Makalah Jenis Jenis Daun Secara Umum
Makalah Jenis Jenis Daun Secara Umum
Makalah Jenis Jenis Daun Secara Umum
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang sangat penting dan pada umumnya
tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya tumbuh dari batang saja dan
tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya
atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang dan tempat diatas daun yang
merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla), umumnya berwarna
hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari
cahayamatahari untuk fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain,
misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna
merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga
warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang
gugur). Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya
karena tumbuhan adalah organisme autotrofobligat, ia harus memasok kebutuhan energinya
sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat di bedakan menjadi:
1. Daun Majemuk Menyirip (pinnatus)
Daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat dikanan kiri ibu
tangkai daun. Jadi tersusun seperti sirip pada ikan. Daun majemuk menyirip dapat dibedakan
lagi menjadi beberapa macam :
Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanpa penyelidikan yang
teliti, daun ini tentu akan disebut sebagai daun tunggal, tetapi di sini tangkai daun
memperlihatkan suatu persendian (articulatio), jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada
ibu tangkai.
Sesungguhnya pada daun ini, juga terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang lain-
lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak daun saja. Daun yang demikian ini
biasanya kita dapati pada berbagai jenis pohon jeruk, seperti jeruk besar (citrus maximo
Merr.) jeruk nipis (citrus aorantifolia Sw.), dan lain-lain.
Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus). Biasanya disini terdapat sejumlah anak
daun yang berpasang-pasangan dikanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya
biasanya lalu menjadi genap. Akan tetapi, mengingat pada suatu daun majemuk menyirip,
anak-anak daun tidak selalu berpasang-pasangan, maka untuk menentukan apakah suatu daun
majemuk menyirip genap atau tidak, orang tidak lagi menghitung jumlah anak daun, tetapi
melihat kepada ujung ibu tangkainya. Jika ujung ibu tangkai terputus, artinya pada ujung ibu
tangkai tidak terdapat suatu anak daun, sehingga ujung ibu tangkai bebas. Atau kadang-
kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah runtuh, maka hal itu berarti bahwa daun
yang menyirip genap.
Dengan keterangan ini jelaslah, bahwa satu daun majemuk menyirip genap mungkin
mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun majemu menyirip genap antara lain terdapat
pada pohon asam (tamarindus indica L.) yang anak daunnya berpasang-pasangan, jadi jumlah
anak daun benar-benar genap.
Daun majemuk menyirip genap, tetapi jumlah anak daunnya gasal dapat kita jumpai misalnya
pada pohon leci (litcichinensis sonn.) dan kepulasan (Nepphelium mutabile B.)
Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus), disini yang menjadi pedoman ialah ada
atau tidaknya satu anak daun yang menutup ujung ibu tangkainya. Ditinjau dari jumlah anak
daunnya akan kita dapati bilangan yang benar-benar gasal, jika anak daun berpasangan,
sedang diujung ibu tangkai, terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun ini lebih
besar daripada yang lainnya ), seperti dapat dilihat pada daun pacar Cina (Aglaia odorata
Lour) dan mawar (Rosa sp.).
Sebagai kebalikan daun majemuk menyirip genap yang dapat mempunyai jumlah
anak daun yang gasal. Daun majemuk menyirip gasal dapat pula mempunyai jumlah anak
daun yang genap. Seperti sering kita temukan pada pohon pacar Cina tersebut diatas.
Selain dari itu, daun majemuk menyirip dapat pula dibedakan menurut duduknya anak-anak
daun pada ibu tangkai, dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada
satu ibu tangkai.
Daun Majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan, yaitu jika
duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-hadapan.
Menyirip berseling, jika anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling.
Menyirip berselang seling (interrupte pinnatus), yaitu jika anak-anak daun pada ibu
tangkai berselang-seling pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan anak daun yang
sempit, misalnya pada anak daun tomat (solanum lycopersicum L.)
Tetapi, jika diteliti benar, ternyata daun sikejut bukanlah merupakan daun majemuk
campuran sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip genap atau ganda dua yang sempurna.
Hanya saja pada daun ini, letak kedua pasang cabang ibu tangkainya, sedemikian dekat satu
sama lain, hingga seakan–akan terdapat empat cabang tangkai pada ujung ibu tangkai
daunnya.
