Konsep Ekonomi Manajerial

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI MANAJERIAL

Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial


Sebelum mempelajari ekonomi manajerial, lebih baik apabila mengerti terlebih
dulu ruang lingkup ekonomi manajerial, yang mengurai tentang apa itu ekonomi
manajerial, ilmu-ilmu apa saja yang melatarbelakangi, serta apa saja kegunaan-
kegunaan dari ekonomi manjerial itu sendiri.
Pada dasarnya, Ekonomi Manajerial merupakan suatu nama mata kuliah yang
materi utamanya adalah membahas tentang kerja manajer dalam memanajemeni suatu
perusahaan. Karena di dalam manajemen perusahaan mempunyai banyak tujuan dan
juga banyak permasalahan yang dihadapi, maka Ekonomi Manajerial akan
menekankan pada pokok-pokok bahasan bagaimana manajer mencapai tujuan
perusahaan, serta mengatasi permasalahan yang ada.
Ditinjau dari sifatnya, tujuan perusahaan dapat digolongkan sebagai tujuan
antara dan tujuan utama. Tujuan antara ini misalnya: menguasai pasar, memenangkan
persaingan, menjaga stabilitas operasional perusahaan, menjaga konsistensi karyawan,
menguatkan citra perusahaan, dan sebagainya. Namun tujuan antara ini akan
bermuara pada tujuan utama perusahaan, yaitu laba. Demi untuk mencapai tujuan
utama, sering kali perusahaan dihadapkan dengan berbagai permasalahan-
permasalahan yang harus senantiasa diatasi. Bahkan bagi para manajer merupakan
suatu kewajiban untuk berfikir secara kritis guna mengidentifikasi timbulnya
permasalahan, mencari berbagai alternatif solusi, mengimplementasikan keputusan
solusi, dan sebagainya. Hanya dengan cara-cara aktif seperti itu manajer perusahaan
akan dapat mancapai tujuan utama perusahaan.
Jika diidentifikasi dengan seksama, masalah-masalah yang dihadapi manajerial
sangat banyak dan beragam. Beberapa masalah itu antara lain: seberapa besar laba
yang ingin dicapai, jenis produk apa dan berapa jumlah produksi yang harus
dilakukan, teknik produksi apa yang ditentukan, berapa biaya produksi maupun
pemasaran yang memadai, bagaimana daya serap pasar, berapa tingkat elastisitas
pasar, berapa investasi dan pendanaan yang diperlukan, berapa harga produk yang
bisa diserap pasar, dan sebagainya. Semua masalah-masalah itu merupaka masalah
manajerial yang perlu diatasi oleh manajer. Hanya saja untuk mengatasi masalah itu
tidak mudah. Perlu memperhatikan teori-teori yang berkaitan dengan perusahan,
seperti teori produksi, teori perilaku konsumen, teori harga, teori laba, dan
sebagainya. Dalam penerapan teori-teori itu perlu diterjemahkan sebagai basis
pengambilan keputusan, yang dalam implementasinya perlu dukungan alat dan teknik
pengambilan keputusan. Banyak alat dan teknik analisis yang bisa digunakan oleh
manajer perusahaan, seperti: teknik optimasi, peramalan bisnis, teori permainan
(game theory), analisis numerik, estimasi permintaan, analisis statistik, dan
sebagainya. Antara teori-teori dan teknik pengambilan keputusan ini yang dipadukan
oleh manajer perusahaan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Perpaduan antara teori ekonomi dan teknik pengambilan guna pengambilan
keputusan dalam menangani masalah-masalah manajerial ini yang disebut dengan
metodologi ekonomi manajerial. Karena perpaduan keduanya itu dalam
pengimplementasiannya mewujud dalam pengunaan teori, metode, alat-alat (tools),
dan teknik analisis yang berguna untuk pemecahan masalah (problem solving) atas
masalah-masalah manajerial, bisa pula untuk mengukur kekuatan ekonomi
perusahaan, menjabarkan konsekuensi dari keputusan yang diambil, mengetahui

1
perilaku manajerial, dan mengukur kekuatan organisasi. Oleh karena itu metodologi
ekonomi manajerial ini penting bagi pengambilan keputusan di dunia bisnis.
Perlu dipahami, bahwa masalah-masalah yang dihadapi perusahaan bisa berasal
dari internal perusahaan sendiri dan juga berasal dari factor eksternal perusahaan.
Terlebih pada era globalisasi sekarang ini, dimana factor informatika dan
telekomunikasi demikian kuatnya, ditambah dengan gebyar media massa yang
semakin variatif, maka dalam keilmuan ekonomi manajerial perlu membahas teori
yang bersifat mikro sekaligus makro. Oleh karena itu, di dalam ekonomi manajerial
dibutuhkan pengetahuan teori-teori ekonomi (terutama teori aplikatif perusahaan)
serta teknik-teknik pengambilan keputusan. Dua hal ini akan digabungkan untuk
mengatasi problem manajerial yang sering terjadi pada wilayah manajerial seperti
permasalahan pada keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, serta operasi dan
produksi. Penjelasan di atas jika diwujudkan dalam bentuk skema bisa tertera seperti
di bawah ini:

