BABI
BABI
BABI
Alexander Kaka
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performans reproduksi induk babi yang dipeli-
hara secara intensif di Kelurahan Kambajawa Kabupaten Sumba Timur. Penelitian dilaksanakan dari
bulan Januari sampai dengan Maret 2017 dengan metode penelitian yang digunakan adalah survei
dengan wawancara langsung terhadap 200 responden dan 196 induk babi sebagai sampel. Data dianalisis
dengan pendekatan statistik deskriptif yang digambarkan pada tabel frekuensi dari setiap indikator atau
dimensi. Adapun variabel yang diukur adalah waktu estrus, siklus estrus, litter size, jumlah sapihdan
angka mortalitas. Berdasarkanhasil penelitian menunjukkan bahwa performans reproduksi ternak babi
yang dipelihara secara intensif tergolong dalam kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa performans reproduksi induk babi di Kelurahan Kambajawa yakni lama estrus 3,67±1,28 hari,
siklus estrus 21,15±1,64 hari, liter size 8,50±1,39 ekor serta mortalitas 39,71%.
ABSTRACT: The purpose of this research is to know the performance of sows reproduction intensively
in Kambajawa sub-district, East Sumba regency. The study was conducted from January until March
2017 and this research is a survey method with a direct interview to 200 respondents as a population
and 196 sows. The data were analyzed by descriptive statistic approach depicted on frequency table for
each indicator or dimension. The measured variables were estrus time; estrus cycle; litter size; wean
quantity; and mortality rate. Based on this study, it is known that the reproductive performance of the
sows maintained intensively was categorized well. Thus, it can be concluded that the reproductive per-
formance of sows in Kambajawa district that is, estrus duration 4.21±1.10 days, estrus cycle 21.15±1.64
days, litter size 8.50±1.39 and 39.71% of mortality.
Corresponding author: [email protected]
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 1
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (1):1 – 9
jenis ternak potong nonruminansia sebagai ternak antara lain beberapa jenis ternak ter-
penyumbang protein yang telah diakui se- jangkit penyakit sehingga mengalami ke-
luruh dunia adalah ternak babi. Selain itu, matian, selain itu adanya mutasi ternak
Menurut (Sihombing, 2006), tujuan pemeli- keluar daerah yang cukup besar. Menurut
haraan babi adalah untuk melestarikan Sihombing, (2006), pemeliharaan ternak
tradisi dalam suatu keluarga, untuk memen- babi menghadapi beberapa kendala, salah
uhi corak kehidupan desa dimana babi ber- satu diantaranya adalah masalah penyakit.
peransebagai materi kebudayaan dalam Indikasi lain adalah performans re-
berbagai upacara adat istiadat, dan untuk produksi ternak babi disumba timur tergo-
berpartisipasi aktif dalam pengadaan pan- long rendah. Hal ini didukung beberapa
gan nasional maupun internasional. Se- laporan hasil penelitian bahwa produktivi-
dangkan Utomo dan Wahyuningsih, (2010); tas ternak babi masih belum optimal
Seseray et al., (2012), melaporkan bahwa (Geisert dan Schmitt, 2002). Sedangkan
ternak babi adalah salah satu penghasil dag- penelitian Mege, et al., (2007), melaporkan
ing, pupuk organik dan biogas. bahwa selama kebuntingan pada babi ter-
Dilihat dari peran ternak babi terse- jadi kematian embrional mencapai 30-50%.
