S PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 79

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK


MOTORIK KASAR PADA SISWA
PUTRA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI
diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Universitas Negeri Semarang

oleh
Aristokrat Agung Dwipa
6211410028

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015

i
ABSTRAK

Aristokrat Agung Dwipa. 2015. Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap


Kemampuan Gerak Motorik Kasar Pada Siswa Putra Sekolah Dasar. Skripsi.
Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Drs. Said Junaidi, M.Kes

Kata kunci : Permainan Tradisonal, Peningkatan Motorik Kasar

Permainan tradisional merupakan satu contoh dari ribuan permainan


tradisional yang ada di Indonesia. Namun permainan tradisional tersebut kini
semakin terkikis keberadaannya sedikit demi sedikit khususnya di kota-kota
mungkin untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak mengenal permainan
tradisional yang ada padahal permainan teradisional adalah permainan warisan
nenek moyang rakyat Indonesia. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh atau sebagai besar
atau seluruh angggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui
pengaruh pengaruh olahraga permaianan tradisional terhadap peningkatan gerak
motorik kasar padas siswa putra Sekolah Dasar Negeri 1 Padas.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah Pre-test and Post-test Group
Design. Metode analisis data menggunakan uji t. Populasi dan sampel adalah
sampel semua dari anak siswa laki-laki kelas lima SD Negeri 1 Padas yang
berjumlah 12 anak. Semua sampel diberikan perlakuan memainkan permainan
tradisional bentengan, kasti, dan gobak sodor.

Hasil penelitian motorik kasar dengan rata-rata pre-test daya power lengan
yaitu 1,78, rata-rata post-test yaitu 2,08, mengalami peningkatan sebesar 0,3.
Rata-rata pre-test lari 30 meter yaitu 6,16, rata-rata post-test yaitu 5,96,
mengalami peningkatan sebesar 0,2. Rata-rata pre-test lari kelincahan yaitu
16,52, rata-rata post-test yaitu 15,41, mengalami peningkatan sebesar 1,11.
Hasil analisis daya power lengan t hitung > t tabel yaitu 2,68 > 2,2 yang berarti Ho
ditolak maka ada peningkatan. Lari 30 meter t hitung > t tabel yaitu 4,32 > 2,2 yang
berarti Ho ditolak maka ada peningkatan. Lari kelincahan t hitung > t tabel yaitu
5,87 > 2,2 yang berarti Ho ditolak maka ada peningkatan.

Simpulan dalam penelitian adalah permainan tradisional berpengaruh


terhadap kemampuan gerak motorik kasar pada siswa putra Sekolah Dasar
Negeri 1 Padas.

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

iii
HALAMAN PENGESAHAN

iv
PERNYATAAN

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Pastikan kita melakukan yang terbaik saat ini, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini

karena esok akan berubah menjadi masa depan”

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

 Kedua orang tuaku, yang selalu berdo’a untuk

keselamatan dan keberhasilanku.

 Teman-teman IKOR 2010, yang telah menjadi sahabat-

sahabat terbaik.

 Almamater Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Semarang.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Kemampuan Gerak

Motorik Kasar Pada Siswa Putra Sekolah Dasar”. Skripsi ini disusun dalam

rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta kerjasama

dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang yang memberikan tema dan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Said Junaidi, M.Kes sebagai dosen pembimbing, yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyusunan

skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas

Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

vii
5. Kepala sekolah dan guru olahraga Sekolah Dasar Negeri 1 Padas yang telah

memberi izin penelitian dan membantu terselenggaranya penelitian.

6. Orang tua saya dan kerabat yang telah memotivasi dan mendo’akan

sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

7. Teman-teman IKOR 2010 yang selalu memberikan motivasi kepada saya

sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

8. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Atas segala bantuan dan do’a yang telah diberikan kepada penulis dan

penulis hanya bisa mendo’akan semoga amal dan bantuan saudara mendapat

balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca semua.

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................iv
PERNYATAAN .................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................................vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 5
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................ 6
1.6 Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori .................................................................................. 8
2.1.1 Olahraga Permainan Tradisional....................................... ........... ....8
2.1.1.1 Bentengan .................................................................................... 8
2.1.1.2 Kasti ........................................................................................... 10
2.1.1.3 Gobak Sodor .............................................................................. 13
2.1.2 Gerak Motorik ................................................................................ 16
2.1.3 Gerak Refleks ............................................................................... 17
2.1.4 Gerak Motorik Halus ...................................................................... 18
2.1.5 Gerak Motorik Kasar ..................................................................... 18
2.1.6 Kemampuan Gerak Dasar ............................................................. 20
2.1.6.1 Kemampuan Locomotor ............................................................. 20

ix
2.1.6.2 Kemampuan Non-Locomotor...................................................... 20
2.1.6.3 Kemampuan Manipulatif.. ........................................................... 20
2.1.7 Perkembangan Gerak ................................................................... 21
2.1.7.1 Power Otot Lengan..................................................................... 22
2.1.7.2 Kecepatan ................................................................................. 24
2.1.7.3 Kelincahan ................................................................................. 27
2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 28
2.3 Hipotesis .......................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................. 30
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................... 31
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ............................ 31
3.3.1 Populasi.. ...................................................................................... 31
3.3.2 Sampel.. ........................................................................................ 32
3.3.3 Teknik penarikan sampel.. ............................................................. 32
3.4 Instrumen Penelitian......................................................................... 32
3.4.1 Tes Medicine Ball .......................................................................... 32
3.4.2 Tes Lari 30 meter .......................................................................... 33
3.4.3 Tes lari bolak balik 4 x 5 meter ...................................................... 34
3.5 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 35
3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian.................................... 36
3.7 Teknik Analisa Data ......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 38
4.1.2 Hasil Analisis Data ........................................................................ 44
4.2 Pembahasan .................................................................................. 47
4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................ 50
5.2 Saran ............................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 53

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil Uji t Tes Awal (pre Test) dan Tes Akhir (post test) Lemparan Bola
Madicine........................................................................................................ 45
2. Hasil Uji t Tes Awal (pre Test) dan Tes Akhir (post test) Lari 30 Meter .......... 46
3. Hasil Uji t Tes Awal (pre Test) dan Tes Akhir (post test) Lari Kelincahan bolak-
balik 3 x 5 meter ............................................................................................ 47

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Skema Lapangan Permaianan Bentengan....................................................... 9
2. Gambar Lapangan Permainan Tradisional Kasti.. .......................................... 11
5. Lapangan dan Keterangan Pemain Gobag Sodor.. ........................................ 14
6. Pelaksanaan Tes Bola Beban.. ...................................................................... 33
7 Lintasan Tes Lari Bolak-Balik 5 m ................................................................... 35
8. Distribusi Data Responden Daya Power Sebelum Melakukan Permainan
Tradisional .................................................................................................... 39
9. Distribusi Data Responden Daya Power Setelah Melakukan Permainan
Tradisional .................................................................................................... 40
10. Distribusi Data Responden Lari 30 meter Sebelum Melakukan Permainan
Tradisional .................................................................................................. 41
11. Distribusi Data Responden Lari 30 meter Setelah Melakukan Permainan
Tradisional .................................................................................................. 42
12. Distribusi Data Responden Kelincahan Sebelum Melakukan Permainan
Tradisional.. ................................................................................................ 43
13. Distribusi Data Responden Kelincahan Setelah Melakukan Permainan
Tradisional.. ................................................................................................ 44

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Salinan Surat Keputusan Dekan Mengenai Penetapan Pembimbing Skripsi . 54


2. Salinan Surat Usulan Bimbingan.................................................................... 55
3. Salinan Surat Ijin Penelitian........................................................................... 56
4. Salinan Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian .................................. 57
4. Data Siswa Putra SDN 1Padas 2014- 2015.. ................................................. 58
5. Tes Daya Power Bola Madicine Pre test dan Pos test.. ................................. 59
6. Tes Lari 30 Meter dan Tes Kelincahan 4x5 Meter Pre test dan Pos test.. ...... 60
7. Uji Normalitas Data Hasil Pre test Medicine Test .......................................... 61
8. Uji Normalitas Data Hasil Post Test Medicine Test ........................................ 62
9. Uji Normalitas Data Hasil Pre Test Lari 30 Meter ........................................... 63
10. Uji Normalitas Data Hasil Post Test Lari 30 Meter ....................................... 64
11. Uji Normalitas Data Hasil Pre Test Kelincahan ............................................ 65
12. Uji Normalitas Data Hasil Post Test Kelincahan ........................................... 66
13. Tabel Perhitungan Statistika Hasil Pre test dan Post Test Medicine Ball...... 67
14. Tabel Perhitungan Statistika Hasil Pre test dan Post Test Lari 30 Meter ...... 69
15. Tabel Perhitungan Statistika Hasil Pre test dan Post Test Kelincahan ......... 71
16. Jadwal Latihan ............................................................................................. 73
17. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 75

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bermain merupakan sebuah kegiatan yang sangat akrab dengan kehidupan

manusia. Pada saat manusia berada dalam proses pembentukan diri dari kanak-

kanak menuju dewasa, tidak satu pun di antara individu manusia yang tidak

mengenal permainan, salah satunya permainan yang dahulu yang disebut

permainan tradisional tanpa tersentuh modernisasi. Permainan elektronik versus

permainan tradisional sebenarnya tidak muncul kepermukaan (menjadi

perdebatan yang intens), akan tetapi disadari oleh kalangan-kalangan tertentu

bahwa justru pada era globalisasi ini nilai-nilai didaktif dalam permainan

tradisonal anak perlu digali kembali, karena permainan baru ini dianggap

semakin menjauhkan anak-anak dari nilai didaktif seperti yang ada pada

permainan tradisional anak (Sukirman Dharmamulya, dkk 2008:10).

Permainan tradisional merupakan satu contoh dari ribuan permainan

tradisional yang ada di Indonesia. Namun permainan-permainan tradisional

tersebut kini semakin terkikis keberadaannya sedikit demi sedikit khususnya di

kota-kota mungkin untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak mengenal

permainan tradisional yang ada padahal permainan teradisional adalah

permainan warisan nenek moyang rakyat Indonesia. Setiap daerah di Indonesia

memiliki permainan tradisional, permainan tradisional tiap daerah biasanya tidak

sama tidak seperti permainan jaman modern sekarang ini, seperti permainan

teknologi yang rata-rata memiliki kesaman seperti permainan (game) yang ada di

computer maupun handphone. Sulit diingkari bahwa permainan anak-anak

1
2

tradisional di Indonesia tampaknya menghadapi masa depan yang tidak begitu

cerah. Kecenderungan yang tampak adalah bahwa berbagai bentuk permainan

kini tidak dikenal oleh banyak anak-anak, karena sudah sangat jarang dimainkan.

Hanya beberapa permainan tertentu yang masih banyak dimainkan

(Sukirman Dharmamulya, dkk 2008:206).

Banyak orang tua beranggapan bahwa mempelajari sesuatu di kelas non

formal lebih berguna dari pada bermain. Padahal banyak hal yang dapat diambil

manfaatnya dari permainan tradisional, salah satunya alat-alat yang mudah

didapat dan memungkinkan anak untuk mempermainkannya, saat itu untuk anak

untuk melepaskan ide kreatifnya. Dalam permainan tersebut, jiwa anak akan

terlihat secara utuh. Suasana keceriaan yang dibangun akan melahirkan dan

menghasilkan kebersamaan yang menyenangkan. Hal inilah yang menumbukan

kehidupan masyarakat dalam suasana rukun (Ajun Khamdani, 2010:99).

Kerukunan itu dibangun secara bersama–sama, dalam arti demi menjaga

permainan tersebut membuat peraturan-peraturan sendiri yang disepakat

bersama, apa bila ada yang melanggar akan diberikan sangsi dan apabila

menyadari kesalahan yang diperbuat akan dimaklumi teman-temannya. Disisi

lain dari semua itu proses belajar telah tertanamkan dalam permainan tradisional,

para pelaku telah belajar mematuhi aturan bermain secara fairplay.

Suatu proses pembelajaran dalam kehidupan yang disadari sikap saling

menerima dan memaafkan (Ajun Khamdani, 2010:99).

Keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan

dari berbagai bahan yang telah persedia di sekitarnya, pemanfaatan bahan-

bahan permainan selalu tidak lepas dari alam, hal ini melahirkan interaksi antara

anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan dengan alam


3

merupakan bagian penting dari proses pengenalan manusia muda terhadap

lingkungan hidupnya. Dengan demikian otot atau sensor motoriknya akan

semakin terasah pula, dipihak yang lain, proses kreatifitasnya merupakan tahap

awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang

pertumbuhannya (Dinalisa, 2011:60).

Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula

dalam menyesuaikan sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, keterampilan

berfungsi membantu anak untuk memperoleh kemandirian, sedangkan sebagian

lainnya berfungsi untuk mendapatkan penerimaan sosial Elizabeth B. Hurlock

(2009:162). Karena tidak mungkin mendapatkan keterampilan motorik secara

serempak, anak akan memusatkan perhatian untuk mempelajari keterampilan

yang akan membantu untuk memperoleh bentuk penyesuaian pada saat itu.

Kegiatan olahraga anak sering tidak disadari, dikarenakan melakukan

gerakan–gerakan olahraga dalam kegiatan bermain. Dimana kegiatan bermain

yang melibatkan aspek keterampilan fisik (physical skill) maupun motorik kasar

(gross motoric skill) cenderung mirip dengan kegiatan olahraga. Kegiatan

bermain anak-anak pada umur 5 tahun keatas sedang berada pada masa

Golden Age yaitu masa dimana pisikomotorik anak sangat peka dalam menerima

suatu rangsang, dan bilamana masa Golden Age tersebut terlewatkan maka

terlewatkanlah sudah kesempatan terbaik bagi anak tersebut. Menurut John W.

Santrock (2007:214) “di usia 5 tahun, anak semakin menyukai petualangan

dibandingkan ketika anak berusia 4 tahun. Bukanlah hal yang biasa bagi anak

usia 5 tahun yang percaya diri untuk melakukan adegan yang menakutkan

memanjat suatu obyek. Anak berlari cepat dan menyenangi balapan satu sama

lain dan orang tua”.


4

Pada saat pertengahan masa kanak-kanak motorik anak lebih lebih halus

dibandingkan disaat mereka pada masa kanak-kanak awal, anak sudah mampu

memainkan permainan olahraga, dan hanya ada beberapa anak saja yang

mampu luwes memainkan suatu permainan yang sulit misalnya dalam

melewatkan bola tenis keatas jaring. Tetapi ketika berusia 10 atau 11 tahun

kebanyakan anak dapat belajar memainkan olahraga tersebut. Berlari, memanjat,

bermain lompat tali, berenang, naik sepeda, dan bermain skating hanya

beberapa dari banyak keterampilan fisik yang dapat dikuasai anak sekolah

dasar. Jika telah dikuasai, keterampilan motorik kasar yang melibatkan aktivitas

otot besar, anak laki-laki biasanya mengungguli anak perempuan

(John W. Santrock 2007:214).

Saat anak melalui tahun-tahun sekolah dasar, anak mendapat kendali yang

lebih besar atas tubuh, serta dapat duduk dan memperhatikan dalam waktu yang

lama. Meskipun demikian, anak sekolah dasar masih jauh dari matang secara

fisik, dan harus tetap aktif. Anak sekolah dasar menjadi lebih lelah karen duduk

dalam waktu yang lama dibandingkan dengan berlari, melompat, atau naik

sepeda. Tindakan fisik penting bagi anak-anak ini untuk memperbaiki

keterampilan mereka yang sedang berkembang, seperti memukul bola, bermain

lompat tali, atau menyeimbangkan diri pada papan. Anak sekolah dasar harus

lebih terlibat dalam kegiatan yang aktif daripada yang pasif. Menurut

John W. Santrock (2007:214). Olahraga yang teratur adalah salah cara untuk

mendorong anak agar aktif dan mengembangkan keterampilan motorik, semua

itu dapat memainkan peran penting dalam kehidupan anak.

Gerak merupakan suatu yang ditampilkan oleh menusia secara nyata dan

dapat diamati. Namun yang melatar belakangi gerak yang ditampilkan dalam
5

suatu perbuatan yang nyata dalam suatu unjuk kerja, sangat beraneka ragam

sesuai dengan hakekat keberadaan dan kebutuhan manusia yang penuh

perbedaan (Phil. Yanuar Kiram 1992:1). Bermaian salah satu cara agar

kemampuan gerak anak semakin baik, dengan gerak otot-otot besar pada anak

semakin kuat dan begitu pula gerakan pada anak semakin bisa dikontrol dengan

sendirinya. Setiap kegiatan yag diarahkan pada suatu tujuan akhir selain

kesenangan merupakan suatu permainan tujuan hanya untuk kesenangan agar

anak bersemangan untuk suatu permainan. Permainan merupakan salah satu

aktivitas fisik, dengan bergerak kemampuan motorik kasar pada diri anak akan

selalu terasah dan menjadi lebih bisa menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan pada Sekolah Dasar Negeri

Padas 1 dengan guru olahraga dan kepala sekolah. Mengenai olahraga yang

dilakukan seperti dasar–dasar olahraga antara lain: melakukan gerakan dasar

lari untuk membentuk kecepatan lari saat bermain sepak bola, dan sering juga

melakukan permainan tradisional tetapi hanya sekedar untuk kebugaran jasmani

dan mengisi waktu jam olahraga. Permainan tradisional yang dilakukan seperti

bentengan, kasti dan gobak sodor.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul ”PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK MOTORIK KASAR PADA SISWA

PUTRA SEKOLAH DASAR”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Belum ada latihan khusus untuk meningkatkan gerak motorik kasar pada

siswa putra Sekolah Dasar.

2. Peningkatan kemampuan gerak motorik kasar dipengaruhi oleh aktifitas rutin

yang dilakukan oleh siswa.


6

3. Terbatasnya jam pelajaran olahraga untuk siswa bermain permainan agar

siswa terbiasa bergerak bebas sehingga meningkat gerakan motorik kasar.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan diatas, serta untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini,

maka dibuat batasan permasalahan, agar penelitian tidak terlalu meluas, maka

penelitian memfokuskan pada permainan tradisional bentengan, kasti, dan gobak

sodor, permainan yang dibutuhakan untuk meningkatan kemampuan gerak

motorik kasar kecepatan lari, kelincahan, dan power otot lengan pada anak

sekolah dasar kelas lima. Agar sampel homogen maka sampel yang digunakan

siswa putra.

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka fokus masalah dalam penelitian adalah “ Apakah

Ada Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak

Motorik Kasar Pada Siswa Putra Sekolah Dasar Negeri 1 Padas”.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Peningkatan

Kemampuan Gerak Motorik Kasar Pada Siswa Putra Sekolah Dasar Negeri 1

Padas.

1.5.2 Tujuan Khusus

Untuk Mengetahui Pengaruh Permainan Tradisional Bentengan, Kasti, dan

Gobag Sodor Terhadap Peningkatan Motorik Kasar Pada Siswa Putra

Sekolah Dasar.
7

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian adalah:

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi para peneliti yang hendak

meneliti masalah motorik kasar pada siswa putra Sekolah Dasar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan ilmiah yang

dapat berguna untuk bahan kajian atau informasi bagi pihak–pihak yang

membutuhkan.

1.6.1 Manfaat Praktis

1.6.1.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah

wawasan dan pengetahuan dalam pengaruh permainan tradisional

terhadap kemampuan gerak motorik kasar bagi siswa putra Sekolah

Dasar.

1.6.1.2 Bagi Siswa Sekolah Dasar

Dapat memiliki pemahaman dan informasi ilmiah dalam meningkatkan

kemampuan gerak motorik kasar melalui permainan tradisional.

1.6.1.3 Bagi Guru

Dapat memiliki pemahaman dan informasi bahwa peningkatan motorik

kasar anak Sekolah Dasar bisa dipengaruhi melalui penerapan

permainan tradisional.
BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Permainan Tradisional

Permainan tradisional telah berkembang sejak zaman nenek moyang.

Permainan ini berasal dari permainan rakyat yang dilestarikan secara turun-

temurun. Setiap wilayah di Indonesia memiliki beragam permainan tradisional.

Permainan tradisional berkembang dari permainan rakyat yang timbul pada tiap-

tiap etnis dan suku yang ada di Indonesia (Ajun Khamdani, 2010:89).

Sedangkan menurut pendapat lain menyebutkan bahwa yang disebut

olahraga tradisional harus memiliki dua persyaratan yaitu “olahraga” dan

“tradisional” baik dalam memiliki tradisi yang sudah berkembang selama

beberapa generasi, maupun dalam arti sesuatu yang terkait dengan tradisi

budaya suatu bangsa secara lebih luas (Bambang Laksono, dkk, 2012:1).

Adapun menurut Dilanisa (2011:5) permainan tradisional merupakan

permainan daerah yang tiap daerahnya memiliki tata cara dan permainan yang

berbeda-beda. Salah satu permainan tradisional yang ada permainan bentengan,

kasti, dan gobak sodor.

2.1.1.1 Bentengan

Benteng atau bentengan merupakan salah satu jenis olahraga tradisional

yang dilakukan oleh dua regu. Setiap regu terdiri atas 4-8 orang. Salah satu regu

akan memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya berupa tiang atau, batu,

pilar rumah sebagai benteng.

8
9

Olahraga ini bertujuan untuk menyerang dan mengambil alih benteng lawan.

Caranya dengan menyentuh benteng benteng yang menjadi markas regu lawan

sambil meneriakkan kata “benteng”. Kemenangan juga dapat diraih sebuah regu

jika berhasil menawan seluruh anggota regu lawan dengan menyentuh tubuhnya.

Untuk menentukan regu yang berhak menjadi penawan atau tertawan dapat

ditentukan berdasarkan waktu terakhir ketika si penawan atau tertawan

menyetuh benteng masing-masing.

Regu yang berhak menjadi penawan adalah regu yang waktunya paling

cepat ketika menyentuh benteng. Regu ini dapat mengejar dan dapat menyentuh

anggota regu lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan akan ditempatkan

di sekitar benteng musuh dan dapat terbebaskan jika teman regu yang ditawan

menyentuh dirinya. Pada permainan ini, tiap-tiap anggota regu memiliki tugas

antara lain sebagai penyerang, mata-mata, pengganggu, maupun penjaga

benteng. Permaianan ini memerlukan kecepatan berlari dan kemampuan strategi

yang tepat (Ajun Khamdani, 2010:15).

Gambar 2.1. Skema Lapangan Permainan Bentengan

(Sumber : Adhyaksa Dault, 2006:58)


10

2.1.1.2 Kasti

Olahraga behadang adalah olahraga masyarakat yang dilakukan pada waktu

senggang atau waktu lowong, terutama oleh anak atau murid sekolah. Olahraga

ini termasuk olahraga tradisonal yang banyak diminati anak-anak karena dalam

permainan kasti dapat meningkatkan ketangkasan, kecepatan lari, kelincahan,

dan daya power.

Ukuran lapangan kasti yang terbesar ialah 30 x 60 M. dengan ruang pemukul

dan ruang bebas menjadi 30 x 65 M. ukuran terkecil 30 x 45 M. dengan ruang

pemukul dan ruang bebas menjadi 30 x 50 M. ukuran yang besar untuk anak-

anak besar, sedang ukuran yang kecil untuk anak-anak kecil atau anak-anak

perempuan.

Semua garis batas dinyatakan dengan kapur, atau tali, atau bilah. Dapat juga

dengan cara menggali tanah dengan ketentuan tidak lebih dari 3 cm. pada

keempat sudut lapangan dan pertengahan garis samping di pasangkan bendera.

Tinggi tiang bendera sekurang-kurangnya 1.50 M dari tanah. Dalam

pertandingan, di luar garis (batas) harus ada tanah kosong yang lebarnya

sekurang-kurangnya 5 M, sedang untuk di luar garis sebelah kiri 10 M. penonton

harus berada di luar tanah kosong tersebut.


11

Gambar 2.2. Gambar Lapangan Permainan Tradisional Kasti

(Sumber: Dinalisa 2011:64)

Kayu pemukul terbuat dari kayu yang panjangnya antara 50-60 cm.

Penampang bulat telor (oval), lebarnya tidak lebih dari 5 cm, dan tebalnya 3,5

cm. Panjang pegangan antara 15-20 cm, tebal 3 cm, dan boleh dibalut.

Kayu pemukul dapat berbentuk bulat panjang, dengan tebal antara 3,5-4 cm, dan

panjang bagian pegangan antara 15-20 cm, tebal 3 cm, dan boleh dibalut. Kayu

pemukul tidak boleh diganti dengan logam atau benda lainnya. Setiap regu

dibenarkan menggunakan kayu pemukulnya masing-masing, asal memenuhi

syarat yang tersebut di atas.

Cara memegang kayu pemukul kasti dengan baik, pegang kayu pemukul

genggam, kayu pemukul dengan ke lima jari posisi ibu jari berada di atas jari

telunjuk, arah kayu pemukul yang datar hadapkan ke arah depan, bagian kayu

pemukul yang datar berguna untuk memukul bola agar bola bisa diarahkan

kemana pemain akan mengarahkan bola.


12

Bola yang dipergunakan adalah bola kasti, yang terbuat dan karet atau kulit,

ukuran lingkaran antara 19-20 cm, dan beratnya antara 70-80 gram. Bola yang

terlalu tinggi pantulan nya seperti bola tenis tidak baik untuk kasti. Yang terbaik

tidak terlalu kenyal dan tidak terlalu keras. Kasti dimainkan dua regu atau

kelompok dilapangan. Setiap tim memiliki minimal 2 pemain.

Aturan permainan:

a. Pemain berjumlah 12 orang dan harus memukul bola sejauh mungkin secara

bergantian menurut nomor urut dada.

b. Diberi garis batas pemukul dan masuknya pemain.

c. Pemain harus dengan melewati pos 1 dan pos 2 lalu kembali ketempat

semula dengan melewati lawan yang siap menghadang.

d. Jika lolos dari lawan dan rintangan, akan mendapat poin 1 dan dinyatakan

menang.

Cara Bermain:

Sebelum pertandingan dimulai, kedua regu melakukan (suit) terlebih dahulu

untuk menentukan regu mana yang akan menjadi regu pemukul bola dan regu

penjaga. (suit) dilakukan oleh induk (kapten) dari masing-masing regu, yang

menang (suit) akan menjadi regu pemukul dan yang kalah akan menjadi regu

penjaga.

Setelah itu kedua regu berdiri pada posisi masing-masing. Regu pemukul bola

berdiri di garis yang sudah ditentukan yang dinamakan dengan rumah (home).

Setiap pemain di regu pemukul mempunyai kesempatan untuk memukul bola

sebanyak 3 kali. Pada pukulan ketiga si pemukul harus berlari menuju tonggak 1.

Pemukul harus memukul bola dengan kuat dan tajam, agar bola tidak dapat

ditangkap oleh regu penjaga, dan kalau si regu penjaga belum berhasil
13

mendapatkan bola (misalnya, bola kastinya masuk ke semak-semak, atau ke

rumah penduduk yang dekat dengan tempat bermain tersebut) maka pemukul

tadi bisa langsung berlari ke tonggak 2, tonggak 3, atau juga bisa pulang (home

run) seperti pada permainan (baseball).

Apabila si penjaga berhasil mendapat bola saat si pemukul yang lari sebelum

sampai tempat ke tujuan (tonggak 1, 2, 3, atau home run), tim penjaga harus bisa

bekerja sama dengan teman-teman satu timnya dalam mengoper bola ke teman

yang lebih dekat dengan pelari atau bisa langsung dan membakom (gebok)

pelari (pemain pemukul) tersebut dengan bola, dan si pelari harus berlari

kencang dan cekatan untuk menghindari dari (gebokan) bola tim penjaga,

misalnya dengan cara melompat atau bersalto, sehingga bola tersebut meleset

dan tidak mengenai tubuh si pelari. Akan tetapi, bila bola tersebut mengenai si

pelari, selain si pelari kesakitan kena bola (bakom), timnya juga harus rela

berganti posisi menjadi tim penjaga dan tim penjaga (lawan) menjadi tim pemukul

bola. Tim yang lama bertahan menjadi pemukul bola dalam waktu pertandingan

berlangsung, akan menjadi pemenangnya, yang sangat penting dalam

permainan ini adalah kerja sama dalam tim (team work) (Hastty P. Utami, S. T,

2008:4-7).

2.1.1.3 Gobak Sodor

Galasin atau gobak sodor juga disebut dengan galah asin. Galasin

merupakan salah satu permainan daerah di Indonesia. Permaianan ini dilakukan

olah dua regu yang tiap-tiap regu terdiri atas enam orang atau lebih. Satu regu

berperan sebagai penjaga, sementara regu lainnya berperan sebagai regu

lawan. Inti permainan galasin adalah menghadang atau melakukan penjagaan

terhadap lawan. Hal ini dilakukan agar lawan tidak dapat melewati garis hingga
14

garis terakhir secara bolak balik. Regu yang anggotanya lengkap dapat

melakukan proses bolah - balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.

Anggota tim yang mendapat giliran jaga akan menjaga lapangan, caranya yang

dijaga adalah garis horisontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertikal.

Untuk menjaga garis horisontal tugasnya adalah berusaha untuk menghalangi

lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah

ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi seorang yang mendapat tugas untuk

menjaga garis vertikal maka tugasnya adalah menjaga keseluruhan garis batas

vertikal yang terletak di tengah lapangan. Kemenangan akan diperoleh regu yang

menyerang dengan semua pemain penyerang dapat kembali semua lengkap

(Ajun Khamdani, 2010:29).

Gambar 2.5. Lapangan dan keterangan pemain gobag sodor

Sumber: Guru Kelas 6 SD K. Hasyim Surabaya, 2013.


http://gurukelas6sd.blogspot.com/2013/08/permainan-tradisional-
galah-asin-gobak.html. Diunduh 29/10/2014,pk. 18.30
15

Pendapat lain menurut Dilanisa (2010:59) menyebutkan bahwa permainan

tradisional memiliki sisi positif antara lain :Melahirkan suasana suka cita.

Suasana senang, ceria yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan

kebersamaan yang menyenangkan.

1. Belajar hidup bersama dan mematuhi aturan aturan main yang sudah dibuat.

Apabila ada anak yang tidak mematuhi aturan main, akan mendapatkan

sanksi sosial dari sesamanya. Namun bila mau mengakui kesalahannya,

teman yang lain pun bersedia menerimanya kembali.

2. Ketrampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan

dari berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian,

otot atau sensor-motoriknya akan semakin terasah. Di sisi lain, proses

kreatifitasnya merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan

imajinasi anak memperoleh ruang pertumbuhannya.

3. Interaksi anak dengan lingkungan semakin dekat karena bahan-bahan

permainan selalu tidak terlepas dari alam.

4. Memiliki cara pandang dan penghayatan terhadap kehidupan.

5. Anak memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan tahap-tahap

pertumbuhan jiwanya.

Menurut Ajun khamdani (2010:99) permainan tradisional memiliki sisi positif

bagi pelakunya, antara lain:

1. Suasana suka cita di dalam permainan tradisional. Dalam permainan

tersebut biasanya jiwa anak akan terlihat secara utuh. Suasana keceriaan

yang dibangun akan melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang

menyenangkan sehingga kerukunan antar masyarakat akan tetap terjaga.


16

2. Kerukunan dapat dibangun secara bersama-sama. Para pelaku belajar

mematuhi peraturan yang sudah disepakati bersama, jika salah seorang

pelaku tidak mematuhi aturan tersebut maka akan dikenakan sanksi. Pelaku

belajar mengakui kesalahannya, sementara teman yang lain berusaha untuk

memaafkan temannya tersebut sehingga pelaku dapat mendapatkan

pembelajaran dalam hidupnya yaitu sikap saling menerima dan memaafkan.

3. Ketrampilan anak akan semakin terasah karena behan permainan

tradisional berasal dari bahan disekitarnya.

4. Terjalinnya interaksi antara anak dengan lingkungan sekitarnya karena

pemanfaatan bahan untuk membuat permainan tradisional tidak terlepas

dari alam.

5. Mendekatkan anak dengan alam sehingga anak menyadari bahwa alam

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

6. Anak akan memperleh kesempatan berkembang sesuai pertumbuhan

jiwanya melalui permainan tradisional.

2.1.2 Gerak Motorik

Gerakan motorik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Pengendalian motorik

biasanya digunakan dalam bidang ilmu psikologi, fisiologi, neurofisiologi maupun

olahraga.

Keterampilan motorik dasar (fundamental motor skills) merupakan sifat khas

perkembangan motorik anak Sekolah Dasar dan meliputi pola lokomotor seperti

jalan, lari, melompat, meloncat, galloping, skiping, penguasaan bola seperti

melempar, dan memantulkan bola (bouncing). keterampilan motorik dasar

dikembangkan pada masa anak sebelum sekolah, dan pada masa Sekolah
17

Dasar, ini akan menjadi bekal awal untuk mendapatkan keterampilan gerak yang

efisien bersifat umum dan selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk

perkembangan kemampuan motorik yang lebih luas, yang semua ini merupakan

satu bagian integral prestasi motorik bagi anak dalam segala umur dan tingkatan.

Dalam kenyataan banyak keterampilan olahraga dengan berbagai variasinya,

adaptasi, dan kombinasinya berbeda dengan keterampilan motorik dasar, dan

lebih lanjut sifat serta ariasi atau adaptasinya diatur oleh kebutuhan olahraga

atau permainan yang dilakukan.

Pengendalian motorik mempelajari postur dan gerakan serta mekanisme yang

menyebabkannya.

Terdapat berbagai jenis gerakan motorik :

 Gerak refleks

 Gerak motorik halus : menulis, merangkai, melukis, berjinjit

 Gerak motorik kasar : berjalan, merangkak, memukul, mengayunkan tangan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_motorik).

2.1.3 Gerak Refleks

Gerak refleks adalah gerakan yang terjadi tanpa diperintah oleh otak. Gerak

refleks merupakan gerakan yang tidak disengaja dan tidak disadari yang terjadi

secara otomatis karena adanya rangsangan dari syaraf tanpa melalui kontrol dari

otak Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra (2000:16). Gerak refleks merupakan

mekanisme respon terpendek ketika tubuh mengambil jalan pintas melalui

sumsum tulang belakang tanpa melalui otak lebih dahulu. Berkedip, bersin,

batuk, termasuk gerak refleks. Gerak refleks sederhana hanya melibatkan satu

atau dari beberapa bagian tubuh yang terkena saja. Misalnya gerakan saat

tangan digigit semut, hanya tangan saja yang tiba-tiba tertarik dengan sendirinya.
18

Namun jika mulut ikut berteriak berarti gerak refleks kompleks, karena melibatkan

bagian tubuh lain yang tidak terkena atau tidak digigit semut.

2.1.4 Gerak Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk

belajar dan berlatih (Siti Aisyah, dkk, 2007:4.42). Motorik halus secara khusus

dikontrol oleh otot-otot kecil. Banyak gerak yang menggunakan tangan

dipertimbangkan sebagai gerak halus. Sebab otot-otot yang ukurannya lebih

kecil ada pada jari-jari tangan dan lengan sehingga akan menghasilkan gerakan

pada bagian jari-jari kaki dan jari-jari tangan, agar pelaksanaan keterampilan

yang sukses tercapai, keterampilan ini melibatkan koordinasi neuromuscular

yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini .

keterampilan jenis ini sering juga disebut sebagai keterampilan yang

membutuhkan koordinasi mata-tangan (hend-eys coordination). Untuk itu gerak

halus bisa berubah aktivitas seperti memindah benda dari tangan, menyusun

balok, menggunting, menjahit, mengetik, atau memainkan alat musik.

2.1.5 Gerak Kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar

atau seluruh anggota tubuh atau sebagai besar atau seluruh angggota tubuh

yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Siti Aisyah, dkk, 2007:4.42).

Istilah gerak kasar dan gerak halus secara umum digunakan untuk

mengkatagorikan tipe-tipe gerak. Namun keduanya dapat juga menggambarkan

secara umum mengenai perkembangan gerak. Gerak secara khusus dikontrol

oleh otot-otot besar. Otot tersebut ukurannya relatif besar, contohnya otot
19

paha dan otot betis. Otot-otot tersebut berintegrasi untuk menghasilkan gerak

seperti berjalan, lari, dan loncat.

Gerak adalah perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan. Titik acuan

sendiri didefinisikan sebagai titik awal atau titik tempat pengamat. Gerak manusia

terjadi dalam berbagai bentuk misalnya berlari (perubahan tempat),

membusungkan dada (perubahan volume), menekuk siku dan berjongkok

(perubahan sikap).

Gerak dan manusia merupakan merupakan suatu fenomena yang penuh

misteri. Pengertian penuh misteri dapat diterjemahkan sebagai suatu yang

memerlukan penjelasan-penjelasan yang lebih kongkrit. Gerak adalah suatu

yang ditampilkan oleh menusia secara nyata dan dapat diamati. Namun yang

melatar belakangi gerak yang ditampilkan dalam suatu perbuatan yang nyata

dalam suatu unjuk kerja, sangat beraneka ragam sesuai dengan hakekat

keberadaan dan kebutuhan manusia yang penuh perbedaan (Phil. Yanuar Kiram

1992:1). Menurut Keogh dalam Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000:5)

yang menjelaskan bahwa perkembangan gerak dapat didefinisikan sebagai

perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai masa bayi (infancy)

sampai masa dewasa (adulthood) serta melibatkan berbagai aspek perilaku

manusia, kemampuan gerak dan aspek perilaku yang ada pada manusia ini

mempengaruhi perkembangan gerak dan perkembangan gerak itu sendiri

mempengaruhi kemampuan dan perilaku manusia.

Siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, dapat melakukan kegiatan

latihan dengan mudah, dan bagi kurang mengalami kesulitan untuk

mengantisipasi gerakan. Sehingga tidak banyak kesulitan yang siswa alami

dalam belajar atau berlatih. Sebaliknya yang berkemampuan motorik rendah,


20

akan mengalami hambatan dalam mengembangkan gerak-gerak yang sulit.

Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi akan

memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki motorik

rendah (Edi Marheni,2011:133).

2.1.6 Kemampuan Gerak Dasar

Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan

guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga

katagori yaitu locomotor, non locomotor, dan manipulatif Amung Ma’mun dan

Yudha M Saputra (2000:20).

2.1.6.1 Kemampuan Locomotor

Kemampuan locomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu

tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh keatas seperti, lompat dan

loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat,

meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop).

2.1.6.2 Kemampuan Non-Locomotor

Kemampuan non locomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang

memadai. Kemampuan non locomotor terdiri dari menekuk dan meregang,

mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar,

mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.

2.1.6.3 Kemampuan Manipulatif

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak telah menguasai macam-

macam obyek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan

kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulasi obyek

jauh lebIh unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana
21

cukup penting untuk berjalan (gerak langkah) dalam ruangan. Bentuk-bentuk

kemampuan manipulatif terdiri dari:

a. gerakan mendorong (melempar, memukul, dan menendang).

b. gerakan menerima (menangkap) obyek adalah kemampuan penting yang

dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat dari bantalan

karet(bola madicine) atau macam bola yang lainnya.

c. gerakan memantulkan bola atau menggiring bola.

2.1.7 Perkembangan Gerak

Perkembangan meliputi semua aspek dari perilaku manusia, dan sebagai

hasil mungkin hanya dipisahkan kedalam beberapa domain, kategori, atau

periode usia. Dukungan pertumbuhan mengenai konsep perkembangan

sepanjang hidup (life span) merupakan sesuatu yang sangat berarti. Demikian

pula halnya dengan studi tentang keterampilan atlet selama masa remaja dan

atau dewasa menjadi sangat penting. Oleh karena itu perlunya mempelajari

gerak manusia selama masa bayi, anak-anak, dan kehidupan selanjutnya

merupakan suatu tuntunan. Perkembangan gerak pada seluruh jenjang usia

akan mengalami peningkatan apabila dilakukan melalui proses pembelajaran

seperti dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah menurut Siti

Aisyah, dkk (2007:4.42) meskipun terdapat pola untuk perkembangan motorik

secara umum, pada dasarnya setiap individu memiliki laju pertumbuhan yang

berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Kecepatan

pertumbuhan setiap anak dipengaruhi banyak faktor baik dari dalam diri anak itu

sendiri juga faktor keturunan dan faktor lingkungan turut mempengaruhi laju

pertumbuhan motorik seorang anak. Faktor-faktor ini berpengaruh terhadap

kecepatan maupun keterlambatannya, sikap yang baik disini, yaitu membiarkan


22

anak mengetahui sesuatu, mencoba berbagai aktivitas motorik kasar dan halus

yang sesuai dengan tingkat usianya, proses perkembangan ini akan terus

berlangsung seiring dengan bertambahnya umur. Pada saat usia sekolah dasar

yaitu waktu yang tepat untuk meningkatkan gerak motorik kasar, pada anak

sekolah dasar susunan tulang sudah mulai kuat untuk melakukan aktivitas fisik.

2.1.7.3 Power Otot lengan

Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang diperlukan hampir

semua cabang olahraga untuk mencapai prestasi maksimal. Dalam beberapa

gerakan olahraga, power merupakan salah satu kemampuan biomotorik yang

sangat penting. Banyak gerakan olahraga yang dapat dilakukan dengan lebih

baik dan sangat terampil apabila siswa memiliki kemampuan power yang baik.

Power adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan

gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum, power atau daya adalah

kemampuan otot seseorang untuk melakukan suatu kerja dengan kekuatan

maksimal dalam waktu secepat-cepatnya (Eri Pratiknyo Dwikusworo, 2009:3).

Lengan merupakan anggota badan dari pergelangan tangan sampai ke bahu

(Yandianto, 2001:314). Dalam penelitian ini power otot lengan yang dimaksud

adalah kemampuan otot lengan yang kuat dan cepat dalam melakukan pukulan

olahraga permainan tradisional kasti. Untuk dapat menghasilkan pukulan yang

keras, lengan harus diayunkan dengan kuat dan cepat, sehingga diperlukan

power yang cukup baik. Sumber tenaga yang diperlukan untuk melakukan

pukulan bola kasti ini terutama diperoleh dari kekuatan otot-otot yang ada pada

lengan.
23

Pukulan bola kasti sangat membutuhkan power otot lengan yang baik,

dengan memiliki power yang baik kemungkinan besar akan menghasilkan

pukulan yang keras, cepat, dan jauh melambung, agar pukulan tepat sasaran di

daerah lapangan ujung yang kosong sehingga hal tersebut akan menyulitkan

lawan dalam mengambil bola. Untuk dapat menghasilkan pukulan bola yang

keras, cepat dan melambung jauh di ujung lapangan, ayunan lengan harus

dilakukan dengan keras dan cepat sehingga dibutuhkan power otot lengan yang

baik. Menurut Setiadi (2007:267) otot-otot yang ada pada lengan atas,

diantaranya:

1. Muskulus Deltoid (otot segitiga), fungsinya mengangkat lengan sampai

mendatar.

2. Muskulus Teres Mayor (otot lengan bulat besar), fungsinya memutar

lengan ke dalam.

3. Muskulus Teres Minor (otot lengan bulat kecil), fungsinya memutar lengan

keluar.

4. Muskulus Biseps Braki (otot lengan berkepala dua), otot ini meliputi 2

sendi dan memiliki 2 kepala (kaput), fungsinya membengkokan lengan

bawah siku, meratakan hasta dan mengangkat lengan.

5. Muskulus Brakialis (otot lengan dalam), berpangkal di bawah otot segitiga

yang fungsinya membengkokan lengan bawah siku.

6. Muskulus Korakobrakialis, berpangkal prosesus korakoid dan menuju ke

tulang pangkal lengan. Fungsinya mengangkat lengan.

7. Muskulus Triseps Braki (otot lengan berkepala 3), dengan kepala luar

berpangkal di sebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke

bawah kemudian bersatu dengan yang lain. Kepala dalam dimulai di


24

sebelah dalam tulang berpangkal lengan dan kepala panjang dimulai

pada tulang di bawah sendi dan ketiganya mempunyai sebuah urat yang

melekat di olekrani.

Syaifuddin (2006:97-99) otot lengan bawah terdiri atas otot-otot sebagai

berikut:

1. muskulus extensor karpi radialis longus, muskulus extensor karpi

radialis brevis, muskulus extensor karpi ulnaris. Ketiga otot ini

fungsinya adalah sebagai ekstensi lengan (menggerakan lengan).

2. Digitonum karpi radialis, yang berfungsi ekstensi jari tangan kecuali

ibu jari.

3. Muskulus extensor policis longus, yang berfungsi untuk ekstensi ibu

jari.

4. Otot silang hasta bulat (muskulus pronator teres, yang berfungsi

dapat mengerjakan silang hasta dan membengkokan lengan bawah

siku.

5. Muskulus palmaris ulnaris, berfungsi mengetulkan lengan.

6. Muskulus palmaris longus, muskulus fleksor karpi radialis, muskulus

fleksor digitor sublimis yang fungsinya fleksi jari ke 2 dan kelingking.

7. Muskulus fleksor digitorum profundus, fungsinya fleksi jari 1,2,3,4.

8. Muskulus fleksor policis longus, fungsinya fleksi ibu jari.

9. Muskulus pronator teres equadratus, fungsinya pronasi tangan.

10. Muskulus spinator brevis, fungsinya supinasi tangan.

2.1.7.2 Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan seseorang yang memungkinkan orang

merubah arah atau melaksanakan gerakan yang sama atau tidak sama secepat
25

mungkin (Ery Pratiknyo Dwikusworo,2009:3). Kecepatan bersifat lokomotor dan

gerakannya bersifat siklik (satu jenis gerakan yang dilakukan berulang-ulang

seperti lari) atau kecepatan gerak bagian tubuh seperti melakukan pukulan.

Kecepatan yang bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat siklik satu jenis

gerakan yang dilakukan berulang-ulang seperti (lari) atau kecepatan gerak

bagian tubuh seperti (melepar).

Pada fase belajar tingkat pertama siswa telah memiliki kecepatan gerakan.

Apa lagi anak-anak Sekolah Dasar yang sedang dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan. Hal ini juga disebabkan karena siswa selalu aktif berkonfrontasi

dengan lingkungannya. Siswa selalu melompat, berlari dan kejar-kejaran.

Akibatnya siswa memiliki kecepatan yang cukup baik, bagaihmana bila

kecepatan gerakan diarahkan untuk menguasai suatu keterampilan motorik

tertentu yang belum atau masih sedikit dikenal. Maka kecepatan gerakan

mereka belum dapat dimanfaatkan optimal. Oleh karenanya siswa Sekolah

Dasar memiliki kecepatan gerakan tetapi belum dapat memanfaatkan kecepatan

gerakan tersebut untuk menguasai keterampilan motorik tertentu seperti

kecepatan pada lari.

Pada fase belajar siswa telah dapat memanfaaatkan kecepatan gerakan

motorik tertentu. Hal ini merupakan efek dari terjadinya perbaikan-perbaikan ciri-

ciri koordinasi gerakan yang lain, terutama akibat terjadinya perbaikan hubungan

gerakan, irama gerakan dan kelancaran gerakan. Perbaikkan kecepatan gerakan

in juga merupakan efek dari semakin membaiknya kemampuan mengantisipasi

gerakan. Sehingga siswa memiliki kepercayaan dan kepastian diri dalam

melaksanakan gerakan-gerakan yang dituntut. Otot-otot pada tungkai memiliki

peranan yang sangat penting dalam kecepatan untuk memperoleh kecepatan


26

maksimal dalam berlari. Menurut Sigit Muryono (2001:211-215) otot-otot bagian

tungkai bawah terdiri sebagai berikut:

Otot-otot pars libera memberi inferioris pada crus (tungkai bawah):

1. Muskulus tibialis anterior, fungsinya flexi dorsal dan supinasi (aduksi dan

inversi) pedis.

2. Muskulus exstentor digitorium longus, fungsinya extensi phalanx proximal

dari digipedis II-V.

3. Muskulus peroneus terteus,fungsinya flexi dorsal, pronasi pedis.

4. Muskulus extensor hallucis longus, fungsinya extensi phalanx proximal ibu

jari lexi dorsi dan supinasi pedis.

Otot-otot bagian dorsal atau flexor:

1. Muskulus gastrocnemius, fungsinya flexi plantar pedis, flexi tungkai bawah;

membantu supinasi pedis.

2. Muskulus soleus, fungsinya flexi plantar pedis.

3. Muskulus plantaris, fungsinya flexi plantar pedis.

4. Muskulus popliteus, fungsinya flexi tungkai dan endorotasi.

5. Muskulus flexor digitorium longus, fungsinya flexi phalanx ke-2 ibu jari.

6. Muskulus flexor hullucis longus, fungsinya flexi phalanx k-2 ibu jari. Flexi

plantar dan supinasi pedis.

7. Muskulus tibialis posterior, fungsinya supinasi (adduksi dan inversi), dan flexi

plantar kaki.

Otot-otot bagian lateral atau pronator:

1. Muskulus peroneus longus, fungsinya pronasi (aduksi dan inversi), dan flexi

plantar kaki.
27

2. Muskulus peroneus brevesi, fungsinya pronasi (aduksi dan eversi) dan flexi

plantar kaki.

2.1.7.3 Kelincahan (agility)

Kelincahan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang menentukan

dalam penilaian kemampuan dasar gerak motorik kasar. Sebenarnya, komponen

fisik lain seperti kelincahan, kecepatan, dan daya power lengan, kelentukan,

ketepatan, koordinasi dll juga sangat mempengaruhi dalam penilaian

kemampuan gerak dasar motorik pada anak. Karena keterbatasan peneliti maka

peneliti hanya menggunakan tiga komponen yang sekiranya instrumen sudah

didapatkan. Salah satu diantaranya adalah kelincahan.

Kelincahan adalah kemampuan merubah arah tubuh atau bagian-bagian

tubuh dengan cepat dan tepat. Kelincahan adalah kemampuan diri seseorang

untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang

dianggap dan dikehendaki (Ery Pratiknyo Dwikusworo,2009:4). Kelincahan

sangat penting fungsinya untuk meningkatkan gerak motorik kasar pada diri

anak. Dengan kelincahan yang dimiliki, anak dapat melakukan gerakan dasar

motorik kasar. Bahwa orang yang lincah adalah orang yang mempunyai

kemampuan mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat pada waktu sedang

bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.

Salah satu contoh adalah gerakan pada saat bermain permainan tradisional

gobak sodor, pemain diharuskan bergerak secepat mungkin agar tidak tersentuh

lawan, dan begitu pula dalam permainan bentengan, dan kasti agar tubuh tidak

terkena bola lambung dari lawan.

Menurut Suharno (1986:67) kegunaaan kelincahan diantaranya:

a) Untuk koordinasi gerakan-gerakan ganda.


28

b) Mempermudah penguasaan teknik-teknik yang tinggi, gerakan-gerakan yang

efisien , efektif dan ekonomis.

c) Mempermudah orientasi terhadap lawan dan lingkungan.

Bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan antara lain: anthropometri,

tipe tubuh, usia, jenis kelamin, berat badan.

2.2 Kerangka Berfikir

Berdasarkan tinjauan teoritis sebelumnya, maka penulis berasumsi bahwa

latihan olahraga permainan tradisional bentengan, kasti, dan gobak sodor dapat

meningkatkan kemampuan gerak motorik kasar yang meliputi gerakakan lari,

kelincahan, dan power lengan. Keberhasilan dalam suatu latihan akan dapat

diperoleh apabila seseorang benar-benar mengerti dan memahami apa tujuan

dari suatu latihan. Misalnya latihan olahraga tradisonal bentengan, kasti, dan

gobak sodor, pemain di haruskan salah satu menjadi juara dan terbaik, itu semua

adalah contoh dari kesungguhan suatu permainan.

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2006:71).

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan maka penulis ingin merumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1) Ada pengaruh permainan tradisional bentengan terhadap peningkatan

kemampuan gerak motorik kasar pada siswa putra sekolah dasar.

2) Ada pengaruh permainan tradisional kasti terhadap peningkatan kemampuan

gerak motorik kasar pada siswa putra sekolah dasar.

3) Ada pengaruh permainan tradisional gobak sodor terhadap peningkatan

kemampuan gerak motorik kasar pada siswa putra sekolah dasar.


BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu penelitian, khusus di bidang ilmu pengetahuan pada umumnya untuk

menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Menemukan berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau

kekurangan. Mengembangkan artinya memperluas atau menggali lebih dalam

apa yang sudah ada, sedangkan menguji kebenarannya dilakukan jika apa yang

sudah ada masih diragukan kebenarannya (Sutrisno Hadi, 1994:3).

Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha-

usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu

pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode

ilmiah. Pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk

penelitian disebut metode penelitian (Sutrisno Hadi, 1994:4).

Metode penelitian sebagaimana kita kenal sekarang memberikan garis-garis

yang sangat cermat dan mengajukan syarat–syarat yang keras. Maksudnya

adalah menjaga agar pengetahuan yag dicapai dari suatu penelitian dapat

mempunyai harga ilmiah yang setingggi–tingginya (Sutrisno Hadi, 1994:4).

Dalam penelitian akan diuraikan beberapa hal tentang metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu:

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini eksperimen lapangan

dan rancangan, penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian

kuantitatif. Penelitian yang digunakan adalah “Pre-test and Post-test Group

Design” yang secara skematis digambarkan sebagi berikut:

29
30

Sampel Pretest Treatment postest

3.2 Variabel Penelitian

Suharsami Arikunto (2010:164), memahami variabel dan kemampuan

menganalisa atau mengidentifikasikan setiap variabel menjadi variabel menjadi

fariabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap

peneliti. Mengidentifikasikan variabel dan sub-variabel ini tidak mudah, maka

variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1) Variabel Bebas

Yang merupakan variabel bebas : permainan tradisional.

a. Permainan tradisional Bentengan

b. Permainan tradisional Kasti

c. Permainan tradisional Gobak Sodor

2) Variabel terikat

Variabel terikat : kemampuan gerak motorik kasar.

3.3 Populasi, sampel dan teknik penarikan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki yang berjumlah

12 orang, kelas lima Sekolah Dasar Negeri 1 Padas Karanganom Klaten.

Suharsimi Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Adapun sifat yang sama dalam penelitian adalah sebagai

berikut 1) populasi masih dalam tahap belajar 2) kelas lima 3) siswa laki-laki.
31

3.3.2 Sampel

Suharsami Arikunto (2002), dalam buku Eri Praktiknyo (2003:40)

menjelaskan sampel adalah sebagai individu yang diselidiki. Sampel juga harus

mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun sifat

pengkhususan. Hal ini tergantung juga pada:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

b. Sempit dan luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek

c. Besar resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya

besar, tentu saja jika sempel besar, dan hasilnya akan lebih baik.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 12 siswa putra Sekolah Dasar Negeri 1

Padas, Karanganom, Klaten.

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling,

mengingat jumlah populasi sebanyak 12 siswa putra kelas lima maka sampel

dalam penelitian ini adalah semua populasi pada siswa putra kelas lima Sekolah

Dasar Negeri 1 Padas yang berjumlah 12 orang, dengan alasan agar sampel

homogen maka sampel yang digunakan siswa putra.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah tes medicine ball untuk mengukur daya (power)

otot lengan bahu, tes lari 30 meter untuk mengukur kecepatan lari,dan tes lari

bolak-balik 4x5 meter yang digunakan untuk mengukur kelincahan.

3.4.1. Tes medicine ball (bola beban)

Mengukur daya (power) menggunakan tes medicine ball (bola beban), tes ini

mengacu pada instrument tes dari (Eri Pratiknyo Dwikusworo 2009:56). Tes ini

bertujuan untuk mengukur daya (power) otot lengan dan bahu. Tes ini
32

diperuntukan bagi siswa Sekolah Dasar, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama,

Sekolah Tingkat Menengah Atas, Perguruan Tinggi, Atlet. Realibilitas alat r =

0,81 untuk putri perguruan tinggi dan 0,84 untuk putra perguruan tinggi, dan

validitasnya r = 0,77. Alat dan perlengkapan terdiri dari bola madicine berat

2,688 kilogram (6 lb), lapangan, meteran, kursi, dan tali.

Petunjuk Pelaksanaan

Testee duduk di kursi, kepala menghadap ke depan dan tegak, tangan

memegang bola berbeban dengan kedua tangan di depan dada, kemudian tolak

atau dorong sekuat-kuatnya ke depan. Penilaian: Jarak jatuhnya bola yang

diukur dari tepi kursi atau dekat kaki sampai jatuhnya bola. Jarak terbaik yang

dipakai dari 3 kali percobaan.

Gambar 3.2 Pelaksanaan Tes Bola Beban


(Eri Pratiknyo Dwikusworo, 2000 : 57)

3.4.2. Tes lari 30 meter

Tes yang digunakan adalah lari 30 meter, Tes lari 30 meter bertujuan untuk

mengukur kecepatan lari menempuh jarak 30 meter. Alat dan perlengkapan yang

dibutuhkan antara lain lintasan lari dengan lebar 1,22 cm dan panjang minimal 40

m, stop watch, dan bendera start.

Petunjuk pelaksanaan
33

Pada aba-aba “siap” testee siap lari dengan start berdiri, setelah aba-aba

“ya”, testee lari secepat-cepatnya menempuh jarak 30 m sampai melewati garis

finish. Penilaian waktu tempuh lari sejauh 30 m, hasilnya dihitung sampai dengan

0,1 detik dan atau sepersepuluh detik (Eri Pratiknyo Dwikusworo, 2009:73).

3.4.3. Tes lari bolak-balik 4 x 5 meter

Tes yang digunakan adalah lari tes lari bolak-balik 4 x 5 meter, tes ini

mengacu pada instrument tes dari (Eri Pratiknyo Dwikusworo 2009:82). Tujuan

dari tes lari bolak – balik 4 x 5 meter bertujuan untuk mengukur kelincahan

seseorang mengubah posisi atau arah. Alat dan perlengkapan yang dibutuhkan

antara lain stop watch, lintasan lari, 4 buah bendera kecil, meteran. Tes ini

diperuntukan bagi siswa Sekolah Dasar, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama,

Sekolah Tingkat Menengah Atas, Perguruan Tinggi, Atlet.

Petunjuk Pelaksanaan

Pada aba-aba “bersedia”, testee berdiri dibelakang garis start (pertama).

Pada aba-aba “ya” ,testee dengan start berdiri lari menuju garis ke 2 segera

kembali ke garis start (pertama), lari dari garis start menuju garis ke 2 dan

kembali ke garis start, dihitung 1 kali. Jarak garis start sampai garis ke garis ke 2

sejauh 5 meter. Lakukan tes tersebut 4 kali, sehingga jarak lari 40 m.

Penilaian: Waktu tempuh 4 kali tes, dihitung sampai 0,1 detik atau 0,01 detik.
34

Gambar 3.1 Lintasan Tes Lari Bolak Balik 5 m


(Eri Pratiknyo Dwikusworo, 2000 : 83)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Faktor penting dalam penelitian yang berhubungan dengan data adalah

disimpulkan. Jenis data yang dibutuhkan tergantung dari tujuan penelitian itu

sendiri. Jenis data dalam penelitian ini di bagi dua bagian, yaitu data yang dapat

di ukur secara langsung dan data yang tidak dapat di ukur secara langsung.

Seperti dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1986:19), menyatakan jenis data yang

dapat diukur dan dihitung secara langsung adalah data kuantitatif, sedangkan

data yang tidak dapat dihitung secara langsung termasuk jenis data kualitatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen,

yaitu metode yang diberikan atau digunakan untuk suatu gejala yang disebut

latihan atau percobaan, hubungan sebab akibat latihan akan terlihat dari

pengaruh latihan tersebut. Dasar dari penggunaan eksperimen adalah kegiatan

yang meliputi tes awal, laihan–latihan, dan tes akhir.


35

Pola yang digunakan adalah “matched by subyek”. Data yang diambil dari

hasil tes pengaruh olahraga tradisional bentengan, kasti, dan gobak sodor

terhadap peningkatan kemampuan gerak motorik kasar.

3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini adalah:

1) Faktor Kesungguhan

Faktor kesunggguhan dalam pelaksanaan penelitian dari masing-masing

sampel tidak sama, untuk itu penulis dalam pelaksaan tes selalu mengawasi dan

mengontrol setiap aktivitas yang dilakukan dengan melibatkan tim peneliti untuk

mengarahkan kegiatan sampel pada tujuan yang akan dicapai.

2) Faktor Penggunaan Alat

Didalam penelitian ini penulis menggunakan alat-alat yang telah disediakan,

dengan harapan dapat memperlancar jalannya penelitian. Sebelum sampel diberi

perlakuan, terlebih dahulu penulis memberikan informasi dan contoh

penggunaan alat-alat tersebut sehingga didalam pelaksanaan penelitian tidak

terdapat kesalahan.

3) Faktor Pemberian Materi

Pemberian materi dalam pelaksanaan tes mempunyai peran yang besar

dalam pencapaian hasil yang optimal. Usaha yang ditempuh agar penyampaian

materi tes dapat diterima seluruh sampel dengan jelas, sebelum pelaksanaan

tes, secara klasikal diberi petunjuk penggunaan alat tes dan contoh yang benar

penggunaan masing-masing alat tes tersebut.

4) Faktor Kemampuan sampel

Masing-masing sampel memiliki kemampuan dasar yang berbeda, baik

dalam penerimaan materi secara lisan maupun kemampuan dalam penggunaan


36

alat tes. Untuk itu penulis selain memberikan informasi secara klasikal, secara

individu penulis berusaha memberikan koreksi agar tes yang digunakan benar-

benar baik.

5) Faktor Kegiatan Sampel Diluar Penelitian

Tujuan utama pelaksanaan penelitian ini adalah memperoleh data-data

seakurat mungkin. Untuk menghindari adanya kegiatan sampel diluar penelitian

yang bisa menghambat proses pengambilan data, penulis berusaha pengatasi

dengan memilih waktu pada jam pelajaran olahraga dan sore hari waktu

ekstrakulikuler.

3.7 Teknik Analisa Data

Metode analisa data adalah dengan cara yang digunakan adalah mengolah

data dari hasil pengumpulan data. Untuk menentukan teknik analisa data harus

disesuaikan dengan masalah, desain eksperimen dan jenis data yang diperoleh.

Teknik analisa data hasil penelitian ini menggunakan analisa statistika

deskriptif.penelitian ini datanya bersifat data ratio maka alat uji statistikanya ialah

statistik parametrik. Uji statistik parametriknya menggunakan uji t (t test).

Rumus:


Keterangan:

Md : Mean Differences

∑ d² : Jumlah kuadrat antar deviasi perbedaan dengan mean differences

N : Subjek pada sampel

(Sutrisno Hadi, 2000:455)


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan maka beberapa simpulan yang

dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

Ada pengaruh permainan tradisional bentengan, kasti, dan gobak sodor terhadap

peningkatan gerak motorik kasar berupa daya power, lari, dan kelincahan pada

siswa putra Sekolah Dasar kelas lima.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti berikan antara lain:

1. Bagi siswa jika ingin memiliki kemampuan lebih dalam hal motorik kasar

seperti kekuatan daya power lengan, lari, dan kelincahan. Bisa

melakukan permainan tradisional minimal dalam seminggu dilakukan 3

kali dalam seminggu saat memiliki waktu luang saat jam luar sekolah atau

pun saat olahraga disekolah dan lakukan olahraga lain yang berhubungan

dengan bagian tubuh yang akan dilatih, agar tubuh terampil dalam semua

gerakan.

2. Bagi guru perlu untuk melatih atau pun memberikan pelajaran permainan

tradisional agar siswa memiliki kebugaran tubuh, selain melatih tubuh

agar lebih bugar dan sehat disisi lain olahraga tradisional memiliki nilai

budaya, salah satunya melestarikan kebudayaan Indonesia, permainan

tradisional yang mulai ditinggalkan.

48
49

3. Untuk peneliti yang lain ingin meneliti permainan tradisional, sebaiknya

juga meneliti dan menggangkat permainan tradisional daerah masing-

masing agar lebih terkenal dimata masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad Allatief Ardiwinata, Suherman dan Marta Dinata. 2006. Olahraga


Tradisional. Tangerang: CV. Cerdas Jaya.
Ajun Khamdani. 2010. Olahraga Tradisional Indonesia. Singkawang: PT. Maraga
Borneo Tarigas.
Amung Ma’mun dan Yudha M Saputra. 2000. Perkembangan Gerak Dan Belajar
Gerak. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Direktorat Jendral
Pendidikan.
Bambang Laksono, dkk. 2012. Kumpulan Permainan Rakyat Olahraga
Tradisional. Jakarta: Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik
Indonesia.
Dilanisa. 2011. Mengenal Permainan Tradisional. Bandung: Mawar Putra
Perdana.
Elizabeth B. Hurlock. 2009. Perkembangan Anak. Edisi keenam. Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pertama.
Eri Pratiknyo Dwikusworo. 2009. Tes Pengukuran dan Evaluasi Olahraga.
Semarang: Wida Karya.
Eri Pratiknyo Dwikusworo dan Erni Suharni. 2003. Metodologi Penelitian.
Universitas Negeri Semarang.
Hestty P. Utami. 2008. Permainan Kasti dan Sejenisnya.Ganecs Exact.
Phil.Kiram Yanuar. 1992. Belajar Motorik. Jakarta Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Santrock John W. 2007. Child Development, eleventh edition. Edisi Kesebelas.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pertama.

Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Aisyah, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini Edisi Pertama. Jakarta. Universitas Terbuka.
Sigit Muryono.2001. Anatomi Fungsional – Sistem Lokomosi. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro.
Sugiyono. 2003. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Desertasi. Bandung:
Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi X.Jakarta: PT Rineka


Cipta.
Sukirman Dharmamulya, Sumintrasih, dan Heddy S. 2010. Permainan
Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press Puri Arsita.
Sutrisno Hadi. 2001. Metode Research Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit Andi.
2001. Metode Research Jilid 4. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Yandianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S

50
51

LAMPIRAN-LAMPIRAN
52

Lampiran 1

Salinan Surat Keputusan Dekan Mengenai Penetapan Pembimbing Skripsi


53

Lampiran 2

Salinan Surat Usulan Pembimbing


54

Lampiran 3

Salinan Surat Ijin Penelitian


55

Lampiran 4
Salinan Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian
56

Lampiran 5

Data Siswa Putra SDN 1 Padas 2014 – 2015

NO NAMA LAHIR ALAMAT

INDUK Tanggal Tempa


t
1. 1975 Taufik Maulana .S 31-05-2003 Klaten Tawang, Padas
2. 1982 Adev Yuditia .R 29-10-2003 Klaten Karangpoh, Padas
3. 1984 Anang Maulana 10-05-2004 Klaten Karangpoh, Padas
4. 1985 David Yundha .P 05-03-2003 Klaten Jlopo, Padas
5. 1987 Hanzalah 15-10-2003 Klaten Karangpoh, Padas
6. 1989 Irfan Ari Prabowo 28-01-2005 Klaten Padas, Padas
7. 1990 Kurni Cahya .A 06-11-2003 Klaten Karangpoh, Padas
8. 1997 Ricky Irwan 25-03-2003 Klaten Karangpoh, Padas
9. 2004 Rangga Pradana .R 19-03-2003 Klaten Karangpoh, Padas
10. 2095 Akif Nur .R 18-09-2004 Klaten Tawang, Padas
11. 2097 Krisna Tri Yulianto 23-07-2004 Klaten Jlopo, Padas
12. 2099 Ricky Bagus .K 29-07-2004 Klaten Babadan,Karanganom
57

Lampiran 6

TES DAYA (POWER) TES MEDICINE BALL (BOLA BEBAN)


PRETEST

NO NAMA TES I TES II TES III


1 Taufiq Maulana SPTW 2,5 2,5 2,4
2 Adev Yuditya R 1,4 1,4 1,2
3 Anang Maulana 2,3 2,4 2,4
4 David Yundha P 1,8 2 2,1
5 Hanzalah 1,5 1,4 1,4
6 Irfan Ari Prabowo 1,3 1,4 1,4
7 Kurnia Cahya Aditama 1,4 1,5 1,5
8 Ricky Irawan 1,6 1,7 1,7
9 Rangga Pradana R N 1,8 2,1 2
10 Akif Nur Fauzan 1,8 1,7 1,6
11 Krisna Tri Yulianto 1,5 1,3 1,4
12 Ricky Bagus K 1,3 1,2 1,4

TES DAYA (POWER) TES MEDICINE BALL (BOLA BEBAN)


POSTEST
NO NAMA TES I TES II TES III
1 Taufiq Maulana SPTW 2 2,3 2,8
2 Adev Yuditya R 1,3 1,2 1,6
3 Anang Maulana 2,3 2,1 2
4 David Yundha P 1,7 1,5 1,7
5 Hanzalah 1,9 2 1,8
6 Irfan Ari Prabowo 1,5 1,5 1,6
7 Kurnia Cahya Aditama 1,7 1,6 1,8
8 Ricky Irawan 2,1 1,6 1,9
9 Rangga Pradana R N 1,9 1,6 2,2
10 Akif Nur Fauzan 1,9 2,1 2
11 Krisna Tri Yulianto 1,9 2 1,9
12 Ricky Bagus K 2,2 1,6 1,7
58

Lampiran 7

TES LARI 30 METER

NO NAMA PRETEST POSTEST


1 Taufiq Maulana SPTW 5,62 5,57
2 Adev Yuditya R 6,12 6,03
3 Anang Maulana 7,74 7,71
4 David Yundha P 5,47 5,17
5 Hanzalah 6,71 6,7
6 Irfan Ari Prabowo 5,85 5,67
7 Kurnia Cahya Aditama 5,98 5,53
8 Ricky Irawan 5,22 5,13
9 Rangga Pradana R N 5,4 5,17
10 Akif Nur Fauzan 5,71 5,26
11 Krisna Tri Yulianto 6,57 6,25
12 Ricky Bagus K 7,51 7,38

TES KELINCAHAN LARI BOLAK BALIK 4x5 Meter

NO NAMA PRETEST POSTEST


1 Taufiq Maulana SPTW 16,15 14,46
2 Adev Yuditya R 18,2 16,38
3 Anang Maulana 18,49 17,5
4 David Yundha P 14,49 14,31
5 Hanzalah 17,74 16,29
6 Irfan Ari Prabowo 16,2 15,3
7 Kurnia Cahya Aditama 16,69 14,31
8 Ricky Irawan 13,95 13,36
9 Rangga Pradana R N 14,17 13,63
10 Akif Nur Fauzan 13,86 13,5
11 Krisna Tri Yulianto 17,46 16,42
12 Ricky Bagus K 20,88 19,44
59

Lampiran 8

UJI NORMALITAS DATA HASIL PRE TEST MEDICINE TEST

Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal

Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ini digunakan Liliefors test dengan kriteria:
Ho diterima apabila Lo < L kritik

|F(Zi) -
No Kode Xi Zi Z tabel F (Zi) S (Zi) S(Zi)|
1 R-06 1,40 -0,96 0,3327 0,1673 0,2500 0,0827
2 R-12 1,40 -0,96 0,3327 0,1673 0,2500 0,0827
3 R-05 1,40 -0,96 0,3327 0,1673 0,2500 0,0827
4 R-07 1,50 -0,71 0,2621 0,2379 0,4167 0,1788
5 R-11 1,50 -0,71 0,2621 0,2379 0,4167 0,1788
6 R-02 1,60 -0,46 0,1777 0,3223 0,5000 0,1777
7 R-08 1,70 -0,21 0,0831 0,4169 0,5833 0,1664
8 R-10 1,80 0,04 0,0167 0,5167 0,6667 0,1499
9 R-04 2,10 0,80 0,2873 0,7873 0,8333 0,0461
10 R-09 2,10 0,80 0,2873 0,7873 0,8333 0,0461
11 R-03 2,40 1,55 0,4397 0,9397 0,9167 0,0230
12
R-01 2,50 1,80 0,4644 0,9644 1,0000 0,0356

 = 21,4 Lo = 0,1788

x = 1,78333 L5%(12) = 0,242


2
s = 0,1579
s = 0,40

Kesimpulan
Karena Lo < L kritik, maka data berdistribusi normal
60

Lampiran 9

UJI NORMALITAS DATA HASIL POST TEST MEDICINE BALL

Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal

Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ini digunakan Liliefors test dengan kriteria:
Ho diterima apabila Lo < L kritik

No Kode Xi Zi Z tabel F (Zi) S (Zi) |F(Zi) -S(Zi)|


1 R-02 1,60 -1,28 0,3992 0,1008 0,1667 0,0659
2 R-06 1,60 -1,28 0,3992 0,1008 0,1667 0,0659
3 R-04 1,70 -0,98 0,3370 0,1630 0,2500 0,0870
4 R-07 1,80 -0,69 0,2542 0,2458 0,3333 0,0875
5 R-05 2,00 -0,10 0,0391 0,4609 0,5000 0,0391
6 R-11 2,00 -0,10 0,0391 0,4609 0,5000 0,0391
7 R-08 2,10 0,20 0,0779 0,5779 0,6667 0,0888
8 R-10 2,10 0,20 0,0779 0,5779 0,6667 0,0888
9 R-09 2,20 0,49 0,1883 0,6883 0,8333 0,1450
10 R-12 2,20 0,49 0,1883 0,6883 0,8333 0,1450
11 R-03 2,30 0,79 0,2840 0,7840 0,9167 0,1326
12
R-01 2,80 2,26 0,4881 0,9881 1,0000 0,0119

 = 24,4 Lo = 0,1450
2,0333 L5%(12
X = 3 ) = 0,242
2
s = 0,1152
S = 0,34

Kesimpulan
Karena Lo < L kritik, maka data berdistribusi normal
61

Lampiran 10

UJI NORMALITAS DATA HASIL PRE TEST LARI 30 METER

Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal

Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ini digunakan Liliefors test dengan kriteria:
Ho diterima apabila Lo < L
kritik

No Kode Xi Zi Z tabel F (Zi) S (Zi) |F(Zi) -S(Zi)|


1 R-08 5,22 -1,15 0,3745 0,1255 0,0833 0,0422
2 R-09 5,40 -0,93 0,3232 0,1768 0,1667 0,0101
3 R-04 5,47 -0,84 0,3001 0,1999 0,2500 0,0501
4 R-01 5,62 -0,66 0,2449 0,2551 0,3333 0,0782
5 R-10 5,71 -0,55 0,2083 0,2917 0,4167 0,1250
6 R-06 5,85 -0,38 0,1470 0,3530 0,5000 0,1470
7 R-07 5,98 -0,22 0,0863 0,4137 0,5833 0,1697
8 R-02 6,12 -0,05 0,0187 0,4813 0,6667 0,1854
9 R-11 6,57 0,50 0,1927 0,6927 0,7500 0,0573
10 R-05 6,71 0,67 0,2501 0,7501 0,8333 0,0832
11 R-12 7,51 1,65 0,4509 0,9509 0,9167 0,0342
12
R-03 7,74 1,93 0,4735 0,9735 1,0000 0,0265

 = 73,9 Lo = 0,1854

x = 6,15833 L5%(12) = 0,242


2
s = 0,6683
s = 0,82

Kesimpulan
Karena Lo < L kritik, maka data berdistribusi normal
62

Lampiran 11

UJI NORMALITAS DATA HASIL POST TEST LARI 30 METER

Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal

Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ini digunakan Liliefors test
dengan kriteria:
Ho diterima apabila Lo < L kritik

No Kode Xi Zi Z tabel F (Zi) S (Zi) |F(Zi) -S(Zi)|


1 R-08 5,13 -0,95 0,3278 0,1722 0,0833 0,0889
2 R-04 5,17 -0,90 0,3160 0,1840 0,2500 0,0660
3 R-09 5,17 -0,90 0,3160 0,1840 0,2500 0,0660
4 R-10 5,26 -0,80 0,2876 0,2124 0,3333 0,1209
5 R-07 5,53 -0,49 0,1887 0,3113 0,4167 0,1053
6 R-01 5,57 -0,45 0,1725 0,3275 0,5000 0,1725
7 R-06 5,67 -0,33 0,1306 0,3694 0,5833 0,2139
8 R-02 6,03 0,07 0,0297 0,5297 0,6667 0,1369
9 R-11 6,25 0,32 0,1270 0,6270 0,7500 0,1230
10 R-05 6,70 0,83 0,2979 0,7979 0,8333 0,0355
11 R-12 7,38 1,60 0,4457 0,9457 0,9167 0,0290
12
R-03 7,71 1,98 0,4761 0,9761 1,0000 0,0239

 = 71,57 Lo = 0,2139

X = 5,96417 L5%(12) = 0,242


2
s = 0,7785
S = 0,88

Kesimpulan
Karena Lo < L kritik, maka data berdistribusi normal
63

Lampiran 12

UJI NORMALITAS DATA HASIL PRE TEST KELINCAHAN

Hipotesis
Data berdistribusi
Ho : normal
Data tidak berdistribusi
Ha : normal

Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ini digunakan Liliefors test dengan kriteria:
Ho diterima apabila Lo < L
kritik