Skema di atas menggambarkan skope dari ekonomi manajerial. Dari skope


tersebut diketahui bahwa ekonomi manajerial menerangkan tentang penerapan teori-
teori ekonomi dan alat-alat analisis untuk pengambilan keputusan yang diterapkan
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan cara-cara
yang lebih efektif dan efisien.
Tentu saja penerapan metodologi ekonomi manajerial di atas dapat digunakan
pada organisasi profit (atau perusahaan) maupun non profit (seperti sekolah, rumah
sakit, organisasi pemerintah, dan sebagainya), karena problem manajerial tetap
muncul pada organisasi-organisasi itu. Perusahaan misalnya, mempunyai keinginan
untuk memperoleh keuntungan yang banyak, tetapi dapat saja terkendala oleh input
produksi (akibat kelangkaan, kerusakan mesin, mogoknya pekerja, peraturan
pemerintah, dan sebagainya). Pada organisasi non profit, rumah sakit misalnya, ingin
memberikan pelayanan terbaik dalam merawat pasiennya tetapi terkendala oleh
sumber daya yang dipunyai (peralatan, dokter ahli atau perawat yang kurang

2
mencukupi atau bahkan anggaran). Faktor-faktor serupa seperti dua contoh tersebut
dapat juga terjadi pada lembaga pendidikan, organisasi pemerintah, dan organisasi
lain.
Berdasar penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa ekonomi manajerial
merupakan suatu ilmu, seni, sekaligus keterampilan yang dapat membantu
manajeman dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki (sumberdaya manusia,
maupun kapital) dengan efisien untuk tujuan melancarkan atau memampukan
bisnisnya secara efektif dan efisien. Dengan pengetian ini, jelas bahwa ekonomi
manajerial bukan hanya untuk perusahaan yang berorientasi profit saja, namun
organisasi yang non profit oriented juga diperlukan.

Peran Teori Ekonomi

Teori ekonomi secara garis besar dapat dibagi menjadi teori mikroekonomi dan
makroekonomi. Kedua-duanya berperan dan mempunyai hubungan yang erat dengan
ekonomi manajerial. Mikroekonomi menerangkan tentang perilaku individual atau
unit-unit pengambilan keputusan, seperti perilaku konsumen, perilaku perusahaan,
teknik-teknik produksi, dan sejenisnya. Makroekonomi menerangkan agregat dari
kegiatan-kegiatan di sektor mikro, seperti total input, output, tenaga kerja, produksi,
konsumsi, investasi, kebijakan pemerintah (fiskal dan moneter), pengaruh asing, dan
sebagainya.
Kegunaan teori ekonomi tersebut adalah untuk melakukan prediksi dan
menjelaskan perilaku ekonomi. Biasanya teori ekonomi itu wujud dalam bentuk
model, yang mengabstraksi realita perilaku ataupun faktor-faktor penentunya. Model
yang digunakan dalam ekonomi manajerial dapat berupa model matematis ataupun
grafis. Model matematis biasanya digunakan untuk menentukan detil angka yang
menunjukkan besarnya determinasi faktor-faktor yang mempengaruhi. Sedangkan
model grafis lebih sering digunakan untuk menjelaskan kecenderungan perilaku
ekonomi. Penggunaan model-model tersebut lebih memudahkan di dalam
menganalisis sesuatu yang berkaitan, sehingga lebih mudah pula dalam pengambilan
keputusan.

Hubungannya dengan Pengambilan Keputusan

Alat yang dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan manajerial


antara lain matematika ekonomi dan ekonometrika. Kedua alat ini yang diterjemakan
dalam bentuk teknik optimasi, teknik peramalan, analisis numerik, estimasi statistik.
Keduanya digunakan untuk mengkonstruksi dan mengestimasi model keputusan yang
diarahkan kepada besarnya determinasi agar pengambilan keputusan dapat optimal,
dalam arti efektif dan efisien. Pengambilan keputusan juga dapat dianalisis dari data
kualitatif berupa teori permainan.
Secara khusus, matematika ekonomi digunakan untuk memformulasi model-
model ekonomi yang berasal dari teori ekonomi. Model yang menggunakan
matematika ekonomi ini sering disebut dengan ekonometrika. Ekonometrika dapat
diartikan sebagai suatu keilmuan sekaligus teknik yang digunakan untuk
mengestimasi dan melakukan peramalan kegiatan ekonomi. Tidak hanya itu,
ekonometrika juga bisa digunakan untuk menerjemahkan apa yang telah terjadi.
Analisis yang banyak digunakan dalam ekonometrika adalah analisis regresi, yang
bertujuan untuk mencari besarnya pengaruh faktor-faktor determinasi (variabel

3
independen atau bebas) terhadap faktor-faktor yang dipengaruhi (variabel dependen
atau terikat). Hasil dari analisis regresi ini dapat berupa peramalan. Sumber data yang
digunakan adalah data historis, sehingga dalam pengambilan keputusan menggunakan
ekonometrika memerlukan data statistik.
Sebagai contoh, teori ekonomi menjelaskan bahwa jumlah permintaan terhadap
suatu barang (Q) dipengaruhi oleh berbagai hal seperti harga barang itu sendiri (P),
tingkat penghasilan (Y), harga komoditi yang berhubungan, yang dapat saja berupa
harga komoditi yang bersifat komplementer (Pc) atau yang bersifat substitusi (Ps).
Pernyataan teori tersebut secara teoritis dapat dituliskan dalam bentuk model
matematis sebagai berikut:
Q = f(P, Y, Pc, Ps).
Q merupakan variabel dependen (terikat), sedangkan P, Y, Pc, Ps merupakan
variabel independen (bebas). Dengan menggunakan data pada masing-masing
variabel, maka dapat dihitung berapa besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen, baik itu secara individual
ataupun secara serentak. Hasil analisis tersebut dapat digunakan pula untuk
mengestimasi kecenderungan perilaku ekonomi pada masa yang akan datang, dengan
catatan tetap memberlakukan asumsi ceteris paribus. Skope ekonomi manajerial
adalah pada seluruh problem perusahaan. Tentu saja sangat bisa diterapkan pada
permasalahan-permasalahan pada lingkup tertentu, seperti lingkup akuntansi,
pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, operasional, dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekonomi manajerial merupakan
penerapan dari teori ekonomi dan ilmu pengambilan keputusan untuk mendapatkan
solusi yang optimal dalam mengatasi masalah-masalah manajerial.

