Makalah Variabel Penelitian Dan Jenis Eksperimen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Makalah Variabel Penelitian Dan Jenis Eksperimen

DISUSUN OLEH

Helmi Rudianto
M. Wahyu Aji Budiman
Yudik Martayadi
M. Taufikurrahman

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA KOMPUTER MATARAM

MATARAM

2017
Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita
melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan
terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di
control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut
dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian
eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiono : 2010).

Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di
dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari
hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam
menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan
perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.

B. Karakteristik Penelitian Eksperimen

Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu :

1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous
management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun
random (acak).
2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan
kelompok eksperimen.
3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan
variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi
variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak
menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi
kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan
penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara
acak.
4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat
studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan
penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang
sama.
6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara
sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam
melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol
disini adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah yang akan
menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan terjadi
akibat perbedaan perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi
yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang
dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok
perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen,
ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi
(Observasi).

Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik penelitian
eksperimen adalah antara lain :

1. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan


kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity).

C. Langkah-langkah Penelitian Eksperimen

Menurut Sukardi, (2003) pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti beriku :

1. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis
penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi
istilah.
4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:

a) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya


kontaminasi proses eksperimen.

b) Menentukan cara mengontrol.

c) ` Memilih rancangan penelitian yang tepat.

d) Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah
subjek penelitian.

e) Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

f) Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar


diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.

g) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.

1. Melaksanakan eksperimen.
2. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
3. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah
ditentukan.
4. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan
untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
5. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan.

D. Beberapa Bentuk Desain Penelitian Eksperimen

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tahun 2010, beliau
membagi desain penelitian ekperimen kedalam 3 bentuk yakni pre-experimental design,
true experimental design, dan quasy experimental design.

1. Pre-experimental design

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi
awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs
ini ada beberapa macam antara lain :

a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)

Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan
selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil
adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan
beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.

b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)

Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

c. Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu;
setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk
kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

2. True Experimental Design

Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat
menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari
populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih
secara random. Desain true experimental terbagi atas :

a. Posstest-Only Control Design

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi
perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.

b. Pretest-Posttest Control Group Design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi
pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.

c. The Solomon Four-Group Design.

Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random. Dua kelompok
diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok pratest dan satu dari
kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah itu keempat kelompok ini
diberi posttest.

3. Quasi Experimental Design

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang
sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design.
Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak.
Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka
dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini diantarnya
sebagai berikut:

a. Time Series Design

Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud
untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan.
Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok
tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan
kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain
penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan
kelompok kontrol.

b. Nonequivalent Control Group Design

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam
desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan,
kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok
yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

c. Conterbalanced Design

Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang
berbeda-beda, dan dilakukan secara random.

4. Factorial Design

Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang
dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-
eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara
individual dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini adalah untuk
menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat digeneralisasikan lewat
semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen
tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan
untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental
variabel tunggal.

Variabel Penelitian Eksperimen

Variabel Penelitian Eksperimen


Menurut fungsinya di dalam penelitian, ada beberapa jenis variabel antara lain:

Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh
peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena
yang diobservasi. Fungsi variabel ini sering disebut variabel pengaruh sebab berfungsi
mempengaruhi variabel lain. Jadi, secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain.

Variabel Dependen
Variabel dependen (tergantung) adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel lain. Dalam mengklasifikasikan variabel menurut peranannya
dalam penelitian, biasanya peneliti mulai dengan mengidentifikasi variabel dependen
karena variabel inilah yang menjadi pusat persoalan. Misalnya akan meneliti tentang
prestasi belajar, maka dipikirkanlah variabel apa yang memungkinkan menjadi faktor
prestasi belajar, contoh metode pembelajaran. Di sini metode pembelajaran berperan
sebagai variabel independen dan prestasi belajar sebagai variabel dependen.

Intervening variable
Menurut Tuckman (dalam Azwar, 1998), Intervening variable adalah suatu faktor yang secara
teoritik berpengaruh terhadap fenomena yang diamati. Intervening variable atau variabel
mediasi dipengaruhi variabel independen dan mempengaruhi variabel dependen. Variabel
ini biasanya nilainya secara satuan relatif tidak dapat diukur, dilihat maupun dimanipulasi
secara pasti sehingga efeknya terhadap fenomena yang bersangkutan harus disimpulkan
dari efek variabel bebas dan variabel moderator. Contoh Gaya kepemimpinan sebagai
variabel independen mempengaruhi variabel kepuasan kerja. Dan kepuasan kerja yang
menjadi intervening variable mempengaruhi variabel dependennya yakni tingkat
kedisiplinan karyawan.

Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel bebas tapi bukan variabel utama penelitian yang
diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Misal disamping metode
pembelajaran masih banyak variabel yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, jika
nantinya peneliti juga memperhitungkan pengaruh jenis kelamin itu terhadap prestasi
belajar walau tidak diutamakan, maka dalam contoh ini jenis kelamin sebagai variabel
moderator. Variabel ini juga dibiarkan bervariasi agar pengaruhnya terhadap variabel
dependen dapat diamati penarikan kesimpulan mengenai hubungan variabel independen
dan dependen dengan cermat. Karena asumsinya variasi jenis kelamin pria dan wanita
masing-masing memiliki efek berbeda terhadap prestasi belajar.

Variabel Kendali
Dalam penelitian, variabel tergantung bisa saja dipengaruhi oleh banyak variabel bebas. Namun
tidak semuanya variabel bebas diperlukan dan diperhatikan oleh peneliti. Variabel bebas
lain yang peranannya dirasa cukup signifikan tidak bisa diabaikan begitu saja. Sehingga
perlu adanya kendali agar efeknya terhadap variabel tergantung dapat dijaga dan tidak
mencemari hasil penelitian. Variabel ini variasinya dibatasi. Misal pada hipotesis yang
berbunyi “Model pembelajaran ceramah akan menurunkan minat belajar pada siswa
tingkat TK,” tingkat pendidikan di sini berperan sebagai variabel kendali. Tingkat
pendidikan variasinya dibatasi (hanya pada tingkat taman kanak-kanak) sehingga
pengaruhnya terhadap minat belajar dapat ditiadakan.

Variabel Rambang
Variabel yang fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya hampir tidak diperhatikan terhadap
variabel bebas maupun variabel tergantung.

Anda mungkin juga menyukai