No Kode Xi Zi Z tabel F (Zi) S (Zi) |F(Zi) -S(Zi)|


1 R-10 13,86 -1,23 0,3904 0,1096 0,0833 0,0262
2 R-08 13,95 -1,19 0,3824 0,1176 0,1667 0,0491
3 R-09 14,17 -1,09 0,3612 0,1388 0,2500 0,1112
4 R-04 14,49 -0,94 0,3259 0,1741 0,3333 0,1592
5 R-01 16,15 -0,17 0,0684 0,4316 0,4167 0,0150
6 R-06 16,20 -0,15 0,0593 0,4407 0,5000 0,0593
7 R-07 16,69 0,08 0,0306 0,5306 0,5833 0,0527
8 R-11 17,46 0,43 0,1672 0,6672 0,6667 0,0005
9 R-05 17,74 0,56 0,2127 0,7127 0,7500 0,0373
10 R-02 18,20 0,77 0,2804 0,7804 0,8333 0,0529
11 R-03 18,49 0,91 0,3179 0,8179 0,9167 0,0988
12 R-12 20,88 2,01 0,4778 0,9778 1,0000 0,0222

 = 198,28 Lo = 0,1592

X = 16,5233 L5%(12) = 0,242


2
s = 4,6979
S = 2,17
Kesimpulan
Karena Lo < L kritik, maka data berdistribusi normal
64

Lampiran 13

UJI NORMALITAS DATA HASIL POST TEST KELINCAHAN

Hipotesis
Data berdistribusi
Ho : normal
Data tidak berdistribusi
Ha : normal

Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ini digunakan Liliefors test dengan
kriteria:
Ho diterima apabila Lo < L kritik

No Kode Xi Zi Z tabel F (Zi) S (Zi) |F(Zi) -S(Zi)|


1 R-08 13,36 -1,11 0,3657 0,1343 0,0833 0,0509
2 R-10 13,50 -1,03 0,3487 0,1513 0,1667 0,0154
3 R-09 13,63 -0,96 0,3316 0,1684 0,2500 0,0816
4 R-04 14,31 -0,59 0,2235 0,2765 0,4167 0,1402
5 R-07 14,31 -0,59 0,2235 0,2765 0,4167 0,1402
6 R-01 14,46 -0,51 0,1958 0,3042 0,5000 0,1958
7 R-06 15,30 -0,06 0,0233 0,4767 0,5833 0,1067
8 R-05 16,29 0,48 0,1831 0,6831 0,6667 0,0164
9 R-02 16,38 0,52 0,2002 0,7002 0,7500 0,0498
10 R-11 16,42 0,55 0,2076 0,7076 0,8333 0,1257
11 R-03 17,50 1,13 0,3707 0,8707 0,9167 0,0459
12 R-12 19,44 2,18 0,4853 0,9853 1,0000 0,0147

 = 184,9 Lo = 0,1958
L5%
X = 15,4083 (12) = 0,242
2
s = 3,4271
S = 1,85
Kesimpulan
Karena Lo < L kritik, maka data berdistribusi normal
65

Lampiran 14

Tabel
Perhitungan Statistika
Terhadap Hasil Pre-Test dan Post Test Medicine Ball

Hipotesis
Ho :  < 
Ha :  > 


Uji Hipotesis 
 tersebut digunakan rumus:
Untuk menguji hipotesis

 
 
 
 
 apabila
Ho diterima t < t(1-1/2)(n1+n2-2)

 
No Resp Xe1 Xe2 D d d2

1 R-01 2,50 2,80 -0,30 -0,05 0,0025


2 R-02 1,60 1,60 0,00 0,25 0,0625
3 R-03 2,40 2,30 0,10 0,35 0,1225
4 R-04 2,10 1,70 0,40 0,65 0,4225
5 R-05 1,40 2,00 -0,60 -0,35 0,1225
6 R-06 1,40 1,60 -0,20 0,05 0,0025
7 R-07 1,50 1,80 -0,30 -0,05 0,0025
8 R-08 1,70 2,10 -0,40 -0,15 0,0225
9 R-09 2,10 2,20 -0,10 0,15 0,0225
10 R-10 1,80 2,10 -0,30 -0,05 0,0025
11 R-11 1,50 2,00 -0,50 -0,25 0,0625
12 R-12 1,40 2,20 -0,80 -0,55 0,3025
Jumlah 21,40 24,40 -3,00 0,00 1,1500
Rata-rata 1,78 2,03 -0,25

D -3,00
MD = = = -0,25
N 12
t = = 2,68
66

-0,25

1,1500
12 12 1

Pada  = 5% dengan db = 16 -1 = 15 diperoleh t(0.95)(15) = 2,201

Daerah
penerimaan Ho

-2,20 2,2 2,68

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan hasil pre test dan post-test pada hasil Medicine Ball
67

Lampiran 15

Tabel
Perhitungan Statistika
Terhadap Hasil Pre-Test dan Post Test Lari 30 Meter

Hipotesis
Ho :  < 
Ha :  > 


Uji Hipotesis 
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

 
 
 
 
Ho diterima apabila t < t(1-1/2)(n1+n2-2)

 
No Resp Xe1 Xe2 D d d2

1 R-01 5,62 5,57 0,05 -0,14 0,0208


2 R-02 6,12 6,03 0,09 -0,10 0,0109
3 R-03 7,74 7,71 0,03 -0,16 0,0270
4 R-04 5,47 5,17 0,30 0,11 0,0112
5 R-05 6,71 6,70 0,01 -0,18 0,0339
6 R-06 5,85 5,67 0,18 -0,01 0,0002
7 R-07 5,98 5,53 0,45 0,26 0,0655
8 R-08 5,22 5,13 0,09 -0,10 0,0109
9 R-09 5,40 5,17 0,23 0,04 0,0013
10 R-10 5,71 5,26 0,45 0,26 0,0655
11 R-11 6,57 6,25 0,32 0,13 0,0158
12 R-12 7,51 7,38 0,13 -0,06 0,0041
Jumlah 73,90 71,57 2,33 0,00 0,2669
Rata-rata 6,16 5,96 0,19

D 2,33
MD = = = 0,19
N 12
t = = 4,32
68

0,19

0,2669
1
2 12 1

Pada  = 5% dengan db = 12 -1 = 11 diperoleh t(0.95)(11) = 2,2

Daerah
penerimaan Ho

-2,20 2,2 4,32

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan hasil pre test dan post-test pada lari 30 meter
69

Lampiran 16

Tabel
Perhitungan Statistika
Terhadap Hasil Pre-Test dan Post Test Kelincahan

Hipotesis
Ho :  < 
Ha :  > 


Uji Hipotesis 
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

 
 
 
 
Ho diterima apabila t < t(1-1/2)(n1+n2-2)

 
No Resp Xe1 Xe2 D d d2

1 R-01 16,15 14,46 1,69 0,57 0,3306


2 R-02 18,20 16,38 1,82 0,71 0,4970
3 R-03 18,49 17,50 0,99 -0,13 0,0156
4 R-04 14,49 14,31 0,18 -0,93 0,8742
5 R-05 17,74 16,29 1,45 0,34 0,1122
6 R-06 16,20 15,30 0,90 -0,22 0,0462
7 R-07 16,69 14,31 2,38 1,27 1,6002
8 R-08 13,95 13,36 0,59 -0,52 0,2756
9 R-09 14,17 13,63 0,54 -0,58 0,3306
10 R-10 13,86 13,50 0,36 -0,76 0,5700
11 R-11 17,46 16,42 1,04 -0,08 0,0056
12 R-12 20,88 19,44 1,44 0,32 0,1056
Jumlah 198,28 184,90 13,38 0,00 4,7637
Rata-rata 16,52 15,41 1,12

D 13,38
MD = = = 1,12
N 12
t = = 5,87
70

1,12

4,7637
1
2 12 1

Pada  = 5% dengan db = 12 -1 = 11 diperoleh t(0.95)(11) = 2,2

Daerah
penerimaan Ho

-2,20 2,2 5,87

Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan hasil pre test dan post-test pada test kelincahan
71

Lampiran 17

Jadwal Latihan

Program Latihan Olahraga Permainan Tradisional Bentengan, Kasti, dan Gobak


Sodor:

Pelaksanaan:

Latihan Hari: Senin jam 13.00

Rabu jam 13.00

Jumat jam 07.00

NO. Pertemuan dan Waktu KEGIATAN


1. 1. (Jumat, 12 September 2014) PRETEST:
Pukul 07.00 – 09.00 1. Lempar
Bola
Medicine.
2. Lari 30
Meter.
3. Lari
Kelincahan
4x5 Meter.
2. 2. (Senin, 15 September 2014) -Kasti
Pukul 13.00 – 15.00

3. (Rabu, 17 September 2014) -Gobak Sodor


Pukul 15.00 – 17.00

4. (Jumat, 19 September 2014) -Bentengan


Pukul 07.00 – 09.00

3. 4. (Senin, 22 September 2014) -Kasti


Pukul 13.00 – 15.00

5. (Rabu, 24 September 2014) -Gobak Sodor


Pukul 15.00 – 17.00

6. (Jumat, 26 September 2014) -Bentengan


Pukul 07.00 – 09.00

4. 7. (Senin, 29 September 2014) -Kasti


72

Pukul 13.00 – 15.00

8. (Rabu, 1 Oktober 2014) -Gobak Sodor


Pukul 15.00 – 17.00

9. (Jumat, 03 Oktober 2014) -Bentengan


Pukul 07.00 – 09.00

5. 10. (Senin, 06 Oktober 2014) -Kasti


Pukul 13.00 – 15.00

11. (Rabu, 08 Oktober 2014) -Gobak Sodor


Pukul 15.00 – 17.00

12. (Jumat, 10 Oktober 2014) -Bentengan


Pukul 07.00 – 09.00

6. 13. (Senin, 13 Oktober 2014) -Kasti


Pukul 13.00 – 15.00

14. (Rabu, 15 Oktober 2014) -Gobak Sodor


Pukul 15.00 – 17.00

15. (Jumat, 17 Oktober 2014) -Bentengan


Pukul 07.00 – 09.00

7. 16. (Senin, 20 Oktober 2014) -Kasti


Pukul 13.00 – 15.00

17. (Rabu, 22 Oktober 2014) -Gobak Sodor


Pukul 15.00 – 17.00

8. 18. (Jumat, 24 Oktober 2014) POSTEST:


Pukul 07.00 – 09.00 1. Lempar
Bola
Medicine.
2. Lari 30
Meter.
3. Lari
Kelincahan
4x5 Meter.
73

Lampiran 18

DOKUMENTASI PENELITIAN

Penjelasan Materi Penelitian


74

Olahraga Permainan Tradisional Bentengan

Olahraga Permainan Tradisional Kasti


75

Olahraga Permainan Tradisional Gobag Sodor

Lempar Bola Medicine


76

Lari 30 Meter

Lari Kelincahan 4x5 Meter


77

Bola Medicine

Sampel Berjumlah 12 Anak

Anda mungkin juga menyukai