Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang Yang Di Daratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate
Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang Yang Di Daratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate
Tingkat Pemanfaatan Ikan Cakalang Yang Di Daratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate
pelamis)
YANG DIDARATKAN DIPELABUHANPERIKANAN NUSANTARA
(PPN) TERNATE
OLEH :
IKBAL BUAMONA
05161311014
Fakultas
:
Disetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan
NPM : 05161311014
Disahkan
KomisiPembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
KomisiPenguji
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sang penguasa tunggal
alam semesta Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan limpahan rahmat dan
peradaban yang telah membebaskan manusia dari alam kebiadaban menuju alam
keberadaban yaitu baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluarganya.
Hasil Praktek Kerja Lapang disusun sebagai salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk mencapai jenjang S1. Penulis menyadari bahwa dalam naskah
Praktek Kerja Lapang ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
Ikbal Buamona
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat............................................................................... 2
1.1. LatarBelakang
ikan pelagis kecil yang cukup besar, namun diduga tingkatpemanfaatannya masih
perikanan pantai. Tingkat pemanfaatan yang belum optimal ini diduga disebabkan
alat tangkap yang relatif sederhana, armada penangkapan yang digunakan relatif
)(Muksin, 2006).
pendaratan ikan yang terletak di wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
Kawasan tempat pendaratan ikan ini merupakan salah satu kawasan pesisir,
Ternate”.
pemanfaatan ikan dan kondisi biofisik perairan yang tidak memadai. Sedangkan
cakalang.
Cakalang sering disebut skipjack tuna dengan nama lokal cakalang. Adapun
Phylum :Vertebrata
Class : Telestoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus :Katsuwonus
yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill
yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras,
jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada
pendek, terdapat dua flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet.
Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat
titik-titik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah.
Cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang rakus.
Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan ruaya
disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus, ikan ini biasa
bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m. Ikan ini mencari makan
dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian
samping badan.
tentu sama diantara satu perairan dengan perairan yang lain. Nikujuluw (1986),
dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim
kondisi daerah tersebut harus sedemikian rupa sehingga ikan denganmudah datang
dan berkumpul dalam gerombolan, (2) daerahnya aman dan alattangkap mudah
bagi ikan tersebut di KTI terdapat di perairan Sulawesi Utara, Halmahera, Maluku
dan Irian Jaya dengan basis penangkapan masing- masingdi Bitung, Ternate,
Pendugaan potensi sumberdaya ikan suatu perairan adalah hal yang penting
juvenil.
terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan. Konsep
MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan
yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep ini dikembangkan dari kurva biologi
yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effort dengan suatu nilai
maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola dari Schaefer yang paling
sederhana (Widodo dan Suadi, 2006). Inti dari konsep ini adalah menjaga
Lebih lanjut Widodo dan Suadi, (2006) menyatakan bahwa MSY memiliki
beberapa keuntungan. antara lain bahwa konsep ini didasarkan pada gambaran
yang sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi suatu stok ikan terhadap
penangkapan. Setiap nelayan akan memahami bahwa dari stok yang berukuran
kecil hanya mampu menghasilkan hasil tangkapan yang kecil, dan demikian juga
sebaliknya, atau sederhananya sejumlah hasil tangkapan yang tidak terlalu besar
tidak akan mampu menurunkan stok tersebut. Selain itu MSY ditentukan dengan
suatu ukuran fisik yang sederhana, yakni berat atau jumlah ikan yang ditangkap,
ataupun antar negara, dibandingkan dengan kriteri lainnya (misalnya harga hasil
MSY diestimasi dari model surplus produksi bahwa dalam kondisi tak ada
secara terkendali, agar sumberdaya tidak mati percuma secara alami. Apabila ada
penangkapan maka stok dapat diatur dalam suatu keseimbangan baru dimana hasil
berpengaruh.
3. Dapat diterapkan pada multi spesies sebagai total biomassa dari suatu
diyakini bahwa sumberdaya tersebut akan punah dan tidak dapat dimanfaatkan
lagi. Tingkat pemanenan terhadap suatu sumberdaya sangat ditentukan oleh upaya
kompetisi, polusi, dan sebagainya dianggap tidak berpengaruh. Konsep ini banyak
aman sebagai batas acuan biologi untuk mencapai tujuan pengelolaan perikanan
dalam pengelolaan perikanan, namum belum ada suatu formulasi yang berhasil
Hasil tangkapan per unit upaya atau Catch Per Unit Effort (CPUE)
unit upaya atau usaha. Nilai ini biasa digunakan untuk melihat kemampuan
banyak walaupun upaya ditingkatkan. Catch Per Unit Effort (CPUE) merupakan
hasil tangkapan per unit alat tangkap pada kondisi biomassa yang maksimum.
Pendekatan model Schaefer menggunakan data hasil tangkapan tahunan dan usaha
penangkapan dalam jangka lama dan berasumsi berada dalam kondisi seimbang
2007).
dan informasi tentang tingkat eksploitasi sumberdaya serta besaran upaya tangkap
(Catch Per Unit Effort) yang telah dilakukan selama ini oleh nelayan dan
atau untuk mengetahui berapa persen dari sumberdaya yang telah dimanfaatkan
dapat diukur membandingkan hasil tangkapan (catch) dengan potensi lestari
hasil tangkapan.
upaya penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok ikan (widodo dan suadi,
2006). Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada beberapa jenis overfishing sebagai
berikut :
a. Growth overfishing
b. Recruitment overfishing
sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur
memadai.
c. Biological overfishing
d. Economic overfishing
sebagai perbedaan antara nilai kotor dari hasil tangkapan dan seluruh biaya
e. Ecosystem overfishing
Overfishing jenis ini dapat terjadi sebagai hasil dari suatu perubahan
komposisi jenis dari suatu stok sebagai akibat dari upaya penangkapan
berukuran besar kepada ikan kurang bernilai ekonomi berukuran kecil, dan
ahirnya kepada ikan rucah (trash fish) dan avertebrata non komersial
seperti ubur-ubur.
f. Malthusian overfishing
masuknya tenaga kerja yang tergusur dari berbagai aktivitas berbasis darat
estuarian.
Purwanto (1986) dalam Bramantya (2003) mengemukakan bahwa untuk
maksimal dalam waktu yang tidak terbatas maka laju kematian karena
Induk-induk dalam jumlah tertentu harus disesuaikan dan diberi kesempatan untuk
berkembang biak, sehingga mampu menghasilkan anak ikan dalam jumlah cukup
kematian alami.
III. METODELOGI PRAKTEK KERJA LAPANG
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April
Ternate.
Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
survei dan observasi. Data terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer di
(kuesioner). Responden yang dituju ialah nelayan yang menangkap ikan cakalang.
ialah huhate (Pole and line), pukat cincin (Purse seine), pancing ulur (Hand line).
1. Jumlah hasil tangkapan ikan cakalang dari alat tangkap huhate (Pole
and line), pukat cincin (Purse seine), pancing ulur (Hand line) dari
2. Jumlah upaya tangkap alat tangkap huhate (Pole and line), pukat
cincin (Purse seine), pancing ulur (Hand line). Dari tahun 2011
Bonenehu 2016) :
Keterangan :
Fs =
Keterangan :
ikan dalam waktu yang panjang. Hubungan hasil tangkapan dengan upaya
Y = a + βx + e
Keterangan :
Y = a + bx
∑ −∑ n ∑ xy − ( ∑x) (∑y)
= b=
n ∑x − (∑x)
= −
= −
sebagai berikut :
4.
= −
= − =0
Fopt= /2
5. Produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan cara mensubsitusikan
Cmax= ( /2 ) − ( /4 )
= /4
30 LU-30 LS dan antara 1240 BT-1290 BT, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah ini beriklim tipe A dan
Utara dipengaruhi oleh 4 musim, yaitu musim utara atau barat dan musim selatan
atau timur dan 2 musim peralihan. Musim angin berlangsung setiap tahun dengan
kecepatan rata-rata 12 km/jam yang dipengaruhi oleh keadaan angin musim utara
dan musim selatan diselingi musim pancaroba yang merupakan transisi antara
kedua musim tersebut.Musim utara terjadi pada bulan Oktober hingga Maret dan
Ternate terdapat pula sarana fisik yang diperuntukan sebagai pasar ikan.Beragam
jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan lokal di perairan Maluku Utara dan
penting yang dominan ditangkap oleh nelayan ialah ikan cakalang (Katsowunus
pelamis).
4,000 3573.75
3,500 3186.36 3298.46
3,000
2,500 2172.15 2251.51
2,000
1,500
1,000
500 51 62 49 50 64
0
2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 3. Hasil Produksi dan Upaya Penangkapan Ikan cakalang selama 2011-
2015
Sumber : Olahan Data Primer, (2017)
Pada gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa kecendrungan upaya dan produksi
selama 5 tahun terakhir terdapat pada tahun 2013 dengan nilai upaya sebesar 49
unit. Sedangkan untuk nilai produksi tertinggi terdapat pada tahun 2014
denganhasil produksi 3573,75 ton per tahun dan produksi terendah pada tahun
bahwa semakin besar upaya penangkapan maka semakin besar pula hasil produksi
yang dicapai. Namun pada tahun 2011 dan 2012 hasil produksi menurun dengan
bahwa dengan jumlah effort yang banyak belum tentu menghasilkan produksi
yang besar.Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang maksimal yaitu batasan
alat tangkap terlebih dahulu karena berdasarkan data produksi terlihat lebih dari
satu alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan cakalang.
menggunakan alat tangkap Pole and line, Purse seine, Hand line yang diperoleh
Pada tabel 3 menunjukan bahwa produksi dan upaya tangkap CPUE ikan cakalang
selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Hal ini di karenakan fluktuasi hasil
penangkapan, cuaca, teknologi alat tangkap, teknik penangkapan dan juga tingkat
keberhasilan operasi penangkapan. Oleh karena itu salah satu pendekatan yang
penangkapan atau catch per unit effort (CPUE) dapat dilihat pada tabel 3.
cakalang yang didaratkan di PPN Ternate adalah Pole and line. Hal ini
dikarenakan hasil tangkapan dari alat tangkap tersebut lebih maksimal jika
dibandingkan dengan hasil tangkapan alat tangkap lainnya, dengan demikian alat
tangkap yang dijadikan standart mempunyai faktor daya tangkap atau Fishing
Power Index (FPI) sama dengan 1 adalah alat tangkap pole and line.
Nilai produksi, upaya tangkap dan CPUE ikan cakalang selama 5 tahun
Tabel 3. Produksi dan Upaya Tangkap CPUE Ikan Cakalang Tahun 2011-2015
TotalUpaya Produksi CPUE
No Tahun (Effort) (Catch) Schaefer
1 2011 51 2172,15 42,243
2 2012 62 2251,51 36,204
3 2013 49 3186,36 64,972
4 2014 50 3573,75 71,676
5 2015 64 3298,46 51,530
Jumlah 277 14482,23 266,625
Rata-Rata 55,30 2896,45 53,325
Sumber : Olahan Data Primer, (2017)
Pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa nilai CPUE tertinggi terdapat pada
tahun 2014 dengan nilai CPUE sebesar 71,676 kg/unit dengan total effort sebesar
50 unit/tahun. Sedangkan nilai CPUE terendah terdapat pada tahun 2012 yaitu
36,204 kg/unit dan total effort sebesar 62 unit/tahun. Sejak tahun 2014 fluktuasi
CPUE terus terjadi dan kecendrungan penurunan ini terus berlangsung pada satu
fluktuasi nilai CPUE tersebut dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar 4.
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Gambar 4.Grafik Fluktuasi CPUE Ikan Cakalang di PPN Ternate Tahun 2011-
2015
Sumber : Olahan Data Primer, (2017)
dengan adanya peningkatan upaya penangkapan. Hal ini terjadi karena selama
2016).
Hasil tangkapan lestari atau MSY adalah besarnya jumlah stok ikan
tertinggi yang dapat ditangkap secara terus menerus dari suatu potensi yang ada
diharapkan tidak melebihi nilai MSY, agar kelestrian sumberdaya tersebut dapat
Analisis hasil tangkapan maksimum lestari dalam Praktek Kerja Lapang ini
3500
3000
Hasil Tangkapan (Ton)
2500
2000
1500
1000
500
0
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97
Upaya Tangkap (Unit)
tangkapan per unit upaya (CPUE) dari jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
dengan produksi tertinggi terdapat pada tahun 2014 dengan nilai produksi
3573,75kg/unit dan produksi terendah terdapat pada tahun 2011 dengan nilai
kehati-hatian, maka diperlukan satu konsep pemfaatan yang ideal untuk menjaga
dengan tingkat pemanfaatan paling tinggi terdapat pada tahun 2014 dengan
persentase 118,89 % dan tingkat pemanfaatan paling rendah terdapat pada tahun
2011 dengan persentase 72,26 %. Hal ini terjadi karena ada penambahan upaya
penangkapan.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011,2012 dan 2013 masih
dalam kategori pemanfaatan optimal karena kisaran produksi ikan cakalang antara
65 % sampai 100 %. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 pemanfaatan ikan
telah overfishing.
Usaha pemanfaatan ikan cakalang jika dilihat nilai rata-rata dalam 5 tahun
5.1. Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapang ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
optimal/moderate.
6.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah melakukan Praktek Kerja Lapang ini
pada tahun 2014 dan 2015, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang sudah
(Total Allowable Catch) adalah 80 % dari besarnya nilai MSY, maka diperlukan
Collete, B.B, 1983. FAO Speries Catalouge Vol.2. Scombrids of The World. An
annotated and Illustrated Catalougue of Tuna, Mackerels Bonitos and
Related Species Known to Date.FAO Fish.Synop.Rome.