Analisa Usaha Peternakan Kerbau Lokal (Bubalus Bubalis) Dengan Sistim Gembala
Analisa Usaha Peternakan Kerbau Lokal (Bubalus Bubalis) Dengan Sistim Gembala
Analisa Usaha Peternakan Kerbau Lokal (Bubalus Bubalis) Dengan Sistim Gembala
1 2
Nur Hafid , Musalim
1. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri
2. Prodi Peternakan Fakultas Pertanian UNISKA Kediri
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan kerbau di lokasi
penelitian menggunakan teknik analisis, manfaat penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada semua pihak termasuk peneliti untuk mengetahui hasil terkait usaha peternakan
kerbau milik Bapak Wantono di Desa Dingil Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif, yaitu dengan
pengumpulan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Diperoleh 7 ekor kerbau jantan dan 45
ekor kerbau betina dan 14 anak kerbau yang dijadikan sampel. Data yang diperoleh dari penelitian ini
adalah data primer, data sekunder, dan data online. Variabel dalam penelitian ini adalah Investasi,
Biaya Produki, Penerimaan, dan Pendapatan. Analisis usaha yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Analisis R/C Ratio, Analisis BEP, dan Analisis Payback Period,
Hasil dari penelitian menunjukkan modal atau total biaya sebesar Rp 772.460.000,00,
penerimaan sebesar Rp 1.014.474.000,00/2 tahun, pendapatan usaha ternak Rp 241.964.000,00/2
tahun atau Rp 10.081.000,00 /bulan. Hasil analisis R/C Ratio sebesar 1,3, sedangkan hasil analisis
BEP terbagi menjadi 2 yaitu BEP Unit sebanyak 13 unit dan BEP Harga sebesar Rp 2.232.444,00.
Analisis payback period dalam peneliti adalah 6,3 tahun.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Peternakan kerbau lokal (bubalus bubalis) dengan sisitim
gembala milik Bapak Wantono merupakan usaha peternakan yang sangat layak untuk dikembangkan,
yang dapat dilihat dari pencapaiannya. Penulis menyampaikan saran agar usaha peternakan kerbau
tersebut dapat mempertahankan hasil yang telah dicapai dan mengembangkan usaha peternakan
kerbau ke skala yang lebih besar. Untuk lebih mengoptimalkan peternakan kerbau sistim gembala
milik Bapak Wantono sebaiknya diberikan pakan tambahan, terutama pada musim kemarau agar
produksinya lebih optimal.
Kata kunci: kerbau lokal, Analisis R/C Ratio, Analisis BEP, dan Analisis Payback Period
ABSTRACT
The purpose of this study was to find eligibility of buffalo farm in research area using analysis
techniques. The benefitsof this research was to contribute thought to all parties including researchers
to know relevant outcome of buffalo farm belonging to Mr Wantono in the Dingilvillage in Jatirogo,
Tuban.
A method used in research was descriptive method, by data collection, data analysis, and
make conclusion.The sample were7 male buffaloesand 45 female buffaloes and 14 baby
buffaloes.The data from the research was primary data, secondary data, and online data .Variable of
this the research was investment, the production cost, revenue, and income.An analysis of business
used in this research R/C ratioanalysis, BEP analysis, and payback periodanalysis.
The result of this study was the investment or total cost Rp 772.460.000,00,an income wasRp
1.014.474.000,00/2 years, farming incomeRp241.964.000,00/2 years orRp10.081.000,00 /mounth.
The result of R/C ratio was 1,3, while BEP analysis divided in to 2, BEP units was 13 units and BEP
price was Rp 2.232.444,00. Payback period of this research was 6,3 years.
A conclusion can be drawn that buffalo farm (Bubalusbubalis) with paddocksystem belonging
to Mr Wantono is a farm that deserves a lot of developed, that can be seen of his
achievements.Writers convey suggestions to make the business of a buffalofarm are able to maintain
the result that has been achieved and develop the business of a farm buffalo to a larger scale.To
optimize systems are buffalo farmpaddocksystem belonging to Mr Wantonoshould be given additional
feed, especially in the dry season its production to more optimal.
Key words: local buffaloes, R/C ratio analysis, BEP analysis, Payback Period Analysis
1 3 4 th Pejantan
2 4 5-6 th Pejantan
3 13 5 th 6 bunting, 2 menyusui
4 10 6-7 th 5 bunting, 5 menyusui
5 7 8 th 1 bunting
6 15 10-11 th 3 bunting, 7 menyusui
7 6 0-1 th Anakan
8 8 0-1 th Anakan
Total 13 53
Sumber: Data terolah, April 2016
Tenaga kerja yang menangani luar anggota keluarga. Masing-masing pekerja
peternakan kerbau ini sejumlah dua orang dari memiliki tugas dan fungsi yang sama dalam
pemeliharaan dan penjagaan ternak yaitu tersebut. Hal itu dirasa dapat memperbaiki
menggembala kerbau. perekonomian pekerja.
Pekerjaan dimulai sekitar pukul 08.00 Dalam kegiatan manajemen usaha
WIB sampai pukul 16.30 WIB, mulai dari peternakan atau bisnis yang dijalankan
melepaskan kerbau dari kandangnya untuk wirausaha, peranan tenaga kerja merupakan
digembala, menggiring ternak pada sumber air salah satu faktor penting . tenaga kerja ikut
untuk memberi minum pada ternak pada siang menentukan tercapainya tujuan dan proses
hari, dan menggiring ke kandangnya waktu kegiatan usaha mencapai keberhasilan yang
sore hari sebelum gelap. Alokasi waktu kerja telah ditetapkan wirausaha dalam usaha
sebagaimana tampak pada Tabel 2. ternaknya (Sudarmono, 2008).
Tabel 2. Alokasi waktu kerja karyawan Modal Usaha Peternakan
Waktu Kegiatan Modal yang digunakan dalam usaha
08.00 – 11.00 1. mengeluarkan kerbau peternakan kerbau sistim gembala ini adalah
dari kandang
2. menggiring dan modal yang meliputi kandang, ternak,
mengawasi ternak yang peralatan, obat-obatan, dan kendaraan.
digembala
11.00 – 14.00 1. menggiring ternak Adapun perinciannya seperti tampak pada
untuk minum di sumber Tabel 3 berikut.
air terdekat
14.00 – 16-30 1. mengawasi ternak yang Tabel 3. Modal / Biaya
digembala lagi Biaya Tetap Nilai / 1 th Nilai / 2 th (Rp)
2. menggiring ternak (RP)
masuk ke kandang
1. Kandang 1.400.000,00 2.800.000,00
Sumber : Data observasi 2. Motor 1.250.000,00 2.500.000,00
Masing-masing pekerja dalam sehari
Biaya Tidak
bekerja 7,5 jam. Pembayaran gaji pekerja Tetap
1. Bibit 667.500.000,00
pada peternakan kerbau ini tidak 2. Obat-obatan 1.700.000,00 3.400.000,00
dikelompokkan berdasarkan kemampuan 3. Peralatan 390.000,00 780.000,00
gembala
dalam bekerja karena pekerjaan dilakuan 4. Perawatan 11.540.000,00 23.080.000,00
motor dan
secara bersamaan. Gaji yang diterima pekerja bahan bakar
5. Tenaga Kerja 36.200.000,00 72.400.000,00
di peternakan milik bapak Wantono sebesar Total Rp 772.460.000,00
Rp 800.000 per bulan + satu ekor kerbau per Sumber : Data terolah 2016
kelamin jantan atau betina yang diberikan. Penerimaan adalah hasil yang diterima
Kerbau berumur kurang lebih satu tahun dari usaha yang dijalankan dalam satu periode
Pekerja diberikan upah kerbau per Bapak Wantono adalah sebagai berikut :
tahunnya juga tidak tanpa alasan, selain sudah Bibit/indukan 45 ekor = Rp 667.500.000,00
tradisi sejak lama, juga dapat disebut 43 ekor (anak kerbau) = Rp 346.950.000,00
Jadi, penerimaan yang diterima oleh R/C Ratio bernilai lebih dari 1, yaitu 1,3 yang
peternakan kerbau sistim gembala milik Bapak berarti usaha peternakan kerbau tersebut
Wantono adalah Rp 1.014.474.000,00/2tahun layak untuk dijalankan. Berarti setiap
penambahan modal Rp 1, akan memberikan
Pendapatan Usaha Ternak pendapatan sebesar Rp 1,3.
