Makalah KPD, Komplikasi Persalinan Prematur Dan Postmatur
Makalah KPD, Komplikasi Persalinan Prematur Dan Postmatur
Makalah KPD, Komplikasi Persalinan Prematur Dan Postmatur
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
B. Persalinan Prematur
1. Definisi............................................................................................................................................... 14
2. Etiologi............................................................................................................................................... 14
3. Patofisiologi ....................................................................................................................................... 15
4. Manifestasi Klinis .............................................................................................................................. 16
5. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................................... 17
6. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................................................... 17
7. Komplikasi ......................................................................................................................................... 19
8. Asuhan Keperawatan......................................................................................................................... 19
C. Persalinan Postmatur
1. Definisi............................................................................................................................................... 24
2. Etiologi............................................................................................................................................... 24
3. Patofisiologi ....................................................................................................................................... 26
4. Manifestasi Klinis .............................................................................................................................. 27
5. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................................... 28
6. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................................................... 28
7. Komplikasi ......................................................................................................................................... 29
8. Asuhan Keperawatan......................................................................................................................... 29
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan suatu masalah yang
harus mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi komplikasi yang
tidak diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini yaitu dengan pemberian antibiotik
dan segera lakukan induksi persalinan jika umur kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm
(prematur) pertahankan. Asuhan ini dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa
menjalani proses persalinan dengan normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada proses persalinan
ini membutuhkan asuhan yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan
penolong yang terampil agar proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat
sehingga dapat menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2006).
Namun, dalam kehamilan terpadat kelainan lama kehamilan, kelainan tersebut antara lain,
Prematur adalah kehamilan yang lama usianya kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir pada
kehamilan ini disertai dengan keadaan BBLR (berat bayi lahir rendah). Post matur adalah
kehamilan yang lama usianya lebih dari 42 minggu. Kehamilan ini biasanya kehamilan
abnormal. Matur atau Aterm adalah kehamilan yang lama usianya sudah cukup umur atau
normal yaitu antara 37 42 minggu. Pada kehamilan ini bayi lahir dengan keadaan berat badan
normal. Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lengkap, Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan dari perhitungan usia
kehamilan,seperti rumus Naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial. (Kapita Selekta
Kedokteran Jilid I edisi III.2008)
Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi premature masih sangat
tinggi. Pelahiran premature dan postmatur menyebabkan 65% kasus kematian neonates dan
hampir 50 % kasus gangguan neurologis pada masa kanak-kanak
Dalam kondisi-kondisi seperti itu diperlukan asuhan yang tepat agar morbiditas dan
mortalitas dapat dikurangi frekuensinya. Oleh karena itulah, kami menyusun makalah dengan
judul Prematur dan Postmatur.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi KPD,Persalinan Prematur dan Postmatur?
2. Apa etiologi KPD, Persalinan Prematur dan Postmatur?
3. Bagaimana Patofisiologi KPD, Persalinan Prematur dan Postmatur?
4. Bagaimana Manefastasi klinik KPD, Persalinan Premature dan Postmatur?
5. Bagaimana cara Pemeriksaan penunjang KPD, Persalinan Prematur dan Postmatur?
6. Bagaimana cara Penatalaksanaan Medis KPD, Persalinan Premature dan Postmatur
7. Apa komplikasi KPD, Persalinan Premature dan Postmatur?
Ketuban pecah dini ( KPD) adalah pecahnya kantong amnion secara spontan dan
keluarnya cairan amnion yang dimualai sebelum onset persalinan pada berbagai usia
kehamilan ( Mercer, 2007). Ketuban pecah dini pematur (KPDP) (merupakan
pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu) berperan pada sepertiga dari
seluruh kelahiran premature ( Mercer,2007) . KPD premature sebagian besar
diakibatkan oleh kerentanan patologis selaput ketuban akibat inflamasi, strees akibat
kontraksi uterus, atau factor-faktor lainnya yang menyebabkan peningkatan tekanan
uterus. Infeksi pada saluran urogenital berhubungan dengan terjadinya KPD
premature ( Mercer, 2007; Mercer 2009b). KPD prematur didiagnosis setelah ibu
melaporkan keluarnya cairan tiba-tiba atau merembesnya cairan secara pelan dari
vagina.
