Weber Theory-1
Weber Theory-1
Weber Theory-1
MATA KULIAH
TEORI LOKASI LEAST COST
(TEORI LOKASI WEBER )
2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TEORI DAN METODE
TEORI : (1) SATU DIMENSI, (2) DUA DIMENSI
METODE : (1) SATU DIMENSI, (2) DUA DIMENSI
BAB III CONTOH KASUS
BAB IV KESIMPULAN
BAB I.
PENDAHULUAN
Teori lokasi merupakankonsep ilmu dengan cakupan analisa cukup luas meliputi beberapa sector
kegiatan. Cakupan utama analisa adalah menyangkut dengan analisa likasi kegiatan ekonomi,
terutama kegiatan industri pengolahan (manufakktur) dan jasa. Disamping itu, pembahasan teori
lokasi juga mencakup kegiatan sector pertanian.
Teori lokasi memberikan kerangka analisa yang baik dan sistematis mengenai pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi dan social, serta analisa interaksi antar wilayah. Teori lokasi tersebut menjadi
penting dalam analisa ekonomi karena pemilihan lokasi yang baik akan mempengaruhi kegitan
ekonomi tersebut untuk mencapai terjadinya efisiensi baik dalam bidang produksi maupun
pemaaran. Sedangkan interaksi antar wilayah akan dapat pula mempengaruhi perkembangan bisnis
yang pada gilirannya akan dapat pula mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.
Secara umum teori lokasi dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu :
Bid-Rent Theories (oleh Von Thunen 1854) , yaitu mendasarkan analisa pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar harga tanah (bid-rent) yang berbeda denagn
harga pasar tanah (land-rent). Berdasarkan hal ini, lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai
bid-rent yang tertinggi.
Least Cost Theories (oleh Alfred Weber 1929) , mendasarkan analisa pemilihan lokasi
kegiatan ekonomi pada prinsip biaya minimum (Least Cost). Dalam hal ini, biaya produksi dan
ongkos angkut adalah pada tempat dimana biaya produksi dan ongkos angkut adalah paling
kecil. Bila hal ini tercapai, maka tingkat keuntungan perusahaan akan menjadi maksimum.
Market Area Theories (August Losch 1954) , mendasarkan analisa pemilihan lokasi kegiatan
ekonomi pada prinsip luas pasar (Market Area) terbesar yang dapat dikuasai pabrik sampai ke
lokasi konsumen yang membeli produk perusahaan yang bersangkutan. Bila pasar yang
dikuasai adalah yang terbesar, maka tingkat keuntungan perusahaan menjadi maksimum.
Berdasarkan uraian tentang teori lokasi tersebut, maka penting bagi kita untuk membahasnya
karena teoti ini sangat mempengaruhi kegitan ekonomi apakah dapat berjalan baik atau tidak.
Dalam hal ini penulis akan mencoba menjelaskan lebih khusus pada teori lokasi yang dikemukakan
oleh Alfred Weber.
Tujuan adalah menetukan lokasi optimal sehingga biaya rata-rata menjadi minimum. Dalam
hal ini yang termasuk biaya-biaya tersebut adalah biaya produksi, biaya transportasi, dan
keuntungan aglomerasi.
BAB II
Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 3
Least Cost Theory
Alfred Weber (1929) mempelopori pembentukan teori lokasi khusus untuk kegiatan industri
pengolahan (manufacturing).Teori ini mucul pada masa revolusi industri di Jerman untuk membantu
pemerintah dalam menentukan lokasi yang terbaik dan ekonomis bagi pembangunan industri
pengolahan besi baja. Sedangkan bahan baku yang diperlukan industri ini adalah biji besi dan batu
bara yang tedapat di dua tempat yang berbeda (localized materials) sehingga untuk membawanya
ke lokasi pabrik untuk kegiatan produksi akan memerlukan ongkos angkut yang cukup besar.
Weber mencoba memberikan analisa pemilihan lokasi yang paling ekonomis (optimal) yang dapat
memberikan ongkos angkut yang minimum.
