Makalah Ibu Sumiharti Penelitian Sastra
Makalah Ibu Sumiharti Penelitian Sastra
Makalah Ibu Sumiharti Penelitian Sastra
DISUSUN OLEH:
NIM 1500888201060
Intan Permatasari
NIM 1500888201084
UNIVERSITAS BATANGHARI
2017
KATA PRNGANTAR
Puji syukur saya ucapkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami untuk memenuhi
tugas mata kuliah PENGERTIAN DAN CONTOH PENELITIAN SASTRA .
Kami berharap makalah ini dapat menjadi salah satu sumber referensi bagi pembaca
yang ingin mengetahui dan mempelajari sastra. Tiada gading yang tak retak, begitu juga
dengan makalah ini. Jadi, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan supaya makalah ini menjadi lebih baik.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada pembaca atas perhatiannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai buku telah ditulis oleh para ahli yang menjelaskan sastra dalam penelitian.
Mereka menjelaskan berbagai posisi sastra dalam wacana penelitian kesastraan seperti
jenis-jenis pendekatan yang melatar belakangi sebuah penelitian sastra para ahli yang
mencetuskan teori yang melatarbelakangi pendekatan tersebut. Meskipun demikian, tidak
banyak buku tentang penelitian sastra yang membahas berbagai pendekatan atau teori
penelitian sastra sekaligus dilengkapi dengan contoh riil bagaimana penelitian sastra
beroperasi secara langsung dilapangan.
Dimaksudkan untuk turut serta mengisi kekosongan tersebut, bagian ini akan
menjelaskan berbagai jenis pendekatan dalam penelitian sastra disertai dengan contoh-
contoh penelitian sastra dalam beragam variabel termasuk yang berkembang di
mancanegara dan Indonesia.
1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui pengertian Penelitian Sastra.
2. Dapat mengetahui Contoh Penelitian Sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
Penelitian Sastra merupakan cabang kegiatan penelitian dengan mengambil objek sastra.
Meskipun berbeda, tetapi hakikat penelitiannya tetap sama. Pada awalnya harus ada masalah
sastra yang akan dicari pemecahannya. Pemecahan pemecahan itu harus ditempuh secara
ilmia, sistematis, dan logis. Fakta yang dihadapi harus merupakan fakta empris dan
penyelidikannya dilakukan secara berhati-hati dan bersifat objektif.
”Penelitian sastra adalah suatu penelitian dikerjakan melalui bebrapa tahap yaitu (1)
tahap perencanaan (2) tahap pelaksanaan, dan (3) Tahap pelaporan. Tahap
perencanaan terdiri atas perumusan masalah, studi pendahuluan, dan penyusun
rancangan penelitian” (Rachmat Djoko Pradopo et al 2003: 23)
“Batasan dan bidang garapan pada dasarnya adalah untuk mengetahui wila
yang akan kita teliti dengan berbagai jenis pertanyaan penelitian karya ilmiah
dalam konteks studi kesastraan yang akan kita teliti di wilayah tertentu”
(Bachrudin Musthafa, 2008: 147-148)
Pertanyaan Penelitian
Penelitian dapat dibicarakan dari berbagai seginya yang jamak, Keputusan telah di
ambil dalam buku ini untuk mengkategorikan penelitian berdasarkan jenis pertanyaan yang
diajukannya. Yang dalam hal ini akan dibahas tiga jenis pertanyaan utama. Apa yang terjadi ?
Adakah efek/akibat sistematis yang dapat dipolakan ? dan mengapa atau bagaimana sesuatu
(fenomena kesatraan tertentu) terjadi ?.
Pertanyaan dasar semacam ini penting diajjukan akan dijawab melalui penelitian
untuk mendudukan basis data memotret keadaan yang ada sekarang (atau pada saat
penelitian dilakukan ). Signifikansi pertanyaan dasar ini terletak pada fungsinya yang
strategis dalam arti bahwa pertanyaan-pertanyaan lanjut hanya dapat dibangun dan
dilaksanakan dengan baik setelah pertanyaan dasar ini dijawab dengan data. Ilustrasi
pertanyaan penelitian sastra pada tataran ini dapat dirumuskan seperti contoh berikut :
1. Apa yang terjadi pada genre puisi Indonesia semenjak terjadi Tsunami yang
merupakan tragedi kemanusiaan dahsyat yang terjadi di Indonesia penghujung
tahun 2004 ? Dari segi topik yang diangkat penyair : Apakah tema yang dominan
? Dari segi gaya pengungkapan . apa yang dapat dipolakan ? Dari segi fitur
linguistiknya. Adakah ciri-ciri yang memola?
2. Apa yang terjadi pada genre prasa fiktif Indonesia semenjak terjadi pengalaman
kolektif diterjang gelombang tsunami pada akhir tahun 2004 ? Dari segi tema ,
apakah yang menjadi dominan ? Dari segi penokohan , adakah sesuatu yang
memola ? Dari segi penceritaan apakah tehnik ( baru ) yang menonjol ? Dari segi
nilai spiritual. Apakah yang mencuat menjadi dominan ?.
Pertanyaan penelitian berbasis teks semacam ini dapat didekati, antara lain , dengan
survei terhadap teks yang terpublikasikan pada kurun waktu tertentu dan kemudian
penelisikan ke dalam teks untuk pengidentifikasian dan pemaparan tema , dan kemudian
pemolaan fitur-fitur yang dicari (seperti gaya pengungkapan/ penokohan /stilistika/ tehnik
penceritaan).
Contoh pertanyaan tadi juga dapat digabungkan dengan fokus pada aktor dan aspek
yang lain seperti penulis, pembaca dan konteks (tujuan) pembacaan, Metode dan prosedur
kerja yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data, tentu saja , akan bergantung
pada apa persisnya pertanyaan itu dan bagaimana persisnya pertanyaan itu dibahasakan, jenis
dan sumber data yang diperlukan , dan tujuan penelitian itu sendiri. Misalnya, kalau ingin
mengetahui pertimbangan-pertimbangan (motif) pengambilan keputusan dari sisi pengarang,
atau alasan yang melatari perilaku pembaca.maka pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara dengan responden yang bersangkutan. Pengolahan lanjut hasil wawancara ini
dapat dilakukan melalui kategorisasi dan , kemudian penghitungan kuantitatif dan / atau
pemaparan detail untuk ditafsirkan secara kualitatif.
a. Pertanyaan jenis kedua : Apa dampak / akibat sistematis (dari fenomena kesastraan ini)
yang dapat dipolakan ?
Belakangan ini , dalam khazanah sastra Indonesia, ada disebut – sebut kemunculan
sastra wangi dan sastra kata. Apa kontribusi gerakan sastra ini bagi keseluruhan lanskap
dunia sastra Indonesia ? Adakah dampak stilistika yang dapat diidentifikasi dri gerakan ini ?
Adakah yang dapat di prediksikan bagi perkembangannya ke depan ?
Dengan demikian , atas dasar spekulasi teoritis yang dapat dibangun dan
eksperimentasi yang dapat dilakukan dalam penelitian ke arah jenis pertanyaan semacam ini.
Dapat diharapkan bahwa dunia penelitian kesastraan kita beroleh darah dan arah baru
sehingga hasil kerja ilmuwan peneliti dan praktisi sastra di negeri ini tidak terjebak pada
replikasi yang berputar –putar pada topik yang (relatif) tak berubah dan , dengan demikian
mengesankan jalan ditempat. Arah pertanyaan penelitian ini dalam keyakinan penulis buku
ini potensial dapat menguak tabir dan merambah jalan baru yang memberdayakan.
b. Pertanyaan jenis ketiga : Mengapa dan bagaimana ( fenomena kesastraan ) ini terjadi ?
Dunia sastra dalam persepsi banyak pakar senantiasa berada dalam tegangan antara
konversi dan inversi. Sejalan dengan adagium ini, perubahan pun sub til dan evolutivnya
merupakan keniscayaan yang seyogiaya didata setiap waktu dan dipolakan secara berkala.
Apakah alasan sistematis yang mendorong lahirnya misalnya sastra wangi ? apakah pula
yang mendorong tumbuhnya sastra kota ? bagaimana proses kemunculan kedua fenomena
kesastraan ini ?
Tak sulit dibayangkan betapa dasyat informasi dan peluang perkembangan yang
didapat apabila kita dapat dengan baik mengangkat isu-isu semacam ini dalam penelitian
kesastraan kita. Betapa kaya khazanah penelitian kesastraan kita bila isu-isu unik ke-
Indonesia-an ini dapat dengan baik dideskripsikan dan dipublikasikan. Temuan –temuan
yang di publikasikan ini kemudian akan dapat berfungsi dalam, sedikitnya, dua peran:
sebagai inspirasi pengembangan metodologi bagi penelitian yang lahir sesudahnya.
Kalau ketiga pokok pertanyaan ini dapat dengan jelas dijawab, pada dasarnya
materi pokokpenelitian telah tersakup. Pertanyaan penelitian terdapat pada
fenomena yang diteliti. Cara mencari data dan prosedur yang harus
mengumpulkan dan mengolah data tercakup dalam prosedur kerja ilmiah
(baca:metodologi). Untuk selanjutnya tinggal lagi pelaksanaan penelitian dan
pelapornya dalam tulisan yang dipandu konvensi akademis-ilmiah.
Dalam praktiknya yang baik, dalam banyak konteks, peneliti mengkaji sesuatu
yang relatif telah diakrabinya. Keakraban dengan wilayah garapan ini penting
karena hanya dengan hanya dengan keakraban itulah peneliti akan dapat
menemukan suatu fokus garapan yang bermanfaat dan doable dapat dikerjakanya
dalam waktu yang masuk akal dan dengan sumberdaya yang terjangkau.
Cara lain untuk melakukan penelitian serupa itu adalah dengan cara membaca
dan menemukan pola ( atau kesimpulan/penilaian) tertentu berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan dengan intens. Simpulan (-simpulan) berkenaan
dengan pola tentang perkara yang diteliti itu kemudian didukung dengan data-data
yang sebenarnya telah diakrabinya selama pengamatan itu dilakukan.
Cara yang kedua ini dapat dilakukan relatif mudah kalau topik yang dibahas
telah diakrabi dengan baik. Atau, dengan kata lain, persyaratan penting bagi
kemampuan peneliti membaca dan merumuskan pola ini adalah pengatahuan topik
yang intensif dan ekstensif serta keakraban yang tinggi dengan data yang
dipergunakan dalam penelitian yang dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan
penelitian yang dimaksud.
Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu tentang bidang garapan sastra, sebagai
lahan penelitian, sastra memiliki lanskap yang sangat beragam. Seperti telah dibahas
pada bab mazhab kritik sastra, penelitian sastra juga memiliki cakupan beragam yang
meliputi teks, pengarang, pembaca, dan konteks pembacaan dan penulisan. Keluasan
garapan penelitian sastra dan dengan demikian juga opsi topik dan metodologinya
dapat disimak pada paparan berikut.
Ada dua kategori penelitian yang dapat dibedakan dalam jenis penelitian yang
terfokus pada teks: analisis kesastraan yang lazimnya berupa penelitian teks yang
bertujuan meneliti teks atau genre sastra untuk keperluan pendeskripsikan stilistika
terhadap apa yang telah dihasilkan pengarang: analisis kandungan teks yang lazimnya
berupa studi yang bertujuan mengungkap dan memolakan kandungan (yakni, tentang
pesan) karya sastra yang bersangkutan. Penelitian analisis kesastraan memperlakukan
karya sastra sebagai objek kajian untuk dibedai, diuarai, dan dikritik. Berkembang
dengan mantap semenjak dasawarsa 1970-an, penelitian tipe seperti ini memusatkan
titik telaah pada ilustrasi, genre teks, atau stilistika dengan perspektif pemandu berasal
dari berbagai rumpun teori seperti kritik struturalis, teori naratif sampai teori feminis
dan teori kristis serta kritik historis.