Korioamnionitis (infeksi pada rongga amnion ) adalah komplikasi pada ibu yang
paling sering akibat KPD prematur. Komplikasi pada ibu lainnya yang lebih jarang
namun serius meliputi abrupsio plasenta , sepsis , dan kematian ( Mercer, 2007;
Mercer 2009b). Komplikasi janin akibat KPD Prematur terutama berhubungan
dengan infeksi intrauterus, penekanan tali pusat, dan abrupsio plasenta. Komplikasi
pada janin lainnya yang mungkin terjadi ketika KPD prematur terjadi sebelum usia
kehamilan 20 minggu adalah hypoplasia pulmonal (Mercer 2009b).
2. ETIOLOGI
j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
3. PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi
dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/
amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
4. MANIFESTASI KLINIS
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
(Manuaba, 2009).
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Konserpatif
Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss
negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan
diakhiri.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam Penatalaksanaan
7. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
gagalnya persalinan normal.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1
minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah
Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawat.
Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal
8. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum
usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
Kehamilan ganda, polihidramnion
Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
Selaput amnion yang lemah/tipis.
Posisi fetus tidak normal.
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang
pernah hamil kembar atau turunan kembar.
2) Pemeriksaan fisik
b) Dada
Thorak
4) Diagnosa Keperawatan
No Intervensi Rasional
1 Lakukan pemeriksaan inspekulum, Pengulangan
ulangi bila pola kontraksi atau pemeriksaan vagina
perilaku ibu menandakan berperan dalam insiden
kemajuan. infeksi saluran asendens.
No Intervensi Rasional
1 - Tinjau proses penyakit dan - Memberikan pengetahuan
harapan masa depan dasar dimana klien dapat
- Dorong periode istirahat membuat pilihan.
yang adekuat dengan - Agar klien tidak merasa jenuh
aktifitas terjadwal dan mempercepat proses
- Berikan pelayanan penyembuhan
kesehatan mengenai - Agar klien mengerti dengan
penyakit nya. bahaya infeksi dan
- Jelaskan kepada klien apa yg penyakitnya
terjadi, berikan kesempatan - Menunjukkan realitas situasi
untuk bertanya dan berikan yang dapat membantu klien
jawaban yang terbuka dan atau orang terdekat menerima
jujur realitas dan mulai menerima
apa yang terjadi.
No Intervensi Rasional
1 Bantu pasien dalam memenuhi - Agar kebutuhan sehari hari
kebutuhan sehari-hari seminimal klien dapat terpenuhi seperti
mungkin. biasanya
- Agar klien merasa nyaman dan
- Beri posisi nyaman
tenang
- Kelelahan dapat menyebabkan
- Anjurkan menghemat energy
lama nya proses penyembuhan
hindari kegiatan yang
klien,,jadi dengan menghindari
melelahkan.
kegiatan yang melelahkan dapat
membantu proses penyembuhan
B. PERSALINAN PREMATUR
1. DEFINISI
Bayi prematur, lahir sebelum 37 minggu kehamilan adalah berisiko karena sistem
organnya belum matang dan kurang adekuatnya cadangan fisiologis yang berfungsi
pada lingkungan diluar rahim. Luasnya rentang berat lahir dan masalah fisiologis
yang beragam diantara bayi prematur disebabkan peningkatan kemampuan bertahan
diantara mereka yang beratnya kurang dari 1000 gram. Namun, berat dan usia
kehamilan yang rendah, memperkecil kemampuan bertahan bayi prematur untuk
bertahan hidup. Kelahiran prematur bertanggung jawab atas dua pertiga kematian
bayi. Penyebab kelahiran prematur secara umum tidak diketahui; namun insiden
kelahiran prematur paling tinggi terdapat pada kalangan sosial ekonomi rendah yang
mungkin diakibatkan oleh kurangnya perawatan selama kehamilan secara
menyeluruh.
Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu
kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta dilatasi
dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 10002500 gram atau tua
kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
2. ETIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
2) Inflamasi/infeksi
3) Perdarahan plasenta
4. MANIFESTASI KLINIS
Kram seperti ketika datang bulan atau rasa sakit pada punggung.
