!!!tesis Persepsi Siswa SMP Tentang PHBS Dalam Sekolah PDF
!!!tesis Persepsi Siswa SMP Tentang PHBS Dalam Sekolah PDF
!!!tesis Persepsi Siswa SMP Tentang PHBS Dalam Sekolah PDF
TESIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Keperawatan
Puji syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Persepsi Siswa SMP
dalam Penerapan PHBS Tatanan Sekolah di Kelurahan Tugu dan Pasir Gunung
Selatan Kota Depok”. Penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Magister Keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyampaikan terima kasih kepada kedua pembimbing:
1. Dra. Junaiti Sahar, SKp., M.App.Sc., Ph.D sebagai pembimbing I dan Wakil
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2. Ns. Henny Permatasari, SKp., M.Kep.,Sp.Kom sebagai Pembimbing II
Keduanya telah mencurahkan waktu dalam memberikan perhatian, ide,
bimbingan, dan motivasi selama penyusunan tesis ini. Bimbingan beliau berdua
membuat saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak tesis ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dewi Irawaty, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
2. Astuti Yuni Nursasi, MN sebagai Ketua Program Magister Ilmu Keperawatan
dan Spesialis Keperawatan FIK UI
3. Sigit Mulyono, MN sebagai penguji seminar proposal, ujian hasil dan sidang
tesis yang telah banyak memberikan saran dan arahan demi kesempurnaan
tesis saya
4. Wiwin Wiarsih, MN sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan
motivasi kepada peneliti selama menjadi mahasiswa di Program Magister Ilmu
Keperawatan FIK UI
5. Orang tua tercinta yang selalu mendukung, memberi semangat dan
mendoakan agar proses penyusunan tesis ini berjalan lancar
6. Dinas Kesehatan Kota Depok Subdin Promosi Kesehatan
Saya menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan masukan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tesis
ini. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah-Nya atas
segala kebaikan yang telah diberikan.
Penulis
vi
Usia siswa SMP berada pada tahap perkembangan remaja yang berisiko
mengalami masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran
persepsi siswa SMP dalam menerapkan PHBS di sekolah. Pendekatan
fenomenologi deskriptif digunakan dalam penelitian. Enam tema yang
teridentifikasi yaitu perilaku mendukung penerapan PHBS, kurang peduli
terhadap penerapan PHBS, penerapan prinsip dasar PHBS, faktor penghambat
pembentukan PHBS, faktor pendukung pembentukan PHBS, dan harapan siswa
dan guru untuk terlaksananya PHBS. Pembinaan guru UKS, pendidikan kesehatan
kepada guru sekolah, integrasi PHBS dalam kurikulum, pembentukan peer group
remaja direkomendasikan dilakukan di sekolah. Penelitian selanjutnya
direkomendasikan untuk melakukan observasi keterampilan siswa menerapkan
PHBS.
Kata kunci:
Guru, kurang peduli, PHBS di sekolah, remaja, UKS
viii
The junior high school students have risks on health problems. This study aimed
to portrait junior high school students’ perception in applying clean and healthy
behavior (CHB). A descriptive phenomenological approach was applied. Six
themes were identified: supporting behavior on CHB, low concern about CHB,
applying basic principles of CHB, inhibiting and supporting factors on the CHB
formation, and the students and teachers expectation for implementing CHB. It is
recommended to conduct school health teacher coaching, teachers’ health
education, integration of CHB in school curriculum, establishment of peer group
in school besides observing students’ skill applying CHB for future study.
Key words:
Teacher, low concern, clean and healthy behavior, adolescent, junior high school
students
ix
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 12
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 13
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 14
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Intepretasi Hasil Penelitian dan Diskusi Hasil ....................................... 88
5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 117
5.3 Implikasi Hasil Penelitian ...................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
xii
Gambar 2.1 Integrasi konsep UKS, promosi kesehatan, PHBS tatanan rumah
tangga dan sekolah ............................................................................ 44
xiii
xiv
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian kualitatif persepsi siswa SMP dalam menerapkan PHBS tatanan
sekolah di kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan kota Depok.
Produksi kelenjar keringat dan aktifitas remaja yang aktif menyebabkan bau
badan yang tidak sedap. Bau badan ini dapat mengganggu aktivitas sosial
remaja bersama teman di sekolah. Tentu tidak ada teman yang mau mendekat
dan bergaul dengan remaja yang memiliki bau badan tidak sedap. Hal ini
dapat menyebabkan remaja menjadi kurang percaya diri (Cohn, 1994; Mayer,
2008). Penanganan yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas di sekolah
dengan mengajarkan remaja kebersihan badan terutama pada area di sekitar
lipatan kulit ketiak dan paha.
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
Hasil penelitian Yunita (2008) tentang perilaku merokok siswa SMP di kota
Bogor, perilaku merokok siswa 54,8% dipengaruhi oleh teman sebaya dan
usia rata-rata mulai merokok pada 13-14 tahun. Pengetahun remaja sekitar
90% menyatakan merokok berbahaya bagi kesehatan, namun besarnya
pengaruh teman untuk merokok mengalahkan kesadaran remaja untuk
berperilaku tidak merokok. Penelitian yang dilakukan Ariani (2006), tentang
perilaku merokok siswa SMA dan SMK di Bogor, perilaku merokok pada
remaja berhubungan dengan pola asuh keluarga, pendidikan ibu dan adanya
anggota keluarga yang merokok. Keluarga merupakan faktor penting sebagai
role model dalam membentuk karakter siswa. Perawat komunitas perlu
meningkatkan asuhan keperawatan keluarga dalam upaya pencegahan perilaku
merokok remaja.
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
Menurut WHO SEARO (2009), remaja dikategorikan pada umur 10-19 tahun.
Jumlah remaja di seluruh dunia kira-kira 1.2 milyar dan satu dari setiap 5
orang di dunia adalah remaja. Populasi remaja di wilayah Asia Tenggara 18-
25% dari jumlah remaja di dunia. Menurut Kemenkes RI (2010) data profil
kesehatan indonesia tahun 2009, jumlah kelompok umur muda (0-14 tahun)
26.96%. Menurut BPS (2010), jumlah kelompok umur muda (0-14 tahun)
mengalami peningkatan menjadi 28.87%. Jumlah kelompok remaja 10-19
tahun pada tahun 2010 adalah 18.33% atau seperlima dari jumlah penduduk di
Indonesia.
7
Universitas Indonesia
lima tatanan yaitu rumah tangga, sekolah, tempat umum, institusi kesehatan
dan tempat kerja (Depkes RI, 2008). Program PHBS diharapkan dapat
dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan pada setiap tatanan
sehingga PHBS membudaya pada setiap individu, keluarga dan masyarakat.
Seluruh masyarakat melaksanakan PHBS, maka masyarakat akan terlindungi
dari berbagai penyakit sehingga terwujud peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Penerapan PHBS secara nasional sudah lama diterapkan pada tahun 2003.
Hasil laporan tahun 2003 pengembangan PHBS dilaksanakan pada 30 provinsi
dengan jumlah kumulatif sebanyak 7.5 juta lebih di tatanan rumah tangga, 53
ribu lebih di tatanan sekolah (SD, SMP, SMU), 260 ribu lebih di tatanan
tempat umum (terminal, pelabuhan, pasar) dan 5 ribu di tatanan sarana
kesehatan pemerintah dan swasta (Fitriani, 2011). Menurut Kemenkes RI
(2010) data profil kesehatan Indonesia tahun 2009, jumlah persentase rumah
tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara nasional
sebesar 48.41%. Provinsi yang memiliki persentase tertinggi adalah Jawa
Tengah (88.57%), DI Yogyakarta (87.38%) dan Kalimantan Timur (79.73%).
Provinsi dengan persentase PHBS yang rendah adalah Sumatera Barat
8
Universitas Indonesia
Data persentase PHBS di sekolah secara nasional belum ada, sehingga acuan
peneliti dalam memilih lokasi penelitian ini berdasarkan data PHBS di rumah
tangga. Indikator PHBS di sekolah terdiri dari delapan buah dan tujuh buah
indikator merupakan bagian dari indikator PHBS di rumah tangga. PHBS di
rumah tangga sebagai tatanan paling kecil di masyarakat berupaya
menggerakkan keluarga dan anggota keluarga untuk hidup bersih dan sehat.
Remaja yang sedang menempuh pendidikan di sekolah memiliki peran
sebagai siswa dan anggota keluarga. Secara langsung, remaja sudah
mendapatkan pemahaman tentang PHBS lebih dulu di dalam keluarga.
