Puisi Surealis Jerit
Puisi Surealis Jerit
Puisi Surealis Jerit
Narator: Sebuah Drama Surealis Yang Mengisahkan Jeritan Hati Para Penghuni Taman
Atas Kondisi Bumi Yang Dirasa Semakin Tidak Nyaman. Pohon Dan Rumput Yang
Berada Di Taman Merasa Tidak Nyaman Dengan Habitat Mereka. Pertengkaran,
Perdebatan, Dan Berbagai Solusi Dibahas Dalam Drama Ini, Meskipun Semua Yang
Mereka Perdebatkan Akhirnya Berujung Kematian. Ulah Manusialah Sebenarnya Yang
Menjadi Kunci Atas Semua Yang Mereka Perdebatkan. Tidak Banyak Yang Bisa
Dilakukan Selain Pasrah Dengan Kematian.
Tokoh:
1. Narator
2. Pohon 1 : Panik.
3. Pohon 2 : Pemarah
4. Pohon 3 : Tenang.
5. Pohon 4 : Mudah Percaya. (Kaktus. Berduri)
6. Pohon 5 : Mudah Percaya. (Kaktus. Berduri)
7. Rumput 1 : Sabar.
8. Rumput 2 : Centil. Angkuh. Cantik
9. Manusia : Centil. Periang. Sombong. Tidak Memikirkan Orang Lain
Pohon 1 : (Terkejut. Melihat Ke Sekeliling) Hey! Siapa Itu? Ada Yang Tahu?
Pohon 2 : Iya…
Pohon 1 : Kau?
Pohon 1 : Hey! Kau Menangis? Kau Bilang Kau Tahu Tempat Untukku, Tapi Tak
Tahu Tempat Yang Nyaman? (Bingung. Nada Bicara Tinggi)
Pohon 1 : Hey...
Pohon 1 : Dia?
Pohon 1 : Tunggu! (Mencegah Pohon 2 Yang Hendak Mendekati Manusia) Dia Tuli!
Pohon 2 : Ha? Tidak! Bagaimana Mungkin Dia Tuli? Kemarin Kulihat Dia Sedang
Bercakap-Cakap Dengan Orang Lain!
Pohon 1 : Tuli!
Pohon 2 : Tidak!
Manusia : Hey Bunga-Bunga...Apa Kalian Tahu? Sebentar Lagi Aku Akan Punya
Swimming Pool! Kalian Tahu? Kolam Renang!
Pohon 2 : Nah, Dengarlah, Dia Mengajak Kita Bicara! Ayo, Ini Kesempatan Kita
Untuk Menanyakan Hal Yang Selama Ini Tak Pernah Bisa Kita Jawab!
Manusia : Hari Ini Aku Akan Mulai Membersihkan Taman Ini, Em... Berarti Aku
Harus Panggil Penebang Pohon... Ah... Senangnya! Satu Bulan Lagi
Teman-Teman Di Sekolahku Akan Semakin Yakin Kalau Aku Ini Anak
Orang Kaya. Hem... Pemilik Kolam Renang Ketiga Setelah Dhea Dan
Cesa...
Pohon 1 : Tebang?
Pohon 2 : Pohon?
Manusia : (Berlari Kecil. Bahagia. Menabrak Pohon 2) Ups... Belum Kucabut, Sudah
Patah...Na...Na...Na...(Keluar)
Pohon 2 : Yuhu....Aku Masih Bisa Berlari, Masih Bisa Melawan Busuk Dan Panasnya
Alam Ini!
Pohon 1 : Eh...Ketika Ada Kata Busuk Dan Panas Aku Jadi Bingung Dan Panik
Dengan Masa Depan Kita. Kulit Kita Akan Kering, Mengelupas, Batang
Kita Akan Menjadi Kayu Yang Keras, Daun Berjatuhan, Dan Tidak Ada
Lagi Bunga, Apa Lagi Buah...
Pohon 2 : Ya...Tapi Apa Yang Bisa Kita Lakukan? Manusia Sekarang Semakin Tidak
Membutuhkan Kehadiran Kita.(Pohon 1 Dan Pohon 2 Merenung. Duduk
Berjauhan. 4 Dan 5 Muncul. Menari)
Pohon 1 : Siapa Kalian? Kulit Kalian Tidak Peka? Tidak Merasa Panas?
Pohon 4&5 : Panas?
Pohon 1 : Tapi Panas Yang Kami Maksud Bukan Terik Dari Sahabat Kita Itu...
Manusia : Sudah Ada Tumbuhan Baru Yang Lebih Tahan Panas...Nantinya Ini Akan
Kuletakkan Di Pinggir Kolam...Dengan Panas Yang Semakin Terik
Bunga2nya Justru Lebih Bermekaran
Pohon 4&5 : Astaga, Dia Sengaja Akan Meletakkan Kita Pada Tempat Yang Terik...
Pohon 4 : Berarti Kami Harus Pergi Dari Sini? Tak Boleh Hidup Di Sini?
Rumput : (Dari Luar Panggung)Bukan Itu Yang Kami Maksud, Kami Bukan Ingin
Mengusirmu...Ayolah, Kita Cari Cara Agar Kita Tetap Dapat Hidup
Berdampingan Di Sini...
Pohon 5 : Itu Tugas Kalian Sebagai Penghuni Lama, Kami Tidak Akan Tinggal Di
Sini?
