
1. Na2CO3 ditimbang 1. Massa Na2CO3 10 gram,
2. 5 kantong teh celup ditimbang berwujud serbuk putih
3. H2O dipanaskan 2. Massa 10,14 gram beserta
4. Teh celup dan Na2CO3 dengan kantungnya
dimasukkan ke erlenmeyer 1, 3. Suhu hampir mencapai 100oC
ditambah air panas 113 ml, 4. Warna cokelat kehitaman,
diaduk dan didiamkan 7 menit berbau khas teh
5. Campuran didekantasi, air hasil 5. Cairan berada di erlenmeyer
isolasi dipindahkan ke 6. Warna campuran berwarna
erlenmeyer 2 cokelat tua
6. Kantong teh diisi kembali 7. Warna cairan hasil didihan
dengan air panas 25 ml, diaduk berwarna cokelat kehitaman,
dan didiamkan 7 menit, lalu terdapat busa di sekitar kantong
simpan pada wadah erlenmeyer dam di dasar erlenmeyer 1
2 (disatukan dengan hasil 8. Terdapan dua lapisan setelah
dekantasi pertama) pencampuran, lapisan dari
7. Kantong teh didihkan di atas cairan yang tidak berwarna dan
pemanas 20 menit, didekantasi, lapisan dari cairan berwarna
cairan tersisa disaring dari teh cokelat
celup, filtrat disatukan dengan 9. Terdapat gas keluar ketika kran
hasil dekantasi pertama dan dibuka, gas diketahui dengan
kedua menjulurkan tangan untuk
8. Cairan hasil dekantasi merasakan gas
dimasukkan ke corong pisah, 10. Campuran terdapat 3 lapisan,
lalu ditambah 20 ml lapisan tidak berwarna sedikit,
diklorometana lapisan berwarna cokelat tua,
9. Cairan digoyangkan 5 menit dan lapisan cokelat kehitaman.
dengan satu arah, setiap 15-20 11. Jumlah lapisan tidak berwana
goyangan kran corong dibuka bertambah, lapisan cairan
untuk membuang gas lainnya cenderung tetap
10. Campuran didiamkan di dalam 12. Larutan tidak berwarna berada
corong, lalu ditambah lagi 7,5 di gelas kimia
ml diklorometana dan 13. CaCl2.2H2O berwujud padat,
digoyangkan kembali berwarna putih. Terjadi
11. Ditambah 5 ml diklorometana perubahan warna larutan, yang
dan digoyang kembali, dan semula tidak berwarna menjadi
lapisan pada cairan dicek putih, dan terjadi perubahan
kembali kekentalan
12. Cairan tidak berwarna dipipet 14. Filtrat berwarna hijau muda,
dan disimpan di gelas kimia berwujud cair, dan berbau khas
13. Hasil ekstraksi ditambah 15. Filtrat hasil evaporasi berwarna
CaCl2.2H2O, diaduk 10 menit kuning, berwujud cair, dan
14. Larutan disaring dengan kertas berbau khas,
saring yang telah dbilas 16. Larutan berwarna kuning,
diklorometana, ditempatkan terdapat emulsi di dasar wadah
pada erlenmeyer yang telah 17. Larutan berwarna kuning keruh
dibilas juga dengan
diklorometana sisa bilasan
kertas saring
15. Filtrat dievaporasi dengan
waterbath, suhu diatur 40oC
untuk menguapkan
diklorometana
16. Filtrat kafein ditambah 2,5 ml
aseton panas
17. Filtrat kafein ditambah ligroin 3
tetes lalu didinginkan hingga
mencapai suhu kamar
V. Pembahasan
Ekstraksi dan isolasi merupakan suatu metode pemisahan zat dengan pelarut
lain, baik itu zat cair maupun padat. Metoda ekstraksi ini berdasarkan pada
kelarutan zat yang akan diambil dengan kelarutan pelarutnya, jika zat yang
diekstraksi memiliki sifat-sifat kimia yang cenderung mirip dengan pelarutnya
maka zat tersebut bisa terlarut di dalamnya
Daun teh dan Na2CO3 digabung dan dilarutkan dengan air panas, penggunaan
natrium karbonat bertujuan untuk memisahkan kandungan tanin dari kafein.
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dalam air, tanin
membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat. Tanin yang bersifat asam
harus dipisahkan dengan natrium karbonat yang cenderung basa, sehingga
menghasilkan garamnya, garam ini terlarut dalam air tapi tidak larut dalam
diklorometana.
VI. Kesimpulan
4.1 Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa: Ekstraksi kafein dari daun
teh dapat dilakukan dengan melarutkannya dengan dua pelarut yang tidak
saling melarutkan, lalu isolasi kafein dari senyawa lain dengan
penambahan natrium karbonat. Hasil ekstraksi ditambah kalsium klorida
dihidrat untuk menyerap ait, saring dan dipisahkan dari pelarut kedua
(evaporasi), lalu ditambah aseton panas untuk memisahkan dari pengotor,
dan ditambah ligroin untuk mengidentifikasi kafein.
Daftar Pustaka