2.3.4 Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
Ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan tangkai daun,
dan terdapat ditengah-tengah membujur dan membelah daun. Oleh tulang ini helaian daun
umumnya dibagi memjadi dua bagian yang setangkup atau simetris.
Tulang-tulang cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang lebih kecil dari pada
ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi atau cabang-cabang tulang-tulang ini. Tulang
cabang yang langsung berasal dari ibu tulangdinamakan tulang cabang tingkat 1, cabang
tulang cabang tingkat satu dinamakan tulang cabang tingkat 2, demikian seterusnya.
Urat daun (vena), sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula, tetapi yang kecil atau
lembut dan satu sama lain besrta tulang-tulang yang lebih besar membentuk susuna seperti
jala, kisi, atau lainnya.
Dalam daun, tulang-tulang cabang tingkat 1 yang tumbuh kesamping, jadi kearah tepi daun,
dapat memperlihankan sifat-sifat berikut:
a. Tulang cabang tadi dapat mencapai tepi daun
b. Tulang cabang tadi berhenti sebelum mencapai tepi daun
c. Tulang-tulang cabang tadi dekat tepi daun lalu membengkok ke atas, dan bertemu dengan
tulang cabang yang ada di atasnya, demikian berturut-turut, sehingga sepanjang tepi daun
terdapat tulang yang letaknya kurang lebih sejajar dengan tepi daun atau kadang-kadang
tampak berombak, yang dinamakan tulang pinggir. Dengan adanya tulang ini tepi daun
menjadi lebih kuat dan tidak mudah koyak-koyak, seperti dapat kita lihat pada daun
(Spondias dulcis Forst), pisang (Musa paradisiaca L).
2. Bertoreh (Divisus)
Toreh-toreh pada tepi daun sangat beraneka ragam sifatnya, ada yang dangkal ada yang
dalam, besar, kecil, dan lain-lain. Biasanya toreh-toreh pada tepi daun di bedakan dalam 2
golongan:
a. Tepi Daun Dengan Toreh Yang Merdeka
Toreh-toreh yang tidak mempengaruhi atau mengubah bangun asli daun. Tore-toreh ini
biasanya tak seberapa dalam, letaknya toreh tidak bergantung pada jalannya tulang-tulang
daun, oleh sebab itu sering disebut toreh merdeka. Dalam hubungannya dengan jenis toreh-
toreh ini dipergunakan istilah “sinus” untuk torehnya sendiri dan “angulus” untuk bagian tepi
daun yang menonjol keluar. Tepi daun dengan toreh yang merdeka banyak pula ragamnya.
Toreh-toreh tadi sering kali amat dangkal dan kurang jelas, sehingga sukar untuk dikenali.
Yang sering kita jumpai ialah tepi daun yang dinamakan:
Bergerigi (serratus), yaitu jika sinus dan angulus sama lancipnya, misalnya daun lantana.
Selanjutnya untuk melengkapi keterangan mengenai sifat toreh-toreh ini, dapat pula di
tambahkan kata-kata yang bertalian dengan besar kecilnya sinus dan angulusnya, misalnya:
bergerigi halus dan bergerigi kasar.
Bergerigi ganda atau rangkap (biserratus), yaitu tepi daun seperti diatas, tetapi angulusnya
cukup besar, dan tepinya bergerigi lagi.
Bergigi (dentatus), jika sinus tumpul sedangkan angulusnya lancip, misalnya daun
beluntas.
Beringgit (crenatus), kebalikannya bergigi, jadi sinusnya tajam dan angulusnya yang
tumpul, misalnya daun cocor bebek.
Berombak (repandus), jika sinus dan angulusnya sama-sama tumpul, misalnya daun air
mata pengantin.
b. Tepi Daun Dengan Toreh-Toreh Yang Mempengaruhi Bentuknya
Seperti yang telah dikemukakan, jika toreh-toreh daun besar dan dalam bangun daun akan
terpengaruh olehnya, sehingga bangun asli tidak lagi tampak. Toreh-toreh yang besar dan
dalam itu biasanya terdapat diantara tulang-tulang yang besar atau diantara tulang-tulang
cabang. Jika daun amat besar atau lebar, misalnya daun pepaya, bagian daun diantara toreh-
toreh yang besar dan dalam itu dapat bertoreh-toreh lagi, sehingga makin tidak nampak
bangun asli bangunnya.
