Plasmolisis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pengertian Plasmolisis dan Deplasmolisis


Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran sel pada sel tumbuhan akibat sel berada
pada lingkungan yang bersifat hipertonis. Plasmolisis juga merupakan peritiwa lepasnya
plasmalemma atau membrane plasma dari dinding sel karena dehidrasi (sel kehilangan
air). Kondisi sel yang hipotonis terhadap lingkungan mengakibatkan terjadinya peristiwa
osmosis dari sel ke lingkungan. Akibatnya kadar air di dalam sel menurun drastis dan membran
sel terlepas dari dinding sel.Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang
terjadi di alam. Plasmolisis adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa sel
sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu
zat atau materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Dalam sirkulasi ini
bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, ternyata dalam lingkungan berubah menjadi dinamis,
jika memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu
mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa
masuk.Kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia
mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis (seimbang). Terkadang sel juga bisa berada di
lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dapaksakan keluar karena diluar tekanan
lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis (plasmolisis) yang membawa sel itu mati.
Tapi ketika tanaman tersebut plasmolisis belum parah dan lingkungan sel segera berubah
menjadi hipotonik terhadap cairan sel sehingga terjadi endoosmosis, yang akhirnya sel
mengalami deplasmolisis. Dan jika Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu.
Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang
sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya
jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya runtuhnya seluruh dinding sel dapat terjadi.
Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan,
juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan
di larutan hipotonik. Bagian yang dapat diamati adalah pada sekaput tipis yang biasanya ada
diantara umbi bawang merah atau pada sel selaput episdermis daun Rhoe discolor. (Bambang,
2006)
Metabolisme merupakan salah sau cirri makhluk hidup karena dalam tubuh makhluk hidup
banyak terjadi perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi secara kimia . ribuan reaksi
kimia berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup, dan disebut makhluk hidup. Pada makhluk
hidup, banyak reaksi kimia yang terjadi secara simultan. Jika kita melihat reaksi tersebut satu
per satu, akan sulit memahami aliran energi yang terjadi di dalam sel.
Metabolisme dibedakan menjadi dua yaitu reaksi penyusun (anabolisme) dan reaksi penguraian
(katabolisme). Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hipertonis terhadap sitoplasma
maka air didalam sel akan mengalir keluar sehingga sitoplasma kekurangan cairan, akibatnya
mengerut sel dan terlepas dari dinding sel dan sitoplasma kembali mengembang (deplasmolisis).
Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma. Selaput ini
mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya.
Pada umumnya membrane pada organisme hidup bersifat semipermiabel yang berarti hanya
molekul-molekul tertentu saja yang dapat melewatinya.pada saat air di dalam sitoplasma
maksimum, sel akan mengurangi kandungan mineral garam dan zat-zat lain yang terdapat
dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi dalam zat terlarut di luar sel sama besar
dinandingkan konsentrasi air di dalam sel. Pada sel Rhoe discolor yang ditetesi air suling sel
menjadi membengkak karena air masuk melului osmosis. Akan tetapi dibandingkan yang lentur
akan menegmbang hanya sampai pada ukuran tertentu. Sebelum dinding sel ini mengerahkan
tekanan balik pada sel yang melawan penyerapan air lebih lanjut. Hal ini disebabkan sel berada
pada kondisi paling hebat sehat dalam lingkungan hipotonik dimana kecenderungan untuk
menyerap aitsecara terus menerus akan diimbangi oleh dinding lentur yang mendorong sel. (
Jane B. Reech, 2003)
Pergerakan molekul air melalui membran semipermeable selalu dari laruran hipotonis menuju
larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua zat seimbang
(isotonik). Pada saat sel di letakkan dalam air suling, konsentrasi zat terlarut dalam sel
hipertonik karen adanya garam mineral, asam organik, dan berbagai zat lain yang di kandung
sel. Dengan demikian, air akan terus mengalir ke dalam sel sehingga konsentrasi larutan di
dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membran sel mempunyai kemampuan yang terbatas
untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah. Pada sel tumbuhan hal ini dapat teratasi
karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang menahan sel mengembang lebih lanjut. (Fiktor
Ferdinand. 2007)
Sel yang mengalami plasmolisis dapat kembali ke keadaan semula. Proses pengembalian dari
kondisi terplasmolisis ke kondidi semula ini dikenal dengan istilah deplasmolisis. Tapi,
konsentrasi larutan medium dibuat lebih hipotonis, sehingga yang terjadi adalah cairan yang
memenuhi ruang antara dinding sel dengan membran sel bergerak ke luar, sedangkan air yang
berada diluar bergerak masuk kedalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel
mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam. Masuknya molekul-molekul air tersebut
mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali
terdesak ke arah luar sebagai akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air
yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula. ( Elsa, 2009)
Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput atau membran. Air
selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang mengandung jumlah materi terlarut paling
banyak dan kadat air paling sedikit. Asmosis adalah difusi melalui membran semipermeable.
Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh dari osmosis. Dalam tubuh
organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air,
molekul-molekul yang berukuaran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel.
Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Proses osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat dikedua sisi membran sel tersebut
tepat mencapai keseimbangan. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel
bermembran. Osmosis dapat di cegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli
fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensila osmotik yakni tekanan yang
diperlukan untuk mencegah osmosis. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada atau tidaknya
plasmolisis menjadi indikator dari ada atau tidanya osmosis yang terjadi, (Ernawati, 2006)
Memperoleh cairan murni tumbuhan jauh lebih sulit. Cairan tersebut bisa diperas keluar
dengan cara memberikan tekanan, membekikan jaringan untuk merusak sel, dan kemudian
memeras cairannya ataupun mengocok jaringan dalam blender, lalu menyaring cairannya
semua metode tersebut., bila dipakai untuk jaringan yang sama, akan menghasilkan nilai ῳs
yang berlainan, selisihnya bisa mencapai 50% nilai dari blender biasanya paling pekat.
Sedangkan cairan hasil perasan tangan yang disaring dengan kain saring yang paling kurang
efektif. Masalah utamanya ialah berbagai macam metode ini menghasilkan tingkat percampuran
yang berbeda pada isi sitoplasma, air dinding sel. ( Markhart, 1980)
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Plasmolisis Dan Deplasmolisis
Dalam proses terjadinya dinding sel yang mengalami plasmolisis dan deplasmolisis
dippengaruhi oleh beberapa faktor, dari terajadinya akibat dari tekana potensial osmotik ialah
antara lain:
1. Konsentrasi, meningkatanya konsentrasi suatau lautan kana menurunkan nilai osmotiknya.
2. Ionisasi zat terlarut, potensial suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zat, tetapi ditentukan
oleh jumlah pertikel yang ada didalam larutan tersebut.
3. Suhu, potensial osmotic suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu.
4. Hidrasi molekul zat terlarut, air yang berasosiasi dengan pertikel zat terlarut disebut air
hidrasi, dampak air hidrasi terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi lebih
pekat.
Kadar air dan materi yang terlarut didalam sel, hal ini mempengaruhi dari dinding sel

BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini Bawang merah (
Allium Cepa) , larutan sukrosa dan NaCl 1 dan 2 M, Cutter, pipet tetes, kertas penyerap,
Mikroskop, kaca preparat cover glass.

3.2 Metode Kerja


Adapun metode kerja yang kami lakukan adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan .
2. Lalu, membuang beberapa lapis bagian luar umbi bawang merah .
3. Membuat sayatan yang sangat tipis sejajar dengan epidermis seluas 2-3 mm2 .
4. Kemudian meletakkan sayatan tersebut pada kaca preparat mikroskop, kemudian meneteskan
air 2-3 tetes. Lalu. Menutup sayatan tersebut dengan cover glass
5. Setelah itu, mengamati dengan perbesaran rendah sampai yang tinggi 10x – 2-x perbesaran.
Lalu, memperhatikan sel normal tersebut mulai dari bagian nukleus, sitoplasma, membran, dan
dinding selnya.
6. Kemudian, meneteskan larutan sukrosa 1 M di satu sisi, sedangkan menempelkan di sisi lain
kertas penyerap.
7. Mengamati perubahan yang terjadi setelah meneteskan larutan tersebut
8. Melakukan hal yang sama pada larutan sukrosa konsentrasi 1 dan 2 M, Dan NaCl 1 dan 2 M.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan pada plasmolisis dan deplasmolis epidermis pada bawang merah
ialah sebagai berikut:
a) Plasmolisis
Larutan Gambar Keterangan
Normal 1. Ungu terang

NaCl 1 M 1. Ungu semakin


keputihan
2. Putih
-kerusakan 60 %

NaCl 2 M 1. Ungu
2. Putih
-kerusakan 70%

Sukrosa 1 M 1. Ungu
2. Putih
-kerusakan 50%
Sukrosa 2 M 1. Ungu
2. Putih
-kerusakan 80%

b. Deplasmolisis
Larutan Gambar Keterangan

NaCl 1 M dan 1. Ungu


Aquadest 2. Putih
-kembali
berkembang 80 %

NaCl 2 M dan 1. Ungu


Aquadest 2. Putih
-kembali
berkembang 90%
Sukrosa 1 M 1. Ungu
dan Aquadest 2. Putih
-kembali
berkembang 90%

Sukrosa 2 M 1. Ungu
dan Aquadest 2. Putih
-kembali
berkembang 70%

b) Pembahasan
Berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan pada percobaan plamolisis dan deplasmolisis
pada epidermis bawang merah, ialah dengan melakukan percobaan dengan menggunakan
mikroskop untuk mengamati perubahan yang terjadi. Perubahan diamati dengan melakukan
percobaan pertama dengan menambahkan larutan aquadest, hal ini bertujan untuk melihat
bertuk awal dari sel sayatan bawang merah tersebut, kemudian perlakuan dilanjutkan dengan
pada preparat bawang merah percobaan yang mengalami plasmolisis ditambahkan larutan
NaCl 1 M mengalami proses plasmolisis dengan kerusakan 60% kemudian larutan NaCl 2 M
mengalami kerusakan 70% , lalu pada larutan sukrosa 1 M mengalami kerusakan 50% dan pada
larutan sukrosa 2 M mengalami kerusakan 80%. Kemudian pada percobaan deplasmolisis
larutan NaCl 1 M ditambahkan aquadest kembali mengembang 80%, lalu pada NaCl 2 M + air
mengalami mengembang kembali 90%, pada sukrosa 1 + air kembali ke keadaan semula 90%
dan pada sukrosa 2 M + air kembali mengembang 70 %.
Telah kita ketahui bahwa plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya membran sel dari dinding
sel akibat isi sel mengecil yang disebabkan oleh peristiwa osmosis. Dimana air dalam sel
berdifusi keluar sel, akibat konsentrasi air lebih tinggi dalam sel daripada diluar sel itu sendiri.
Sedangkan peristiwa deplasmolisis adalah kabalikan dari peristiwa plasmolisa. Untuk melihat
peristiwa plasmolisa dan deplasmolisa dengan jelas maka dalam praktikum ini menggunakn
tanaman yang cairan selnya mengandung zat warbna seperti anthocyan, tanama yang
digunakan yaitu bawang merah (Allium cepa).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data bahwa sel epidermis bawang merah mengalami
plasmolisis jika ditetesi larutas sukrosa dan NaCl. Hal ini terjadi akibat penambahan sukrosa
dan NaCl yang menyebabkan kondisi diluar sek bawang merah hipertonis dibandingkan di
dalam sel. Kondisi hipertonis di luar sel bawang merah menyebabkan air di dalam sel memiliki
potensial yang lebih tinggi dibandingkan di luar sel. hal ini berakibat air yang ada di dalam sel
bawang merah keluar dan membrans el menjado mengkerut kemudian lepas dari dinding sel
menjadi berkurang (plasmolisis).
Saat sel bawang merah didiamkan ( tidak diberi perlakuan lain s) ternyata sel bawang merah
yang semula plasmolisis tidak kembali lagi kebentuk semula (deplasmolisis). Hal ini disebabkan
karena kondisi di dalam sel masih hipotonis dibandingkan dengan diluar sel. Akibat konsentrasi
gliserol da n glukosa tinggi. Dengan demikian menyebabkan air tetap bergerak dari dalam sel
ke luar sel. Deplasmolisis ini dapat terjadi apabila konsentrasi gliserol dan glukosa tidak terlalu
tinggi. Hal ini dikarenakan ketika air bergerak ke luar sel untuk membuat keadaan didalam dan
diluar sel isotonis (seimbang) menyebabakan suatu kondisi yang terbalik dimana semula kondisi
diluar sel lebih hipertonis berubah menjadi hipotonis ( karena penambahan air oleh sel) di
bandingkan di dalam sel. Sehingga dengan demikian, air dari luar sel akan masuk kembali ke
dalam sel akibat kondisi didalam sel yang hipertonis ( deplasmolisis terjadi).
Pada perlakuan dimana sel bawang merah yang mengalami plasmolisis akibat ditetesi dengan
sukrosa dan NaCl ketika ditetesi air suling maka terjadi peristiwa deplasmolisis. Karena
penetesan air suling mengakibatkan menurunnya konsentrasi gliserol dan glukosa sehingga
kondisi diluar sel lebih hipotonis dibandingkan dengan di dalam sel bawang merah. Hal ini
menyebabkan air diluar sel masuk dan sel akan kembali ke keadaan semula
(deplasmolisis)deplasmolisis dapat terjadi jika sel bawang merah tersebut tidak mengalami
plasmolisis sempurna artnya masih ada bagian-bagian tertentu dari membran plasma yang
masih menempel pada dinding sel (membran sel tidak lepas seluruhnya dari dimdimg sel).
Waktu deplasmolisis pada sel mengandung NaCl lebih cepat dibandingkan dengan sel yang
mangandung sukrosa . hal ini dikarenakan garam lebih cepat larut ketika di tetesi air suling
debandingkan dengan sukrosa,
Akan tetapi menurut hasil pengamatan kami yang telah dilakukan di dapati peristiwa kerusakan
paling segnifikan karena secara langsung pengkerutan terjadi dan membran plasma sel keluar
banyak. Di dalam praktikum ini kami banyak melakukan kesalahan yang membuat hasil yang
kami dapatkan tidak maksimal.

BAB V
KESIMPULAN

1. Plasmolisis dapat terjadi akibat sebagian air keluar dari vakuola sehingga menyebabkan
dinding sel mengalami penyusutan.
2. Plasmolisis merupakan suatu proses melepasnya prooplasma / membrane plasma dari dinding
sel yang diakibatkan oleh terjadinya suatu eksomasis (sel ditempatkan dalam larutan yang
hipertonik).
3. Deplasmolisis merupakan kebalikan dari proses plamolisis, yaitu suatu proses menyatunya
kembali membrane plasma atau protoplasma yang telah terlepas dari dinding sel. Deplasmolisis
terjadi jika sel tumbuhan diletakkan didalam larutan yang hipertonik, sel tumbuhan akan
menyerap air dan juga tekanan turgor akan meningkat
4. Dalam proses terjadinya dinding sel yang mengalami plasmolisis dan deplasmolisis
dippengaruhi oleh beberapa faktor: Konsentrasi, Suhu, Hidrasi molekul zat terlarut dan Kadar
air dan materi yang terlarut didalam sel.
5. Gula yang masuk kedalam suatu sel maka sel tersebut akan memgalami plasmolisis.

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan,benyamin.2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.Jakarta:raja wali pers


Nugroho, Hartanto. 2004. Biologi Dasar. Bandung: Penebar Swadaya
Reece.campbell.2008.BIOLOGI edisi kedelapan jilid 1.jakarta: Erlangga
Reshi gusta.dkk.2013.Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.Bandar lapung:IAIN Raden
intan lampung
Salisbury,frank B.dkk.1995.FISIOLOGI TUMBUHAN jilid 1.Bandung:ITB

Difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah, yaitu penurunan gradien konsentrasi sampai mencapai keseimbangan dan penyebarannya
seimbang. Osmosis adalah gerakan air melintasi membran yanng permeabilitasnya berbeda
disebabkan karena perbedaan konsentrasi (Fida;2007).
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan
pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu.
Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang
sampai di suatu titik di mana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel. Sehingga dapat
terjadi chytorisis yaitu runtuhnya dinding sel. Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial
air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa
masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan
dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke
luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis.
Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke
dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis (Tim fisiologi
tumbuhan. 2009).
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses
plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka
dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air
murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-
benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang
tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul
tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah.
Pada dasarnya pengangkutan melalui membran sel dapat terjadi secara pasif maupun
secara aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi, artinya
dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang memiliki konsentrasi rendah.
Proses ini terjadi tanpa memerlukan energi hasil metabolisme. Sedangkan pada proses
pengangkutan secara aktif memerlukan energi hasil metabolisme seperti ATP (Adenosin Tri
Phospat) karena prosesnya terjadi melawan arah gradien konsentrasi. Proses difusi dan osmosis
merupakan contoh proses pengangkut secara pasif. Proses osmosis merupakan proses difusi yang
sifatnya khusus, yang menunjukan adanya perpndahan air melalui selaput membran yang bersifat
permeabel selektif (permeabel deferensial ). Terjadinya proses osmosis sangat ditentukan oleh
adanya perbedaan potensial kimia air atau potensial air (PA).
Rachmadiarti Fida,dkk.2007.BIOLOGI UMUM.Surabaya: UNESA Unipress
2. Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan: Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa
3. Tim fisiologi tumbuhan. 2009. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN. Bandung :
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Anda mungkin juga menyukai