Pendapatan adalah selisih antara Analisis Break Even Point (BEP) produksi
penerimaan dengan semua biaya. Pendapatan Break Even Point (BEP) adalah
Usaha Ternak sebagaiaman tampak pada keadaan yang menggambarkan suatu
Tabel 4. perusahaan/bidang usaha yang tidak
Tabel 4. Pendapatan Usaha Ternak memperoleh laba juga tidak menderita
Pendapatan Jumlah kerugian. Menurut Herlambang (2005)
Total Penerimaan Rp 1.014.474.000,00 mengemukakan bahwa BEP adalah dimana
(TR)
total pendapatan dan total biaya yang sama
Total Biaya (TC) Rp 772.460.000,00
Total Pendapatan () / Rp 241.964.000,00 atau nol keuntungan. Rumus BEP terbagi
2 Tahun
menjadi 2, yaitu :
BEP Unit =
Berdasarkan analisis pendapatan di
=
atas dapat diketahui hasil pendapatan usaha
= 13 unit
peternakan kerbau sistim gembala milik Bapak
Jadi, untuk mencapai titik impas, peternakan
Wantono adalah sebesar Rp 241.964.000,00 /
kerbau sistim gembala milik Bapak Wantono
2 tahun atau Rp 10.081.000,00 / bulan.
harus menjual kerbaunya 13 unit/2tahun.
BEP Harga =
Analisa Usaha
=
Analisis R/C Ratio
= Rp 2.232.444,00
R/C Ratio adalah penerimaan antara total
Jadi untuk mencapai titik impas, atau bisa
penerimaan dengan biaya (Riyanto, 2011).
dikatakan tidak untung dan tidak rugi, setiap 1
Semakin besar nilai R/C semakin besar pula
ekor anak kerbau harus terjual seharga Rp
keuntungan dari usaha tersebut.
2.232.444,00
Dari definisi diatas dapat diketahui rumus R/C
Analisis Payback Period
ratio sebagai berikut :
Payback Period dapat diartikan sebagai
R/C Ratio = Total Penerimaan (R) : Total
jangka waktu kembalinya investasi yang telah
Biaya Produksi (TC)
dikeluarkan, melalui keuntungan yang
R/C Ratio = 1,3
diperoleh dari suatu proyek yang direncanakan
Kriteria penilaian R/C ratio, yaitu :
(Abdul Choliq, 2004). Rumus payback period
a. R/C Ratio > 1, usaha peternakan layak
adalah sebagai berikut :
untuk dikembangkan.
Payback period = n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun
b. R/C Ratio = 1, usaha peternakan tersebut
= 6,3
tidak untung dan tidak rugi (impas).
Berdasarkan perhitungan diatas, maka
c. R/C Ratio < 1, usaha peternakan tidak
dapat dijelaskan bahwa kemampuan
layak untuk dikembangkan.
peternakan kerbau sistim gembala milik Bapak
Wantono dalam investasi atau menambahkan
modalnya akan mengalami titik impas pada Kampas, 2008. Pengantar Ekonomi
Peternakan untuk Perencanaan.
saat usaha peternakan berjalan 6 tahun 3
Kanisius Yogyakarta
bulan dari titik investasi awal periode
Priyanti, Atin. 2011. Analisis Ekonomi dan Tata
pemeliharaan.
Niaga Usaha Ternak Kerbau. Jurnal
Ilmiah-Ilmu Peternakan.vol 4 (1), 12
halaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Rahmad, D. 2006. Produksi dan Pemasaran
Berdasarkan hasil peneltian yang telah dalam Pembangunan Peternakan di
Indonesia. BPFE. Yogyakarta.
dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Penerimaan pada usaha peternakan Riyanto, B. 2011. Dasar-dasar pembelajaran
Perusahaan. BPFEE. Yogyakarta.
kerbau milik bapak Wantono di Desa Dingil
Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Saladin, R. 2007. Beternak Kerbau. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas,
adalah sebesar Rp 1.014.474.000,00/2 Padang.
tahun.
Sudarmono. 2008. Agribisnis penggemukan
2. Pendapatan sebesar Rp 241.964.000,00/2 sapi dan kerbau. Penebar Swadaya.
tahun atau Rp 10.081.000,00/bulan. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA