Analisis Indeks Spesialisasi&SS
Analisis Indeks Spesialisasi&SS
Analisis Indeks Spesialisasi&SS
Dimana :
Untuk melihat tinggi rendahnya tingkat spesialisasi suatu daerah terhadap daerah
lainnya, dipergunakan nilai rata-rata indeks spesialisasi regional dari seluruh daerah
sebagai pembanding. Bila dalam analisanya menggunakan datanya time series, maka
kenaikan nilai indeks spesialisasi regional menunjukkan semakin terspesialisasinya
suatu sektor/lapangan usaha antar daerah yang bersangkutan.
0.080
0.070
Indeks Spesialisasi
0.060
0.050
0.040
0.030
0.020
0.010
0.000
2011 2012 2013 2014 2015 Rata-
Rata
ambil nilai yang positif
Indeks Spesialisasi 0.051 0.070 0.069 0.069 0.069 0.066
Grafik diatas diperoleh dari penjumlahan nilai selisih antara PDRB Kabupaten
Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang bernilai positif lalu dibagi
seratus. Sektor-sektor yang bernilai positif tersebut adalah sektor Pertanian,
Kehutanan, Perikanan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri
Pengolahan, sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Bangunan, Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi Mobil dan terakhir sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum.
Terjadi korelasi antara Pri, Ppi, Pwi pada lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum karena sama sama menjadi terbesar terbesar. Pernyataan tersebut
sesuai dengan perkembangan penyediaan akomondasi dan makan minum, pada
Kabupaten bantul terdapat satu hotel berbintang dengan 71 kamar dan 119 tempat
tidur, dan hotel non bintang sebanyak 261 hotel, 2161 kamar dan 2618 ( Sumber:
https://yogyakarta.bps.go.id).
G. Sektor Basis Kabupaten Bantul Berdasarkan Analisis LQ, IS, dan Shift
Share
Analisis Shift Share Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Tanaman Pangan (Padi Sawah)
Berdasarkan tabel basis unggul di atas pada indikator PDRB sub sektor yang
unggul adalah indudtri pengolahan dan komoditas unggulnya industri makanan dan
minuman. Produk industri makanan dan minuman yang paling banyak adalah indutri
emping dan industri makanan olahan ubi ungu. Emping merupakan camilan yang
disajikan dengan rasa gurih, dan di Bantul menurutnya terdapat sentra emping
melinjo di wilayah Banguntapan, sementara ubi ungu di Bantul diolah menjadi kue
kering juga isi dari makanan khas bakpia. Produk hasil olahan industri makanan
tersebut pun sudah merambah pasar internasional.
Untuk indikator analisis LQ, IS, Shift Share dan Pri sub sektor unggulannya sama
sama Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang komoditas unggulannya adalah
tanaman pangan (padi sawah) dengan jumlah produksi sebesar 198.456 ton pada
tahun 2015. Banyaknya hasil produksi padi sawah di kabupaten Bantul didukung
dengan area penanaman berupa lahan sawah seluas 15.225 hektar. Menurut Badan
Besar Penelitian Tanaman Padi, Kementrian Pertanian, bahwa jenis varietas padi
sawah yang ditanam pada kabupaten Bantul mayoritas adalah INPARI 23 Bantul. Padi
sawah banyak di tanaman di Kecamatan Sewon, Bantul, dan Jetis. Ubi kayu banyak
ditanam Kecamatan Dlingo, Piyungan, dan Imogiri. Sedangkan jagung banyak ditanam
di Kecamatan Dlingo, Pajangan, dan Piyungan.
Sedangkan indikator lain seperti Ppi dan Pwi, keduanya memiliki seu sektor unggulan yang
berbeda, untuk Ppi adalah Informasi dan Komunikasi dan Pwi adalah Bangunan. Pada
indikator Ppi komoditas ungulnya adalah sistem informasi desa. Kabupaten Bantul sudah
mendorong desa untuk memanfaatkan SID sejak 2009. Telah ada dua desa yang
memanfaatkannya secara maksimal. Dengan SID, Desa sebagai sumber data bisa mewujudkan
integrasi dari Desa ke Kabupaten. Berbeda pada Pwi dengan komoditas unggulannya yaitu
industri bangunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik
di pasar lokal maupun internasional, mengembangkan industri kecil dan menengah,
mewujudkan struktur industri yang sehat dan berkeadilan, serta mendorong
perkembangan ekonomi di luar Jawa, khususnya, dalam konteks tupoksi Wilayah III, ke
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Pengembangan 5 (lima) Wilayah Pusat Pertumbuhan
Industri di 4 Provinsi. Untuk Provinsi DKI. Jakarta, DI. Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur tidak memiliki WPPI, tetapi disiapkan sebagai
pendukung WPPI.
H. Kesimpulan
Dari data PDRB di Kabupaten Bantul pada tahun 2011-2015 terdapat tiga
lapangan usaha tertinggi, yang tertinggi pertama adalah lapangan usaha Industri
Pengolahan sebesar 2.276.303,3jt pada tahun 2015, di posisi kedua lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1.961.982,7jt pada tahun 2015, dan
yang terakhir lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan nilai
PDRB sebesar 1.646,727,0jt pada tahun 2015. Jadi pada tahun 2011-2013 urutan
tertinggi nilai PDRB pada lapangan usaha yaitu pertama Industri Pengolahan, kedua
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan terakhir Bangunan. Sedangkan pada tahun
2013-2014 urutan pertama Industri Pengolahan, kedua Informasi dan Komunikasi, dan
ketiga Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Namun pada tahun 2015 posisi lapangan
usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tersingkirkan dan tergantikan dengan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Sehingga dapat disimpulkan dari data
PDRB kabupaten dan provinsi bahwa pada lapangan usaha Industri Pengolahan di
kabupaten Bantul representatif terhadap provinsi DIY Yogyakarta pada tahun 2011-
2015. Dan pada lapangan usaha Peranian, Kehutanan, dan Perikanan di kabupaten
Bantul representatif terhadap provinsi DIY Yogyakarta pada tahun 2011-2013.
Berdasarkan Tabel. 3 dapat dilihat nilai LQ Kabupaten Bantul pada tahun 2011-
2015, menunjukan bahwa Kabupaten bantul memiliki sektor-sektor andalan (basis)
bila dibandingkan dengan wilayah kabupaten yang lain, yaitu Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan dengan nilai LQ 1,363% , lalu Pertambangan dan Penggalian sebesar
1,167% , dan yang ketiga dengan nilai LQ 1,138% pada sektor Industri Pengolahan.
Urutan selanjutnya sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 1,115%,
lalu dikuti urutan kelima sektor Bangunan yang bernilai LQ 1,034%, untuk sektor
urutan ke enam dan kelima yaitu sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dengan nilai LQ masing-masing 1,005% dan 1,002%.
Sektor-sektor yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa sektor tersebut
disamping dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, juga memberikan peluang untuk
diekspor ke wilayah lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan dan grafik Indeks Spesialisasi, dengan
menggunakan Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai
contoh perhitungan untuk tahun 2011-2015 maka terlihat bahwa antara Kabupaten
Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terdapat spesialisasi khusus di
antara masing-masing daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilainya yang kurang
dari satu dan bila dilihat dari perkembangannya nilai indeks masing-masing sektoral
dan total nilai setiap tahunnya cenderung fluktuatif pada tahun 2011-2013 sedangkan
pada tahun 2013-2015 stabil nilai indeks spesialisasinya.
Berdasarkan analisis Shift Share terjadi korelasi antara Pri, Ppi, Pwi pada lapangan
usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum karena sama sama menjadi terbesar
terbesar. Pernyataan tersebut sesuai dengan perkembangan penyediaan akomondasi
dan makan minum, pada Kabupaten bantul terdapat satu hotel berbintang dengan 71
kamar dan 119 tempat tidur, dan hotel non bintang sebanyak 261 hotel, 2161 kamar
dan 2618 (Sumber: https://yogyakarta.bps.go.id).
I. Saran
Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk beberapa instansi, yaitu :
Pemerintah Pusat
Diperlukannya kontribusi pempus untuk nilai tambah sector-sektor di
kabupaten Bantul diperlukan kebijakan yang rill dari pemerintah untuk lebih
meningkatkan sector industry, sektor pertanian, dan sektor lainnya seperti
investasi, pemberian insentif pajak yang jelas, kebikanan tenaga kerja yang
tidak kaku, serta akses to energy yang kompetitif untuk mendorong
pertumbuhan subsector industry lainnya sekaligus untuk menjadikan industry
manufaktur sebagai penggerak ekonomi Indonesia.
Pemerintah Daerah
Penyusunan kajian kebutuhan infrastruktur dalam Pertumbuhan Wilayah
Kabupaten Bantul ( yang meliputi Infrastruktur Air, Energy, Sumber Daya
Manusia, Teknologi, Transportasi dan Logistic ) serta meningkatkan kualitas
dan kuantitas infrastruktur pendukung industry, yang dalam jangka panjang
diharapkan mampu mempengaruhi kontribusi sector industry terhadap PDRB
didaerah Bantul.
Industri
Sektor ini adalah salah satu sektor oleh karena itu untuk meningkatkan nilai
tambah di sector industry, produsen industry diwilayah tersebut
membutuhkan ketersediaan bahan baku yang terus berlanjut dan
ketersediaannya berada di wilayah sekitar untuk memperpendek jalur
distribusi bahan baku sehingga mempermudah produsen untuk memproduksi
dan juga dapat bersaing dengan industry lainnya di luar Kabupaten Bantul.
Petani
Berdasarkan data PDRB dan analisis LQ sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan sangat memjanjikan serta terus meningkat dari tahun ke tahun,
jadi disarankan untuk pada petani maupun nelayan untuk terus
meningkatkan produksi, karena peluangnya sangat besar terutama untuk
petani padi, jamur maupun pembudidaya ikan lele.
Daftar Pustaka
Sumber Utama
Produk-Domestik-Regional-Bruto-Kabupaten-Bantul-Menurut-Lapangan-Usaha-
2011-2015
Kabupaten-Bantul-Dalam-Angka-2016
Provinsi-Daerah-Istimewa-Yogyakarta-Dalam-Angka-2016
Sumber Lainnya
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/varietas/inbrida-padi-sawah-irigasi-
inpari/content/item/26-inpari-23-bantul
http://www.cendananews.com/2017/01/keterbatasan-lahan-jamur-tiram-di-diy-tak-
mampu-penuhi-kebutuhan-pasar.html
http://di-yogyakarta.blogspot.co.id/2010/07/potensi-ekonomi-bantul.html
https://www.bantulkab.go.id/datapokok/0603_penghijauan_reboisasi.html
https://yogyakarta.bps.go.id