Siklus Otto

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fathona Saptara

NIM : 061540411553
Kelas : 4 EG.A

DASAR MOTOR BAKAR


Siklus Otto pada mesin bensin disebut juga dengan siklus volume konstan,
dimana pembakaran terjadi pada saat volume konstan. Pada mesin bensin dengan
siklus Otto dikenal dua jenis mesin, yaitu mesin 4 langkah (four stroke) dan 2
langkah (two stroke). Untuk mesin 4 langkah terdapat 4 kali gerakan piston atau 2
kali putaran poros engkol (crank shaft) untuk tiap siklus pembakaran, sedangkan
untuk mesin 2 langkah terdapat 2 kali gerakan piston atau 1 kali putaran poros
engkol untuk tiap siklus pembakaran. Sementara yang dimaksud langkah adalah
gerakan piston dari TMA (Titik Mati Atas) atau TDC (Top Death Center) sampai
TMB (Titik Mati Bawah) atau BDC (Bottom Death Center) maupun sebaliknya
dari TMB ke TMA.
Mesin empat langkah mempunyai empat gerakan piston yaitu :
a. Langkah hisap (suction stroke)
Pada langkah ini bahan bakar yang telah bercampur dengan udara dihisap
oleh mesin. Pada langkah ini katup hisap (intake valve) membuka sedang katup
buang (exhaust valve) tertutup, sedangkan piston bergerak menuju TMB sehingga
tekanan dalam silinder lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dengan demikian maka
campuran udara dan bahan bakar akan terhisap ke dalam silinder.
b. Langkah Kompresi (compression stroke)
Pada langkah ini kedua katup baik intake maupun exhaust tertutup dan
piston bergerak dari TMB ke TMA. Karena itulah maka campuran udara dan
bahan bakar akan terkompresi, sehingga tekanan dan suhunya akan meningkat.
Beberapa saat sebelum piston mencapai TMA terjadi proses penyalaan campuran
udara dan bahan bakar yang telah terkompresi oleh busi (spark plug). Pada proses
pembakaran ini terjadi perubahan energi dari energi kimia menjadi energi panas
dan gerak.

c. Langkah Ekspansi (expansion stroke)


Karena terjadi perubahan energi dari energi kimia menjadi energi gerak
dan panas menimbulkan langkah ekspansi yang menyebabkan piston bergerak dari
TMA ke TMB. Gerakan piston ini akan mengakibatkan berputarnya poros engkol
sehingga menghasilkan tenaga. Pada saat langkah ini kedua katup dalam kondisi
tertutup.
d. Langkah Buang (exhaust stroke)
Pada langkah ini piston bergerak dari TMB ke TMA, sedangkan katup
buang terbuka dan katup isap tertutup, sehingga gas sisa pembakaran akan
terdorong keluar melalui saluran buang (exhaust manifold) menuju udara luar.

Gambar 1 Mesin 4 Langkah


Mesin dua langkah mempunyai dua gerakan piston yaitu :
1. Langkah Hisap dan Kompresi
Piston bergerak ke atas. Ruang dibawah piston menjadi vakum/hampa
udara, akibatnya udara dan campuran bahan bakar terisap masuk ke dalam ruang
dibawah piston. Sementara dibagian ruang atas piston terjadi langkah kompresi,
sehingga udara dan campuran bahan bakar yang sudah berada di ruang atas piston
suhu dan tekanannya menjadi naik. Pada saat 10-5 derajat sebelum TMA, busi
memercikan bunga api, sehingga campuran udara dan bahan bakar yang telah naik
temperatur dan tekanannya menjadi terbakar dan meledak.
2. Langkah Usaha dan Buang
Hasil dari pembakaran tadi membuat piston bergerak ke bawah. Pada saat
piston terdorong ke bawah/bergerak ke bawah, ruang di bawah piston menjadi
dimampatkan/dikompresikan. Sehingga campuran udara dan bahan bakar yang
berada di ruang bawah piston menjadi terdesak keluar dan naik ke ruang diatas
piston melalui saluran bilas. Sementara sisa hasil pembakaran tadi akan terdorong
ke luar dan keluar menuju saluran buang, kemudian menuju knalpot. Langkah
kerja ini terjadi berulang-ulang selama mesin hidup