(Pohon 4 Dan 5 Keluar Panggung. Berlari. Pohon Lain Hanya Melihat Dengan
Ekspresi Datar)
Rumput 1 : (Semua Rumput Menari Dengan Gayanya Masing2, Ada Yang Gembira
Ada Yang Sedih) Hey... (Berkeliling) Kami – Harus – Mati-
Rumput 1 : Enak Saja? Enak! Mungkin Lebih Baik Mati Daripada Tersiksa
Rumput 2 : Kau Yang Tersiksa...Berarti Kau Saja Yang Mati (Semua Diam)
Pohon 3 : Berduri?
Pohon 3 : Tidak Hanya Bersama Kita, Tapi Juga Bersama Semua Tumbuhan Yang
Lain.
Pohon 2 : Mereka Kau Bilang? Apa Kamu Pikir Bantuk Tubuh Kalian, Warna Kalian,
Masih Layak Disebut Tumbuhan?
Pohon 1 : Layak, Panas, Kering, Dan Mati...Itulah Yang Akan Kau Alami, Cantik!
Rumput 1 : Sudahlah! Ada Yang Tahu Tempat Yang Aman Untuk Kita?
Pohon 1 : Alah, Aku Sudah Pernah Membahasnya! Dan Hasilnya, Nol!!! Tidak Ada
Yang Tahu!
Rumput 2 : Aduh! Kenapa Kau Selalu Bilang Kita? Bukankah Aku Masih Nampak
Hijau? Beda Dengan Kalian...Dan Kurasa Aku Masih Pantas Untuk Hidup!
(Tiba-Tiba Suhu Menjadi Sangat Panas. Semua Merasa Kepanasan. Tersiksa. Panik.)
Semua : Inilah Kesedihan Kami. Inilah Kemalangan Kami. Inilah Derita Kami. Panas
Bumi Meningkat... Panas... Bumi Jadi Bara... Panas... (Pingsan)
Pohon 3 : Ke Sinilah Kalian...Selagi Kita Masih Punya Waktu Untuk Mencari Solusi
Atas Permasalahan Ini, Mari Kita Berusaha Cari (Semua Berkumpul)
Rumput 1 : Loh...Gimana Seh? Kok Malah Nanya! Bukankah Kamu Yang Mau
Mengajak Kami Mencari Solusi?
Pohon 1 : Solusi Agar Kita Tetap Bisa Hidup Tanpa Merasa Panas, Kulit Kita Tidak
Kering, Mengelupas, Hingga Daun2 Kita Jatuh Satu Persatu.
Rumput 1 : Yuph...Setahuku Ketika Kita Membuat Solusi, Kita Musti Tahu Dulu Apa
Penyebab Dari Masalah Yang Kita Alami
Pohon 3 : Manusia?
Rumput 2 : Manusia? Bukankah Selama Ini Mereka Yang Selalu Menyiram, Memberi
Pupuk, Dan Bahkan Menanam Kita? Apa Mungkin Mereka Juga Yang Mau
Membuat Kita Mati?
Rumput 1 : Yang Membuat Kita Mati Memang Bukan Manusia! Tapi Mereka
Penyebab Tanah Pijakan Kita Menjadi Sepanas Bara!
Rumput 2 : Kok Bisa? Lalu Apa Tujuan Mereka Menanam Kita? Sengaja Untuk
Dibunuh?
Pohon 1 : Apapun Tujuan Manusia Menanam Kita, Sekarang Menjadi Tidak Penting
Lagi. Hal Yang Penting Sekarang Adalah Mengatasi Penderitaan Ini...
Pohon 2 : Manusia Sering Menyebut Kenaikan Suhu Bumi Ini Dengan Pemanasan
Global.
Rumput 2 : Dan Kalian Mau Tahu Hal Yang Sering Dilakukan Manusia Untuk
Menekan Proses Pemanasan Global? ”Aksi Tanam Seribu Pohon”
Rumput 1 : Lalu Apa Mungkin Kita Melakukan Aksi Itu? Atau Mungkinkah Kita
Meminta Manusia Untuk Melakukannya Untuk Kita?
Pohon 1 : Ah...Yang Benar Saja! Kita Menanam Diri Kita Sendiri? Untuk Berbicara
Dengan Manusia Jelas Tidak Mungkin. Kita Tidak Mampu Melakukannya!
Pohon 3 : (Memeluk Pohon 2. Menangis) Apa Salah Kita Sehingga Masalah Menjadi
Demikian Berat??? Aku Pusing Memikirkan Semua Ini... Mati...Itu Jalan
Terbaik... Agar Manusia2 Sombong Itu Tak Pernah Lagi Punya Kita, Tak
Punya Penyaring Oksigen...Kita Lihat Saja...Sampai Kapan Mereka Akan
Bisa Bertahan Hidup Tanpa Kita.
Narator: betapa besar pengorbanan ciptaan tuhan bernama pohon untuk kita manusia,
seperti yang terjadi dengan kota tercinta kita beberapa waktu lalu, berapa
banyak diantara mereka yang rela mati dan tenggelam oleh banjir, tumbang
dan tak tergantikan,, tak bisakah kita menghijaukan pacitan kembai? Di
awal tahun besok apa yang bisa kita rubah dari kota kita? Mari mencoba
sebentar saja menjadi Author, , .