Kram perut, dengan atau tanpa diare.
Kontraksi rahim yang teratur dengan jarak waktu sepuluh menit atau kurang dan
kontraksi ini tidak harus terasa sakit
Rasa tertekan pada perut bagian bawah, terasa berat atau seperti bayi yang
mendorong ke bawah.
keluar air atau cairan lainnya dari vagina.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tokolisis
Pemberian tokolisis perlu dipertimbangkan bila terjadi kontraksi uterus yang
reguler dengan adanya perubahan serviks.
Alasan pemberian tokolisis pada persalinan prematur adalah:
Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.
Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulasi
surfaktan paru janin.
Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap
2. Kortikosteroid
Tujuan pemberian terapi kortikosteroid adalah untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan insidens RDS, menccegah perdarahan intraventrikular,
yang akhirnya menurunkan angka kematian neonatus. Kortikosteroid perlu
diberikan pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan
adalah deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang
karena merupakan resiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:
Betametason 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam
Deksametason 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam
3. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada kasus kehamilan dengan risiko terjadinya infeksi
seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah :
eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500
mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotik lain seperti klindamisin.
Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko NEC.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan
KPD/PPROM (Preterm premature rupture of the membrane) adalah :
Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril.
Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan
pemeriksaan spekulum.
Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan amnion
(ICA) tanpa adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya IUGR
mengarah pada kemungkinan KPD.
Usia gestasi
o Usia gestasi 34 minggu atau lebih : dapat melahirkan di tingkat
layanan primer, mengingat prognosis relatif baik.
o Usia gestasi kurang dari 34 minggu : harus dirujuk ke rumah sakit
dengan fasilitas perawatan neonatus yang memadai.
Keadaan selaput ketuban
Bila didapat KPD dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, maka ibu dan
keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi konseling
dengan baik.
7. KOMPLIKASI
a. Distress pernapasan
b. Paten paten ductus arteriosus (PDA)
c. Pendarahan :
Periventikular Intraventikular (Periventricular Intraventicular hemorrhage- PV
IVH)
Enterokolitis nekrotikans ( necrotizing enterocolitis NES)
Retinopati prematur ( Retinopathy of prematurity ROP )
Displasia bronkopulmonari (bronnchopulmonary dysplasia / sgronic lung
disese BDP)
8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)),
penyakit sebelumnya.
b. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
c. Makanan / cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
d. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit
selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
e. Pernafasan
Mungkin perokok berat (7-10 rokok perhari)
f. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi
vagina)
g. Seksualitas
Tulang servikal dilatasi.
Perdarahan mungkin terlihat.
Membran mungkin ruptur (KPD).
Perdarahan trimester ketiga.
Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus.
Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia
atau getasi multiple.
h. Interaksi sosial
Mungkin tergolong pada kelas sosial yang rendah.
2. Pemeriksaan diagnostik
Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500
gram)
Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan
adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi
amniotik.
Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.
3. Diagnosa
4. Intervensi
1) Diagnosa : Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko
melahirkan bayi preterm.
Tujuan : Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang
menunjukkan matutitas bayi.
Intervensi Rasional :
Intervensi Rasional :
Kolaborasi
Intervensi Rasional :
Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dngan
menggunakan posisi miring kekiri. Posisi miring kekiri memperbaiki
aliran darah uterus dan dapt menurunkan kepekaan uterus.
Tinjau ulang teknik relaksasi Membantu menurunkan persepsi klien
tentang ketidaknyamanan dan meningkatkan rasa kontrol.
Berikan analgesik sesuai indikasi Analgesik ringan menurunkan tegangan
dan ketidaknyamanan otot.
C. POSTMATURE
1. DEFINISI
Bayi postmatur (lebih bulan) adalah bayi yang usia kehamilannya 42 minggu,
tanpa memperhitungkan berat lahir. Bayi tersebut bisa BMK (Janin besar untuk masa
kehamilan) atau KMK (Janin kecil untuk masa kehamilan), tapi beratnya kebanyakan
sering mendekti usia kehamilan normal (SMK). Perawat harus bisa memperkirakan
tanda bayi postmatur dan harus waspada terhadap risiko komplikasi . penyebab tidak
diketahui. Postmatur dapat dikaitkan dengan insufisiensi plasenta, yang dihasilkan
pada bayi yang kurus, tampilannya kerempeng (dismatur) karena kehilangan lemak
subkutan dan masa otot. Kotoran meconium pada kuku jari dapat ditemukan, rambut
dan kuku mungkin panjang dan tidak ada verniks. Kulit mungkin terkelupas. Tidak
semua bayi postmatur menampilkan tanda dismatur, beberapa tumbuh dalam rahim
dan lahir besar.
