Makalah Survey Cepat KTR
Makalah Survey Cepat KTR
Makalah Survey Cepat KTR
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Survei Cepat Epidemiologi
Yang Dibina Oleh dr. Erianto Fanani
Oleh:
Andri Irawati (140612603044)
Ninik Eka Trisiana (140612601216)
Shika Mafrudotun Nandha (140612602914)
Halaman Sampul i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Kawasan Tanpa Rokok 3
2.2. Landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok 3
2.3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Kawasan Tanpa Rokok 4
2.4. Langkah Pengembangan KTR di Tempat Belajar Mengajar 6
2.5. Definisi Pengetahuan 8
2.6. Definisi Sikap 9
BAB III METODE PENELITIAN 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Survei Cepat 13
4.2. Pembahasan Survei Cepat 27
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan 39
5.2. Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Aliance (SEATC) dan World Health Organization (WHO) Indonesia melaporkan
empat alternatif kebijakan yang terbaik untuk pengendalian tembakau, yaitu 1)
manaikkan pajak (65% dari harga eceran), 2) melarang semua bentuk iklan rokok,
3) Implementasi 100% Kawasan Tanpa Rokok di tempat umum, tempat kerja,
tempat pendidikan dan 4) memperbesar peringatan merokok dan menambah
gambar dari akibat kebiasaan merokok (Prabandari dkk, 2009).
Implementasi Kawasan Tanpa Rokok adalah salah satu upaya dalam
melindungi mereka yang tidak merokok tetapi terkena paparan asap rokok atau
perokok pasif (Prabandari dkk, 2009). Pengendalian para perokok yang
menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif
maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa
paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok
(Kemenkes, 2011).
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Tempat yang
merupakan kawasan tanpa rokok adalah fasilitas pelayanan kesehatan, tempat
proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja, dan tempat umum (Peraturan bersama Menteri Kesehatan Dan
Menteri Dalam Negeri, 2011)
Kawasan pendidikan merupakan salah satu kawasan yang terikat oleh
peraturan KTR (BEM FK UNUD, 2016). Universitas Negeri Malang seharusnya
menetapkan KTR karena merupakan kawasan pendidikan. Pada kenyataannya di
Universitas Negeri Malang belum menetapkan dan menerapkan KTR, baik
lingkup universitas atau fakultas. Survei ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014
terhadap Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya pelaksanaan Peraturan Bersama
Nomor 7 Tahun 2011.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
10. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan
Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan
11. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997 tentang
Lingkungan Sekolah Bebas Rokok
12. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok
4
2) Peserta didik/siswa
3) Tenaga kependidikan (guru)
4) Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di sekolah)
c. Sasaran di Tempat Anak Bermain
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat anak bermain
2) Pengguna/pengunjung tempat anak bermain
d. Sasaran di Tempat Ibadah
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat ibadah
2) Jema’ah
3) Masyarakat di sekitar tempat ibadah
e. Sasaran di Angkutan Umum
1) Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb)
2) Karyawan
3) Pengemudi dan awak angkutan
4) Penumpang
f. Sasaran di Tempat Kerja
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat kerja
(kantin, toko, dsb)
2) Staf/pegawai/karyawan
3) Tamu
g. Sasaran di Tempat Umum
1) Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat
umum (restoran, hiburan, dsb)
2) Karyawan
3) Pengunjung/pengguna tempat umum
5
2.4 Langkah Pengembangan KTR di Tempat Belajar Mengajar
Langkah-Langkah Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat
Proses Belajar Mengajar Berdasarkan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011. Petugas kesehatan yang berasal
dari Dinas Kesehatan atau Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) terkait dimana
Dinas Kesehatan setempat telah melakukan pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) melalui konsolidasi lintas program dan lintas sektor serta sosialisasi
peluncuran Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tersebut melakukan advokasi kepada
pimpinan atau pengelola tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan
perlunya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di area tersebut. Dari advokasi tersebut
akhirnya pimpinan/pengelola tempat belajar setuju untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Hal-hal yang perlu dilakukan oleh
pimpinan/pengelola untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Situasi
Penentu kebijakan atau dalam hal ini adalah pimpinan/pengelola tempat
proses belajar mengajar melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan bagaimana sikap dan perilaku
sasaran (karyawan/guru/dosen/siswa) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR). Kajian ini untuk memperoleh data dasar dalam membuat kebijakan.
2. Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR)
Pihak pimpinan melakukan pertemuan internal dengan
karyawan/guru/dosen/siswa yang mewakili perokok dan bukan perokok untuk:
1Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
a. Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR);
b. Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR),
antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi;
c. Menetapkan penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
mekanisme pengawasannya;
d. Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi karyawan/guru/dosen/siswa;
6
3. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Komite atau kelompok kerja yang sudah dibentuk membuat kebijakan yang
jelas tujuan dan cara melaksanakannya.
4. Penyiapan Infrastuktur
Berikut beberapa langkah dalam penyiapan infrastuktur Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) sebagai berikut:
a. Membuat surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung jawab dan
pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tempat proses belajar mengajar;
b. Instrumen pengawasan;
c. Materi sosialisasi enerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
d. Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok;
e. Mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) di tempat proses belajar mengajar melalui poster, stiker larangan
merokok dan lain sebagainya;
f. Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR);
g. Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan/guru/dosen/siswa tentang cara
berhenti merokok.
5. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) antara lain:
a. Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan internal
bagi karyawan/guru/dosen/siswa;
b. Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR).
6. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
a. Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kepada
karyawan/guru/dosen/siswa melalui poster, tanda larangan merokok,
pengumuman, pengeras suara dan lain sebagainya;
b. Penyediaan tempat bertanya;
c. Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
7
7. Pengawasan dan Penegakan Hukum
a. Pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tempat proses belajar mengajar
mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku;
b. Melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas penagwasan yang ditunjuk,
baik diminta atau tidak.
8. Pemantauan dan Evaluasi
a. Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang
telah dilaksanakan;
b. Minta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan;
c. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.
8
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi pendidikan, pekerjaan dan usia. Sedangkan faktor eksternal meliputi
faktor lingkungan dan sosial budaya (Wawan, 2010).
9
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian berupa survei cepat atau rapid survey pengetahuan dan sikap
terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan
2014 Universitas Negeri Malang Sebagai Upaya Pelaksanaan Peraturan Bersama
Nomor 7 Tahun 2011. Fakultas Sastra sebagai wilayah populasi survei dibagi 11
klaster berdasarkan program studi. Satuan klaster berupa program studi. Pada
setiap klaster akan diproporsikan dengan sama atau setara yang kemudian
disesuaikan dengan jumlah responden pada masing-masing klaster. Peneliti
menganggap setiap kelas di masing-masing program studi memiliki karakteristik
yang sama atau homogen.
Populasi survei mengenai pengetahuan dan sikap terhadap KTR ini adalah
seluruh mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014 Universitas Negeri Malang.
Survei ini dilaksanakan pada 11 klaster atau progam studi di Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang. Jumlah total populasi survei adalah 904 mahasiswa
dari seluruh program studi di Fakultas Sastra. Dari jumlah populasi tersebut,
selanjutnya akan diproporsikan sama antar klaster sehingga akan diperoleh jumlah
sampel yang akan diteliti. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode simple
random sampling dengan jumlah sampel sebesar 210 mahasiswa.
Pelaksanaan survei ini dilakukan berdasarkan panduan yang telah
ditetapkan WHO. Tahapan survei cepat mengenai pengetahuan dan sikap terhadap
KTR ini adalah : 1) menyiapkan jumlah seluruh mahasiswa S1 Fakultas Sastra
Angkatan 2014 Universitas Negeri Malang, 2) membagi jumlah populasi
berdasarkan program studi di Fakultas Sastra, 3) menyiapkan jumlah mahasiswa
dalam masing-masing program studi di Fakultas Sastra, 4) tetapkan proporsi
persentase jumlah sampel yang diambil setiap program studi (klaster) dengan cara
membagi jumlah sampel survei cepat minimal dengan jumlah populasi, 5)
proporsikan jumlah sampel berdasarkan proporsi persentase jumlah sampel
dikalikan jumlah mahasiswa dalam masing-masing program studi, 6) jumlah
sampel penelitian telah diketahui dan ditetapkan jumlahnya.