Pengaruh Ongkos Transportasi yaitu, pengaruh ongkos trasportasi pada pemilihan lokasi
u ((((û
2. Pasar Perfect Competitive
F C
3. Teknologi konstan
q = f(x) -u)
q= x=q.a
a = x/q (a = teknologi)
4. Ongkos angkut per ton per km adalah tetap
Dari assumsi yang dipertimbangkan, maka dapat diformulasikan :
π = TR - TC
π = TR - [C (q) + C(T)]
π = TR - C (q) - C(T)
π = TR - C (q) - [C(q,u)]
Ongkos angkut
O.output
O. input
m m
M C
Purwa Sutrisno S.E.,M.Si. Page 5
Least Cost Theory
W < 1 , Ongkos output lebih besar daripada ongkos input, maka industri ini disebut sebagai
“Weight Gaining Industry”. Dengan demikian, lokasi optimal untuk industri jenis ini adalah di
pasar karena dengan demikian, ongkos angkut dapat diminimumkan.
Grafik di bawah ini menunjukkan kondisi dimana ongkos angkut bahan baku lebih kecil dari
ongkos angkut hasil produksi yang ditunjukkan oleh kurva ongkos angkut bahan baku yang
mempunyai sudut kemiringan lebih kecil daripada ongkos angkut hasil produksi. Ongkos angkut
total yaitu dengan menghubungkan ongkos angkut bahan baku dengan ongkos angkut hasil
produksi serta menghasilkan kurva yang miring ke arah pasar. Dengan demikian, lokasi optimal
adalah di pasar karena lokasi ini memberikan jumlah ongkos yang minimum.
Ongkos angkut
O.output
o.input
M m
W = 1 , Ongkos output sama dengan ongkos input, jenis industri dalam kondisi adalah “Foot
C
M optimal untuk industry jenis ini seharusnya
Loose Industry”. Lokasi dapat ditempatkan dimana
saja karena perbedaan ongkos angkut sama.
Ongkos angkut
o.output O.input
M m
M C
2. Kasus Dua Dimensi
Dalam kasus dua dimensi ini assumsi yang digunakan adalah sama dengan assumsi kasus satu
dimensi, namun perbedaannya adalah terdapat dua dimensi (terdapat dua bahan baku yang
berbeda) atau sumber bahan baku terdapat di dua tempat sedangkan pasar tetap pada satu lokasi.
Berdasarkan kondisi ini, ruang berbentuk segitiga (Weberian Locational Triangel) seperti gambar
dibawah ini :
M1
k
k3 C
1 K
k2
2
Lokasi optimal dapat dicari dengan :
q = f(x1,x2)
xi = ai.q
= TR – TC
mak = ’ = 0
= MR = MCPT
d/d k1 = a1.n1.q = 0
d/d k2 = a2.n2.q = 0
d/d k3 = m.q = 0
Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi optimal terjadi :
2) Lokasi optimal apabila perbedaan ongkos angkut lebih kecil daripada perbedaan upah
buruh, maka lokasi berada di ongkos angkut yang lebih kecil.
3.Metode
Berdasarkan teori yang telah dikembangkan, maka diperoleh model sebagai berikut :
π = TR-TC
π = TR - C(q) - q[a.n.u + m.( û-u)]
πmax = π
= P.q – C(q) – a.n.u.q – m(û-u)q
Dengan menarik derivative matemetika dari persamaan tersebut, terhadap variable “u” dan
menyamakan dengan nol, maka diperoleh kondisi optimal sebgai berikut :
q.a.n = m atau a.n = m
Ini berarti bahwa pemilihan lokasi optimal ditentukan oleh Perbandingan antara ongkos angkut
bahan baku dengan hasil produksi per unit. Dengan menggunakan istilah dari Weber, diumpamakan
W=a.n /m, maka :
W > 1 adalah Weight Loosing Industry
W < 1 adalah Weight Gaining Industry
W = 1 adalah Foot loose Industry
= TR – TC
mak = ’ = 0
d/d k1 = a1.n1.q = 0
d/d k2 = a2.n2.q = 0
d/d k3 = m.q = 0
a1.n1 = a2.n2 = m
BAB III
CONTOH KASUS
Jawab :
Dik : X = 1200 kg
q = 800
Jawab :
a = X /q
a = 1200/800
a = 1,5
W = a.n/m
W = (1,5 x 140.000)/180.000
W = 1,16
Kesimpulan: dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
ingin meminimumkan biaya sebaiknya melaksanakan kegiatan produksi di dekat sumber
bahan baku/ input (M). Karena ongkos dari sumber bahan baku input (M) lebih besar
daripada ongkos dari tempat produksi ke pasar (CBD). Secara teori hal ini dikarenakan
W>1.
2. Industri gaun akan memproduksi gaun sebanyak 250 unit dengan membutuhkan 120 kg bahan
baku. Ongkos yang harus dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku tersebut adalah Rp.150.000
dan untuk menjual hasil produksi gaun tersebut ke pasar, perusahaan mengeluarkan ongkos
sebesar Rp.450.000. Tentukanlah lokasi optimal industri gaun tersebut untuk meminimumkan
biaya angkut!
q = 120 kg
n = 150.000
m = 450.000
Jawab : a = X/q
a = 250/120
a = 2,08
W = a.n /m
W = (2,08 x 150.000)/450.000
Kesimpulan: dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
ingin meminimumkan biaya sebaiknya melaksanakan kegiatan produksi di dekat pasar
(CBD). Karena ongkos dari tempat produksi menuju pasar (CBD) lebih besar daripada
ongkos dari tempat sumber bahan baku (M) ke tempat produksi. Secara teori hal ini
dikarenakan W<1.
3. Sebuah perusahaan elektronik beroperasi dalam pasar persaingan sempurna menghasilkan 250
buah tiap bulannya dengan bahan baku yang digunakan 400 ton. Bila jarak yang ditempuh untuk
mendapatkan sumber bahan baku adalah 30 km dan jarak untuk menjual hasil produksi boneka
ke pasar adalah 48 km, tentukan dimanakah lokasi optimal perusahaan tersebut jika ongkos
yang dikeluarkan tiap km nya adalah Rp.15000.
q = 250 unit
n = 30 X 15000 = 450000
m = 48 X 15000 = 720000
Jawab :
a = X/q
a = 400/250
a = 1,6
W = a.n/m
W=1
Kesimpulan: dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
ingin meminimumkan biaya dapat melaksanakan kegiatan produksi di dekat pasar (CBD)
maupun di dekat sumber bahan baku input (M). Karena ongkos dari tempat produksi
menuju pasar (CBD) sama dengan ongkos dari tempat sumber bahan baku (M) ke
tempat produksi. Secara teori hal ini dikarenakan W=1.
4. Sebuah perusahaan beroperasi pada pasar persaingan sempurna akan menghasilkan 600 unit
produknya dengan bahan baku yang digunakan adalah dua macam dan berada di dua tempat
yang berbeda. Sumber bahan baku pertama adalah 2000 kg dengan jarak 30 km, sedangkan
untuk sumber bahan baku kedua adalah 900 kg dengan jarak 20 km. Tentukanlah lokasi optimal
perusahaan tersebut, jika jarak perusahaan dan pasar adalah 60 km dan untuk setiap km perjalan
mengeluarkan biaya Rp.1000
X1 = 2000 kg
n1 = 30 km x 1000 = 30.000
X2 = 900 kg
n2 = 20 km x 1000 = 20.000
m = 60 km x 1000 =60.000
Jawab : a1 = X1/q
a1 = 2000/600 = 3,33
a2 = X2/q
a2 = 900/600 = 1,5
= 99.900q
= 30000q
= 99.900> 90.000
5. Suatu industri suku cadang mobil ingin membeli besi dan kabel di dua tempat yang berbeda
sebagai sumber bahan baku. Perusahaan tersebut akan membeli 350 kg besi dan 600 kg
kabel untuk memproduksi 150 unit kasur. Biaya angkut yang dikeluarkan perusahaan untuk
mendapatkan besi dan kabel masing-masing adalah Rp.150.000 dan Rp.200.000.
Tentukanlah lokasi optimal perusahaan jika ongkos yag dikeluarkan perusahaan ke pasar
adalah Rp.160.000.
X1 = 350 kg
a1 = 350/150 = 2,33
X2 = 600 kg
a2 = 600/150 = 4
n1 = 150.000
n2 = 200.000
m = 160.000
Jawab :
6. Sebuah perusahaan sepatu akan memproduksi sepatu dengan jumlah produksi sebanyak
2000 sepatu tiap bulannya. Untuk itu perusahaan membutuhkan sumber bahan baku untuk
memproduksi yaitu tali sepatu dan kulit. Untuk mendapatkan tali sepatu perusahaan harus
menempuh jarak 20 km, dan 25 km untuk kulit, biaya yang dikeluarkan tiap km adalah
Rp.14.000. Sedangkan untuk menjual hasil produksi ke pasar perusahaan harus
mengeluarkan ongkos Rp.950.000. Dimanakah lokasi optimal perusahaan jika perusahaan
membutuhkan 900 tali dan 500 kulit diukur dalam kg)!