“Peneliti sastra terfokus pada teks adalah penelitian dengan focus ini percaya
bahwa objektifitas kajian dapat dicapai jika peneliti memandang teks otonom
tanpa mengkait-kaitkan dengan penulis, pembaca, realitas atau teks lain
sumber data penelitian dengan fokus ini adalah elemen-elemen yang ada
didalam teks itu saja” (Bachrudin Musthafa, 2008: 152)
Pada teks sastra itu sendiri, penelitian analisis untuk mengungkap dan
memolakan perangkat kesastraan (literary devices) dan anasir artistik yang
terkandung dalam karya sastra. Analisis itu sendiri bisa dilakukan terhadap berbagai
teks sastra tapi dihasilkan oleh berbagai pengarang sezaman, atau berbagai karya
sastra yang dikategorikan ke dalam satu atau sub genre tertentu.
1. Pembaca sebagai pemain peran. Peran ini berlaku bagi anak anak usia prasekolah
ataua taman kanak kanak. Karena belum bisa membaca dan, oleh karena itu,
mencerna cerita ketika dibacakan orang lain kepadanya, anak-anak seusia ini dengan
penuh percaya diri berusaha untuk menjadi tokoh apa aja yang diinginkan dalam
dunia fantasi yang menggambarkan realitas , rasa takut, dan keinginan mereka. Tak
mengherankan kemudian bila kita melihat anak-anak demikian terlibat dalam dunia
cerita seolah-olah cerita itu merupakan dunia nyata kasat-mata yang dilakoninya.
Sejalan dengan perkembangan mereka, anak-anak ini kemudian mulai belajar
memilah-milah dan mengontrol mana yang maya dan mana yang nyata.
2. Pembaca sebagai pahlawan. Anak-anak usia sekolah dasar sering dijadikan tokoh
utama dalam cerita roman yang menceritakan gambaran anak-anak tentang perilaku
manusia dalam dunia nyata. Dalam hal ini, cerita dianggap sebagai dunia alternatif
yang cenderung lebih teratur dan memiliki atura yang lebih jelas bila dibandingkan
dunia yang nyata. Dengan demikian, anak sering terbius dan tersedot masuk ke dalam
cerita dan menjadikanya sebagai pelarian dari dunia nyata yang menyungkupnya.
3. Pembaca sebagai pemikir. Peran ini berlaku bagi anak remaja seusia SMP atau SMA.
Pembaca remaja menjadikan cerita sebagai alat untuk memahami kompleksitas
kehidupan yang penuh nilaidan berbagai keyakinan yang mungkin pantas dijadikan
tambahan komitmen, berbagai citraan ideal, dan berbagai model peranan otentik yang
dianut. Anak remaja merasa harus menemukan kriteria tertentu untuk menentukan
nilai kebenaran dari berbagai gagasan dan opsi gaya hidup yang terpanjakan
kepadanya.
4. Pembaca sebagai penafsir. Bagi pembaca yang memepelajari sastra secara sistematis,
khususnya mahasiswa jurusan sastra atau guru bahasa dan sastra,teks atau cerita
merupakan sebuah disiplin ilmu yang memiliki prinsip dan aturan tersendiri. Oleh
karena itu, kelompok pembaca akademis ini berusaha mendekti karya sastra melalui
kerangka perspektif tertentu. Mereka bahkan berusaha untuk mengapresiasi dan
menganalisis karya sastra tersebut dan membicarakanya dengan langgam ilmiah
sesuai aturan yang berterima di kalangan penafsir sastra.
5. Pembaca pragmatis. Peran ini biasanya dimainkan oleh pembaca dewasa, karena
pengalaman hidup dan pembacaan sebelumnya, dapat memilah-milah karya sastra
sesuai dengan maksud dan tujuan pembacanya. Mereka mampu menggunakan
pembacaan karya sastra sebagai alat pelarian dari dunia nyata, alat untuk menilai
kebenaran suatu pengalaman dan mengagumi keindahan sebuah karya seni,
melakukan petualangan dengan hal baru, atau menghibur diri dengan berbagai citra
kebijakan yang disajikan karya sastra. Yang jelas sekarangini, respons pembacaan
orang dewasa lebih didasarkan pada kebutuhan pragmatis yang dilakukan secara
sadar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori dan Praktik Sastra. Jakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Pradopo, Djoko Rachmat et al. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita,
Graha Widya