10
Data yang dikumpulkan oleh pewawancara menggunakan instrumen
kuisioner. Kuisioner berisi tentang pengetahuan dan sikap terhadap Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014 Universitas
Negeri Malang Sebagai Upaya Pelaksanaan Peraturan Bersama Nomor 7 Tahun
2011. Kuisioner dibuat dengan skala Linkert dan Gutman. Kuisioner terdiri dari 6
pertanyaan optional dan 14 pernyataan dengan menggunakan skala Linkert
sehingga terdiri dari 20 soal. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
menghitung estimasi proporsi dari masing-masing pertanyaan dalam kuisioner
pengetahuan dan sikap terhadap KTR oleh mahasiswa S1 Fakultas Sastra
Angkatan 2014 Universitas Negeri Malang. Hasil analisis disajikan dalam bentuk
diagram pie dan deskripsi singkat.
Berikut adalah perhitungan proporsi dan jumlah sampel penelitian.
No. Klaster Jumlah Proporsi Jumlah Pembagian sampel
berdasar Mahasiwa Sampel berdasarkan kelas
Program studi
1. Pend. Bahasa, 1. A 6
210 : 904
Sastra 2. AA 1
164 = 0,23 38
Indonesia dan 3. B 12
atau 23%
Daerah 4. BB 19
2. Bahasa dan E 8
Sastra 36 23% 8
Indonesia
3. Pesputakaan 39 23% 9 KA 9
4. Pend. Bahasa 1. A 6
Inggris 2. B 6
131 23% 30 3. C 6
4. D 6
5. E 6
5. Bahasa dan 1. F 9
Sastra Inggris 58 23% 14 2. G 5
3. H 0
6. Pend. Bahasa 1. A 0
Arab 78 23% 18 2. B 5
3. C 13
7. Pend. Bahasa 1. A 5
Jerman 68 23% 16 2. B 10
3. C 1
8. Pend. Bahasa 47 23% 11 1. A 2
11
Mandarin 2. B 9
9. Pend. Seni 1. A 6
Rupa 105 23% 24 2. B 17
3. C 1
10. Pend. Seni Tari 1. H 8
dan Musik 68 23% 16 2. I 0
3. J 8
11. Desain 1. E 12
Komunikasi 2. EE 1
110 23% 26
Visual 3. F 10
4. FF 3
Jumlah total 904 210
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
120
100
80
80
60
40
20
Laki-laki Perempuan
13
4.1.1.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
100 91
90 84
80
70
60
50
40
27
30
20
10 5 2
1
0
20 21 22 23 24 25
4.1.2. Pengetahuan
4.1.2.1. Pengetahuan adanya Peraturan di Indonesia tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Tempat Belajar Mengajar
Ya
Tidak
41%
59%
14
Diagram pie diatas menerangkan apakah Indonesia sudah memiliki
peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di tempat proses belajar mengajar. Dapat
diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra
angkatan 2014 sebesar 41% tidak mengetahui adanya peraturan KTR dan sebesar
59% mahasiswa mengetahui adanya peraturan KTR.
Ya
31%
Tidak
69%
15
4.1.2.3. Pentingnya Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Diterapkan di Universitas
Negeri Malang
Ya
13%
Tidak
87%
Ya
31% Tidak
69%
16
adanya kebijakan terkait Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Negeri Malang
sebesar 31% mengetahui dan sebesar 69% tidak mengetahui.
4.1.2.5. Perlunya Program Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Sastra tanpa Surat
Keputusan dari Universitas
Ya
30%
Tidak
70%
4.1.2.6. Alasan Perlu atau Tidak Perlunya Kawasan Tanpa Rokok Diterapkan di
Fakultas Sastra
6%
9% 28%
57%
A B C D
17
Berdasarkan diagram pie diatas membahas mengenai apakah kawasan
tanpa rokok perlu diterapkan bagi warga Fakultas Sastra. Dari diagram tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebesar 28% mahasiswa menyatakan perlu supaya
perokok menyadari bahwa merokok bukan ditempat umum; sebesar 57%
mahasiswa menyatakan perlu supaya orang yang tidak merokok terhindar dari
asap rokok dan bebas polusi udara; sebesar 9% mahasiswa menyatakan tidak perlu
karena adanya KTR akan mendiskripsi perokok; dan sebesar 6% mahasiswa
menyatakan tidak perlu karena KTR harus ditunda sampai adanya tempat khusus
merokok.
4.1.3. Sikap
4.1.3.1. Mahasiswa FS UM Akan Menjadi Generasi Lebih Berprestasi Tanpa
Asap Rokok
3%
19%
46%
32%
SS S TS STS
18
4.1.3.2. Kualitas Kesehatan Mahasiswa FS UM Meningkat Jika Tidak Ada Asap
Rokok
1%
8%
46%
45%
SS S TS STS
11%1%
52%
36%
SS S TS STS
19
36% menyatakan setuju tentang mendukung adanya KTR di FS, 11 %
menyatakan tidak setuju dan 1% menyatakan sangat tidak setuju tentang
mendukung adanya KTR di FS.
1%
8%
41%
50%
SS S TS STS
20
4.1.3.5. Warga FS UM Seharusnya Tidak Merokok Di Lingkungan Fakultas
3%
16%
40%
41%
SS S TS STS
1%
5%
44%
50%
SS S TS STS
21
Pada diagram diatas, dapat diketahui pendapat mahasiswa FS S1 angkatan
2014 tentang pernyataan “melihat dosen FS merokok di dalam kelas”. Sebesar
50% mahasiswa tidak setuju melihat dosen FS merokok di dalam kelas dan 44%
menyatakan sangat tidak setuju mahasiswa tidak setuju melihat dosen FS merokok
di dalam kelas. Sebesar 5% menyatakan sangat setuju dan 1% setuju melihat
dosen FS merokok di dalam kelas.
4%
16% 26%
54%
SS S TS STS
22
4.1.3.8. Saya Terganggu Dengan Mahasiswa Yang Merokok Di Lingkungan
Fakultas
6%
20%
41%
33%
SS S TS STS
23
4.1.3.9. Saya Terganggu Bersebelahan Dengan Perokok
0%
17%
51%
32%
SS S TS STS
3%4%
35%
58%
SS S TS STS
24
setuju ruang kelas FS harus bebas asap rokok dan sekitar 3% mahasiswa yang
menyatakan bahwa tidak setuju ruang kelas FS harus bebas asap rokok.
10%
13%
39%
38%
SS S TS STS
25
4.1.3.12. Peringatan Dilarang Merokok Dapat Ditemui Di Lingkungan FS UM
10% 10%
40% 40%
SS S TS STS
18%
38%
19%
25%
SS S TS STS
26
Berdasarkan diagram pie di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 38%
mahasiswa yang menyatakan bahwa sangat tidak setuju bebas merokok di
lingkungan FS, 25% mahasiswa yang menyatakan bahwa tidak setuju bebas
merokok di lingkungan FS, 19% mahasiswa yang menyatakan bahwa setuju bebas
merokok di lingkungan FS, dan 18% mahasiswa yang menyatakan bahwa sangat
setuju bebas merokok di lingkungan FS.
4%
17%
41%
38%
SS S TS STS
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengetahuan
4.2.1.1. Pengetahuan adanya Peraturan di Indonesia tentang Kawasan Tanpa
Rokok di Tempat Belajar Mengajar
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
27
mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Indonesia
mempunyai peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok di tempat belajar mengajar
yang tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 7 Tahun 2011. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa KTR
meliputi: fasilitas pelayanan kesehatan; tempat proses belajar mengajar; tempat
anak bermain; tempat ibadah; angkutan umum; tempat kerja; tempat umum; dan
tempat lainnya yang ditetapkan.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa
fakultas sastra angkatan 2014 Universitas Negeri Malang di peroleh data sebanyak
123 (59%) mahasiswa fakultas sastra mengetahui adanya peraturan tentang KTR
di Indonesia dan sebanyak 87 (41%) mahasiswa fakultas sastra tidak mengetahui
adanya peraturan tentang KTR di Indonesia.
28
mengatakan penting jika kebijakan KTR diterapkan di Universitas Negeri Malang
dan sebanyak 29 mahasiswa mengatakan tidak penting jika KTR di terapkan di
lingkungan Universitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian mahasiswa
fakultas sastra mengatakan penting jika KTR diterapkan di lingkungan
universitas. Hal ini dapat mengurangi polusi udara di lingkungan Fakultas Sastra
serta sesuai dengan tujuan KTR yang tertulis dalam Peraturan Bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2011, salah satunya yaitu
memberikan ruang dan lingkungan yag bersih dan sehat bagi masyarakat.
29
4.2.1.5. Perlunya Program Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Sastra tanpa Surat
Keputusan dari Universitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian
mengatakan perlu adanya program KTR di Fakultas Sastra meskipun tanpa surat
keterangan dari Universitas. Subjek penelitian yang mengatakan “ya” yang berarti
perlu adanya program KTR adalah sebesar 151 mahasiswa (72%) sedangkan
mahasiswa yang mengatakan “tidak” yang berarti tidak perlu adanya program
KTR yaitu sebesar 59 mahasiswa (28%). Mahasiswa merasa perlu adanya
program KTR sebab didalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2011, dijelaskan tujuan adanya KTR salah satunya
yaitu dapat melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung. Jadi dengan adanya program
KTR ini diharapkan kesehatan mahasiswa dapat terhindar dari dampak buruknya
rokok.
4.2.1.6. Alasan Perlu atau Tidak Perlunya Kawasan Tanpa Rokok Diterapkan di
Fakultas Sastra
Hasil survey cepat yang dilakukan oleh peneliti terkait alasan perlu atau
tidaknya KTR diterapkan di Fakultas Sastra ini mempunyai 4 pilihan jawaban
yang terbagi kedalam pilihan A,B,C, dan D. Untuk jawaban pilihan “A”
menunjukkan angka sebesar 28% (57) mahasiswa mengatakan perlu dengan
alasan supaya perokok menyadari bahwa merokok bukan ditempat umum,
sedangkan untuk pilihan jawaban “B” menunjukkan angka sebesar 57% (119)
mahasiswa mengatakan perlu dengan alasan supaya orang yang tidak merokok
terhindar dari asap rokok dan bebas polusi udara, dan untuk pilihan jawaban “C”
menunjukkan angka sebesar 9% (20) mahasiswa mengatakan tidak perlu dengan
alasan karena adanya KTR akan mendiskripsi perokok, serta untuk jawaban
pilihan “D” menunjukka angka sebesar 6% (14) mahasiswa menyatakan tidak
perlu karena KTR harus ditunda sampai adanya tempat khusus merokok. Dari
jawaban tersebut disimpulkan bahwa 50% mahasiswa Fakultas Sastra menyatakan
perlu dengan alasan supaya orang yang tidak merokok terhindar dari asap rokok
dan bebas polusi udara. Hal ini sesui dengan tuujuan KTR yang tertulis dalam
30
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
2011 antara lain: memberikan pelindungan yang efektif dari bahaya asap rokok
serta melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok
baik langsung maupun tidak langsung.
4.2.2. Sikap
4.2.2.1. Mahasiswa FS UM Akan Menjadi Generasi Lebih Berprestasi Tanpa
Asap Rokok
Pada hasil survey didapat presentase tertinggi 46% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra sangat setuju dan 32% setuju bahwa mahasiswa FS akan menjadi generasi
yang lebih berprestasi tanpa asap rokok. Artinya mahasiswa S1 Fakultas Sastra
mengetahui bahwa asap rokok akan berdampak terhadap prestasi generasi muda.
Tujuan dari pelaksanaan KTR menurut Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
Dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011 adalah salah satunya melindungi
kesehatan masyarakat umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun
tidak langsung. Rokok berdampak buruk bagi kesehatan perokok itu sendirid an
Asap Rokok Orang Lain (AROL) juga berbahaya bagi kesehatan orang di
sekitarnya, yang dalam hal ini menjadi perokok pasif (Kemenkes, 2013).
Komponen utama adalah Nikotin suatu zat berbahaya penyebab kecanduan, Tar
yang bersifat karsinogenik, dan CO yang dapat menurunkan kandungan oksigen
dalam darah (Kemenkes, 2013). Efek ketergantungan nikotin inilah yang
mengakibatkan parapan terus menerus rokok pada perokok nantinya akan
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif bagi usia pelajar. Penurunan fungsi
kognitif akan berdampak pada proses pembelajaran dan nilai akhir (Tulenan dkk,
2015). Penyakit-penyakit akibat rokok akhirnya akan melemahkan sumber daya
manusia di Indonesia (Kemenkes, 2011).
31
tanpa rokok (Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri
No. 7 Tahun 2011) yang memiliki tujuan memberi perlindungan yang efektif dari
bahaya asap rokok; memberi ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi
mayarakat; melindungi kesehatan masyarakat umum dari dampak buruk merokok
baik langsung maupun tidak langsung. Pelaksanaan penerapan Kawasan Tanpa
Rokok dilakukan untuk mempersempit area bagi perokok sehingga generasi
sekarang maupun akan datang dapat terlindungi dari bahaya rokok (Kemenkes,
2011).
32
perilakunya untuk tidak merokok sembarangan sehingga menurunkan angka
perokok dan mencegah perokok pemula (Kemenkes, 2011).
33
4.2.2.7. Banyak Mahasiswa FS UM Merokok Di Lingkungan Fakultas
Hasil survei yang dilakukan mendapat hasil 54% menyatakan setuju dan
26% menyatakan sangat setuju bahwa banyak mahasiswa FS merokok di
lingkungan fakultas. Parapan terus menerus rokok pada perokok nantinya akan
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif akan
berdampak pada proses pembelajaran dan nilai akhir mahasiawa (Tulenan dkk,
2015). Untuk itu perlu diberlakukannya Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
Dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011 bahwa tempat beljar mengajar
harus menjadi Kawasan Tanpa Rokok. Sehingga akan mengurangi bahkan
menghilangkan mahasiswa yang merokok di Lingkunga Fakultas Sastra.
34
4.2.2.9. Saya Terganggu Bersebelahan Dengan Perokok
Berdasarkan hasil survey cepat terdapat 83% mahasiswa S1 Fakultas
Sastra menyatakan terganggu dan bahkan sangat terganggu bersebelahan dengan
perokok. Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok menyatakan bahwa KTR salah satunya meliputi tempat belajar
mengajar yang bertujuan untuk memberikan ruang atau tempat dan lingkungan
yang bersih dan sehat, melindungi kesehatan secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung dan memberikan perlindungan
yang efektif bagi bahaya asap rokok. Kebiasaan merokok mengabaikan aturan
dilarang merokok di tempat umum. Kebiasaan ini merugikan orang lain karena
menjadikan orang lain sebagai perokok pasif yang jauh lebih berbahaya daripada
perokok aktif. Resiko terkena penyakit lebih besar pada perokok pasif
dikarenakan mereka tidak mempunyai filter dalam menyerap seluruh asap rokok
yang dikeluarkan perokok pasif (Nurrahmah, 2015). Berdasarkan peraturan dan
teori tersebut, banyak mahasiswa yang menyatakan terganggu dan sangat
terganggu dengan orang lain yang merokok disekitarnya dikarenakan berdampak
buruk bagi kesehatan.
35
Rokok yang berarti bebas asap rokok dan banyak mahasiswa yang setuju dan
sangat setuju bahwa ruang kelas harus bebas asap rokok.
36
instrumen pengawasan, materi sosialisasi, dan juga pembuatan tanda atau
peringatan dilarang merokok. Sementara ini, Universitas Negeri Malang belum
mengeluarkan Surat Keputusan Rektor yang menyatakan UM berada dalam
Kawasan Tanpa Rokok sehingga 50% mahasiswa FS menyatakan tidak
menjumpai tulisan dilarang merokok di fakultas.
37
lingkungan yang bersih dan sehat, melindungi kesehatan secara umum dari
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung dan memberikan
perlindungan yang efektif bagi bahaya asap rokok. Berdasarkan peraturan tersebut
bahwa lingkungan tempat belajar yaitu termasuk lingkungan fakultas
diberlakukan Kawasan Tanpa Rokok yang berarti bebas asap rokok dan 79%
mahasiswa setuju dan sangat setuju bahwa merokok tidak seharusnya dilakukan di
lingkungan fakultas.
38
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
5.1.1. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa S1 Fakultas Sastra Angkatan 2014
terhadap Kawasan Tanpa Rokok sebagai upaya pelaksanaan Peraturan
Bersama Nomor 7 Tahun 2011.
Gambaran pengetahuan mahasiswa tentang KTR yaitu terdapat 59%
mahasiwa yang mengetahui adanya peraturan tetang KTR di tempat belajar
mengajar, namun 69% mahasiswa yang tidak tahu bahwa peraturan KTR di
Universitas negeri Malang namun hal ini juga sesuai dengan tidak adanya Surat
Keputusan Rektor yang menyatakan tentang KTR, sehingga tidak ada kebijakan
tentang KTR di tingkat Fakultas sehingga terdapat 69% mahasiswa yang tidak
mengetahui adanya peraturan KTR, sebesar 70% mahasiswa menyatakan tidak
perlu dengan program Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Fakultas Sastra tanpa
Surat Keputusan, terdapat 89% mahasiwa yang menyatakan bahwa keberadaan
KTR itu merupakan hal yang penting, dan 57% mahasiswa menyatakan perlunya
KTR supaya orang yang tidak merokok terhindar dari asap rokok dan bebas polusi
udara
39
dengan mahasiswa lain yang merokok di lingkungan fakultas, 58% mahasiswa
sangat setuju jika ruang kelas harus bebas asap rokok, 51% mahasiswa sangat
setuju jika merasa terganggu bersebelahan dengan perokok, 39% mahasiswa
sangat tidak setuju jika merokok dapat dilakukan di semua tempat di fakultas,
40% mahasiswa menyatakan tidak setuju jika terdapat peringatan dilarang
merokok di FS, 38% mahasiswa menyatakan sangat tidak setuju jika merekan
bebas merokok di lingkungan FS, dan terdapat 41% sangat setuju jika warga FS
seharusnya tidak merokok di lingkungan FS.
5.2. Saran
1. Disarankan untuk pembagian klaster secara lebih terperinci atau sampai pada
klaster terkecil sehingga dapat diambil sampel yang benar-benar mewakili
atau representatif.
2. Disarankan untuk pembagian sampel pada klaster terkecil diambil dengan
proporsi yang sama sehingga lebih dapat mewakili populasi.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Nurrahmah. 2015. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan Pembentukan
Karakter Manusia. (Online),
(http://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/226/215),
diakses 27 Maret 2017
Peraturan bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri NOMOR
188/MENKES/PB/I/2011NOMOR 7 TAHUN 2011
Prabandari dkk. 2009. Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Alternatif Pengendalian
Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok
Terhadap Perilaku Dan Status Merokok Mahasiswa Di Fakultas
Kedokteran Ugm, Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
12 (4). (Online). (http://download.portalgaruda.org), diakses 19 Maret
2017
Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI (2011). Pedoman Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok. Kemenkes RI: Jakarta
Putri, Puri. 2013. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Pendidikan dan
Terpaan Iklan Layanan Masyarakat KB. (Online),
(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/view/4444/4054),
diakses 25 Maret 2017
Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 Laporan Nasional
2007,(Online).(http://www.terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.
php/lpb/catalog/download/22/22/29-2), diakses 19 Maret 2017
Suharyat, Yayat. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat dan Perilaku Manusia.
Jurnal Region Vol 3:1-19
Tulenan dkk. 2015. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Prestasi Belajar Pada
Remaja Perokok Di Sma Negeri 1 Remboken. Ejournal Keperawatan, 3
(2). (Online),
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/8031/7591),
diakses 27 Maret 2017
Wawan, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
42