Teori Perusahaan
Perusahaan mempunyai berbagai definisi. Tetapi secara sederhana, perusahaan
adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai
sumber daya (manusia, modal, metode, material, mesin, jiwa kewirausahaan) untuk
melakukan suatu usaha (baik itu produksi, perdagangan, atau jasa) dengan tujuan
memperoleh keuntungan dari usahanya tersebut.
Jika definisi ini diurai maka akan menemukan beberapa penjelasan lebih lanjut.
Misalnya pada sumber daya manusia, dapat dikategorikan sumber daya dari internal
dan eksternal. Sumber daya internal meliputi manajemen, karyawan, dan investor.
Sedangkan dari eksternal meliputi: pemasok, konsumen, pemerintah, masyarakat, dan
sebagainya. Dua-duanya sumber daya manusia ini semua penting. Karena hanya
dengan kolaborasi antar keduanya perusahaan akan mampu melangsungkan usahanya,
mendapatkan laba, meningkatkan asset fisiknya, dan meningkatkan nilai perusahaan.
Apabila diidentifikasi, ada berbagai tujuan yang hendak dicapai oleh pemimpin
perusahaan. Berbagai tujuan perusahaan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
tujuan antara dan tujuan akhir. Tujuan antara meliputi: tujuan pengembangan jaringan,
pengembangan pasar, penguatan sumber daya, penguasaan teknologi, penguatan citra,
dan lain-lain. Tetapi tujuan akhir perusahaan tetap pada perolehan laba, yang tentu
diharapkan dapat berjumlah sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu yang selama-
lamanya. Pencapaian laba yang berjangka panjang ini adalah merupakan pintu masuk
untuk terealisasinya maksimisasi peningkatan nilai perusahaan, yang wujud dalam

4
peningkatan nilai buku, nilai kapital, nilai pasar, nilai likuidasi, luasnya jaringan, dan
citra perusahaan.
Terdapat beberapa cara pengukuran untuk mengukur nilai suatu perusahaan.
Pengukurannya dapat dilakukan dengan ukuran kualitatif ataupun kuantitatif. Hanya
saja, pengukuran dengan kuantitatif lebih mudah untuk dipahami dan dikomparasikan.
Oleh karena itu, nilai suatu perusahaan sering kali dinilai dengan kuantitatif berupa
nominal. Sehingga, definisi dari nilai perusahaan juga berkecenderungan ke arah
makna kuantitatif. Nilai perusahaan sering didefinisikan sebagai nilai sekarang dari
arus kas bersih perusahaan yang diharapkan di masa mendatang. Nilai sekarang
sendiri adalah nilai diskonto atas nilai yang diperkirakan akan terjadi pada masa
mendatang. Besarnya diskonto dipengaruhi oleh berapa tingkat rate diskonto dan
berapa lama waktu yang dihitung. Konsep ini dikembangkan dari konsep time value
of money. Proses diskonto ini untuk mengakomodasi dan mengakui kemungkinan
perolehan laba (  ) perusahaan yang seandainya berjalan secara terus menerus dalam
jangka waktu tertentu (t) akan menghasilkan nilai yang jumlahnya jika didiskonto
dengan rate(r) tertentu akan setara dengan nilai saat ini.
Secara formula, nilai suatu perusahaan sekarang dapat dituliskan sebagai
berikut:
1 2 n
PV    ....... 
(1  r ) 1
(1  r ) 2
(1  r ) n
n
t
PV  
t 1 (1  r )
t

Kaitan Laba dan Kepentingan


Laba (  ) terjadi jika total pendapatan (total revenue = TR) lebih besar
dibanding total biaya (total cost = TC). Ketika TR sama dengan TC maka perusahaan
dalam kondisi tidak untung dan tidak rugi (impas). Ketika TR lebih kecil dibanding
dengan TC maka perusahaan mengalami rugi.

Laba = TR>TC
Impas = TR=TC
Rugi = TR<TC

Jadi, nilai sekarang suatu perusahaan dapat ditulis dengan rumus lain sebagai berikut:
n
TR  TC t
PV   t
t 1 (1  r ) t

Sifat dan Fungsi Laba

Laba sering diartikan sebagai total pendapatan dikurangi dengan total biaya
yang dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan dapat berupa sejumlah pengeluaran
kas yang digunakan untuk semua pembelian atau semua pembayaran yang terkait
dengan operasional perusahaan. Biaya tersebut meliputi biaya upah dan gaji tenaga
kerja, untuk memperoleh material, bunga kapital, sewa tanah dan bangunan, membeli
peralatan, dan lain-lain. Jumlah biaya seperti itu disebut dengan biaya akuntansi