Berdasarkan dalamnya toreh-toreh itu, tepi daun dapat dibedakan dalam yang:
Berlekuk (lobatus), yaitu jika dalamnya toreh kurang daripada setengah panjangnya
tulang-tulang yang terdapat di kanan kirinya.
Bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih sampai tengah-tengah panjang
tulang-tulang daun dikanan kirinya.
Berbagi (partitus), jika dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya tulang-tulang daun
dikanan kirinya.
Karena seperti telah dikemukakkan letak toreh-toreh bergantung pada susunan tulang-
tulang daun, maka sebutan untuk mencandra tepi daun yang bertoreh dalam dan besar ini,
selalu merupakan kombinasi antara sifat torehnya dengan susunan tulang daun yang
bersangkutan, hingga dengan demikian dapat dibedakan daun-daun dengan tepi seperti
berikut:
Berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi berlekuk mengikuti susunan tulang daun yang
menyirip misalnya daun terong.
Bercangap menyirip (pinnatifidus), tepi bercangap, sedangkan daunnya mempunyai
susunan tulang menyirip, misalnya daun keluwih.
Berbagi menyirip (pinnatipartitus),tepi berbagi dengan susunan tulang yang menyirip,
misalnya daun sukun.
Berlekuk menjari (palmatilobus), tepi berlekuk, susunan tulang menjari, misalnya daun
jarak pagar dan kapas.
Bercangap menjari (palmatifidus), jika tepinya bercangap, sedangkan susunan tulangnya
menjari, misalnya daun jarak.
Berbagi menjari (palmatipartitus), yaitu jika tepi berbagi, sedangkan daunnya mempunyai
susunan tulang yang menjari, misalnya daun ketela pohon.
Perlu dicatat, bahwa dalam menyebut warna daun sangat besar pengaruh perseorangan,
mengingat mengenai warna tidak ada ukuran yang obyektif, lagi pula warna daun suatu jenis
tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat sekali hubungannya
dengan persediaan air dan makanan serta penyinaran.
2.7.2 Permukaan Daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda, biasanya sisi atas tampak
lebih hijau, licin, atau mengkilat, jika dibandingkan dengan sisi bawah daun. Kadang-kadang
pada permukaan daun terdapat alat-alat tambahan yang berupa sisik-sisik, rambut-rambut,
dan duri. Melihat keadaan permukaan daun itu orang lalu membedakan permukaan daun yang
licin, gundul, kasap, berkerut, berbingkul-bingkul, berbulu, berbulu halus dan rapat, berbulu
kasar, serta bersisik.
b. Venus flytraps
Tanaman yang endemik di daerah Carolina Utara dan Selatan ini memiliki daun yang
termodifikasi menjadi penjebak serupa jepit dengan beberapa rambut sensor gerak di
dalamnya. Modifikasi daun dengan dua lobus yang menutup bersamaan dengan cukup cepat
untuk menangkap serangga. Mangsa yang memasuki perangkap menyentuh rambut sensoris,
yang membangkitkan impuls listrik yang memicu penutupan perangkap tersebut. Pergerakan
perangkap itu sesungguhnya adalah respons pertumbuhan yang sangat cepat di mana sel-sel
di bagian luar setiap lobus mengakumulasi air dan membesar.Keadaan ini akan mengubah
bentuk lobus tersebut, yang menyatukan pinggiran lobus secara bersama. Kelenjar dalam
perangkap itu kemudian mensekresikan enzim pencernaan, dan zat-zat makanan kemudian
diserap oleh daun yang dimodifukasi.
c. Sundew – Drosera
Genus ini memiliki lebih dari 100 spesies dengan ukuran (mulai dari beberapa mm
hingga 1 meter) dan bentuk daun yang beragam (mulai dari memanjang sampai membulat).
Pada daun terdapat kelenjar berbentuk bulat dengan tangkai panjang yang disebut tentakel.
Jika ada serangga yang tertangkap tentakel di sekitar mangsa akan bergerak mendekat.
Beberapa spesies bahkan menggulung atau menekuk daunnya untuk memperbesar area
kontak dengan mangsa. Droseramampu menghasilkan enzim pencerna. Pada ujung
rambutnya dilapisi cairan yang sangat kental mirip embun dengan aroma yang khas untuk
menarik perhatian serangga. Serangga yang tertarik dengan aroma sundew berusaha
mendekat dan hinggap pada tumbuhan sundew. Apabila terkena rambut-rambut halus
sundew, serangga tersebut langsung menempel. Di saat serangga ingin melepaskan diri, daun
sundew yang panjang justru menggerakkan daunnya ke arah bagian dalam untuk lebih
merekatkan mangsanya.
d. Kaktus
Pada tumbuhan, duri dapat dijumpai pada berbagai organ. Duri merupakan organ
aksesori dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari pemangsa
(seranggamaupun herbivora). Duri dapat berasal dari modifikasidaun atau merupakan organ
aksesori sejati. Kaktusadalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili
Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di
daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus
memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air
lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air
e. Ujung daun
Ujung daun dapat pula memperlihatkan bentuk yang beraneka rupa. Bentuk-bentuk ujung
daun yang sering kita jumpai ialah :
a. Runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan kiriibu tulang sedikit demi sedikit menuju
ke atas dan pertemuannnya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari
90°). Ujung daun yang runcing lazim kita dapat pada daun-daun bangun: bulat memanjang,
lanset, segitiga, delta, belah ketupat,dll. Sebagai contoh ujung daun oleander (Nerium
oleander L.).
b. Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi
daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang runcing,
misalnya ujung daun sirsak (Annona muricata L.),
c. Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke
suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90°), sering kita
jumpai pada daun bangun bulat telur terbalik atau bangun sudip. Misalnya ujung daun sawo
kecik (manilkara kauki Dub.)
d. Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama
sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur, terdapat pada daun yang bulat
atau jorong, atau pada daun bangun ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda (Centella asiatica
Urb.), ujung daun teratai besar (nelumbium nelumbo Druce),
e. Rompang (truncatus),ujung daun tampak sebagai garis yang rata, misalnya ujung anak
daun semanggi (marsilea crenata presl.), daun jambu monyet (Anacardium Occidentale L.)
f. Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang amat
jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.), kadang-kadang terbelahnya ujung hanya
akan kelihatan jelas jika diadakan pemeriksaan yang teliti. Seperti misalnya ujung daun
bayam (Amaranthus hybridus L.)
g. Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing
keras, merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nenas sebrang (Agape sp).
2. Yang tepi daunnya dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain :
a. Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai
dengan letak daun pada batang tadi, seperti lazim dapat kita lihat pada daun-daun bangun
perisai
b. Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang berlawanan atau berhadapan
dengan letak daunnya. Dalam hal ini tampaknya seperti pangkal daun tertembus oleh
batangnya (perfoliatu).
Jika ditinjau bentuknya pangkal daun seperti tersebut di atas ini biasanya adalah membulat.
2.10 Tata Letak Daun Pada Batang (Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-
cabangnya, ada pula kalanya daun-daun suatu tumbuhan berjelal-jelal pada suatu bagian
batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya daun pada batang terpisah-
pisah dengan suatu jarak yang nyata.
Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut buku-buku batang (nodus),
dan bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar
batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita liat jelas pada bambu (Bambusa sp.), tebu
(Saccharum officinarum L.) dan semua pada umumnya, sedang bagian batang antara dua
buku-buku dinamakan ruas (internodum). Walaupun pada tumbuhan lain biasanya tak
nampak adanya buku-buku batang yang jelas, tetapi juga disini kita menyebut tempat
duduknya daun sebagai buku-buku, sedang bagian batang antara dua daun sebagai ruas pula.
Jika kita membandingkan duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan, ternyata
bahwa ada perbadaan, terutama perbedaan itu mengenai aturan letak daun-daun satu sama
lain pada batang tadi. Aturan mengenai letaknya daun inilah yang dinamakan tata letak daun.
Untuk tumbuhan yang sejenis (semua pohon pepaya dan dimana saja tumbuhnya), akan kita
dapati tata letak daun yang sama, oleh sebab itu tata letak daun dapat pula di pakai sebagai
tanda pengenal suatu tumbuhan.
Untuk mengetahui bagaimana tata letak daun pada batang, harus ditentukan terlebih
dahulu berapa jumlah daun yang terdapat pada satu buku-buku batang, yang kemungkinan
ialah:
a. Pada setiap buku-buku hanya terdapat satu daun saja.
b. Pada tiap-tiap buku-buku batang terdapat dua daun yang berhadap-hadapan.
c. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari pada dua daun.
Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang yang memperlihatkan tiga kemungkinan
diatas dapatlah disebut suatu ikhtisar mengenain tata letak daun sebagai berikut:
1. Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun
Jika demikian keadaannya, maka tata letak daun dinamakan tersebar (folia sparsa).
Walaupun dinamakan tersebar, tetapi jika diteliti justru akan kita jumpai hal-hal yang sangat
menarik, dan akan ternyata bahwa ada hal-hal yang bersifat beraturan. Jika misalnya pada
suatu tumbuhan, batangnya kita anggap mempunyai bentuk silinder, buku-buku batang
sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada silinder tadi, dan tempat
duduknya daun adalah suatu titik pada lingkaran itu, maka akan kita temukan hal-hal berikut.
Kalau kita mengambil salah satu titik (tempat duduk daun) sebagai titik tolak, dan kita
bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang diatasnya
dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, pada suatu saat kita akan sampai
pada suatu daun yang letaknya tepat pada garis vertikal diatas daun pertama yang kita pakai
sebagai pangkal tolak, dan sementara itu kita berputar mengikuti suatu garis spiral yang
melingkari batang tadi. Pada perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegak lurus
diatas pangkal tolak, telah kita lewati sejumlah daun yang tertentu. Kejadian yang demikian
itu akan selalu berulang kembali, walaupun kita ambil daun yang lain sebagai titik tolak. Jadi
mengenai tata letak daun jelas ada ciri-ciri khas yang bersifat beraturan.
Ternyata disini, bahwa perbandingan antara banyaknya kali garis spiral itu
melingkari batang dengan jumlah daun yang dilewati selama sekian kali melingkar batang
tadi (daun permulaan tidak dihitung) merupakan suatu pecahan yang nilainya tetap untuk
suatu jenis tumbuhan. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan
garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah
b, maka perbandingan keduan bilangan tadi akan merupakan pecahan a/b, yang dinamakan
juga: rumus daun atau divergensi. Diatas telah diterangkan, bahwa untuk mencapai dua daun
yang tegak lurus satu sama lain telah dilewati sejumlah b daun, berarti pada batang terdapat
pula sejumlah b garis-garis tegak lurus (garis vertikal)yang dinamakan: ortostik. Garis spiral
yang kita ikuti melingkar batang, merupakan suatu garis yang menghubungkan daun-daun
berturut-turut dari bawah ke atas, jadi menurut urut-urutan tua mudanya. Garis spiral ini
dinamakan spiral genetik.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan, jarak sudut antara dua daun
berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak sudut antara dua daunberturut-
turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x besarnya lingkaran =a/b x 360º , yang disebut sudut
divergensi. Jika kita memeriksa berbagai jenis tumbnuhan dengan tata letak daun tersebar,
akan ternyata, bahwa pecahan ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dst. Jika kita amati dengan seksama
angka-angka yang membentuk pecahan-pecahan tadi, maka deretan angka-angka pecahan
yang masing-masing dapat merupakan rumus dau suatu jenis tumbuhan itu, memperlihatkan
sifat berikut:
Tiap suku di belakang suku kedua jadi suku ketiga dst. Merupakan suatu pecahan, yang
pembilangnya dapat diperoleh deangan menjumlah kedua pembilang dua suku yang ada di
depannya, demikian pual penyebutnya, yang merupakan hasil penjumlahan kedua penyebut
dua suku yang didepannya tadi.
Tiap suku dalam deret itu merupakan suatu pecahan yang penyebutnya merupakan selisih
antara penyebut dan pembilang suku yang didepannya, sedang penyebutnya adalah jumlah
penyebut suku didepannya dengan pembilang suku itu sendiri.
Dereatan rumus-rumus daun yang memperlihatkan sifat yang begitu karakteristik ini menurut
nama yang menemukannya dinamakan deret fibonacci.
Pada berbagai jenis tumbuhan dengan tata letak daun tersebar, kadang-kadang kelihatan
daun-daun yang duduknya rapat berjejal-jejal, yaitu jika ruas-ruas batang amat pendek,
sehingga duduk daun pada batang tampak hampir sama tinggi, dan sangat sukar untuk
menentukan urut-urutan tua mudanya. Daun-daun yang mempunyai susunan demikian
disubut suatu roset (rosula).
Kita membedakan:
a. Roset akar, yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun berjejal-jejal di atas
tanah, jadi roset itu amat dekat dengan akar, misalnya pada lobak (Raphanus sativus L.) dan
tapak liman (Elephantopus scaber L.)
b. Roset batang, jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat pada ujung batang,
misalnya pada pohon kelapa (Cocos nucifera L.) dan bermacam-macam palma lainnya.
Pada cabang-cabang yang mendatar atau serong keatas, daun-daun dengan tata letak
tersebar dapat diatur sedemikian rupa sehingga helaian-helaian dauin pada cabang itu teratur
pada suatu bidang datar, dan membentuk suatu pola seperti mosaik (pola karpet). Susunan
daun yang demikian itu disebut mosaik daun.
Bagi cabang-cabang mosaik daun terjadi karena semua daun terlentang kekiri dan
kekanan dengan menggunakan bidang datar tersebut seefektif mungkin. Letak daun-daun
yang demikian itu terlihat pada pohon-pohon alnus. Bagi cabang-cabang yang tumbuh serong
keatas, daun-daun yang tata letaknya tersebar menempatkan helaian-helaian daun pada suatu
bidang datar pada ujung cabang. Helaian-helain daun yang muda ditengah dan ke pinggir
daun-daun yang lebih tua yang biasanya pun lebih lebar. Hal itu dapat tercapai karena tangkai
daun-daun menuju ke ujung cabang menjadi semakin pendek. Tipe mosaik daun yang
demikian ini terdapat pada pohon kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan jenis-jenis begonia
tertentu.
Mosaik daun pada pohon kemiri
2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun
Dalam hal ini dua daun pada setiap buku-buku itu letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak
sebesar 180º). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya membentuk suatu
silang dengan dua daun yang dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan
berhadapan-berseling (folia op.posita atau folia decussata), misalnya pada mengkudu
(Morinda citrifolia L.), soka (Ixora paludosa Kurz.)dll.
. Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)
3.1 kesimpulan
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya
berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari
cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan
dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus
memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Daun mempunyai fungsi: Tempat pembuatan makanan (Fotosintesis), sebagai organ
pernapasan (Respirasi), tempat terjadinya transpirasi, tempat terjadinya gutasi, alat
perkembangbiakkan vegetatif. Adapun daun berdasarkan jumlah anak daun dalam satu
tangkai yaitu daun tunggal dan daun majemuk. Menurut susunan anak daun pada ibu
tangkainya, daun majemuk dapat di bedakan menjadi: daun majemuk menyirip (pinnatus),
daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus), daun
majemuk campuran (digitato pinnatus). Berdasarkan susunan tulang daunnya, daun
dibedakan menjadi: tulang daun menyirip, tulang daun menjari, tulang daun melengkung,
tulang daun sejajar. Dalam garis besarnya tepi daun dapat di bedakan dalam 2 macam: rata
(ineger) contohnya pada daun nangka, dan bertoreh (divisus). daging daun ialah: bagian daun
yang terdapat diantara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Daun baru berkembang dari
primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada
bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial
daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas
meristem di dalam daun itu sendiri. Primordial daun akan terus berkembang ukurannya
secara berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Pada umumnya daun
tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada
beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan
ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya.
Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi. Modifikasi pada daun
terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan jaringan-jaringan tertentu selama
perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun
secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun.
DAFTAR PUSTAKA
Http://serbater.blogspot.com/2011/01/yang-terunik-dari-tumbuhan-karnivora.html
Http://flower-2.blogspot.com/
Http://www.inforedia.com/2009/11/susunan-tulang-daun.html
Http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/01/daun-leaf.html
Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta: Gajah Mada
University
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Bagian-Bagian Daun Secara Umum”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
MAKALAH
BAGIAN BAGIAN DAUN SECARA UMUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK : 1
YULIANA L