Hidrologi - Catchment Area
Hidrologi - Catchment Area
Hidrologi - Catchment Area
Fungsi hidrologis DAS sangat dipengaruhi jumlah curah hujan yang diterima, geologi
yang mendasari dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS
untuk:
1. mengalirkan air;
2. menyangga kejadian puncak hujan;
3. melepas air secara bertahap;
4. memelihara kualitas air dan
5. mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor dan erosi)
DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi
konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak
terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Kedua DASbagian tengah
didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapatmemberikan
manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari
kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta
terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.Ketiga DAS
bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui
kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait
untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah
GAMBAR 1.1
Hubungan Biofisik antara DAS bagian hulu dan hilir
Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola dengan baik dan terjaga
keberlanjutannya dengan didukung oleh prasarana dan sarana di bagian tengah akan dapat
mempengaruhi fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk pertanian,
kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan
adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun tata ruang,
dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi berbagai pihak terkait baik lintas
sektoral maupun lintas daerah secara baik.Dimana, Kondisi DAS dikatakan baik jika
memenuhi beberapa kriteria yang juga mempengaruhi catchment area :
a. Debit sungai konstan dari tahun ke tahun.
b. Kualitas air baik dari tahun ke tahun.
c. Fluktuasi debit antara debit maksimum dan minimum kecil.
d. Ketinggian muka air tanah konstan dari tahun ke tahun.
CURAH HUJAN
II.2 Metode
1. Metode rata-rata aritmatik
Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tingi hujan yang ada di sekitar daerah aliran sungai yang
akan ditentukan curah hujan wilayahnya.
Tentukan berapa banyaknya stasiun pengukuran hujan yang terletak di dalam batas daerah aliran
sungai tersebut.
Jumlahkan tinggi hujan dari sejumlah stasiun pengukuran hujan yang telah ditentukan.
Curah hujan wilayah diperoleh dengan cara membagi jumlah tinggi hujan hasil tahap kerja c dengan
banyaknya stasiun pengukuran hujan hasil tahap kerja b.
2. Metode Poligon Thiessen
Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tinggi hujan yang ada di sekitar daerah aliran sungai yang
akan ditentukan curah hujan wilayahnya.
Sambungkan setiap stasiun pengukuran hujan dengan stasiun pengukuran terdekatnya terutama
untuk stasiun-stasiun pengukuran hujan yang berada dalam dan paling dekat dengan batas daerah
aliran sungai. Sambungkan antara stasiun akan membentuk deret segitiga yang tidak boleh saling
memotong satu sama lain.
Tentukan titik tengah dari setiap sisi segitiga kemudian buatlah sebuah garis tegak lurus terhadap
masing-masig sisi segiiga tersebut tepat di titik tengahnya.
Hubungkan setiap garis tegak lurus tersebut satu sama lain sehingga membentuk poligon-poligon
dimana setiap poligon hanya diwakili oleh satu stasiun pengukuran hujan yang berada di dalam atau
paling dekat dengan batas daerah aliran sungai.
Tentukan luas daerah masing-masing poligon dengan mengunakan planimeter atau kertas milimeter
blok. Jumlah dari luas daerah masing-masing poligon akan sama dengan total luas daerah aliran
sungai.
Tentukan presentase luas dari setiap poligon terhaap luas totaldaerah aliran sungai.
Kalikan presentase luas setiap poligon (hasil tahap kerja f) dengan tinggi hujan yang jatuh di dalam
poligon-poligon tersebut.
Curah hujan wilayah diperoleh dengan cara menjumlahkan perkalian persentase luas poligon dengan
tinggi hujan yang jatuh di dalam poligon tersebut (penjumlahan setiap perkalian pada tahap kerja g).
3. Metode Isohyet
Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tinggi hujan yang ada di sekitar darah aliran sungai yang
akan ditentukan curah hujan wilayahnya.
Tentukan interval curah hujan yang akan digunakan.
Gambar isohyet (garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai curah hujan yang
sama) berdasarkan interval yang telah ditentukan, berturut-turut mulai dari interval yang paling besar
samapai inteval yang palinh kecil. Dalam beberapa hal isohyet merupakan hasil interpolasi linier
antara curah hujan pada pada dua stasiun pengukuran yang berdekatan.
Tentukan curah hujan rata-rata diantara setiap isohyet (isohyet rata-rata) dengan metode rata-rata
hitung.
Tentukan total luas daerah yang dicakp oleh setiap isohyet dengan menggunakan planimeter atau
kertas milimeter blok.
Tentukan luas neto dari masing-masing daerah
Kalikan masing-masing isohyet rata-rata
Akumulasikan hasil dari masing-masing perkalian antara isohyet rata-ratadengan luas netto
daerahnya berturut-turut dari interval isohyet tinggi ke isohyet terendah.