5
(accounting cost or explicit cost). Laba yang dihitung berdasarkan pengurangan
antara total pendapatan dengan explicit cost disebut dengan laba bisnis. Berbeda
dengan laba ekonomi yang merupakan laba bisnis dikurangi lagi dengan implicit cost.
Implicit cost ini meliputi nilai input yang dimiliki dan digunakan oleh
perusahan. Bentuk dari implicit cost ini antara lain berupa biaya opportunity. Yaitu
suatu biaya yang timbul akibat hilangnya potensi laba pada bisnis tertentu akibat
melakukan bisnis yang lain.
Perlunya konsep laba bisnis dan laba ekonomi ini dibahas adalah untuk
mengukur tingkat pencapaian laba normal, melalui pembandingan atas usaha sejenis.
Dalam kondisi ekuilibirium, jika perusahaan beroperasi dalam pasar persaingan
sempurna, maka laba ekonomi akan nol. Laba yang dilaporkan dalam pasar
persaingan sempurna adalah perhitungan laba bisnis, yang hanya mencerminkan
tingkat pengembalian atas investasi modal yang normal dan pembayaran untuk
masukan lain sebagai penunjang operasional perusahaan.

Teori Laba
Tingkat laba biasanya berbeda-beda tergantung pada jenis industrinya. Tingkat
laba industri tekstil berbeda dengan industri manufaktur, perdagangan, properti,
peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Terdapat beberapa teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan perolehan laba tersebut.
Diantaranya adalah:
1. Teori pembuangan risiko. Teori ini mensyaratkan perolehan laba di atas
normal (laba ekonomi) akibat dari bisnis yang bersifat beresiko cukup tinggi.
Seperti, dalam perusahaan pertambangan.
2. Teori Friksi. Teori ini menyatakan bahwa pasar sering kali bergejolak, tidak
selalu pada kondisi ekulibirium, yang bisa disebabkan oleh perubahan perilaku
pembelian dari konsumen. Pada kondisi ini laba dapat saja berada pada
kondisi di atas normal, normal, di bawah normal, atau bahkan kerugian.
3. Teori Monopoli. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang berada dalam
kondisi monopoli akan sangat memungkinkan memperoleh laba di atas
normal. Monopoli dapat terjadi akibat adanya faktor-faktor seperti skala
ekonomi, persyaratan permodalan yang tinggi, adanya hak parten,
perlindungan impor, pengusaan sumber daya, perlindungan pemerintah, dan
lain-lain.
4. Teori Inovasi. Teori ini menyatakan bahwa inovasi sering mengakibatkan
suksesnya penjualan yang dapat berakibat pada meningkatnya perolehan laba.
5. Teori efisiensi manajemen. Teori ini menyatakan bahwa rata-rata perusahaan
yang mampu memperoleh laba di atas normal adalah perusahaan yang
menjalankan manajerialnya dengan efisien dan efektif.
6. Teori Kompensasi. Teori ini menyatakan bahwa tingkat laba di atas normal
dapat dicapai jika perusahaan mampu melayani kebutuhan konsumennya
dengan baik, mempertahankan operasinya dengan efisien, dan sebagainya.

Peran laba
Laba penting bagi perusahaan karena:
1. laba sebagai sumber pembiayaan, seperti:
- peningkatan kualitas SDM

6
- perluasan produk
- perluasan pasar
- pembiayaan lainnya

2. laba sebagai ukuran pembayaran pajak


3. laba sebagai ukuran untuk membagi hasil usaha (deviden)
4. laba merupakan cerminan kesehatan operasional perusahaan.
5. laba sebagai sumber pembiayaan kesejahteraan.
6. laba sebagai sumber pembiayaan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat
dan lingkungannya.

Laba sering disimbolkan dengan  (baca: piyang merupakan singkatan dari


kata profit. Sehingga rumusnya sering dituliskan sebagai berikut:
 TR – TC

Rumus tersebut jika dikaitkan dengan ekonomi manajerial, atau keputusan


manajemen maka muncul pertanyaan-pertanyaan: bagaimana supaya laba meningkat?
Kapan laba itu mencapai titik optimal? Berapa laba yang cocok untuk diambil?
Dari pertanyaan pertama dapat dijawab sebagai berikut:

 TR – TC

artinya, ada berbagai alternatif untuk meningkatkan laba, caranya adalah:


1. TR ditingkatkan dan menjaga TC dalam kondisi tetap. Artinya hasil penjualan
harus diperbanyak. Untuk meningkatkan hasil penjualan tersebut, maka dapat
meningkatkan harga (P) atau meningkatkan kuantitas (Q) atau kedua-duanya.
Komposisinya dapat menjadi P ditingkatkan sementara Q tetap, atau Q
ditingkatkan sementara P tetap, atau baik Q ataupun P dua-duanya dinaikkan.
2. TC diturunkan. Artinya, total pengeluaran diefisienkan yang dapat dilakukan
dengan pengefektifan penggunaan sumber daya. Caranya:
a. memanfaatkan sumber daya seefektif mungkin atau memaksimalisasi
kapasitas. Ini terutama terkait dengan penggunaan biaya tetap (FC).
Jika penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya (mis: mesin) sesuai
dengan kapasitasnya maka akan efektif dan otomatis akan efisien. Jika
penggunaan sumberdaya melebihi kapasitas atau lebih rendah dari
kapasitas terpasang, maka akan menimbulkan ketidakefektifan dan
ketidakefisienan yang tentunya berkorelasi positif dengan biaya.
Pemakaian sumberdaya lebih kecil dari kapasitasnya akan
menyebabkan idle capacity. Pemakaian melebihi kapasitas akan
menimbulkan biaya-biaya tambahan, biaya-biaya dampak, yang
cenderung merugikan.
b. Menekan biaya variabel, dengan cara menghitung dengan cermat
marginal cost atas suatu produk yang dihasilkan. Marginal cost adalah
biaya tambahan akibat menghasilkan satu tambahan produk lagi.
MC = P/Q

7
Untuk mencari marginal cost, maka terkait dengan perhitungan biaya
secara keseluruhan, meliputi fixed cost (FC) dan variable cost (VC).
Contoh perhitungannya sebagai berikut:

Q TC AC MC
0 20 - -
1 140 140 120
2 160 80 20
3 180 60 20
4 240 60 60
5 480 96 240

Titik optimal Laba

Pertanyaan tentang kapan laba perusahaan mencapai titik optimal sangat penting
untuk dijawab, karena dengan jawaban itu dapat memberikan petunjuk bahwa pada
titik produksi tertentu akan mencapai laba optimal, sebelum dan sesudah titik tersebut
justru yang terjadi adalah kerugian. Untuk menjelaskan titik optimal laba perusahaan,
maka perlu untuk mengekspresikan hubungan-hubungan ekonomi ke dalam model
yang biasa digunakan dalam teori ekonomi, yaitu model matematika (persamaan),
tabel, ataupun grafik. Tujuannya adalah untuk mempermudah penjelasan.
Seperti dijelaskan di atas bahwa penghitungan laba dapat dimodelkan dengan
persamaan  TR – TC. Persamaan ini hanya menjelaskan tingkat laba yang
diperoleh pada waktu tertentu saja, tetapi tidak dapat menjelaskan rangkaian
historisnya kapan laba suatu perusahaan akan mencapai titik optimal.
Dalam periode usaha, sangat memungkinkan perusahaan mengalami perubahan
revenue, apakah itu mengalami kenaikan ataupun penurunan, Begitu juga untuk total
cost yang cenderung berkarakter sama. Model yang kiranya cocok untuk menjelaskan
perubahan TR ataupun TC adalah dengan menggunakan tabel, sehingga dapat
merunut riwayat data. Selain itu dapat dikembangkan lagi menjadi hitungan-hitungan
yang lebih detil, seperti penghitungan marginal cost (MC), marginal revenue (MR),
dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi untuk menjelaskan hubungan antara total revenue, total cost,
dan profit, ikuti tabel di bawah ini:

Tabel. Hubungan antara TR, TC, dan 

Total Total Marginal Marginal Marginal Average Average


Output Price Total Revenue Cost Keuntungan Revenue Cost Keuntungan cost profit
(Q) (P) (TR) (TC) T (MR) (MC) M (AC) (A)
0 120 0 30 -30 - -
100 50 50
1 100 100 80 20 80.00 20.00
80 40 40
2 90 180 120 60 60.00 30.00
60 30 30
3 80 240 150 90 50.00 30.00
40 25 15
4 70 280 175 105 43.75 26.25

8
20 20 0 39.00 21.00
5 60 30 195 105
0 25 -25 36.67 13.33
6 50 300 220 80
-20 40 -60 37.14 2.86
7 40 280 260 20
-40 50 -90 38.75 -8.75
8 30 240 310 -70
-60 60 -120 41.11 -21.11
9 20 180 370 -190

Tabel di atas menunjukkan bahwa total revenue(TR) diperoleh dari hasil


penjualan output produksi (Q) pada tingkat harga (P) tertentu. Total cost (TC) dapat
saja berasal dari penjumlahan antara fixed cost (FC) dan variabel cost (VC). Dari
tabel tersebut dapat diketahui bahwa komponen FC adalah sebesar 30. Terbukti dari
pada Q=0 terdapat TC sebesar 30. Angka tersebut tentu bukan merupakan komponen
VC, karena VC sendiri adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
terkait dengan output produksi. Pada Q = 0 tentu VC juga sama dengan 0.
Guna mengetahui total keuntungan yang optimal, maka data TR dan TC perlu
dihitung nilai marginal revenue (MR) dan marginal cost (MC). Nilai marginal sendiri
diartikan sebagai perubahan nilai akibat perubahan yang terjadi pada data dasarnya.
Ketika yang dihitung adalah data TR maka hasilnya MR. Jika yang dihitung TC maka
hasilnya MC. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

TR2  TR1 TR


MR  atau MR 
Q2  Q1 Q

TC 2  TC1 TC
MC  atau MR 
Q2  Q1 Q

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada output produksi (Q) sebanyak 4 unit dan
5 unit, ini terjadi MR sama dengan MC. Artinya, pada kondisi ini (MR=MC)
diperoleh profit paling optimal. Ini nampak dari penghitungan marginal profit (M)
yang besarnya sama dengan 0. Artinya, penambahan output produksi tidak menambah
keuntungan apapun. Argumen ini didukung oleh nilai total profit (T) yang mencapai
angka maksimal yaitu 105. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kondisi
MR=MC maka terjadi keuntungan yang optimal.
Data yang berada dalam tabel di atas, dapat diekspresikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:

9
$
TC
TR

(a)

0 Q1 Q0 Q2 Q
T

MC (b)

MR=MC
D

0 Q1 Q0 Q2 MR Q

M c

(+)
0 Q0 Q
(-)

Grafik (a) menunjukkan hubungan antara TR, TC dan T. Pada keadaan Q0
jarak antara TR dan TC adalah yang paling lebar. Ini menunjukkan bahwa pada
kondisi itu akan terjadi Tyang maksimal. Jika ini dikaitkan dengan grafik (b)
tampak bahwa pada kondisi tersebut MR=MC. Ini berkaitan pula dengan grafik (c)
yang menunjukkan bahwa M berada pada angka 0.
Pada tabel di atas, disertakan pula penghitungan nilai rata-rata biaya (average
cost=AC). Penghitungan AC yang didapat dari rumus AC = TC/Q ini dimaksudkan

10
untuk mengetahui kapan perusahaan mengalami untung normal, untung di atas
normal, atau bahkan kerugian. Tingkat keuntungan dan kerugian suatu perusahaan
akan dapat diketahui dengan menghubungkan kaitan antara AC, MC, MR, dan tingkat
harga (P). Untuk memperjelas hubungan antara AC, MC, MR dan P akan dipaparkan
dalam bentuk grafik sebagai berikut:

MC
AC

P0 E d0=MR0=AR0 (d)
B A
P1 E1 d1=MR1=AR1

0 Q1 Q0 Q
P

MC AC

(e)
B A AVC
P0 E d=MR=AR

0 Q0 Q

P
MC AC
AVC

(f)

P0 d0=AR=MR
P1 d1=AR1=MR1

0 Q0 Q

Ketiga gambar di atas (d,e,f) menunjukkan tiga hal kondisi dimana perusahaan
mengalami tingkat keuntungan yang berbeda. Gambar (d) menunjukkan adanya
perpotongan antara AC dan MC yang juga sama dengan tingkat harga P 1 atau sama
dengan MR, memberikan arti bahwa perusahaan dalam kondisi untung normal.
Perusahaan dikatakan memperoleh keuntungan normal apabila hasil penjualan
totalnya sama dengan ongkos total. Ongkos total di sini yang dimaksudkan adalah
telah meliputi explisit cost dan implisit cost. Ketika harga dipasar dapat ditingkatkan
menjadi P0, atau lebih besar dibanding dengan AC, maka perusahaan mengalami

11
keuntungan yang lebih dari normal. Keuntungan dicapai ketika output produksi
sebesar Q0. Besarnya keuntungan ditunjukkan oleh area persegi panjang AEP0B. Laba
jenis ini hanya akan bersifat jangka pendek, karena tingkat perolehan laba seperti ini
akan menimbulkan daya tarik pemain baru yang kemudian menjadi pesaingnya.
Gambar (e) menunjukkan bahwa tingkat harga yang berlaku di pasar lebih
rendah dibanding dengan rata-rata biaya (AC) yang dikeluarkan perusahaan. Namun
tingkat harga tersebut lebih besar dari rata-rata biaya variabel (AVC). Perlu diingat
bahwa AVC adalah rata-rata biaya yang besarnya dipengaruhi oleh total produksi.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh revenue yang lebih
besar dari AVC, tetapi kelebihan tersebut belum mampu menutup biaya tetapnya
(AFC). Dalam kondisi seperti ini, perusahaan perlu terus beroperasi, karena kalau
tidak beroperasi akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi, yaitu sebesar biaya
tetapnya.
Gambar (f) tersebut menunjukkan bahwa tingkat revenue lebih rendah dari
AVC. Ini berarti perolehan perusahaan tidak dapat lagi menutup ongkos produksi.
Dalam kondisi seperti ini, maka operasional perusahaan perlu dihentikan. Karena
kalau diteruskan akan menyebabkan semakin membengkaknya tingkat kerugian yang
mengarah pada timbulnya kebangkrutan.

Teknik Optimisasi
Untuk menjawab pertanyaan berapa besarnya laba yang layak untuk ditentukan
oleh perusahaan, maka perlu melakukan penghitungan penentuan laba dengan teknik
optimisasi (optimization technique).
Teknik ini merupakan aplikasi dari teori ekonomi yang digunakan sebagai ilmu
pengambilan keputusan bagi manajer agar mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

12
Teknik optimisasi sendiri beragam, antara lain: teknik Optimasi dengan Kalkulus,
Optimisasi Multivariate, Optimisasi Terkendala (constrained optimization).
1. Teknik optimisasi dengan kalkulus (optimization with calculus).
Sebagaimana namanya, teknik ini menggunakan perhitungan-perhitungan
matematis (kalkulus). Teknik ini digunakan untuk:
a) menentukan nilai maksimum atau minimum output produksi yang dapat
menciptakan laba maksimal. Caranya adalah menggunakan turunan atau
derivasi tingkat satu dari suatu fungsi,
b) membedakan antara nilai maksimum dan minimum. Caranya adalah dengan
menggunakan turunan atau derivasi tingkat kedua.

Contoh:
Manajer suatu perusahaan tentu ingin perlu menghitung berapa laba maksimal
yang dapat dicapai. Maka untuk menentukan laba maksimum tentu perlu
menentukan berapa nilai revenue maksimum dan nilai cost minimum. Misalnya
suatu perusahaan mempunyai fungsi permintaan TR= 100Q – 10Q2 .
Caranya adalah menderivasi fungsi TR tersebut hingga nilai derivasi atas fungsi
tersebut sama dengan nol (0).

TR= 100Q – 10Q2  diderivasi menjadi:


d (TR )
 100  20Q  turunan pertama
d (Q )

karena syaratnya turunan harus nol,

d (TR )
0
d (Q )

maka:

0  100  20Q
20Q = 100
Q=5

Artinya, total penghasilan adalah 5 unit.

Karena dihadapkan pada pertanyaan apakah laba sebesar 5 unit tersebut


merupakan nilai minimum atau maksimum, maka perlu mencari jawabannya
dengan meneruskan perhitungan hingga turunan kedua (second derivative).
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa turunan kedua ini berfungsi untuk
membedakan antara nilai maksimum dan nilai minimum.