Tingkat kematian perinatal meningkat tajam pada janin dan neonatus postmatur.
Selama persalinan dan kelahiran ,kenaikan kebutuhan oksigen janin postmatur
mungkin tidak ditemukan. Insufisiensi pertukaran gas pada plasenta postmatur
berisiko meningkat hipoksia intrauterine,yang disebabkan oleh pengeluaran
meconium didalam uterus, sehingga risiko sindrom aspirasi mekonium didalam
uterus, sehingga risiko syndrome aspirasi meconium meningkat. Semua kematian
bayi postmatur, setengahnya terjadi selama persalinan dan kelahiran, hamper
sepertiga terjadi sebelum permulaan persalinan dan sperenam terjadi pada periode
baru lahir .
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini masih belum
diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori yang diajukan di
antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga prosuksi
progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat
bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf Uterus
e. Herediter
3. PATOFISIOLOGI
a. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit
keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan
energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput
telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup
panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan pertumbuhan
karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia
gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat
akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup
mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41,
42, dan 43 minggu masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom
ini terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat
menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata
meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
b. Disfungsi plasenta
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa dengan
diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap
gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan ologohidramnion.
Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi ketika kehamilan telah
melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam
volume cairan amnion yang sudah berkurang merupakan penyebab terbentuknya
mekonium kental yang terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
d. Pertumbuhan janin terhambat
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit
atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit.
(Echa, 2012)
b. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering,
rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :
a) Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
b) Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c) Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d) Verniks kaseosa di bidan kurang
e) Kuku-kuku panjang
f) Rambut kepala agak tebal
g) Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
b) Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan
antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri dapat membantu
penegakan diagnosis
c) Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat pusat penulangan pada bagian distal
femur, baguan proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
d) USG : ukuran diameter biparietal, gerkan janin dan jumlah air ketuban.
e) Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diamabiil dengan amniosenteris baik
transvaginal maupun transabdominal, kulitb ketuban akan bercmapur lemak dari sel sel
kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban
yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel sel yang mengandung lemak
akan berwarna jingga.
- Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
- Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
f) Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurt warnanya karena dikeruhi
mekonium.
g) Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plas
h) Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin
terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin
akan berbahaya dalam kandungan.
i) Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
j) Pemeriksaan pH darah kepala janin
k) Pemeriksaan sitoloi vagina
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Untuk ibu
Rasa takut akibat terlambat lahir
Rasa takut menjalani oprasi dengan akibat komplikasi.
b. Untuk janin
Oligohidramnion
Diwarnai mekonium
Makrosomnia, berat badan terus bertambah meskipun lambat, dapat mencapai
lebih dari 4000-4500 gram
Dismaturitas bayi
Criteria makrosomia, kuku panjang, penulangan baik, tulang rawan
telinga sudah baik, lemak kulit masih cukup, pertumbuhan genetalia sekunder
sudah ada, mata besar dan terbuka.
Jika plasenta telah mengalami disfungsi sehingga tidak mempu memberikan
nutrisi dan O2 yang cukup, akan terjadi sebaliknya sehingga disebut sindrom
post matur dengan kriteria bayi tampak tua, kuku panjang, keriput (lemak
berkurang) terutama di telapak tangan dan kaki, mata lebar bahkan sudah
membuka, verniks kaseosa hilang atau berkurang.
Hipoglikemia, karena janin menggunakan cadangan lemak kulit dan glikogen
dalam hati
8. Asuhan keperawatan
1). Pengkajian
A. Data Subjektif
a. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, status kewarganegaraan,
suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal MRS, nomor registrasi.
b. Keluhan Utama
Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu
Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama
sekali
Berat badan ibu mendatar atau menurun
Air ketuban terasa berkurang
Gerak janin menurun
c. Riwayat menstruasi
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
d. Riwayat obstetric
Meliputi kehamilan, persalinan, nifas, anak serta KB yang pernah
digunakan. Termasuk didalamnya riwayat TT serta penyulit yang dialami.
e. Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang dirasakan pasien selama kehamilan.
Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyak pemeriksaan
antenatal yang dilakukan
f. Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi postterm
g. Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan faktor genetik sebagai
indikasi penyakit yang diturunkan oleh orang tua.
h. Pola kehidupan sehari-hari
B. Data objektif
a) Keadaan umum
b) Pemeriksaan fisik
1). Inspeksi:
Mata: periksa konjungtiva dan sclera untuk menentukan anemia atau tidak
Muka: edema +/-
Leher: pembesaran kelenjar tiroid dan limfa
Dada: keadaan putting susu, teraba massa atau tumor +/-, tanda-tanda
kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae, colostrum)
Abdomen: pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, luka/jejas
Genitalia:
Ekstremitas: edema +/-
2). Palpasi
Abdomen: gerak janin makin berkurang dan kadang berhenti sama
sekali. Dapat dilakukan dengan cara:
(a). Leopold I
Untuk menentukan TFU dan yang terdapat dibagian fundus serta
kemungkinan teraba kepala atau pantat lainnya, normal pada fundus teraba
bulat, tidak melenting, lunak sehingga memungkinkan itu adalah pantat
janin
(b). Leopold II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-
bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan
kemungkinan teraba, punggung, anggota gerak, bokong atau kepala.
(d). Leopold IV
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga
panggul dan dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya
ke PAP.
3). Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160
kali/menit, irama teratur atau tidak intensitas kuat, sedang atau lemah.
Apabila persalinan disertai gawat janin, maka DJJ bisa kurang dari 110
kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak teratur.
4). Perkusi
Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan
kekurangan vitamin B atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.
A. KESIMPULAN
Ketuban pecah dini ( KPD) adalah pecahnya kantong amnion secara
spontan dan keluarnya cairan amnion yang dimualai sebelum onset persalinan pada
berbagai usia kehamilan ( Mercer, 2007). Ketuban pecah dini pematur (KPDP)
(merupakan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu) berperan pada
sepertiga dari seluruh kelahiran premature ( Mercer,2007).
Bayi prematur, lahir sebelum 37 minggu kehamilan adalah berisiko karena
sistem organnya belum matang dan kurang adekuatnya cadangan fisiologis yang
berfungsi pada lingkungan diluar rahim. Luasnya rentang berat lahir dan masalah
fisiologis yang beragam diantara bayi prematur disebabkan peningkatan kemampuan
bertahan diantara mereka yang beratnya kurang dari 1000 gram. Namun, berat dan
usia kehamilan yang rendah, memperkecil kemampuan bertahan bayi prematur untuk
bertahan hidup.
Bayi postmatur (lebih bulan) adalah bayi yang usia kehamilannya 42
minggu, tanpa memperhitungkan berat lahir. Bayi tersebut bisa BMK (Janin besar
untuk masa kehamilan) atau KMK (Janin kecil untuk masa kehamilan), tapi beratnya
kebanyakan sering mendekti usia kehamilan normal (SMK). Perawat harus bisa
memperkirakan tanda bayi postmatur dan harus waspada terhadap risiko komplikasi .
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dalam struktur penulisan, bahasa, maupun dari segi isi. Kami
mengharap saran dari dosen mata kuliah (Keperawatan Maternitas) atau dari pembaca
lainnya. Tiada suatu karya yang besar dan sempurna tanpa dimulai dari suatu karya
yang kecil dan tidak sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta
Prof. Dr Ida Bagus Gde Manuaba,SpOG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi Dan KB. Jakarta
https://www.scribd.com/doc/215885387/Askep-Ketuban-Pecah-Dini
https://www.scribd.com/doc/92626317/Makalah-Ketuban-Pecah-Dini
https://digilib.unila.ac.id/2438/10/BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/document/267320282/Asuhan-Keperawatan-Persalinan-Prematur
https://www.scribd.com/document/340270936/Asuhan-Keperawatan-Kehamilan-Post-Matur