Gambar 2 Mesin 2 Langkah

Siklus Ideal Otto

Proses 1-2 kompresi isentropic


Proses 2-3 penambahan kalor pada volume tetap
Proses 3-4 ekspansi isentropik, dan
Proses 4-1 pelepasan kalor pada volume tetap.
Karena siklus Otto ideal ini merupakan sistem tertutup, maka ada beberapa asumsi
yang digunakan yaitu
(1) mengabaikan perubahan energi kinetik dan potensial, dan
(2) tidak ada kerja yang timbul selama proses perpindahan kalor.
Efisiensi termal siklus Otto ideal ini tergantung dari besarnya rasio kompresi
mesin dan rasio kalor spesifik dari fluida kerjanya. Efisiensi siklus akan naik bila
rasio kompresi dan rasio kalor spesifik semakin besar.
Siklus Ideal Diesel

Siklus diesel ideal menggunakan asumsi berikut:


(1) fluida kerja udara-standar yang berprilaku seperti gas ideal;
(2) penambahan kalor berlangsung pada proses tekanan konstan yang dimulai saat
piston berada pada titik mati atas.
Proses 1-2 kompresi isentropik,
Proses 2-3 penambahan kalor, pada siklus Otto kalor dipindahkan ke fluida kerja
pada volume konstan, sedangkan pada siklus diesel, kalor dipindahkan ke fluida
kerja pada tekanan konstan.
Proses 3-4 ekspansi isentropik, dan
Proses 4-1 pelepasan kalor pada volume konstan, di mana kalor keluar dari udara
ketika piston berada pada titik mati bawah.
Efisiensi siklus Diesel berbeda dengan effisiensi siklus Otto, di mana
nth,Otto > nth,Diesel. Ini berlaku untuk siklus yang keduanya beroperasi pada
rasio kompresi yang sama. Semakin tinggi rasio kompresi maka efisiensi akan
semakin tinggi pula. Effisiensi siklus Diesel tergantung dari besarnya rasio cut-
off, di mana bila rasio cut-off turun, maka efisiensi siklus Diesel akan naik.
Efisiensi siklus Diesel dan Otto akan identik bila rasio cut-off sama dengan 1 (rc =
1).
Siklus Gabungan
Proses :
0-1 : Pemasukan BB pada P konstan
1-2 : Kompresi Isentropis
2-3a : Pemasukan kalor pada V konstan
3a-3 : Pemasukan Kalor pada P konstan
3-4 : Ekspansi Isentropis
4-1 : Pembuangan kalor pada V konstan
1-0 : Pembuangan gas buang pada P konstan

Siklus Aktual Otto

Pada siklus aktual pada mesin bensin fluida kerja sesuai dengan kejadian
secara aktualnya, yaitu campuran bahan bakar dan udara. Pada siklus ini kalor
merupakan hasil dari proses pembakaran. Untuk langkah hisap tekanan lebih
rendah dibanding dengan langkah buang. Proses kompresi dan ekspansi tidak
pada kondisi adiabatis karena pada proses ini terdapat kerugian panas. Proses
pembakaran dari penyalaan busi sampai akhir pembakaran.

Siklus Aktual Motor Diesel


Dalam siklus diesel, kerugian-kerugian lebih rendah daripada yang terjadi
pada siklus otto. Kerugian utama adalah karena pembakaran tidak sempurna dan
penyebab utama perbedaan antara siklus teoritis dan siklus mesin diesel. Dalam
siklus teoritis pembakaran diharapkan selesai pada akhir pembakaran tekanan
tetap, tetapi aktualnya after burning berlanjut sampai setengah langkah
ekspansi.Perbandingan efisiensi antara siklus aktual dan teoritis adalah sekitar
0,85.