X1 = 900
a1 = X1 /q = 900/2000 = 0,45
X2 = 500
a2 = X2 /q =500/2000 = 0,5
n1 = 14.000 x 20 = 280.000
n2 = 14.000 x 25 = 350.000
m = 950.000
Jawab :
7. Sebuah perusahaan elektronik akam memproduksi 500 unit dengan menggunakan dua
macam bahan baku yang berada di dua tempat yang berbeda. Sumber bahan baku pertama
didapat dengan mengeluarkan ongkos Rp.300.000 dengan berat 200 kg, sedangkan bahan
baku kedua dengan ongkos Rp.190.000 dengan berat 300 kg. Jika ongkos yang dikeluarkan
untuk menjual hasil produksi adalah Rp. 234.000 ,tentukanlah lokasi optimal perusahaan!
n1 = 300.000
n2 = 190.000
X1 = 200 kg
X2 =300 kg
m = 234.000
Jawab :
m = a1.n1 + a2.n2
234.000 = 234.000
BAB IV
KESIMPULAN KASUS
Dari hasil pengolahan data di beberapa perusahaan mengenai pemilihan lkasi optimal dalam kasus
Untuk memproduksi 800 pakaian, perusahaan membutuhkan 1200 ton bahan baku.
Untuk memperoleh bahan baku tersebut perusahaan harus menempuh jarak 14 km dan
18 km untuk jarak perusahaan dengan pasar. Jika ongkos tiap km nya adalah
Dari pengolahan data dari soal di atas disimpulkan bahwa ongos input lebih besar dari
ongkos output (W>1 “Weight Loosing Industry”), dimana lkasi optimal perusahaan tersebut
adalag terlihat pada grafik di bawah ini :
Ongkos angkut
O.output
m m
M C
b. Industri kue gaun akan memproduksi gaun sebanyak 250 unit dengan membutuhkan
120 kg bahan baku. Ongkos yang harus dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku
tersebut adalah Rp.150.000 dan untuk menjual hasil produksi gaun tersebut ke pasar,
perusahaan mengeluarkan ongkos sebesar Rp.450.000. Tentukanlah lokasi optimal
industri gaun tersebut untuk meminimumkan biaya angkut!
Dari kasus di atas berada pada keadaan Weight Gaining Inustry, dimana ongkos input
lebih kecil daripada output (W<1), sehingga lokasi optimal perusahaan adalah terdapat
pada grafik berikut ini :
Ongkos angkut
O.output
o.input
M m
M C
c. Sebuah perusahaan elektronik beroperasi dalam pasar persaingan sempurna
menghasilkan 250 buah tiap bulannya dengan bahan baku yang digunakan 400 ton. Bila
jarak yang ditempuh untuk mendapatkan sumber bahan baku adalah 30 km dan jarak
Ongkos angkut
untuk menjual hasil produksi boneka ke pasar adalah 48 km, tentukan dimanakah lokasi
optimal perusahaan tersebut Ongkos angkut total
jika ongkos yang dikeluarkan tiap km nya adalah Rp.15000.
Perusahaan tersebut mempunyai ongkos input dan output yang sama sehingga
perusahaan dapat berlokasi ke arah sumber bahan baku maupun pasar seperti terlihat
dalam gambar berikut :
o.output O.input
M m
M
= 99.900 > 90.000 (input X1 lebih dominan dari X2 sehingga lokasi di optimal M1)
b. Suatu industri suku cadang mobil ingin membeli besi dan kabel di dua tempat yang
berbeda sebagai sumber bahan baku. Perusahaan tersebut akan membeli 350 kg
besi dan 600 kg kabel untuk memproduksi 150 unit kasur. Biaya angkut yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan besi dan kabel masing-masing adalah
Rp.150.000 dan Rp.200.000. Tentukanlah lokasi optimal perusahaan jika ongkos yag
dikeluarkan perusahaan ke pasar adalah Rp.160.000.
800.0 509.500 (input X2 lebih dominan dari X1 sehingga lokasi optimal di M2)
d. Sebuah home industri keramik akam memproduksi 350 unit dengan menggunakan
dua macam bahan baku yang berada di dua tempat yang berbeda. Sumber bahan
baku pertama didapat dengan mengeluarkan ongos Rp.150.000 dengan berat 100
ton, sedangkan bahan baku kedua dengan ongkos Rp.95.000 dengan berat 150 ton.
Jika ongos yang dikeluarkan untuk menjual hasil produksi adalah Rp. 82.850
m = a1.n1 + a2.n2
234.000 = 234.000 (tidak ada input atau output yang dominan dan lokasi optimal
yaitu jarak terdekat di antara tiga daerah tersebut.)