Jika, TR= 100Q – 10Q2 diturunkan I menjadi


d (TR )
 100  20Q  turunan I
d (Q )

maka perlu diturunkan lagi menjadi:

13
d 2 (TR )
 20  turunan II
d 2 (Q )

Ada ketentuan yang berkaitan dengan turunan kedua, yaitu jika nilai turunannya
bernilai positif (+) berarti nilai tersebut adalah nilai minimum. Sebaliknya, jika
nilai turunannya bernilai negatif (-) berarti nilai tersebut adalah nilai maksimum.
Karena nilai turunan kedua bertanda negatif (-20) dan turunan pertamanya
sebesar Q=5, maka berarti, atas fungsi tersebut laba maksimumnya berada pada
5 unit. Jika produksinya dikurangi hingga kurang dari 5 unit maka perusahaan
akan mengalami penurunan keuntungan. Tentu saja produksi harus ditingkatkan
hingga menjadi 5 unit.

Contoh II

Jika fungsi TR = 45 Q – 0,5 Q2


Maka berapa tingkat labanya dapat ditentukan, yaitu:

d (TR )
 45  Q
d (Q)

jadi, Q = 45

d 2 (TR )
 1
d 2 (Q)

Artinya, laba maksimal berada pada nilai Q = 45. Dengan demikian, jika
perusahaan memproduksi melebihi 45 unit, perusahaan akan mengalami laba
yang semakin berkurang. Ini berarti berlaku law of deminishing return.

Contoh lain: (dengan menggunakan fungsi marginal cost).


MC = 3Q2 –16Q + 57

d ( MC )
 6Q  16
d (Q)

jadi, Q = 2,66

d 2 ( MC )
6
d 2 (Q)

Artinya, laba minimum dicapai pada Q = 2,66.

2. Optimasi Multivariat (Multivariate optimization).

Optimisasi multivariate merupakan proses penentuan nilai maksimum atau


minimum atas suatu fungsi yang memiliki dua atau lebih variabel. Langkah yang

14
perlu ditempuh adalah terlebih dahulu melakukan derivasi secara partial dan
kemudian mengujinya dengan melalui proses maksimisasi fungsi multivariabel. Oleh
karena itu sering disebut partial derivative.
Contoh-contoh yang di bahas di atas masih mengasumsikan variabel dependen
hanya dipengaruhi oleh satu variabel saja. Padahal dalam realita, hubungan ekonomi
seringkali menunjukkan bahwa satu variabel dependen dapat dipengaruhi oleh dua
variabel bebas sekaligus atau bahkan lebih. Sebagai contoh, total revenue mungkin
saja dipengaruhi (atau fungsi dari) output dan advertising secara sekaligus. Total cost
dapat saja dipengaruhi oleh pengeluaran atas biaya tenaga kerja dan juga kapital.
Atau, total profit mungkin dipengaruhi oleh penjualan barang X dan Y sekaligus.
Asumsi fungsi seperti itu penting sekali untuk menentukan efek marginal pada
variabel terikat. Efek marginal ini perlu diukur dengan partial derivative. Yang
disimbolkan dengan  (untuk membedakan dengan derivasi di atas yang
disimbolkan dengan d). Pada partial derivative ini yang diderivasikan adalah variabel
terikat, bukan variabel bebas.
Sebagai contoh, anggap saja total profit () merupakan fungsi dari (dipengaruhi
oleh komoditi X dan Y, yang dapat ditulis sebagai berikut:
 = f (X, Y) = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y
untuk mendapat partial derivative dari maka perlu diderifikasikan dengan X (
   x) dan Y dianggap tetap.

 80  4 X  Y
X
Ini bertujuan untuk mengisolasi efek marjinal pada profit dari perubahan jumlah
penjualan komoditi X saja (makanya Y dianggap tetap). Kemudian lakukan juga
pengisolasian efek marginal profit atas Y.

  X  6Y  100
X
Setelah tahapan itu selesai maka perlu dilanjutkan dengan memaksimisasi atau
meminimisasi fungsi multivariabel. Untuk memaksimisasi atau meminimisasi fungsi
multivariabel perlu masing-masing partial derivative dipersamakan dengan nol (0)
yang dilanjutkan dengan mencari nilai masing-masing variabel.
 = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y

 80  4 X  Y = 0
X

  X  6Y  100 = 0
Y
disubstitusikan dengan model seperti ini:
80 - 4X – Y = 0
-X - 6Y + 100 = 0
agar nilai X dapat diketahui, maka persamaan yang atas dikalikan dengan -6
menjadi:
-480 + 24X + 6 Y = 0

15
100 - X - 6Y = 0
-380 + 23 X =0
jadi X = 380/23 = 16,52. Nilai X ini disubstitusikan ke persamaan Y hingga
menjadi:
80 - 4(16,52)-Y = 0
jadi Y = 80 – 66.08 = 13,92
Dengan demikian, perusahaan akan mengalami profit maksimal ketika menjual
16,52 unit komoditi X dan 13,92 unit komoditi Y. Besarnya total maksimal profit
dapat diketahui dengan mensubstitusikan nilai X dan Y ke dalam persamaan profit.
 = 80(16,52) – 2(16,52)2- (16,52)(13,92) – 3(13,92)2 + 100(13,92)
 = 1.356,52

3. Constrained Optimization

Dua teknik optimisasi yang telah di bahas di atas adalah menggunakan asumsi
tidak ada kendala. Padahal, dalam praktik manajerial sangat mungkin untuk timbulnya
kendala. Sehingga keinginan untuk memaksimisasi profit juga tidak sesuai yang
diharapkan. Kendala-kendala tersebut dapat berupa terbatasnya kapasitas produksi,
tidak tersedianya tenaga terampil, kelangkaan bahan baku, adanya masalah legal,
konflik dengan lingkungan, dan sebagainya. Untuk menghitung optimisasi profit
dalam kondisi terkendala, maka dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu,
dengan optimasi terkendala biasa atau dengan metode lagrangian multiplier.
Misalnya, perusahaan ingin memaksimisasi profit dengan fungsi seperti yang
dibahas di atas
 = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y
tetapi menghadapi kendala bahwa output komoditi X dan Y harus berjumlah 12.
Kalau ditulis dalam persamaan menjadi X+Y = 12
Menghadapi masalah seperti itu, maka perlu ditentukan dulu nilai salah satu
variabel, apakah X atau Y terlebih dulu. Anggap saja yang dicari terlebih dulu adalah
nilai X, maka:
X = 12-Y
Nilai ini kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan fungsi profit.
 = 80(12-Y)-2(12-Y)2-(12-Y)Y-3Y2+100Y
= 960 – 80Y – 2(144-24Y+Y2) – 12Y + Y2 – 3Y2 + 100Y
= 960 – 80Y – 288 + 48Y – 2Y2 – 12Y + Y2 – 3Y2 + 100Y
= -4Y2 + 56Y + 672

Untuk memaksimisasi fungsi profit terkendala di atas, maka hasil tersebut


diderivasi tingkat pertama, menjadi:
d
 8Y  56  0
dY

16
jadi nilai Y diketahui, yaitu Y = 7. Nilai Y ini di substitusikan ke dalam kendala,
sehingga nilai X diketahui, yaitu X = 5
X = 12 - 7 = 5. Artinya, perusahaan akan mengalami profit maksimum ketika
menjual komoditi X sebanyak 5 unit dan komoditi Y sebanyak 7 unit. Dengan
demikian total profitnya akan dapat diketahui, yaitu:
 = 80(5) – 2(5)2 – (5)(7) – 3(7)2 + 100(7)
= 868
Apabila dibandingkan dengan kondisi tanpa kendala yang besarnya mencapai
1.356,52, maka dengan kendala profitnya menjadi lebih kecil.

Metode Lagrangian Multiplier


Cara yang baru saja dibahas ini, dapat dilakukan dengan menggunakan metode
yang agak berbeda, yaitu metode lagrangian multiplier. Metode ini mempunyai ciri
khas yaitu: 1) penggunaan persamaan fungsi lagrangian yang disimbolkan dengan L
mewakili variabel dependen. 2) penggunaan simbol  (lambda) yang digunakan
sebagai representasi kendala, yang sekaligus digabungkan ke dalam persamaan fungsi
lagrangian. 3) nilai kendalanya dipersamakan dengan nol terlebih dulu.
Sebagai contoh, dengan mengulang persamaan fungsi profit yang dibahas di
atas
 = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y dan kendala yang tetap sama, yaitu X+Y=12,
dengan menggunakan fungsi lagrangian akan dipersamakan dengan nol menjadi:
X+Y-12 = 0
maka dengan menggunakan metode lagrangian multiplier ini akan dituliskan
menjadi sebagai berikut:

17
L = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y+(X+Y-12)

Untuk mendapatkan nilai maksimisasi profit, maka perlu dilakukan partial


derivative atas Ldengan variabel X,Y, dan  secara bergantian. Hasil dari partial
derivative tersebut masing-masing perlu dipersamakan dengan nol.
L
 80  4 X  Y    0
X
L
  X  6Y  100    0
Y
L
 X  Y  12  0


Untuk mendapatkan nilai X,Y,, dan memaksimalisasi Ldan , maka perlu


substraksi atas masing-masing hasil derivasi yang dipersamakan dengan nol tersebut.
100-X-6Y+= 0 dikalikan -1 menjadi

-100+X+6Y-= 0
80-4X-Y+ = 0
-20-3X+5Y = 0

untuk dapat disubstraksi dengan X+Y-12=0, maka angka ini dimultiplikasi


dengan angka 3 hingga menjadi:
3X+3Y-36= 0
-3X+5Y-20= 0
8Y-56 = 0

dengan demikian nilai Y diketahui, yaitu 56/8=7. Nilai X juga menjadi


diketahui, yaitu X+7-12=0; jadi X=5. Nilai  juga diketahui, yaitu = 868.
 = 80(5) – 2(5)2 – (5)(7) – 3(7)2 + 100(7)
= 868

Dengan diketemukannya nilai X, Y, , maka nilai juga dapat diketahui.


Caranya dengan memasukkan angka-angka tersebut ke dalam salah satu persamaan
yang mengandung unsur . Misalnya hendak dimasukkan ke dalam persamaan

 X  6Y  100    0
- 5 –6(7) + 100 = -
-5 –42 + 100 = -


nilai l ini penting untuk dterjemahkan. Nilai ini merupakan efek marginal yang
menunjukkan besarnya nilai perubahan profit akibat adanya perubahan pada kendala.

18
Dengan nilai tersebut dapat diartikan bahwa jika kendala berkurang sebesar 1 unit,
maka profit akan meningkat sbesar 53 rupiah. Sebaliknya jika kendala meningkat 1
unit, maka profit akan berkurang sebesar 53 rupiah.

19

Anda mungkin juga menyukai