Pentingnya Pajak
Pentingnya Pajak
Pentingnya Pajak
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Subjek pajak badan dalam negeri menjadi wajib pajak sejak saat
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar negeri,
baik orang pribadi maupun badan sekaligus, menjadi wajib pajak karena
menerima atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan perkataan lain, wajib pajak
adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif
dan objektif.
Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri antara
lain tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Tabel 1.2
BUT merupakan salah satu dari subjek pajak itu sendiri yang
perlakuannya dalam perspektif pajak akan sama dengan subjek pajak badan,
seperti yang tertulis pada Pasal 2 ayat (1a) UU Nomor 36 Tahun 2008 yang
menyatakan bahwa Bentuk Usaha Tetap merupakan subjek pajak yang
perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat
usaha (place of business), yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung,
termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang, komputer, serta agen
elektronik atau peralatan otomatis (automated equipment) yang dimiliki,
disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan aktivitas usaha melalui internet.
Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak
PAJA3331/MODUL 1 1.7
bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia.
Pengertian Bentuk Usaha Tetap mencakup pula orang pribadi atau badan
selaku agen yang kedudukannya tidak bebas serta yang bertindak untuk dan
atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak
bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia
apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker, atau perantara yang
mempunyai kedudukan bebas asalkan agen atau perantara tersebut dalam
kenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan
perusahaannya sendiri.
Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luar
Indonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila
perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilan, atau agennya
di Indonesia. Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwa
yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu
diperhatikan adalah pihak tertanggung bertempat tinggal, berada, atau
bertempat kedudukan di Indonesia.
a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan
dari harta yang dimiliki atau dikuasai oleh bentuk usaha tetap
Penghasilan kantor pusat dari objek di atas berdasarkan pertimbangan
logis bahwa transaksi antara kantor pusat dan perusahaan lain di Indonesia
harus ada bantuan bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Ditinjau dari segi
barang yang diperdagangkan atau jasa yang diberikan, tentu sama dengan
barang atau jasa yang diberikan BUT. Dasar inilah yang sering disebut
dengan force of attraction concept dengan asumsi hukum bahwa apabila
barang atau jasa dalam transaksi yang diselenggarakan kantor pusat sama
dengan transaksi yang diselenggarakan BUT. Dengan demikian, transaksi
1.8 Pajak Penghasilan II
tetap di Indonesia. Oleh karena itu, penghasilan X Inc. yang berupa royalti
tersebut diperlakukan sebagai penghasilan bentuk usaha tetap. Dengan
demikian, dianggap sebagai penghasilan BUT asalkan terdapat hubungan
efektif antara BUT dan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan,
termasuk juga penghasilan yang dikenakan withholding berdasar pada PPh
Pasal 26. Konsep hubungan efektif ini berasal dari effectively connected
income yang berasal dari Undang-Undang Pajak Domestik Amerika Serikat
(internal revenue code). Undang-Undang Pajak Penghasilan di Indonesia
tidak mempunyai ketentuan yang mengatur bagaimana menentukan suatu
penghasilan kantor pusat yang mempunyai hubungan efektif dengan BUT di
Indonesia.
Contoh penghitungan
Penghasilan kena pajak bentuk usaha tetap
di Indonesia tahun 2009 Rp 17.500.000.000
Pajak penghasilan: 28% x Rp17.500.000.000 Rp 4.900.000.000 (-)
Penghasilan kena pajak setelah dikurangi pajak Rp 12.600.000.000
Pajak penghasilan yang dipotong:
20% x Rp12.600.000.000 = Rp2.520.000.000
8. Pengecualian
Yang dikecualikan dari objek pajak sebagai berikut.
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah.
b. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah serta
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri
keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
d. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
e. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan serta bagi perseroan
terbatas, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
f. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g dalam bidang-bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
1.12 Pajak Penghasilan II
Dasar hukum pajak penghasilan Wajib Pajak Badan dan BUT pada
dasarnya sama dengan dasar hukum pajak penghasilan wajib pajak orang
pribadi, terutama undang-undang yang berlaku bagi setiap jenis pajak
penghasilan, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan yang telah beberapa kali diubah dan disempurnakan, yakni
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1994, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, dan yang terakhir
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Selain perundang-undangan, dasar
hukum pajak penghasilan badan juga diatur dalam peraturan-peraturan dan
keputusan-keputusan peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak, ataupun Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak.
PAJA3331/MODUL 1 1.13
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Subjek pajak badan dalam negeri menjadi wajib pajak sejak saat
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek pajak luar
negeri, baik orang pribadi maupun badan sekaligus, menjadi wajib pajak
karena menerima atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari
Indonesia dan menerima atau memperoleh penghasilan yang bersumber
dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Objek pajak WP badan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
BUT merupakan salah satu dari subjek pajak itu sendiri yang
perlakuannya dalam perspektif pajak akan sama dengan subjek pajak
badan, seperti yang tertulis pada Pasal 2 ayat (1a) UU Nomor 36 Tahun
2008.
TES F OR M AT IF 1
2) Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu ….
A. 10 bulan
B. 11 bulan
C. 12 bulan
D. sembilan bulan
PAJA3331/MODUL 1 1.15
3) Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, dan
pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau
yang dilakukan oleh ….
A. bentuk usaha tetap di Indonesia
B. bentuk usaha tidak tetap di Indonesia
C. bank di luar Indonesia
D. bank di Indonesia
4) Atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia dikenakan pajak sesuai ketentuan Pasal 26 ayat
(4) Undang-Undang Pajak Penghasilan dengan tarif sebesar ….
A. 5%
B. 10%
C. 15%
D. 20%
Kegiatan Belajar 2
PASAL 6
(1) Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
1.18 Pajak Penghasilan II
pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan peraturan pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
peraturan pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan peraturan pemerintah.
(2) Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan
dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan lima tahun.
1. Kompensasi Kerugian
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan tersebut didapat
kerugian, kerugian tcrsebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan lima tahun.
Contoh
PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal sebesar
Rp1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta rupiah). Dalam lima tahun
berikutnya, laba rugi fiskal PT A sebagai berikut.
2010 : laba fiskal Rp200.000.000
2011 : rugi fiskal Rp300.000.000
2012 : laba fiskal Rp N I H I L
2013 : laba fiskal Rp100.000.000
2014 : laba fiskal Rp800.000.000
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp100.000.000 yang masih tersisa pada
akhir tahun 2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun
2015, sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000 hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016 karena
jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir
tahun 2016.
Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Hal tersebut
termasuk
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
1.22 Pajak Penghasilan II
Contoh 1
Penjualan bruto Rp 6.100.000.000
Retur penjualan Rp 60.000.000
Potongan penjualan Rp 40.000.000 (+)
Rp100.000.000 (-)
Contoh 2
Seperti pada Contoh 1, jika terdapat sisa kerugian tahun sebelumnya
yang masih dapat dikompensasikan sebesar Rp10.000.000, PKP-nya menjadi
berikut.
Contoh 3
Peredaran bruto Rp10.000.000.000
Biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan Rp 8.000.000.000 (-)
Rp 2.000.000.000
Penghasilan bunga Rp 50.000.000
Penjualan langsung barang yang
sejenis dengan barang yang dijual
bentuk usaha tetap oleh kantor pusat Rp 2.000.000.000
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan Rp 1.500.000.000 (-)
Rp 500.000.000
Dividen yang diterima atau
diperoleh kantor pusat yang mempunyai
1.28 Pajak Penghasilan II
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT),
yang menjadi dasar pengenaan pajak adalah penghasilan kena pajak.
Sementara itu, untuk wajib pajak luar negeri adalah penghasilan bruto.
Besarnya penghasilan kena pajak untuk wajib pajak badan dihitung
sebesar penghasilan neto.
TES F OR M AT IF 2
5) Untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), yang
menjadi dasar pengenaan pajak adalah ….
A. penghasilan neto
B. penghasilan bruto
C. Penghasilan Kena Pajak
D. penghasilan UMR
PAJA3331/MODUL 1 1.31
Tes Formatif 2
1) B. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A.
PAJA3331/MODUL 1 1.33
Glosarium
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya, termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu satu tahun pajak.
Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu
jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini.
Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib
pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam
masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak
berakhir.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha kena pajak kriteria tertentu adalah wajib pajak dengan kriteria
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
Penghasilan kena pajak adalah penghasilan wajib pajak yang menjadi dasar
menghitung pajak penghasilan
Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan oleh wajib pajak dengan menggunakan formulir atau
telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh menteri keuangan.
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender, kecuali apabila wajib
pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
1.36 Pajak Penghasilan II
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
PAJA3331/MODUL 1 1.37
Daftar Pustaka
Prasetyo, Dwi Sunar. 2011. Panduan Lengkap Tata Cara dan Perhitungan
Pajak Penghasilan. Yogyakarta: Laksana.
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta Selatan: Salemba
Empat.
Sumber Internet
https://sites.google.com/site/referensipajak/Pengertian-Badan-dan-Bentuk-
Usaha-Tetap-BUT/Penghasilan-Wajib-Pajak-Badan.