Contoh Soal

1. Sebuah siklus Otto mempunyai perbandingan kompresi 8. Pada awal


proses kompresi tekanan dan temperature udara 100 kPa dan 17 oC. Panas
yang diberikan selama proses volume konstan 800 kJ/kg udara. Jika harga
k = 1,4 dan cv = 718 J/kg K. Hitunglah :
a. Temperatur dan tekanan pada setiap siklus
b. Kerja bersih
c. Efisiensi termal
d. Tekanan efektif rata-rata

Penyelesaian:
a. Temperatur dan tekanan pada setiap siklus
Pada titik 1:
Temperatur , T1 = 290 K
Tekanan, p1 = 100 kPa
Pada titik 2:
V1 k 1
Temperatur, T2 = T1 ( )
V2

V1 V4
r 8
V2 V3

T2 = 290 (8)1, 41

T2 = 666,2 K
V1 k
Tekanan, p2 = p1 ( )
V2

p2 = 100 kPa ( (8)1, 4

p2 = 1837,9 kPa
Pada titik 3:
Temperatur , T3
Panas masuk: qin = cv (T3 T2)
qin
T3 = ( ) T2
Cv
800 kJ / kg
=( ) 666,2
0,718 kJ / kg K
= 1780,4 K

3
Tekanan, p

p2 p
3
T2 T3
p2
p3 x T3
T2
1837,9
p3 x 1780,4
666,2
p3 4911,7 kPa

Pada titik 4:

4
Temperartur, T

T4 = T3 (V2 ) k 1
V1

T4 = 1780,4 ( 1 )1, 41
8

T4 = 774,96 K
Tekanan, p4
V3 k
P 4 = p3 ( )
V4

P4 =4911,7 kPa ( 1 )1, 4


8

= 267,2 kPa

b. Kerja net
net in out
w =q -q

out 4 1
q = cv (T T )
= 0,718 kJ/kg K (774,96 290) K

= 348,2 kJ/kg

net
Maka: W = 800 348,2

= 451,8 kJ/kg

c. Efisiensi termal
Wnet
t
qin
451,8
x 100%
800
56,47%

d. Tekanan efektif rata-rata, MEP


Wnet
MEP
v1 v2

RT1 0,287 J/kg.K x 290 K


v1 0,8323 m 3 /kg
p1 100 kPa

V1 0,8323
v2 0,104 m 3 /kg
r 8

451,8 kJ / kg
MEP 620,35 kPa
(0,8323 0,104) m 3 / kg

2. Sebuah mesin dengan siklus diesel ideal bekerja pada ratio tekanan 18 dan
cutoff ratio 2. Pada awal langkah kompresi tekanan udara adalah14,7 psi,
80oF dan 117 in3. Dengan asumsi keadaan udara dingin standar {R=0,3704
Psi.ft3/(lbm.R); Cp=0,240 Btu/(lbm.R); Cv=0,171Btu/(lbm.R) } hitung :
a. Temperature pada setiap proses
b. Efisiensi thermal siklus
Penyelesaian :
a. Temperature pada setiap proses

V2 = = = 6,5 in3

V3 = rc x V2 = 2 x 6,5 in3 = 13 in3


V4 = V1 = 117 in3
Proses 1-2 Isentropik

k-1
T2 = T1 = ( 540 R)(18)1,4-1 = 1716 R

Prose 2-3 Isobarik

T3 = T2 = (1716 R) (2) = 3432 R

Proses 3-4 Isentropik

k-1 1,4-1
T3 = T2 = ( 3432 R) = 1425 R

b. Efisiensi thermal siklus


Massa udara

m= = = 0,00498 btu

Pemasukkan panas pada tekanan konstan


qin = mCp ( T3-T2) = (0,00498)(0,240)(3432-1716) = 2,051 btu
Pengeluaran panas pada volume konstan
qin = mCv (T4-T1) = ((0,00498)(0,171)(1425-540) = 0,758 btu
Sehingga :
Wnet = qin-qout = (2,051- 0,171) btu = 1,293 btu
Maka efisiensi :

= = = 0,63

Anda mungkin juga menyukai