Pangan Pola Harapan Dan Kerangka Teori KK Nini Ok
Pangan Pola Harapan Dan Kerangka Teori KK Nini Ok
Pangan Pola Harapan Dan Kerangka Teori KK Nini Ok
SKOR PPH
Diet Khusus Pengeluaran Pangan
Rumah Tangga
Pantangan Makan
Kepemilikan Lahan
Agama
Sumber : Modifikasi dari : Achmad Djaeni S (2000), Achmad dkk (1999), K.A.Buckle (1985),
Moch. Agus Krisno (2004), Soegeng Santoso (1999), Suhardjo (1986), Supariasa
(2002)
Hardinsyah dan Martianto (1989) mendefinisikan kebutuhan gizi sebagai kebutuhan
minimal zat gizi agar dapat hidup sehat sedangkan kecukupan gizi adalah jumlah masing-masing
zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang agar hampir semua orang (minimal 97,5% populasi)
hidup sehat. Angka kecukupan energi dan protein berguna untuk mengukur tingkat dan
perencanaan konsumsi. Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), Angka
Kecukupan Energi (AKE) rata-rata orang Indonesia adalah sebesar 2000 kkal/kapita/hari
konsumsi pangan dikelompokkan menurut kriteria yang diadaptasi dari Departemen Kesehatan
Konsumsi pangan tidak hanya diukur dari segi jumlah yang dicerminkan oleh
terpenuhinya AKE melainkan juga dari segi kualitas yang dicerminkan oleh keanekaragaman
konsumsi pangan. Konsumsi yang beranekaragam sangat penting karena tidak ada satupun jenis
pangan yang memiliki kandungan zat gizi lengkap. Oleh karena itu, konsumsi pangan
pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya
secara optimal.
Kinerja konsumsi pangan wilayah tercermin dalam pola konsumsi masyarakat di tingkat
rumah tangga. Kondisi konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kondisi ekonomi, sosial, dan budaya setempat. Ukuran rumah tangga, tingkat pendidikan, dan
pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga (Baliwati,
2007).
komposisi energi dapat dilakukan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH
merupakan kumpulan beragam jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada komposisi yang seimbang (Hardinsyah et al,
2001). Selanjutnya dijelaskan bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan energi dari berbagai
kelompok pangan sesuai PPH, secara implisit kebutuhan zat gizi juga terpenuhi kecuali untuk zat
Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan bergizi seimbang. Jika
skor konsumsi pangan mencapai 100, maka wilayah tersebut dikatakan tahan pangan. Berikut ini
tabel mengenai jumlah, komposisi (% AKE) dan skor PPH (Badan Ketahanan Pangan, 2011).
Analia, Dewi. 2009. Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Rumahtangga di Sumatera Barat
Badan Ketahanan Pangan. 2011. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan. Jakarta: Badan
Ketahanan Pangan.
Baliwati, Yayuk Farida. 2007. Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah Berdasarkan Neraca
Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan. Kerjasama Bagian Bina Ketahanan
Pangan Biro Bina Produksi Setda Provinsi Jawa Barat dengan Tim Bagian Kebijakan
Baliwati, Yayuk Farida. 2011. Materi Pelatihan Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan Wilayah
David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis Edisi 10. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Departemen Kesehatan. 1996. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Ditjen Pembinaan
Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2005-2009. Dewan
Dewan Ketahanan Pangan. 2011. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Dewan
Firman Noer TA. 2002. Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kawasan Sentra
Produksi Koto Hilalang Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat. Program Studi
Frankenberger, TR. 1992. Indicators and Data Collection Methods for Assessing Household
Hardinsyah dan Drajat Martianto. 1992. Gizi Terapan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor
Hardinsyah, Dodik B., Retnaningsih, Herawati, Retno W. 2002. Analisis Kebutuhan Konsumsi
Pangan. Pusat Studi Kebijakan pangan dan Gizi IPB dan Pusat Pengembangan Konsumsi
Hardinsyah, Drajat Martianto. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian
Hardinsyah, Yayuk FB, Martianto D., Handewi SR, Agus W., dan Subiyakto. 2001.
Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan. Pusat Studi
Kebijakan Pangan dan gizi IPB, Lembaga Penelitian IPB dan Pusat Pengembangan
Harper, I. J. , B. J. Draton & J. A. Driskel. 1988. Pangan, Gizi dan Pertanian (Suhardjo,
Jakarta
Kahraman, Cengiz, Nihan Etin Demirel, Tufan Demirel. 2007. Prioritization of e-Government
Khomsan, Ali. 2002. Pangan dan Gizi dalam Dimensi Kesejahteraan. Jurusan GMSK Fakultas
Maarif, M.S. dan Hendri T. 2003. Teknik-teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. PT.Grasindo,
Jakarta
Mahfi, Tabrani. 2009. Analisis Situasi Pangan dan Gizi untuk Perumusan Kebijakan Operasional
Ketahanan Pangan dan Gizi Kabupaten Lampung Barat. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Mahmuri. 2005. Analisis Situasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabpaten administrasi
Marimin dan Maghfiroh, Nurul. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Martianto, Drajat dan Ariani. 2004. Analisis Konsumsi Pangan Rumahtangga. Prosiding
Widyakarya Nasional pangan dan Gizi VIII. 17-19 Mei 2004. LIPI, Jakarta
Martianto, Drajat, Yayuk Farida Baliwati, Dahrulsyah, dan Handewi. 2007. Laporan Akhir
Pearce II, J.A. dan R.B. Robinson, 2003. Strategic Management, Formulation, Implementation,
Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Rochman, Nurul Taufiq, E. Gumbira Said, Arief Daryanto, Nunung Nuryartono. 2011. Analysis
Using SWOT-AHP Method. International Journal of Business and Management 6.8 (Aug
2011): 235-244
Saaty, Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta
Sukari. 2009. Strategi Pengembangan Kebijakan dan Program Ketahanan Pangan Kabupaten
Suryadi, Kadarsah dan Ali Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana
Rosdakarya, Bandung.
Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wheelen, Thomas L dan J. David Hunger. 2010. Strategic Management and Business Policy
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi