Analisa Usaha Peternakan Kerbau Lokal (Bubalus Bubalis) Dengan Sistim Gembala

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

http://fp.uniska-kediri.ac.

id/ejournal ISSN : 2502-5597

ANALISA USAHA PETERNAKAN KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DENGAN SISTIM


GEMBALA DI DESA DINGIL KECAMATAN JATIROGO KABUPATEN TUBAN

1 2
Nur Hafid , Musalim
1. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri
2. Prodi Peternakan Fakultas Pertanian UNISKA Kediri
[email protected]

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan kerbau di lokasi
penelitian menggunakan teknik analisis, manfaat penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada semua pihak termasuk peneliti untuk mengetahui hasil terkait usaha peternakan
kerbau milik Bapak Wantono di Desa Dingil Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, yaitu dengan
pengumpulan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Diperoleh 7 ekor kerbau jantan dan 45
ekor kerbau betina dan 14 anak kerbau yang dijadikan sampel. Data yang diperoleh dari penelitian ini
adalah data primer, data sekunder, dan data online. Variabel dalam penelitian ini adalah Investasi,
Biaya Produki, Penerimaan, dan Pendapatan. Analisis usaha yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Analisis R/C Ratio, Analisis BEP, dan Analisis Payback Period,
Hasil dari penelitian menunjukkan modal atau total biaya sebesar Rp 772.460.000,00,
penerimaan sebesar Rp 1.014.474.000,00/2 tahun, pendapatan usaha ternak Rp 241.964.000,00/2
tahun atau Rp 10.081.000,00 /bulan. Hasil analisis R/C Ratio sebesar 1,3, sedangkan hasil analisis
BEP terbagi menjadi 2 yaitu BEP Unit sebanyak 13 unit dan BEP Harga sebesar Rp 2.232.444,00.
Analisis payback period dalam peneliti adalah 6,3 tahun.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Peternakan kerbau lokal (bubalus bubalis) dengan sisitim
gembala milik Bapak Wantono merupakan usaha peternakan yang sangat layak untuk dikembangkan,
yang dapat dilihat dari pencapaiannya. Penulis menyampaikan saran agar usaha peternakan kerbau
tersebut dapat mempertahankan hasil yang telah dicapai dan mengembangkan usaha peternakan
kerbau ke skala yang lebih besar. Untuk lebih mengoptimalkan peternakan kerbau sistim gembala
milik Bapak Wantono sebaiknya diberikan pakan tambahan, terutama pada musim kemarau agar
produksinya lebih optimal.

Kata kunci: kerbau lokal, Analisis R/C Ratio, Analisis BEP, dan Analisis Payback Period

ABSTRACT

The purpose of this study was to find eligibility of buffalo farm in research area using analysis
techniques. The benefitsof this research was to contribute thought to all parties including researchers
to know relevant outcome of buffalo farm belonging to Mr Wantono in the Dingilvillage in Jatirogo,
Tuban.
A method used in research was descriptive method, by data collection, data analysis, and
make conclusion.The sample were7 male buffaloesand 45 female buffaloes and 14 baby
buffaloes.The data from the research was primary data, secondary data, and online data .Variable of
this the research was investment, the production cost, revenue, and income.An analysis of business
used in this research R/C ratioanalysis, BEP analysis, and payback periodanalysis.
The result of this study was the investment or total cost Rp 772.460.000,00,an income wasRp
1.014.474.000,00/2 years, farming incomeRp241.964.000,00/2 years orRp10.081.000,00 /mounth.
The result of R/C ratio was 1,3, while BEP analysis divided in to 2, BEP units was 13 units and BEP
price was Rp 2.232.444,00. Payback period of this research was 6,3 years.
A conclusion can be drawn that buffalo farm (Bubalusbubalis) with paddocksystem belonging
to Mr Wantono is a farm that deserves a lot of developed, that can be seen of his
achievements.Writers convey suggestions to make the business of a buffalofarm are able to maintain
the result that has been achieved and develop the business of a farm buffalo to a larger scale.To
optimize systems are buffalo farmpaddocksystem belonging to Mr Wantonoshould be given additional
feed, especially in the dry season its production to more optimal.

Key words: local buffaloes, R/C ratio analysis, BEP analysis, Payback Period Analysis

Jurnal Fillia Cendekia Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016 -8-


http://fp.uniska-kediri.ac.id/ejournal ISSN : 2502-5597

I. PENDAHULUAN penggemukan ternak kerbau belum dilakukan


Ternak kerbau di Indonesia khususnya secara intensif di daerah ini sehingga
di jawa sebagian besar merupakan kerbau produktifitas masih rendah. Tinggi rendahnya
lokal sebanyak 40%, sedangkan sisanya 60% produktifitas ternak kerbau sangat tergantung
termasuk rumpun kerbau lumpur atau rawa pada keterampilan dan pengetahuan peternak
(Swamp buffalow) yang banyak dipelihara di tentang tatalaksana beternak kerbau. Oleh
Sumatera dan Kalimantan (Kampas, 2008). karena itu peningkatan pengetahuan dan
Kerbau lokal merupakan salah satu jenis keterampilan peternak dalam memelihara
ternak penghasil daging yang sangat adaptif ternak sangat perlu ditingkatkan.
dengan kondisi di Indonesia sehingga banyak Penulis melakukan penelitian tentang
ditemukan. Kerbau mempunyai keistimewaan peternakan kerbau milik Bapak Wantono di
tersendiri dibandingkan sapi, karena mampu Desa Dingil Kecamatan Jatirogo Kabupaten
hidup di kawasan yang relatif sulit terutama Tuban karena peternakan tersebut sudah ada
bila pakan yang teredia berkualitas sagat sejak lama yaitu tahun 1987 dengan populasi
rendah (Bestari, 2006). kerbau yang banyak dengan perlakuan yang
Walaupun kalah bersaing dengan sapi, baik, sehingga peternakan kerbau tersebut
ternyata pemeliharaan kerbau untuk tujuan dapat bertahan hingga saat ini. Kerbau-kerbau
potong memiliki beberapa kelebihan yang di peternakan tersebut dipelihara secara
cukup menguntungkan, seperti antara lain tradisional, setiap hari kerbau digembalakan
berat daging yang dihasilkan rata-rata lebih dikawasan hutan Desa Dingil Kecamatan
banyak, pertambahan berat badan per hari Jatirogo Kabupaten Tuban oleh 2 orang
lebih besar, masa pertumbuhan lebih panjang penggembala.
dan lebih tahan terhadap cuaca (Rahmad, Permasalahan yang akan diangkat
2006). Kerbau lebih efesien dari pada sapi dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hasil
dalam menggunakan energi, kebutuhan hidup usaha peternakan kerbau milik Bapak
pokoknya lebih rendah, cairan rumen kerbau Wantono di Desa Dingil Kecamatan Jatirogo
lebih banyak asam propionatnya dibandingkan Kabupaten Tuban, dan bagaimana kelayakan
sapi. Hal ini memberikan indikasi bahwa usaha ternak kerbau di lokasi penelitian.
dengan diberi makan yang sama kerbau lebih
cepat dari pada sapi dalam menimbun lemak II. METODE PENELITIAN
dengan kata lain kerbau lebih cepat gemuk Metode Penelitian
sehingga cocok sekali dimanfaatkan sebagai Metode penelitian yang digunakan
penghasil daging (Saladin, 2007). adalah metode studi kasus dengan
Kini ternak kerbau tidak lagi digunakan pendekatan deskriptif, karena adanya variabel-
sebagai ternak kerja yang membantu dalam variabel yang akan ditelaah hubungannya
sistem pertanian, sebagai gantinya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran
masyarakat telah beralih ke teknologi yaitu secara terstruktur, faktual, dan akurat
dengan menggunakan traktor. Di Pesisir mengenai fakta-fakta serta hubungan antar
Selatan, peternakan kerbau lebih diarahkan ke variabel yang diteliti.
arah penggemukan. Namun demikian,

Jurnal Fillia Cendekia Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016 9


http://fp.uniska-kediri.ac.id/ejournal ISSN : 2502-5597

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kerbau milik bapak wantono dengan


metode ini yaitu dengan pengumpulan data, jumlah 66 dalam satuan ternak.
analisis data, dan membuat kesimpulan.
Prosedur Penelitian Teknik Pengumpulan Data
1. Penentuan Lokasi Penelitian Teknik pengumpulan data dilakukan
Penentuan lokasi penelitian yang akan untuk mengatasi kemungkinan-
dilakukan dengan cara teknik purposif. kemungkinan terburuk yang mungkin saja
Sugiono (2008) berpendapat teknik terjadi disaat proses pengumpulan data.
purposif merupakan teknik dengan Karena mungkin saja data yang diperoleh
pertimbangan tertentu. Adapun belum cukup memberi informasi seperti
pertimbangan yang dimaksud adalah yang diingikan. Untuk itu perlu dilakukan
lokasi yang akan digunakan untuk studi teknik-teknik pengumpulan berikut :
kasus merupakan lokasi usaha peternakan 1. Kajian Kepustakaan
kerbau yang memiliki populasi tertinggi di Kajian kepustakaan merupakan
suatu wilayah. Untuk mengetahui lokasi langkah awal sebelum melakukan
yang dimaksud dengan cara meminta data penelitian dan turun kelapangan
populasi kerbau terbesar di BPS untuk melakukan proses observasi.
Kabupaten Tuban, kemudian melakukan Kajian kepustakaan meliputi :
survey apakah lokasi tersebut cocok a. Mencari sumber-sumber tertulis
digunakan untuk penelitian. yang terkait dengan judul
2. Penentuan Sampel penelitian yang akan disusun.
a. Populasi b. Mempelajari lebih dalam sumber-
populasi yang digunakan dalam sumber penelitian yang akan
penelitian ini adalah jumlah keseluruhan disusun.
ternak kerbau pada peternakan kerbau c. Mengambil kutipan (mengutip) hal-
milik bapak Wantono di Desa Dingil hal yang berkaitan dengan judul
Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban. penelitian yang akan disusun.
Dengan jumlah ternak, pejantan 7 ekor, 2. Observasi Lapangan
betina 45 ekor, dan gudel 14 ekor. Observasi lapangan meliputi
Populasi adalah keseluruhan dari melakukan pengamatan langsung
karakteristik atau unit hasil pengukuran (observasi langsung) pada lokasi
yang menjadi objek penelitian. penelitian. Dalam langkah
b. Sampel pengumpulan data melalui
Sampel merupakan bagian dari populasi pengamatan langsung peneliti akan
yang mewakili jumlah populasi yang akan melakukan observasi dengan
diambil dalam penelitian (Priyanti, 2011). mengamati perkembangan peternakan
Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah kerbau yang dikembangkan dengan
keseluruhan ternak kerbau milik bapak sistim gembala.
Wantono. Jadi sampel yang digunakan 3. Wawancara
dalam penelitia ini adalah seluruh ternak Wawancara adalah teknik
pengumpulan data yang didasarkan

Jurnal Fillia Cendekia Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016 - 10 -


http://fp.uniska-kediri.ac.id/ejournal ISSN : 2502-5597

pada percakapan secara intensif Barat : Kecamatan sale kabupaten


dengan suatu tujuan tertentu. Rembang
Wawancara dilakukan untuk mendapat Jenis kerbau yang dipelihara adalah
berbagai informasi terkait masalah kerbau lokal. Kerbau lokal memiliki kelebihan
yang diajukan dalam penelitian. mudah beradaptasi berbagai iklim yang ada di
Wawancara dilakukan pada informan wilayah Indonesia. Serta dapat berproduksi
yang merupakan stakeholder yang dengan baik dengan kondisi pakan yang
dianggap menguasai masalah berkualitas kurang baik. Kerbau tersebut
penelitian. dipelihara untuk di ambil anaknya. Dalam
Variabel Penelitian kurun waktu kurang lebih satu tahun anak
Adapaun variabel dalam penelitian ini kerbau sudah dijual, agar tidak terlalu lama
adalah sebagai berikut : a. Investasi, b. Biaya, dalam pemeliharaan. Penjualan kerbau
c. Penyusutan, d. Penerimaan, e. Pendapatan, dilakukan ditempat usaha atau dibawa pulang
f. R/C Rasio, g. BEP (Break Even Point), h. ke rumah pemilik tanpa harus membawa
Payback Period ternak ke pasar. Pembeli datang sendiri untuk
membeli ternak tersebut sesuai kesepakatan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN harga oleh peternak.
Keadaan Umum Lokasi Peternakan Lokasi peternakan cukup tersedia air
Desa Dingil terletak di Kecamatan bersih, luas lahan hutan yang sangat luas
Jatirogo Kabupaten Tuban, desa yang terletak menyediakan sumber pakan yang melimpah
didataran rendah dengan ketinggian 10-25 untuk ternak kerbau tanpa harus
meter diatas permukaan laut. Suhu rata-rata di mengeluarkan biaya pakan. Lokasi peternakan
Desa Dingil 27 ºC, curah hujan sedang, dan juga cukup jauh dari pemukiman penduduk
wilayahnya sebagian besar adalah hutan. dan area persawahan, sehingga ternak tidak
Lokasi peternakan kerbau milik Bapak ada yang memakan tanaman disawah petani,
Wantono terletak di tengah hutan yang meski dalam pengawasan penggembalanya.
jaraknya cukup jauh dari pemukiman Data populasi ternak kerbau secara
penduduk. Batas desa sebelah utara adalah : terperinci di lokasi penelitian sebagaimana
Kecamatan Bancar, Selatan : Kecamatan ditunjukkan pada Tabel 1.
Kenduruan, Timur : Kecamatan Bangilan,
Tabel 1. Data ternak kerbau di lokasi penelitian
No Jantan Betina Umur Keterangan

1 3 4 th Pejantan
2 4 5-6 th Pejantan
3 13 5 th 6 bunting, 2 menyusui
4 10 6-7 th 5 bunting, 5 menyusui
5 7 8 th 1 bunting
6 15 10-11 th 3 bunting, 7 menyusui
7 6 0-1 th Anakan
8 8 0-1 th Anakan
Total 13 53
Sumber: Data terolah, April 2016
Tenaga kerja yang menangani luar anggota keluarga. Masing-masing pekerja
peternakan kerbau ini sejumlah dua orang dari memiliki tugas dan fungsi yang sama dalam

Jurnal Fillia Cendekia Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016 - 11 -


http://fp.uniska-kediri.ac.id/ejournal ISSN : 2502-5597

pemeliharaan dan penjagaan ternak yaitu tersebut. Hal itu dirasa dapat memperbaiki
menggembala kerbau. perekonomian pekerja.
Pekerjaan dimulai sekitar pukul 08.00 Dalam kegiatan manajemen usaha
WIB sampai pukul 16.30 WIB, mulai dari peternakan atau bisnis yang dijalankan
melepaskan kerbau dari kandangnya untuk wirausaha, peranan tenaga kerja merupakan
digembala, menggiring ternak pada sumber air salah satu faktor penting . tenaga kerja ikut
untuk memberi minum pada ternak pada siang menentukan tercapainya tujuan dan proses
hari, dan menggiring ke kandangnya waktu kegiatan usaha mencapai keberhasilan yang
sore hari sebelum gelap. Alokasi waktu kerja telah ditetapkan wirausaha dalam usaha
sebagaimana tampak pada Tabel 2. ternaknya (Sudarmono, 2008).
Tabel 2. Alokasi waktu kerja karyawan Modal Usaha Peternakan
Waktu Kegiatan Modal yang digunakan dalam usaha
08.00 – 11.00 1. mengeluarkan kerbau peternakan kerbau sistim gembala ini adalah
dari kandang
2. menggiring dan modal yang meliputi kandang, ternak,
mengawasi ternak yang peralatan, obat-obatan, dan kendaraan.
digembala
11.00 – 14.00 1. menggiring ternak Adapun perinciannya seperti tampak pada
untuk minum di sumber Tabel 3 berikut.
air terdekat
14.00 – 16-30 1. mengawasi ternak yang Tabel 3. Modal / Biaya
digembala lagi Biaya Tetap Nilai / 1 th Nilai / 2 th (Rp)
2. menggiring ternak (RP)
masuk ke kandang
1. Kandang 1.400.000,00 2.800.000,00
Sumber : Data observasi 2. Motor 1.250.000,00 2.500.000,00
Masing-masing pekerja dalam sehari
Biaya Tidak
bekerja 7,5 jam. Pembayaran gaji pekerja Tetap
1. Bibit 667.500.000,00
pada peternakan kerbau ini tidak 2. Obat-obatan 1.700.000,00 3.400.000,00
dikelompokkan berdasarkan kemampuan 3. Peralatan 390.000,00 780.000,00
gembala
dalam bekerja karena pekerjaan dilakuan 4. Perawatan 11.540.000,00 23.080.000,00
motor dan
secara bersamaan. Gaji yang diterima pekerja bahan bakar
5. Tenaga Kerja 36.200.000,00 72.400.000,00
di peternakan milik bapak Wantono sebesar Total Rp 772.460.000,00
Rp 800.000 per bulan + satu ekor kerbau per Sumber : Data terolah 2016

tahun, pekerja bebas memilih kerbau berjenis Penerimaan Usaha Ternak

kelamin jantan atau betina yang diberikan. Penerimaan adalah hasil yang diterima

Kerbau berumur kurang lebih satu tahun dari usaha yang dijalankan dalam satu periode

dengan kisaran harga Rp 8.500.000 / Rp pemeliharaan. Adapun hasil penerimaan yang

708.000 per bulan. diterima oleh usaha peternakan kerbau milik

Pekerja diberikan upah kerbau per Bapak Wantono adalah sebagai berikut :

tahunnya juga tidak tanpa alasan, selain sudah Bibit/indukan 45 ekor = Rp 667.500.000,00

tradisi sejak lama, juga dapat disebut 43 ekor (anak kerbau) = Rp 346.950.000,00

tabungan untuk kesejahteraan pekerja di masa Rp 667.500.000,00 + Rp 346.950.000,00 = Rp

depan. Kerbau yang diberikan juga dapat 1.014.474.000,00

dipelihara di tempat peternakan kerbau

Jurnal Fillia Cendekia Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016 - 12 -


http://fp.uniska-kediri.ac.id/ejournal ISSN : 2502-5597

Jadi, penerimaan yang diterima oleh R/C Ratio bernilai lebih dari 1, yaitu 1,3 yang
peternakan kerbau sistim gembala milik Bapak berarti usaha peternakan kerbau tersebut
Wantono adalah Rp 1.014.474.000,00/2tahun layak untuk dijalankan. Berarti setiap
penambahan modal Rp 1, akan memberikan
Pendapatan Usaha Ternak pendapatan sebesar Rp 1,3.
Pendapatan adalah selisih antara Analisis Break Even Point (BEP) produksi
penerimaan dengan semua biaya. Pendapatan Break Even Point (BEP) adalah
Usaha Ternak sebagaiaman tampak pada keadaan yang menggambarkan suatu
Tabel 4. perusahaan/bidang usaha yang tidak
Tabel 4. Pendapatan Usaha Ternak memperoleh laba juga tidak menderita
Pendapatan Jumlah kerugian. Menurut Herlambang (2005)
Total Penerimaan Rp 1.014.474.000,00 mengemukakan bahwa BEP adalah dimana
(TR)
total pendapatan dan total biaya yang sama
Total Biaya (TC) Rp 772.460.000,00
Total Pendapatan () / Rp 241.964.000,00 atau nol keuntungan. Rumus BEP terbagi
2 Tahun
menjadi 2, yaitu :
BEP Unit =
Berdasarkan analisis pendapatan di
=
atas dapat diketahui hasil pendapatan usaha
= 13 unit
peternakan kerbau sistim gembala milik Bapak
Jadi, untuk mencapai titik impas, peternakan
Wantono adalah sebesar Rp 241.964.000,00 /
kerbau sistim gembala milik Bapak Wantono
2 tahun atau Rp 10.081.000,00 / bulan.
harus menjual kerbaunya 13 unit/2tahun.
BEP Harga =
Analisa Usaha
=
Analisis R/C Ratio
= Rp 2.232.444,00
R/C Ratio adalah penerimaan antara total
Jadi untuk mencapai titik impas, atau bisa
penerimaan dengan biaya (Riyanto, 2011).
dikatakan tidak untung dan tidak rugi, setiap 1
Semakin besar nilai R/C semakin besar pula
ekor anak kerbau harus terjual seharga Rp
keuntungan dari usaha tersebut.
2.232.444,00
Dari definisi diatas dapat diketahui rumus R/C
Analisis Payback Period
ratio sebagai berikut :
Payback Period dapat diartikan sebagai
R/C Ratio = Total Penerimaan (R) : Total
jangka waktu kembalinya investasi yang telah
Biaya Produksi (TC)
dikeluarkan, melalui keuntungan yang
R/C Ratio = 1,3
diperoleh dari suatu proyek yang direncanakan
Kriteria penilaian R/C ratio, yaitu :
(Abdul Choliq, 2004). Rumus payback period
a. R/C Ratio > 1, usaha peternakan layak
adalah sebagai berikut :
untuk dikembangkan.
Payback period = n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun
b. R/C Ratio = 1, usaha peternakan tersebut
= 6,3
tidak untung dan tidak rugi (impas).
Berdasarkan perhitungan diatas, maka
c. R/C Ratio < 1, usaha peternakan tidak
dapat dijelaskan bahwa kemampuan
layak untuk dikembangkan.
peternakan kerbau sistim gembala milik Bapak
Wantono dalam investasi atau menambahkan

Jurnal Fillia Cendekia Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016 - 13 -


http://fp.uniska-kediri.ac.id/ejournal ISSN : 2502-5597

modalnya akan mengalami titik impas pada Kampas, 2008. Pengantar Ekonomi
Peternakan untuk Perencanaan.
saat usaha peternakan berjalan 6 tahun 3
Kanisius Yogyakarta
bulan dari titik investasi awal periode
Priyanti, Atin. 2011. Analisis Ekonomi dan Tata
pemeliharaan.
Niaga Usaha Ternak Kerbau. Jurnal
Ilmiah-Ilmu Peternakan.vol 4 (1), 12
halaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Rahmad, D. 2006. Produksi dan Pemasaran
Berdasarkan hasil peneltian yang telah dalam Pembangunan Peternakan di
Indonesia. BPFE. Yogyakarta.
dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Penerimaan pada usaha peternakan Riyanto, B. 2011. Dasar-dasar pembelajaran
Perusahaan. BPFEE. Yogyakarta.
kerbau milik bapak Wantono di Desa Dingil
Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Saladin, R. 2007. Beternak Kerbau. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas,
adalah sebesar Rp 1.014.474.000,00/2 Padang.
tahun.
Sudarmono. 2008. Agribisnis penggemukan
2. Pendapatan sebesar Rp 241.964.000,00/2 sapi dan kerbau. Penebar Swadaya.
tahun atau Rp 10.081.000,00/bulan. Jakarta.

3. R/C Ratio sebesar 1,3 Sugiono.2008. Organisasi dan Manajemen


4. Nilai BEP unit sebanyak 13/2 tahun ekor Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta:
Jakarta.
dan BEP harga sebesar Rp 2.232.444,00.
5. Payback period pada usaha peternakan
kerbau milik bapak Wantono mengalami
titik balik modal pada saat usaha berjalan
6,3 tahun.
Peternakan kerbau sisitim gembala milik
Bapak Wantono merupakan usaha peternakan
yang sangat layak untuk dikembangkan, dilihat
dari hasil di atas.
Saran
Disarankan untuk mengoptimalkan
peternakan kerbau sistim gembala milik Bapak
Wantono dengan diberikan pakan tambahan,
terutama pada musim kemarau agar
produksinya lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bestari, 2006. Pendapatan usaha peternakan


kerbau. Jurnal Ilmiah-Ilmu Peternakan.
Vol. XIV (1). 17 halaman.

Herlambang, T. 2005. Ekonomi Manajerial &


Stategi Bersaing. PT. Raja Grafindo
Perseda, Jakarta.

Jurnal Fillia Cendekia Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016 - 14 -

Anda mungkin juga menyukai