9
Universitas Indonesia
Hasil pengolahan data absensi siswa kelas VII MTs NH dengan alasan sakit
pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 adalah 39.5%. Jumlah
keseluruhan siswa kelas VII adalah 38 siswa dan jumlah siswa yang sakit
10
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
Studi Kualitatif: Perilaku Jajan pada Anak Sekolah pada siswa Kelas VI SDN
Muktiharjo Lor, Kecamatan Genuk Semarang. Penelitian ini tidak melakukan
strategi triangulasi sumber dalam validasi data. Triangulasi sumber adalah
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif (Moleong, 2007). Kebaikan menggunakan validasi data triangulasi
sumber adalah meningkatkan validitas penemuan data sehingga data yang
diperoleh semakin lengkap (Speziale & Carpenter, 2003).
12
Universitas Indonesia
Program PHBS sekolah ini sudah berjalan sejak tahun 2006 dan
disebarluaskan oleh dinas kesehatan kota Depok dengan melaksanakan
pelatihan UKS PKPR dan peer edukator pada guru dan siswa sekolah.
Sosialisasi PHBS sekolah juga sudah dilakukan langsung oleh sub bidang
Promkes Kota Depok dengan menyebarkan poster, buku dan leaflet PHBS
sekolah. Namun, kenyataannya penerapan PHBS sekolah di MTs NH dan
SMPN 8 Depok tidak berjalan optimal. Berdasarkan fenomena ini, dilakukan
penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif untuk
mengidentifikasi persepsi siswa SMP dalam penerapan PHBS sekolah di
kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan. Peneliti merumuskan pertanyaan
penelitian yaitu: Apa persepsi siswa SMP dalam penerapan PHBS sekolah di
kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini untuk memperoleh gambaran persepsi siswa SMP dalam
penerapan PHBS sekolah di kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah teridentifikasinya:
1.3.2.1 Respons siswa dan guru terhadap penerapan PHBS di sekolah
1.3.2.2 Praktik penerapan PHBS siswa di sekolah
1.3.2.3 Hambatan siswa dan guru terhadap penerapan PHBS di sekolah
1.3.2.4 Dukungan siswa dan guru terhadap PHBS di sekolah
1.3.2.5 Harapan siswa dan guru terhadap PHBS di sekolah
13
Universitas Indonesia
1.4 Manfaat
1.4.1 Pelayanan Keperawatan Komunitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok at risk remaja di sekolah. Persepsi remaja di
sekolah terhadap penerapan PHBS dapat digunakan untuk menentukan
tindakan pencegahan baik primer, sekunder dan tersier terhadap gangguan
kesehatan yang mungkin muncul pada populasi at risk remaja.
Pencegahan primer dalam bentuk penyediaan fasilitas sekolah untuk
mendukung pelaksaan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir, mengadakan kantin sekolah atau penyuluhan jajanan sehat untuk
siswa SMP dalam kurikulum pendidikan sekolah.
14
Universitas Indonesia
Bagian ini akan menguraikan teori dan konsep populations at risk, remaja sebagai
populations at risk, konsep persepsi, konsep UKS, konsep promosi kesehatan,
konsep PHBS dan pendekatan fenomenologi pada penelitian kualitatif. Bab dua
ini akan digunakan sebagai bahan rujukan penelitian dan bahan dalam penyusunan
pembahasan pada bab berikutnya.
16
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
17
yang sudah berusia 7-12 tahun. Sehingga remaja yang sedang menempuh
pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Pertama atau sederajat
(SMP/MTs) rata-rata berusia 13-15 tahun.
17
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
18
18
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
19
19
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
20
kulit sedangkan kelenjar apocrine terletak pada area ketiak, area payudara,
genital dan bagian anal. Hal inilah yang menyebabkan bau badan pada
remaja. Kelenjar sebaceous memproduksi minyak lebih cepat pada masa
remaja dibandingkan proses pembuangannya melalui pori-pori kulit.
Hasilnya terjadi sumbatan pada pori-pori kulit sehingga menimbulkan
jerawat (Rice dan Dolgin, 2008).
Permasalahan bau badan pada masa remaja merupakan hal yang umum,
namun apabila bau badan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa kurang
percaya diri. Bau badan timbul karena perpaduan sekresi keringat dengan
bakteri yang ada dipermukaan kulit yang menghasilkan aroma kurang
sedap. Produksi keringat semakin banyak pada saat stress, aktivitas,
ovulasi dan diet makanan tertentu (Gittleman, 2000). Remaja sering
merasa cemas dan tidak percaya diri dengan aroma bau badan yang tidak
sedap (Cohn, 1994; Mayer, 2008). Aktivitas fisik remaja di sekolah seperti
olahraga, bermain, dan stress saat ulangan dapat menghasilkan keringat
lebih banyak dari biasanya. Kebersihan pakaian seragam sekolah yang
basah karena keringat harus segera diganti dan dicuci bersih. Bila tetap
digunakan terus menerus dapat menjadi sumber pertumbuhan bakteri dan
jamur, sehingga berisiko untuk mengalami penyakit kulit.
Penggunaan topi, sisir, kaus kaki, handuk, pakaian dan sepatu dengan
teman di sekolah, secara bergantian dapat berisiko terhadap penyakit kulit
seperti infeski bakteri dan jamur pada area kulit, rambut dan kuku (Maurer
& Smith. 2005). Pola kebersamaan remaja tersebut dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Namun, remaja sering menyepelekan masalah
kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan alat secara bersama-sama.
20
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
21
21
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
22
22
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
23
23
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
24
banyak sekali berinteraksi debu dan keringat. Konsep cuci tangan sebelum
makan sering diartikan dengan mencuci tangan dengan air saja tanpa
sabun. Tentu, perilaku ini belum dapat melepaskan mikroorganisme di
tangan dan berisiko menimbulkan berbagai penyakit menular seperti
influenza, diare, kecacingan dan demam typus.
24
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
25
25
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
26
Proses pembentukan sensasi dan persepsi dapat terjadi melalui dua cara.
Cara yang disampaikan di atas adalah proses bottom-up yaitu reseptor
sensori menerima informasi dari lingkungan luar dan mengirimkan
informasi tersebut ke otak untuk dianalisa dan diinterpretasikan. Cara yang
kedua disebut proses top-down, cara ini dimulai melalui cognitive
processing pada level yang lebih tinggi di dalam otak. Proses kognitif
tersebut meliputi pengetahuan, keyakinan dan harapan. Proses top-down
ini tidak terjadi pendeteksian stimulus seperti pada proses bottom-up
(Santrock, 2005).
26
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
27
target tersebut. Latar belakang dari target dan hubungan target dengan
latar belakang dapat mempengaruhi persepsi. Kecenderungan individu
akan mengelompokkan hal-hal yang terdekat atau yang memiliki
kesamaan. Orang, objek dan kejadian yang memiliki karakter yang sama
kecenderungan untuk dikelompokkan bersama-sama. Semakin mirip/ sama
akan semakin besar untuk dipersepsikan sebagai kelompok yang biasa atau
wajar. Situasi saat objek atau kejadian diobservasi merupakan hal yang
penting. Elemen yang ada disekitar lingkungan mempengaruhi persepsi
individu. Situasi akan mempengaruhi persepsi individu. Waktu saat objek
atau kejadian dilihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti lokasi,
pencahayaan, panas dan berbagai faktor situasi lainnya.
2.3.2.1 Perhatian
Seseorang biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di
sekitarnya sekaligus, tatapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua
objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya
menyebabkan perbedaan persepsi antara orang satu dengan orang yang
lainnya
2.3.2.2 Set
Harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Misalnya pada
seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar
bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari. Perbedaan set dapat
menyebabkan perbedaan persepsi.
27
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
28
2.3.2.3 Kebutuhan
Kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan
mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan yang
berbeda-beda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi.
28
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
29
29
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
30
30
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
31
peer konselor. Peer konselor berfungsi sebagai role model dan konselor
sesama remaja untuk berbagi informasi kesehatan yang berhubungan
dengan masalah pada tumbuh kembang remaja.
31
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
32
dan keterampilan hidup sehat siswa untuk menjalankan prinsip gaya hidup
sehat (Direktorat Bina Kesehatan Anak Kemenkes RI, 2011). Kegiatan
pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, masyarakat sekitar dan unsur penunjang (Efendi &
Makhfudli, 2009). Pembinaan lingkungan sekolah terdiri dari keadaan
lingkungan fisik sekolah dan lingkungan mental serta sosial yang sehat di
sekolah dengan menjaga hubungan kekeluargaan yang akrab sesama
warga sekolah. Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua siswa tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan serta meningkatkan partisipasi orang tua
siswa dalam pelaksanaan hidup sehat. Pembinaan lingkungan masyarakat
sekitar sekolah dengan menjaga kedekatan hubungan kemasyarakatan
seperti ketua RT/RW, kelurahan, kecamatan dan puskesmas setempat.
Pembinaan unsur penunjang terdiri dari pembinaan ketenagaan dan
pembinaan sarana serta prasarana yang mendukung UKS di sekolah.
32
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
33
2.5.2.1 Advokasi
Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada pimpinan atau pengambil
keputusan agar dapat memberikan dukungan kemudahan, perlindungan
pada upaya pembangunan kesehatan (Fitriani, 2011). Sasaran advokasi
meliputi perorangan dan publik. Sasaran perorangan dilakukan melalui
komunikasi interpersonal sedangkan sasaran publik melalui media massa
dan kampanye. Tujuan advokasi terdiri dari: mempengaruhi peraturan dan
kebijakan yang mendukung promosi kesehatan; mempengaruhi pihak lain
(lintas sektor, lintas program, LSM, profesional) agar mendukung kegiatan
promosi kesehatan melalui kemitraan dan jaringan kerja; meningkatkan
kerjasama antara masyarakat dan pemerintah serta menggalang dukungan
lewat pendapat umum melalui media komunikasi. Hasil yang diharapkan
adanya dukungan politik dari pemegang keputusan dalam bentuk instruksi
33
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
34
34
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
35
35
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
36
36
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
37
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun dapat menguranngi angka
diare sebanyak 45% dan mampu menurunkan kasus ISPA serta flu burung
37
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
38
Perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sudah ada di
dalam PHBS tatanan rumah tangga. Sehingga siswa dapat meneruskan
kebiasaan perilaku cuci tangan dengan sabun dan air mengalir tersebut
mulai dari keluarga maupun dari lingkungan sekolah. Harapannya perilaku
tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang berdampak positif bagi
peningkatan kesehatan siswa dan keluarga.
38
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
39
Pengetahuan siswa masih kurang dalam memilih jajanan sehat dan aman
di sekolah. Siswa hanya menyadari bahwa jajanan tersebut dapat membuat
kenyang. Padahal keamanan dan kesehatan jajanan tersebut belum
terjamin (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2011).
UKS sebagai program kesehatan di sekolah berkewajiban untuk
memberikan pendidikan kesehatan tentang keamanan pangan dan
pengawasan kantin sekolah.
39
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
40
40
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
41
41
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
42
2.6.3.8 Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
Kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6
bulan bertujuan untuk mengoservasi tingkat pertumbuhan remaja. Hasil
pengukuran dan penimbangan berat badan ini dibandingkan dengan
standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah
pertumbuhan siswa normal atau tidak normal (Dinas Kesehatan Jawa
Barat, 2009).
42
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
43
PHBS sekolah harus diterapkan secara baik dan benar oleh seluruh
masyarakat sekolah (siswa, guru dan staf sekolah). Tujuannya adalah
menciptakan kebersihan dan kesehatan bagi seluruh masyarakat sekolah,
sehingga siswa di sekolah dapat melaksanakan proses belajar mengajar
dengan baik dan mampu meraih prestasi dengan maksimal.
43
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
44
Trias UKS:
Strategi Promosi Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan
Advokasi 2. Pelayanan kesehatan
Bina Suasana 3. Pembinaan Lingkungan
Gerakan Masyarakat Sekolah
Gambar 2.1 Integrasi konsep UKS, promosi kesehatan, PHBS tatanan rumah tangga dan
sekolah
44
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
45
45
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
46
46
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
47
47
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
48
48
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
49
49
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
51
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
52
siswa di MTs NH dan SMPN 8 Depok. Seluruh siswa di MTs NH dan SMPN
8 Depok dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan dibagi berdasarkan
tingkatan kelas yaitu kelas 7, 8 dan 9. Siswa kelas 7 adalah kelompok siswa
pada tahun pertama dan siswa kelas 8 sebagai kelompok pada tahun kedua.
Siswa kelas 9 adalah kelompok siswa pada tahun ketiga dengan karakteristik
kelompok siswa yang paling lama berada di sekolah dan sedang
mempersiapkan diri untuk menempuh ujian nasional kelulusan di tingkat
SMP.
Sampel adalah subjek dalam elemen populasi yang dipilih dengan teknik
pengambilan sampel (Burns & Grove, 2009; Polit & Beck, 2004). Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
purposive sampling. Menurut Creswell (2007), purposive sampling
merupakan teknik pemilihan sampel yang dilakukan oleh peneliti sendiri
berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Pemilihan sampel dengan berfokus
pada maksud dan tujuan penelitian menghasilkan sampel yang dapat
memberikan informasi fenomena sebanyak-banyaknya sesuai dengan masalah
penelitian.
Pada penelitian ini digunakan istilah partisipan untuk menyebut sampel yang
diteliti (Burns & Grove, 2009). Peran partisipan memberikan informasi
pengalaman yang berhubungan dengan persepsi penerapan PHBS di sekolah.
Sehingga partisipan harus memiliki kemampuan untuk menceritakan
pengalaman tersebut. Jumlah partisipan pada penelitian kualitatif dikatakan
adekuat setelah mencapai pengulangan informasi atau saturasi data (Burns &
Grove, 2004). Saturasi data terjadi ketika tidak ditemukan tema-tema baru
yang muncul, sehingga tidak perlu melakukan penambahan partisipan
(Speziale & Carpenter, 2003).
52
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
53
Berdasarkan teori di atas, pada penelitian ini peneliti menetapkan jumlah enam
partisipan. Data diambil dari enam partisipan dengan karakteristik sesuai
dengan kriteria inklusi yang ditetapkan. Pada penelitian ini, tiga partisipan
berasal dari MTs NH dan tiga partisipan dari SMPN 8 Depok. Semua
partisipan sudah memenuhi kriteria inklusi, yaitu: (1) siswa kelas 7 dan kelas
8; (2) tinggal di kelurahan Pasir Gunung Selatan dan kelurahan Tugu
kotamadya Depok; (3) mampu menceritakan pengalamannya dengan bahasa
Indonesia; dan (4) bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Alasan pemilihan
kriteria inklusi siswa kelas 7 dan kelas 8 karena siswa tersebut memiliki
kesempatan lebih banyak untuk menjadi partisipan dibandingkan kelas 9.
Siswa kelas 9 sedang mempersiapkan ujian akhir sekolah di tingkat SMP.
Sedangkan, pemilihan kelurahan Pasir Gunung Selatan dan kelurahan Tugu
karena kedua wilayah tersebut merupakan lokasi praktik keperawatan
komunitas mahasiswa profesi, aplikasi dan residensi sehingga mempermudah
akses peneliti dalam menjangkau partisipan.
Penelitian ini juga menetapkan guru wali kelas dan guru pembina UKS
sebagai narasumber penelitian. Guru wali kelas yang ditetapkan sebagai
narasumber penelitian adalah guru wali kelas partisipan. Sedangkan, guru
pembina UKS ditetapkan masing-masing satu orang dari sekolah MTs NH dan
SMPN 8 Depok. Oleh karena itu, diperlukan kriteria inklusi sebagai pedoman
penentuan narasumber. Kriteria inklusi yang ditetapkan untuk guru wali kelas,
yaitu: (1) guru wali kelas partisipan; (2) mampu menceritakan pengalamannya
dengan bahasa Indonesia; dan (3) bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
Sedangkan, kriteria inklusi untuk guru pembina UKS: (1) mampu
53
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
54
54
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
55
Juli 2012. Tahap akhir adalah penyusunan laporan yang terdiri perbaikan
seminar hasil, sidang tesis dan perbaikan tesis akhir hingga pertengahan Juli
2012. Penjelasan setiap tahap waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 3.
55
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
56
56
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
57
Menurut Burns dan Grove (2009), anak usia tujuh tahun keatas dengan
perkembangan kognitif yang normal sudah dapat memutuskan untuk
menerima atau menolak berpartisipasi dalam penelitian. Oleh karena itu,
pada penelitian ini peneliti memberikan penjelasan penelitian kepada siswa
yang terpilih sebagai partisipan. Proses ini dilakukan dengan cara
menyampaikan penjelasan penelitian secara langsung kepada setiap
partisipan. Kemudian informed consent dibagikan kepada partisipan. Peneliti
memberikan kesempatan waktu bertanya kepada partisipan bila ada hal-hal
yang kurang dipahami terhadap penjelasan penelitian dan informed consent.
Selanjutnya, keputusan partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian
dapat dilakukan dengan menandatangani informed consent yang telah
disediakan.
57
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
58
Seperti yang dijelaskan pada sub bab rancangan penelitian. Data pendukung
penelitian diperoleh dari guru wali kelas dan guru pembina UKS. Sehingga
informed consent diberikan kepada mereka. Penjelasan penelitian kepada
narasumber dilakukan secara personal. Setelah memperoleh penjelasan
penelitian dan informed consent yang cukup, selanjutnya narasumber
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang
dipahami. Semua narasumber setuju untuk ikut serta dalam penelitian
dengan menandatangani informed consent yang telah disediakan.
58
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
59
Catatan lapangan (field notes) digunakan untuk mencatat respon non verbal
partisipan yang tidak dapat direkam suara selama wawancara. Peneliti
mendokumentasikan secara langsung selama wawancara semua respon non
verbal partisipan ditulis ke dalam form catatan lapangan. Voice recorder yang
digunakan pada penelitian ini jenis alat perekam khusus suara digital. Daya
tanggap suara paling jauh dengan jarak ± 3 meter. Semakin dekat jarak alat
perekam dengan suara maka menghasilkan rekaman yang semakin jelas. Daya
baterai voice recorder ini dapat bertahan selama 6-12 jam dalam keadaan
aktif. Sehingga risiko mati atau kehilangan data saat wawancara berlangsung
sangat kecil. Hasil rekaman suara dari voice recorder juga dapat ditransfer ke
komputer. Sehingga dapat diputar ulang untuk menyusun transkrip
wawancara.
59
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
60
60
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
61
61
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
62
62
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
63
63
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
64
64
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
65
65
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
66
generalisasi hasil penelitian dapat berlaku pada konteks populasi yang sama
atau pada partisipan yang memiliki karakteristik yang sama.
66
Persepsi siswa..., Ni Luh Putu Eva Yanti, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian gambaran persepsi siswa SMP
dalam penerapan PHBS tatanan sekolah di kelurahan Tugu dan Pasir Gunung
Selatan kota Depok. Peneliti akan menjelaskan hasil penelitian ini menjadi dua
bagian yaitu: 1) informasi umum tentang karakteristik partisipan sesuai dengan
latar belakang dan konteks penelitian; dan 2) deskripsi hasil penelitian berupa
pengelompokan tema yang muncul selama proses wawancara mendalam dari
persepsi siswa SMP dalam menerapkan PHBS tatanan sekolah.
Partisipan berjumlah enam siswa, tiga siswa dari SMPN 8 Depok dan tiga
siswa yang lain berasal dari MTs NH. Siswa yang berasal dari SMPN 8
Depok berjenis kelamin laki-laki satu siswa dan dua siswa berjenis kelamin
perempuan. Sedangkan siswa dari MTs NH terdiri dari satu siswa berjenis
kelamin perempuan dan dua siswa berjenis kelamin laki-laki. Saat penelitian
berlangsung, siswa kelas 7 berjumlah dua orang dan siswa kelas 8 berjumlah
empat orang. Rentang usia partisipan antara 13-15 tahun. Suku partisipan
terdiri dari suku Jawa tiga siswa dan suku yang lain seperti Sunda, Betawi
dan Palembang masing-masing satu siswa. Semua partisipan beragama
Islam dan tinggal di wilayah kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan kota
Depok.
mendalam dilakukan juga kepada dua guru pembina UKS di MTs NH dan
SMPN 8 Depok. Semua partisipan guru wali kelas terpilih berdasarkan
kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Tingkat pendidikan semua guru wali
kelas dan guru pembina UKS adalah sarjana pendidikan dengan rentang usia
32-51 tahun. Selanjutnya, peneliti memberi kode PS kepada partisipan siswa
dan PG untuk partisipan guru.
68
Universitas Indonesia
69
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
Universitas Indonesia
72
Universitas Indonesia
73
Universitas Indonesia
74
Universitas Indonesia
75
Universitas Indonesia
76
Universitas Indonesia
77
Universitas Indonesia
78
Universitas Indonesia
79
Universitas Indonesia
80
Universitas Indonesia
a. Hambatan Siswa
Sub tema a. terjawab dari tiga kategori yaitu 1) Kurang
pengetahuan menerapkan PHBS; 2) Kurang fasilitas
pendukung PHBS di sekolah; dan 3) Kurang dukungan dari
guru dan orang tua. Kategori satu teridentifikasi dari
pernyataan empat partisipan siswa. Pernyataan partisipan siswa
sebagai berikut:
" Saya belum pernah dengar kak (PHBS)." (PS.4)
b. Hambatan Guru
Sub tema b. terjawab dari empat kategori yaitu 1) Keterbatasan
waktu; 2) Kurang pembinaan guru dan guru UKS; 3) Kurang
pendanaan dan 4) Kebijakan sekolah yang belum optimal.
Kategori 1) teridentifikasi dari pernyataan tiga partisipan guru.
Pernyataan partisipan guru sebagai berikut:
"Kendalanya ya saya sebagai pembina UKS sering
kewalahan membagi waktu untuk menjalankan program
UKS, ya saya lebih dahulu mengutamakan tugas utama
saya dalam pengajaran ya…” (PG.6)
81
Universitas Indonesia
82
Universitas Indonesia
b. Bentuk Dukungan
Sub tema b. terjawab dari empat kategori yaitu 1) Penyuluhan;
2) Berita di TV; 3) Membaca koran dan 4) Poster. Kategori 1)
teridentifikasi dari pernyataan dua partisipan siswa. Pernyataan
partisipan siswa sebagai berikut:
"…kan itu dapat penyuluhan dari kakak-kakak UI
…”(PS.3)
83
Universitas Indonesia
c. Aturan Sekolah
Sub tema c. terjawab dari satu kategori yaitu tata tertib sekolah.
Kategori ini teridentifikasi dari pernyataan dua partisipan
siswa. Pernyataan partisipan siswa sebagai berikut:
"…ya kan itu semua sudah ada tata tertibnya di sekolah,
ya dilarang merokok, jajan di luar sekolah, berpakaian
rapi, pake sepatu item …”(PS.1)
“…klo pelajaran olahraga harus pake baju olahraga, klo
gak bawa gak boleh olahraga…biar bajunya (pakaian
sekolah) gak kotor…” (PS.3)
84
Universitas Indonesia
d. Norma Keluarga
Sub tema d. terjawab dari satu kategori yaitu pola kebiasaan
keluarga. Kategori ini teridentifikasi dari pernyataan dua
partisipan siswa. Pernyataan partisipan siswa sebagai berikut:
"…sudah dibiasakan oleh mama dan papa di rumah sejak
kecil, klo mau makan cuci tangan dulu, sebelum tidur juga
gitu, biar gak gatal-gatal…(PS.1)
“Biasanya sebelum berangkat sekolah, sarapan, harus
sarapan biar gak laper trus jajan di sekolah…” (PS.2)
85
Universitas Indonesia
b. Harapan Guru
Sub tema b. terjawab dari kategori: 1) Fasilitas PHBS dan 2)
Dana pelaksanaan program UKS. Kategori 1) teridentifikasi
dari pernyataan dua partisipan guru. Pernyataan partisipan guru
sebagai berikut:
“…ya mudah-mudahan terealisasi, belum ada kantin ya
pengen ada kantin sehat buat anak-anak, jadi gak jajan di
luar sekolah…”(PG.5)
86
Universitas Indonesia
87
Universitas Indonesia
Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh dengan
membandingkan teori, konsep dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
konteks penelitian seperti yang telah diulas dalam bab tinjauan pustaka. Peneliti
juga akan membahas tentang keterbatasan penelitian dengan membandingkan
proses penelitian yang telah dilakukan dengan keadaan standar yang seharusnya
dapat dicapai oleh peneliti. Selanjutnya, peneliti akan menyampaikan implikasi
penelitian terhadap perkembangan pelayanan keperawatan dan pengembangan
ilmu keperawatan.
89
Universitas Indonesia
Sikap siswa yang menyatakan bahwa penerapan PHBS berawal dari diri
sendiri, sesuai dengan pengertian PHBS. Menurut Depkes RI (2008),
pengertian PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Kesimpulannya, sikap siswa terhadap PHBS menunjukkan hal yang positif
bahwa PHBS dilakukan atas dasar kesadaran yang timbul dari dalam diri.
Sikap siswa merasakan manfaat setelah berperilaku bersih dan sehat serta
merasakan akibat setelah melakukan perilaku tidak bersih menunjukkan
pengalaman siswa terhadap penerapan PHBS. Pengalaman tersebut
tergambar dari tindakan yang pernah dilakukannya sendiri maupun sikap
siswa terhadap tindakan teman di sekolahnya. Pengalaman siswa
90
Universitas Indonesia
91
Universitas Indonesia
92
Universitas Indonesia
93
Universitas Indonesia
94
Universitas Indonesia
95
Universitas Indonesia
tangan siswa yang baik belum menentukan sikap dan keterampilan cuci
tangan yang baik.
Menurut konsep Green dan Kreuter (2005), ada tiga faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu 1) Predisposing
factors; 2) Enabling Factors; dan 3) Reinforcing factors. Kurangnya
fasilitas cuci tangan melemahkan terbentuknya enabling factors, sikap
negatif siswa terhadap cuci tangan menghambat terbentuknya
predisposing factors dan kurangnya dukungan guru di sekolah terhadap
cuci tangan pakai sabun (CTPS) mengurangi terbentuknya reinforcing
factors. Sehingga perilaku CTPS di sekolah belum terbentuk dengan baik.
96
Universitas Indonesia
Menurut Potter dan Perry (2009), kebersihan pakaian dan badan harus
menjadi perhatian karena kondisi pakaian dan badan yang kotor
merupakan sumber penyakit terutama penyakit kulit. Pakaian yang basah
oleh keringat menyimpan bakteri yang dapat menempel di kulit. Bila kulit
tidak segera dibersihkan dengan cara mandi dan mengganti pakaian, kulit
akan mudah terinfeksi bakteri dan jamur yang merupakan penyebab
penyakit kulit seperti panu, kudis, kurap, gatal-gatal (Berita Pagi, 2012).
97
Universitas Indonesia
Kondisi kamar mandi di sekolah dengan bak penampungan air yang tidak
pernah dikuras menyebabkan air di dalam bak menjadi kotor dan berpasir.
Kondisi ini tidak baik untuk kebersihan anggota badan siswa, misalnya
menggunakan air untuk cuci tangan dan setelah buang air. Namun, siswa
memilki kemampuan kebersihan diri yang baik yaitu dengan cara memiilih
kamar mandi yang jarang dipakai untuk buang air atau mengambil air di
bak dengan perlahan-lahan untuk memperoleh air yang bersih.
Keterampilan ini menunjukkan bahwa siswa telah memiliiki kemampuan
kebersihan badan yang baik.
98
Universitas Indonesia
99
Universitas Indonesia
100
Universitas Indonesia
untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar
dalam mempersiapkan diri menjadi dewasa muda. Menurut peneliti
konsep tugas perkembangan keluarga tersebut bermakna terhadap
sosialisasi keluarga kepada remaja untuk hidup mandiri dengan memenuhi
kebutuhannya sendiri, salah satunya dengan mengajarkan cara merawat
kebersihan dan kerapihan pakaian. Orang tua selain merawat kebersihan
dan kerapihan pakaian anak, seharusnya mereka juga mengajarkan cara
kemandirian anak dengan memenuhi kebutuhannya sendiri terutama
kebersihan pakaian.
Namun, ada pernyataan siswa tentang kuku yang panjang dan tidak kotor
termasuk kuku yang bersih. Pernyataan siswa tersebut keliru walaupun
tidak ada kotoran yang berwarna hitam di sela-sela kuku bukan berarti
tidak ada kuman yang menempel. Kuman tetap ada di sela-sela kuku
101
Universitas Indonesia
walaupun tidak tampak oleh mata (Kozier, Erb, Berman, dan Snyder,
2004).
Pengetahuan siswa yang baik tentang kuku bersih tidak sesuai dengan
keterampilan dan sikap menjaga kebersihan kuku. Ada siswa yang kurang
merawat kebersihan kuku dengan baik. Siswa memelihara kuku panjang
dengan berbagai alasan, salah satunya untuk kecantikan dan tren. Remaja
perempuan terutama memiliki kebiasaan memanjangkan kuku jari tangan
dengan alasan kecantikan (Noni, 2012). Penelitian yang dilakukan Oyibo
(2012) terhadap siswa sekolah di Nigeria menemukan tingkat pengetahuan
siswa tentang menjaga kebersihan kuku sebesar 97,4% dengan hasil
inspeksi kebersihan kuku kotor 57,7%. Kuku yang panjang dan kotor
merupakan sumber bakteri yang tersembunyi yang dapat menularkan
berbagai penyakit seperti penyakit menular gastrointestinal. Penelitian ini
sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti bahwa pengetahuan siswa
terhadap kebersihan kuku sudah baik, namun keterampilan siswa menjaga
kebersihan kuku masih terlihat kurang.
102
Universitas Indonesia
sepatu saja tetapi juga penggunaan kaos kaki. Kaos kaki yang dipakai
hingga lebih dari empat hari merupakan sumber kuman penyakit dan
beraroma tidak sedap, tentu hal ini menimbulkan ketidaknyaman saat
berada di sekolah. Menurut CYH (2011), kebersihan sepatu yang dipakai
setelah pulang sekolah harus segera dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan agar kondisi sepatu yang lembab dari keringat kaki menjadi
kering. Kondisi sepatu yang lembab dan berbau merupakan pertumbuhan
jamur. Selain itu, sepatu dan kaos kaki yang kotor dan berbau dapat
membuat siswa tidak nyaman. Tentu hal ini menyebabkan rasa kurang
percaya diri siswa diantara teman-teman di kelasnya.
Siswa juga sudah mengetahui tentang kandungan jajanan yang tidak sehat
seperti jajanan yang penyajiannya terbuka, mengandung pengawet dan
pewarna. Jenis makanan yang penyajiannya terbuka adalah penjual
menggunakan gerobak yang memasaknya di jalan atau di luar ruangan
sehingga mudah dihinggapi debu dan kotoran. Sedangkan jajanan yang
mengandung pengawet dan pewarna contohnya mi instan, saos makanan
yang berwarna sangat merah, kripik pedas, ciki, cilok dan minuman
kemasan. Selain itu, siswa juga sudah mampu menyatakan akibat dari
mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat. Sedangkan, guru menyebutkan
103
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Suci (2009) terhadap perilaku jajan murid
SD di Jakarta, siswa memperoleh jajanan dari kantin sekolah dan penjual
jajanan di luar sekolah. Penelitian ini juga menganalisis jenis makanan
yang sering di konsumsi murid SD yaitu siomay, batagor, es krim, es
sirop, cakwe dan nasi uduk. Alasan pemilihan jajanan karena rasanya yang
enak dan harga jajanan di luar sekolah lebih murah dibandingkan yang
dijual di kantin. Penelitian di atas memiliki hasil yang sama dengan hasil
penelitian yang peneliti peroleh, bahwa gambaran sikap siswa dan guru
terhadap keterampilan siswa yang mengkonsumsi makanan di luar kantin
sekolah disebabkan oleh kemampuan membeli jajanan, selera dan
ketidakadaan fasilitas kantin sekolah.
104
Universitas Indonesia
105
Universitas Indonesia
mata, walaupun tangan tampak bersih. Persepsi yang keliru tersebut harus
diubah, siswa belum memahami kebersihan tangan dengan benar dan
manfaat cuci tangan sebelum jajan di sekolah.
106
Universitas Indonesia
tidak mau sarapan pagi lagi. Penyebab rasa kantuk tersebut karena jenis
makanan yang dikonsumsi siswa sangat mengeyangkan seperti nasi uduk
dan lontong sayur. Siswa yang lain menyebutkan setelah sarapan pagi
mengalami sakit perut karena ingin BAB, hal ini sangat menggangu siswa
saat berada di dalam kelas. Kondisi ini menyebabkan siswa malas untuk
sarapan pagi. Alasan siswa yang lain setelah sarapan pagi dengan nasi
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman di lambung, sehingga siswa
menghindari sarapan pagi untuk hari-hari berikutnya. Sikap siswa ini
disebabkan oleh kurangnya perhatian dan pemahaman orang tua untuk
membiasakan anak untuk sarapan pagi.