Tentukan hujan ekivalen yang jatuh di setiap luasan netto isohyet dengan cara membagi akumulasi
nilai pada masing-masing interval isohyet.dengan total luas daerah yang dicakup oleh masing-masing
interval isohyet.
Curah hujan wilyah diperoleh dari hujan ekivalen yang jatuh pada luasan netto yang paling kecil.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Pengamatan
1. Metode rata-rata aritmatik
Stasiun Curah
pengukuran hujan
1 172
2 158
3 130
4 118
5 96
6 80
7 78
8 76
9 70
10 62
11 55
Total 1095
Rata-rata 99.54
1 2 3 4 5
1. Metode Isohyet
CH
Interval Isohyet Luas
Luas 2x4 5 ekuivalen
isohyet rata-rata neto
(6:3)
1 2 3 4 5 6 7
III.2. Pembahasan
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosphere
ke permukaan bumi. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat
berupa salju dan hujan es. Dalam uraian selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah hanya
yang berupa hujan. Curah hujan wilayah disebut juga dengan curah hujan terpusat dimana curah
hujan yang didapat dari hasil pencatatan alat pengukur hujan atau data curah hujan yang akan diolah
berupa data kasar atau data mentah yang tidak dapat langsung dipakai. Dalam suatu daerah terdapat
stasiun pencatat curah hujan.
Curah hujan wilayah diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Cara
menghitung curah hujan wilayah dapat ditentukan dari pengamatan curah hujan di beberapa titik.
Hasil pengukuran data hujan dari masing-masing alat pengukuran hujan adalah merupakan data
hujan suatu titik (point rainfall). Padahal untuk kepentingan analisis yang diperlukan adalah data
hujan suatu wilayah (areal rainfall). Ada beberapa cara untuk mendapatkan data hujan wilayah yaitu :
3. Cara Isohiet
Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang
sama. Metode ini menggunakan isohiet sebagai garis-garis yang membagi daerah aliran sungai
menjadi daerah-daerah yang diwakili oleh stasiun-stasiun yang bersangkutan, yang luasnya dipakai
sebagai faktor koreksi dalam perhitungan hujan rata-rata.
Stasiun pencatat curah hujan maka untuk mendapatkan curah hujan wilayah dapat dilakukan
dengan mengambil nilai rata-rata dengan menggunakan cara-cara yang ditentukan.
Dari data yang diperoleh dihasilkan banyak poligon yang didapat dalam suatu aliran sungai.
Setiap poligon memiliki luas yang berbeda-beda. Dalam 3 cara yang dilakukan untuk menentukan
curah hujan wilayah memiliki nilai yang berbeda-beda. Curah hujan wilayah dalam menggunakan
cara aritmatik mendapat nilai sebesar 92.67 mm, nilai curah hujan wilayah dengan menggunakan
cara poligon thiessen sebesar 81.01, dan curah hujan wilayah dengan menggunakan cara isohyet
menghasilkan nilai sebesar 1.83.
Data hujan yang tidak konsisten biasanya disebabkan karena perubahab atau gangguan
lingkungan di sekitar tempat penakar hujan. Curah hujan tidak bersifat universal sehingga daerah
yang mengalami curah hujan maksimum pada saat aktivitas matahari maksimum mengalami
kekeringan dan curah hujannya cenderung maksimum. Data curah hujan dapat diperoleh pada
stasiun klimatologi.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Dari data yang dihasilkan terdapat poligon yang didapat dalam suatu aliran sungai. Setiap poligon
memiliki luas yang berbeda-beda. Dalam tiga cara yang telah dilakukan untuk menentukan curah
hujan wilayah memiliki nilai yang berbeda-beda. Dari hasil yang diperoleh ternyata dari tiga cara yang
digunakan dalam menentukan rata-rata curah hujan wilayah metode poligon thiessen adalah yang
paling akurat.
2. Catchment area (daerah tangkapan air) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topografis yang dapat berupa punggung-punggung bukit atau gunung dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
3. DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
IV.2 Saran
Dari hasil analisa diharapkan pengukuran data curah hujan harus di uji konsistensinya terlebih
dahulu dengan menggunakan tiga cara yaitu cara aritmatik, cara poligon thiessen, dan cara isohyet.
Selain itu juga pengukuran curah hujan harus menggunakan banyak stasiun sehingga curah hujan
yang diperoleh tidak menimbulkan dampak negatif terhadap manusia. Jika menginginkan data curah
hujan yang akurat sebaiknya di stasiun penakar hujan harus terbebas dari gangguan lingkungan,
seperti penakar hujan letaknya tidak boleh berdekatan dengan gedung tinggi dan lain sebagainya.