107
Universitas Indonesia
108
Universitas Indonesia
109
Universitas Indonesia
sekolah sehingga tidak perlu diberikan pemahaman kembali. Hal ini sesuai
dengan penelitian Saifah (2011), tidak ada hubungan yang bermakna
antara peran guru dengan perilaku gizi anak usia sekolah. Menurut
Quattrin et al (2005 dalam Saifah, 2011) menyatakan bahwa peran guru
belum optimal terhadap pengelolaan makanan sehat di sekolah. Hal ini
menyebabkan siswa kurang mendapatkan perhatian dan pengetahuan
terkait jajanan sehat di sekolah. Akibatnya siswa memilih dan
mengkonsumsi jajanan sembarangan yang tingkat kebersihan dan
keamanannya belum terjamin.
Aturan sekolah yang melarang siswa keluar sekolah pada saat pelajaran di
sekolah sangat tepat dilakukan agar siswa tidak keluyuran pada saat
istirahat di sekolah. Selain itu, aturan tersebut dapat mengontrol tindakan
jajan di luar sekolah yang dilakukan siswa. Walaupun sudah ada aturan
seperti itu, masih ada siswa yang melanggar aturan sekolah. Misalnya
dengan berpura-pura ijin ke luar sekolah, namun membeli jajanan di luar
sekolah kemudian jajanan tersebut diselipkan ke dalam saku celana.
Jajanan di luar sekolah belum tentu kebersihan dan keamanannya terjamin
dibandingkan dengan jajanan yang ada di kantin sekolah. Karena jajanan
yang ada di kantin lebih bersih dan proses pengolahan makanannya ada di
dalam ruangan sehingga tidak dihinggapi debu dan kotoran seperti jajanan
yang dijual di luar sekolah.
110
Universitas Indonesia
111
Universitas Indonesia
112
Universitas Indonesia
113
Universitas Indonesia
Bentuk dukungan PHBS yang lain berasal dari koran atau surat kabar
disampikan oleh guru di sekolah. Guru di sekolah mempunyai kebiasan
membaca koran yang disediakan di sekolah, sehingga sumber informasi
114
Universitas Indonesia
kesehatan yang diperoleh guru berasal dari surat kabar. Sedangkan ada
juga guru yang menyatakan informasi terkait PHBS diperoleh dari televisi.
Aturan sekolah adalah tata tertib yang sudah ditetapkan sekolah untuk
mendisiplinkan siswa. Aturan sekolah dapat melatih siswa untuk
membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat. Aturan sekolah
sebaiknya memasukkan prinsip PHBS, tujuannya agar PHBS tersebut
dilaksanakan oleh siswa di sekolah. Komitmen kepala sekolah, guru dan
seluruh staf sekolah harus kuat dan kompak dalam menerapkan aturan
sekolah, terutama guru di sekolah. Karena guru merupakan orang tua di
sekolah yang menjadi role model siswa dalam menerapkan PHBS.
Penerapan PHBS di sekolah oleh seluruh warga sekolah mewujudkan
tercapainya kesehatan yang optimal bagi seluruh warga sekolah dan
masyarakat luas.
Norma adalah pola perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat, sebagai
sesuatu yang berdasarkan pola sistem nilai keluarga. Norma keluarga
adalah nilai keluarga dalam berperilaku yang dianut individu (Friedman,
115
Universitas Indonesia
Bowden dan Jones, 2003). Perilaku yang berkaitan dalam hal ini adalah
perilaku hidup bersih dan sehat. Keluarga mengajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat dan menjadikannya sebuah kebiasaan sehingga diyakini
oleh anak sebagai hal yang positif di dalam dirinya. Norma keluarga akan
membiasakan anak untuk berperilaku bersih dan sehat. Menurut Saifah
(2011), keluarga memiliki peran sebagai promosi kesehatan, penyedia dan
sebagai contoh dalam perilaku gizi sehat anak usia sekolah. Hal ini juga
sesuai dengan pembentukan kebiasaan siswa berperilaku hidup bersih dan
sehat yang dibentuk dari keluarga. Orang tua sebagai contoh dalam
penerapan PHBS membentuk siswa untuk meniru perilaku orang tuanya.
Begitu juga yang disampaikan oleh siswa, bahwa perilaku cuci tangan,
kebersihan diri dan tidak jajan sembarangan telah menjadi kebiasaan di
dalam keluarga.
Penerapan PHBS di sekolah tidak hanya tugas guru di sekolah saja tetapi
merupakan tugas seluruh pihak termasuk juga keluarga sebagai pembentuk
prinsip PHBS dasar di rumah. Dukungan PHBS dalam bentuk norma
keluarga harus terus diterapkan agar PHBS menjadi pola kebiasan yang
ada di dalam diri siswa.
116
Universitas Indonesia
117
Universitas Indonesia
118
Universitas Indonesia
Oleh karena itu, pemberian edukasi PHBS kepada guru di sekolah sangat
diperlukan, untuk mengubah pandangan guru yang keliru terkait
penerapan PHBS di sekolah. Pemberian edukasi ini sebaiknya melibatkan
peran perawat komunitas dan guru pembina UKS sebagai edukator
penerapan PHBS di sekolah. Sedangkan, pemberian edukasi untuk siswa
yang kurang peduli terhadap penerapan PHBS di sekolah sebaiknya
melibatkan siswa yang mendukung penerapan PHBS di sekolah, karena
siswa SMP lebih memiliki minat lebih besar terhadap teman sebayanya.
Siswa yang mendukung penerapan PHBS memiliki perilaku yang positif
dalam menerapkan PHBS. Oleh karena itu, pemberian edukasi sebaya
dapat dibentuk melalui kader kesehatan di sekolah yang berasal dari siswa
yang mendukung penerapan PHBS.
119
Universitas Indonesia
Sikap kurang peduli guru dan siswa tersebut juga berdampak pada kurang
optimalnya kebijakan sekolah untuk menerapkan PHBS. Pemberian
advokasi kepada pemegang kebijakan di sekolah diharapkan menciptakan
dukungan positif dari sekolah untuk membentuk program kesehatan
sekolah yang mendukung penerapkan PHBS. Program kesehatan sekolah
tersebut harus saling terkait dengan kurikulum sekolah sehingga tidak
mengurangi peran utama guru dalam pengajaran. Program kesehatan
sekolah yang terkait dengan kurikulum meliputi kegiatan pendidikan
kesehatan, pendidikan jasmani, dan lingkungan sekolah sehat. Sekolah
sebagai bagian integral masyarakat memerlukan keterlibatan dari lintas
sektoral. Dinas Kesehatan perlu melakukan kerjasama dengan Dinas
Pendidikan untuk mewujudkan program kesehatan sekolah dan pendidikan
PHBS terintegrasi dengan kurikulum sekolah.
Selain itu, keterlibatan keluarga dan masyarakat juga sangat penting dalam
mendukung program kesehatan tersebut. Dukungan keluarga berupa
pemberdayaan keluarga untuk lebih meningkatkan penerapan PHBS di
rumah tangga. Perawat komunitas juga perlu melakukan pengembangan
penerapan PHBS ke rumah tangga melalui kader kesehatan di masyarakat
agar lebih mengoptimalkan pentingnya prinsip-prinsip PHBS bagi seluruh
anggota keluarga terutama anak sekolah.
120
Universitas Indonesia
121
Universitas Indonesia
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan yang mencerminkan refleksi dari
temuan penelitian dan saran yang merupakan tindak lanjut dari penelitian ini.
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa SMP dalam menerapkan
PHBS adalah sebagai berikut:
6.1.1 Respons siswa dan guru terhadap penerapan PHBS adalah perilaku
mendukung dan kurang peduli terhadap penerapan PHBS. Hal ini
menunjukkan bahwa ada sikap siswa dan guru yang mengganggap penting
penerapan PHBS di sekolah dan ada juga yang merasa tidak penting.
6.1.3 Hambatan dalam menerapkan PHBS di sekolah dipengaruhi oleh dua hal
yaitu hambatan siswa dan hambatan guru. Hambatan yang terjadi dari guru
dan siswa juga terkait dengan faktor terbentuknya perilaku kesehatan,
yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat.
122
Universitas Indonesia
6.1.5 Harapan siswa dan guru untuk terlaksananya PHBS teridentifikasi dari
harapan siswa dan harapan guru. Harapan siswa dalam melaksanakaan
PHBS yaitu adanya kebutuhan akan fasilitas PHBS seperti kantin dan
sarana cuci tangan sedangkan harapan dari guru terkait dengan fasilitas
serta pendanaan PHBS.
6.1 Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
persepsi siswa SMP dalam menerapkan PHBS di sekolah adalah
6.1.2 Puksesmas kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan serta perawat
komunitas
a. Peningkatan pembinaan kepada guru pembina UKS dengan melakukan
pendidikan kesehatan terkait PHBS. Dan kemudian melakukan
pendidikan kesehatan kepada guru-guru terutama guru wali kelas
123
Universitas Indonesia
6.1.4 Keluarga
Perlu meningkatkan perhatian dan kesadaran menerapkan PHBS di rumah
kepada anak dengan usia remaja. Orang tua melakukan pengasuhan pada
anak dengan tetap menerapkan PHBS di rumah. Sehingga dapat mengurangi
risiko penyakit yang ditimbulkan dari kurangnya penerapan PHBS di rumah
dan di sekolah.
124
Universitas Indonesia
125
Universitas Indonesia
Allender, J.A dan Spradley, B.W. (2001). Community Health Nursing: Concepts
And Practice 5th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Ariani, N.P. (2006). Hubungan Karakter Remaja, Keluarga, dan Pola Asuh
Keluarga dengan Perilaku Remaja: Merokok, Agresif dan Seksual pada
siswa SMA dan SMK di Kecamatan Bogor Barat. Tidak dipublikasikan,
Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan: Universitas Indonesia
Aryani, I. (2009). Aspek biopsikososial higiene menstruasi pada remaja di
pesantren putri As-Syafi’iyah Bekasi tahun 2009. Tidak dipublikasikan,
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia. Maret 11,
2012.http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/detail2.jsp?id=126462&lokasi
=lokal
Berita Pagi. (2012). Cara Efektif Cegah Penyakit Kulit. Akses 7 Juli 2012.
http://beritapagi.co.id/read/2012/05/cara-efektif-cegah-penyakit-kulit.html
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
(2008). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Depkes RI
BPS. (2010). Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur, Daerah Perkotaan/
Pedesaan serta Jenis Kelamin. Pebruari 24, 2012.
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=263&wid=0
Burns, N dan Grove, S.K. (2009). The Practice of Nursing Research: Appraisal,
Synthesis, and Generation of Evidance 6th Edition. Missouri: Saunders
Elsivier Inc.
Chan, K., Prendergast, G., Grønhøj, A., dan Bech-Larsen, T. (2009). Adolescents’
Perceptions of Healthy Eating and Communication about Healthy Eating.
Health Education,109(6), p.474-490. Pebruari 13, 2012. ProQuest Research
Library
http://search.proquest.com/docview/214696492/13553A5E0143CA8D5B7/1
?accountid=17242
Clemen-Stone, S., McGuire, S.L., dan Eigsti, D.G. (2002). Comprehensive
Community Health Nursing: Family, Aggregate, & Community Practice,
6th edition. St. Louis: Mosby, Inc.
Cohn, D. (1994, Oktober). Battling the bacteria that cause body odor. Current
Health Teens, 21(2), p.16-18. Maret 7, 2012. ProQuest Research Library
http://search.proquest.com/docview/211684258/135505EAF1B3A8D0C06/3
Compos et al. (2009). Assessment of personal hygiene and practices of food
handlers in municipal public schools of Natal, Brazil. Food Control, 20
(2009) 807–810
Creswell, H.,W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design Choosing
Among Five Traditions 2nd Edition. California: Sage Publications Inc.
CYH. (2011). Personal Hygiene: Taking Care of your Body. Akses 2 Juli 2012;
http://www.cyh.com/HealthTopics/HealthTopicDetailsKids.aspx?p=335&np
=289&id=2146
Maurer, F.A dan Smith, C.M (2005). Community/ Public Health Nursing
Practice: Health for Families and Popolations 3rd Edition. USA: Elsivier
Saunders
McMurray, A. (2003). Community Health and Wellness: A Sociological
Approach. Toronto: Mosby
Mental Health Weekly Digest. (2003, September). Dermatology: Acne affects
teenagers' self-esteem. Medical Sciences, p.15. Maret 7, 2012. ProQuest
Health & Medical Complete
http://search.proquest.com/docview/194479535/135512AE2E81480CF68/2
Merleau-Ponty, M. (2002). Phenomenology of Perception (Colin Smith). London:
Routledge Classics
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Mulyono (2011, Oktober). Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Nobell (Media
Informasi BBTKL Jakarta), 43-44
Naidoo, J dan Wills, J. (2000). Health Promotion: Foundations for Practice 2nd
Editions. London: Bailliere Tindall
Neumark-Sztainer, D., Story, M., Perry, C., Casey, M A. (1999). Factors
influencing food choices of adolescents: Findings from focus-group
discussions with adolescents. Journal of the American Dietetic Association,
99(8), p. 929-937. Aug 1999. ProQuest
Nies, M.A dan McEwen, M. (2006). Community/Public Health Nursing:
Promoting the Health of Populations 4th Edition. Missouri: Saunders
Elsivier
Noni. (2012). Saatnya Kuku Panjang. Akses 2 Juli 2012;
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/05/22/187044/
Saatnya-Kuku-Memanjang
Nursita, I. (2010). Masalah Rambut Saat Mengenakan Jilbab. Akses 7 Juli 2012.
http://female.kompas.com/read/2010/06/08/09263579/Masalah.Rambut.Saat
.Mengenakan.Jilbab
Olson, J. (2007). Personal Hygiene. Surface Fabrication; Apr 2007; 13, 4; pg. 21
ProQuest.
Oyibo, PG. (2012). Basic Personal Hygiene: Knowledge and Practices Among
School Children Aged 6-14 Years In Abraka, Delta State, Nigeria. Wilolud
Journals 6 (1): page 5 - 11
Pender, N. (1996). Health Promotion in Nursing Practice 3rd Edition.
Connecticut: Appleton & Lange
Polan, E dan Taylor, D. (2007). Journey Across The Life Span: Human
Development and Health Promotion 3rd Edition. Philadelphia: F.A Davis
Company
Polit, D. F dan Beck, C. T. (2004). Nursing Research: Principle and Methods 7th
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Polit, D. F., Beck, C T., dan Hungler, B P. (2001). Essentials Of Nursing
Research: Methods, Appraisal, And Utilization. 5th Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009). Fundamental of Nursing 7th Edition.
Missouri: Mosby Elsivier Inc.
Rice, F. P dan Dolgin, K. G. (2008). The Adolescent: Development, Relationships
And Culture 12th Edition). Boston: Pearson Education, Inc.
Robbins, S.P. (2003). Perilaku Organisasi Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok
Garmedia
Rusaidah. (2011). Lebih Baik Bawakan Anak Bekal daripada Jajan. Akses 7 Juli
2012. http://bangka.tribunnews.com/2011/02/15/lebih-baik-bawakan-anak-
bekal-daripada-jajan
Saifah, A. (2011). Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya dan Media
Massa dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
Puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan
Program Magister Keperawatan Pemintan Keperawatan Komunitas. Depok:
Universitas Indonesia
Santrock, J W. (2005). Psychology Updated 7th Edition. New York: The McGraw
Hill. Companies. Inc
2012. http://www.pustakasekolah.com/pedoman-penerimaan-siswa-baru-
20112012.html
Song et al. (2009). Perceptions of Smoking-Related Risks and Benefits as
Predictors of Adolescent Smoking Initiation. American Journal of Public
Health, 99(3), p.487-492. ProQuest
Speziale, H. J. S & Carpenter, D. R. (2003). Qualitative Research in Nursing:
Advancing the Humanistic Imperative 3rd Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community & Public Health Nursing 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsivier Inc.
Suci, E.S.T. (2009). Gambaran Perilaku Jajan Murid SD di Jakarta. Psikobuana,
1(1), p. 29-38. Pebruari 28, 2012. http://psikobuana.com/doc/29-38%20-
%20Jajan.pdf
Sun, D., Anderson, M., Shah, A., & Julliard, K. (1998). Early Adolescents’
Perceptions of Cigarette Smoking: A Cross-sectional Survey in A Junior
High School. Adolescence, 33(132), p.805-810. Pebruari 13, 2012. ProQuest
http://search.proquest.com/docview/195928789?accountid=17242
Vereecken, C., De Henauw, S., Maes, L. (2005). Adolescents’ Food Habits:
Results of The Health Behaviour in School-Aged. British Journal of
Nutrition; 94; 423-431
Vivas, A., Gelaye, B., Aboset, N., Kumie, A., Berhane, Y., Williams, M. (2010).
Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) of Hygiene among School
Children in Angolela, Ethiopia. J Prev Med Hyg, 2010 June ; 51(2): 73–79.
Wade, C & Tavris, C. (2007). Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. (Benedictine
Widyasinta, Ign. Darma Juwono). Jakarta: Erlangga
WHO SEARO. (2009, Januari). Adolescent Health and Development. Pebruari 10,
2012. http://www.searo.who.int/en/Section13/Section1245_4980.htm
Yunita, R. (2008). Hubungan Antara Perilaku Merokok Orang Tua Dengan
Perilaku Merokok Siswa SMP Di Kota Bogor Tahun 2007. Tidak
dipublikasikan, Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas
Indonesia
KARAKTERISTIK PARTISIPAN
No Kode Umur Jenis Agama Suku Kode Umur Agama Jenis Suku Pendidikan
Partisipan Partisipan Kelamin Partisipan Partisipan Kelamin
Siswa Siswa Guru Wali Guru
(tahun) Kelas (tahun)
1 PS.1 13 Perempuan Islam Jawa PG.1 50 Islam Perempuan Sunda Sarjana
2 PS.2 13 Perempuan Islam Sumatra PG.2 32 Islam Perempuan Betawi Sarjana
3 PS.3 14 Laki-laki Islam Jawa PG.3 34 Islam Perempuan Betawi Sarjana
4 PS.4 14 Laki-laki Islam Jawa PG.4 51 Islam Perempuan Jawa Sarjana
5 PS.5 15 Perempuan Islam Sunda PG.3 34 Islam Perempuan Betawi Sarjana
6 PS.6 14 Laki-laki Islam Betawi PG.3 34 Islam Perempuan Betawi Sarjana
SKEMA TEMA
Mengungkapkan contoh
PHBS
Sub Tema 1:
Pengetahuan yang mendukung
Mengungkapkan manfaat penerapan PHBS
PHBS
Sub Tema 2:
Menyatakan
Keterampilan yang mendukung
mempraktikkan PHBS
penerapan PHBS
Tema 1:
Perilaku yang
PHBS terlihat dari mendukung penerapan
tindakan seseorang PHBS
melakukan kebersihan
Sub Tema 3:
PHBS Berawal dari diri Sikap yang mendukung
sendiri penerapan PHBS
Merasakan manfaat
setelah
berperilaku bersih dan
sehat
Sub Tema 1:
Kurang informasi Kurang pengetahuan
PHBS tentang PHBS
Sub Tema 3:
Kurang menerapkan Kurang kemauan
PHBS menerapkan PHBS
Kurang pengetahuan
menerapkan PHBS
Sub Tema 1:
Kurang fasilitas Hambatan Siswa
pendukung PHBS
Tema 4:
Keterbatasan waktu Faktor penghambat
terbentuknya PHBS
di sekolah
Kurang pembinaan
Sub Tema 2:
Hambatan Guru
Kurang pendanaan
Kebijakan sekolah
yang belum optimal
Sub Tema 1:
Dukungan tenaga Sumber dukungan penerapan
kesehatan PHBS
Dukungan guru
Penyuluhan
Berita di TV
Sub Tema 2:
Bentuk dukungan penerapan Tema 5:
Membaca koran PHBS Faktor pendukung
pembentukan PHBS
Poster di sekolah
Sub Tema 3:
Aturan sekolah
Aturan sekolah
Perilaku melanggar
siswa
Sub Tema 5:
Tidak ada dukungan
Kurang informasi penerapan PHBS
tentang PHBS
Kebutuhan Fasilitas
PHBS
Sub Tema 1:
Harapan Siswa
Kebutuhan kegiatan
olahraga Tema 6:
Harapan siswa dan
guru untuk
Kebutuhan Fasilitas terlaksananya PHBS
PHBS
Sub Tema 2:
Harapan Guru
Dana pelaksanaan
program UKS
JADWAL PENELITIAN
PERSEPSI SISWA SMP DALAM PENERAPAN PHBS TATANAN SEKOLAH DI KELURAHAN TUGU DAN PASIR GUNUNG SELATAN
KOTA DEPOK TAHUN 2012
Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini
sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi
atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun tanpa ada konsekuensi
dan dampak negatif. Sebelum Saudara memutuskan, saya akan menjelaskan
beberapa hal, sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi siswa
SMP dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah.
Persepsi siswa SMP terhadap penerapan PHBS dapat digunakan untuk
pengembangan pelayanan keperawatan komunitas terutama dalam
menentukan tindakan pencegahan baik primer, sekunder dan tersier terhadap
gangguan kesehatan yang mungkin muncul pada populasi remaja di sekolah.
2. Jika Saudara bersedia ikut serta dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
wawancara pada waktu dan tempat yang disepakati bersama. Jika Saudara
mengizinkan, peneliti akan menggunakan alat perekam suara untuk merekam
yang Saudara ungkapkan selama wawancara berlangsung. Wawancara akan
dilakukan satu kali selama 30-60 menit.
Siswa/ siswi Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan
bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saudara diminta untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela.
Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas
penelitian ini kapanpun tanpa ada konsekuensi dan dampak negatif. Sebelum
Saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal, sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi siswa
SMP dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah.
Persepsi siswa SMP terhadap penerapan PHBS dapat digunakan untuk
pengembangan pelayanan keperawatan komunitas terutama dalam
menentukan tindakan pencegahan baik primer, sekunder dan tersier terhadap
gangguan kesehatan yang mungkin muncul pada populasi remaja di sekolah.
2. Siswa/siswi Saudara telah melakukan wawancara dengan peneliti dalam
penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah. Jika Saudara
bersedia ikut serta dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara
kepada Saudara terkait penerapan PHBS sekolah putra/ putri Saudara. Waktu
dan tempat wawancara akan disepakati bersama. Jika Saudara mengizinkan,
peneliti akan menggunakan alat perekam suara untuk merekam yang Saudara
LEMBAR PERSETUJUAN
(Untuk Siswa)
Saya sangat memahami bahwa penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
pengembangan pelayanan keperawatan komunitas terutama dalam menentukan
tindakan pencegahan terhadap gangguan kesehatan yang mungkin muncul pada
populasi remaja di sekolah. Dengan menandatangani lembar persetujuan ini
berarti saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara ikhlas dan
tanpa paksaan dari siapapun.
Depok,……………………2012
Peneliti Partisipan
(…………………...) (………………………..)
Setelah mendengar penjelasan dari peneliti dan membaca penjelasan penelitian, saya
memahami bahwa penelitian ini akan menjunjung tinggi hak-hak saya selaku partisipan.
Saya berhak tidak melanjutkan berpartisipasi dalam penelitian ini jika suatu saat
merugikan saya.
Saya sangat memahami bahwa penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
pengembangan pelayanan keperawatan komunitas terutama dalam menentukan
tindakan pencegahan terhadap gangguan kesehatan yang mungkin muncul pada
populasi remaja di sekolah. Dengan menandatangani lembar persetujuan ini berarti
saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara ikhlas dan tanpa paksaan dari
siapapun.
Depok,……………………2012
Peneliti Partisipan
(…………………..) (………………………..)
Nama : .....................................................................................
Umur : .....................................................................................
Agama : .....................................................................................
Suku : .....................................................................................
Pendidikan : .....................................................................................
Pekerjaan : .....................................................................................
Nama : .....................................................................................
Umur : .....................................................................................
Agama : .....................................................................................
Suku : .....................................................................................
Pendidikan : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
Pertanyaan Pembuka
Saya tertarik untuk belajar dan mendapatkan gambaran tentang persepsi saudara
(nama partisipan) dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
sekolah. Saya sangat menghargai bila saudara (nama partisipan) mau
menceritakan pengalaman saudara (nama partisipan) terkait penerapan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah baik itu pendapat, peristiwa, pikiran dan
perasaan yang saudara (nama partisipan) alami.
Pertanyaan Pembuka
Saya tertarik untuk belajar dan mendapatkan gambaran tentang persepsi Bapak/
Ibu terhadap siswa dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
sekolah. Saya sangat menghargai bila Bapak/Ibu mau menceritakan pengalaman
Bapak/Ibu terkait penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah
baik itu pendapat, peristiwa, pikiran dan perasaan yang Bapak/Ibu alami.
CATATAN LAPANGAN
Riwayat pendidikan :
1. SD Negeri 27 Pemecutan Denpasar (1990 – 1996)
2. SMP Negeri 7 Denpasar (1997 – 2000)
3. SMU Negeri 4 Denpasar (2000 – 2003)
4. PSIK FK Universitas Airlangga Surabaya (2003 – 2008)
5. Program Magister Ilmu Keperawatan (2010 – sekarang)
FIK Universitas Indonesia
Riwayat pekerjaan :
1. Dosen PSIK FK Universitas Udayana (2009 – sekarang)
Penelitian :
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar gula darah pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Polikinik IRJ RSU.Soetomo Surabaya