but karena ternak babi memiliki keunggulan Mortalitas anak babi selama asuhan
lain karena merupakan jenis ternak mamalia induk dapat mencapai 72%, sebagian besar
yang menghasilkan anak dalam jumlah ban- terjadi pada minggu pertama kelahiran dan
yak (polytocous). Sedangkan Sondang dan tertindih/terinjak induk sebagai penyebab
Siagian, (1999) ternak babi memiliki utama (Aritonang dan Silalahi, 1999). Un-
keunggulan sebagai penghasil daging untuk tuk mengatasi hal tersebut maka perlu di-
dikembangkan dalam rangka pemenuhan perhatikan manajemen reproduksi ternak
permintaan akan protein hewani. Ada be- babi. Hal ini mendukung pernyataan Par-
berapa keunggulan ternak babi yakni per- dosi (2004), faktor yang penting dalam be-
tumbuhannya yang cepat, konversi pakan ternak babi adalah liter size, bobot lahir,
yang sangat baik dan mudah beradaptasi jumlah dan bobot anak yang disapih. Per-
dengan lingkungan serta persentase kar- formans reproduksi merupakan salah satu
kasnya dapat mencapai 65% - 80%. yang harus dapat diperhatikan oleh peter-
Salah satu tingginya, permintaan nak, dengan harapan dapat memperoleh
akan ternak babi di sumba karena jumlah anak atau litter size lebih banyak.
penggunaan babi pada saat upacara adat Dari skalapeternakan rakyat performans re-
maupun memenuhi kebutuhan peternak, produksi merupakan kendala yang banyak
baik untuk papan, pangan dan sandang. terjadi, karena keterbatasan peternak dalam
Meskipun demikian, peternakan secara pengetahuan dan penanganan ternak yang
umum di Sumba diternakan secara tradi- baik dalam memperhatikan litter size.
sional. Menurut (Ardana dan Putra, 2008, Dengan demikian, dalam peningkatan pop-
peternakan babi secara tradisional ber- ulasi dan produksi ternak gambaran perfor-
pengaruh terhadap peningkatan produktivi- mans reproduksi ternak sangat diperlukan
tas dari peternakan babi itu sendiri. Ber- serta kurangnya informasi tentang produksi
dasarkan data BPS Sumba Timur dalam dan produktivitas ternak babi mendorong
angka (2015) menunjukkan gambaran per- penelitian ini dilakukan dengan tujuan un-
tumbuhan ternak babi terjadi penurunan tuk mengetahui Performans reproduksi in-
populasi sebesar 2,99%. Ada indikasi be- duk babi yang dipelihara secara intensif di
berapa factor penyebab turunnya populasi
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 2
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (1):1 – 9
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 3
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (1):1 – 9
estrus di bagi dengan total induk yang pendidikan peternak hasil survei responden
diteliti kemudian dikali dengan 100%. bervariasi dan yang tertinggi rata-rata
2. Liter size: jumlah anak yang lahir per in- merupakan lulusan SMA dengan angka
duk kemudian diambil rataan anak babi 24%, tidak tamat 22,5%, perguruan tinggi
dari semua induk. 20%, SMP 18% dan SD 15,5%. Tingkat
3. umlah sapih: yakni jumlah anak yang pendidikan formal yang ditempuh peternak
disapih dibagi dengan total anak yang berpengaruh pada pengelolaan ternaknya.
lahir dikali dengan 100% Tingkat pendidikan sangat berpengaruh ter-
4. Angka Mortalitas (%): jumlah anak babi hadap pengelolaan ternak yang dimiliki ka-
yang mati sebelum disapih. rena orang yang cenderung pendidikannya
lebih baik dan mudah dalam menerima
HASIL DAN PEMBAHASAN teknologi baru (Lestari, 2000).
Karakteristik responden Walaupun demikian pendidikan
Data responden disajikan pada masyarakat yang cukup (tamatan SMA)
Tabel 1. Sebagian besar responden peternak memungkinkan untuk diberi informasi
babi di Kelurahan Kambajawa adalah laki- terkait performans reproduksi ternak. Hasil
laki (75%) dan perempuan (25%) dengan survei juga terlihat rata-rata para peternak
umur berkisar antara 30-40 tahun (30%), sudah memulai usaha atau memelihara ter-
umur diatas 41-50 tahun (50%) dan umur nak babi dengan tingkat yang bervariasi na-
51-60 tahun sebesar (20%). Dengan peker- mun mayoritas peternak sudah memulai
jaan pokok petani/peternak 52,5%, PNS usaha beternak babi lebih dari 5 tahun (43,3
25% dan wiraswasta 22,5%. Tingkat %), sedangkan 2-4 tahun mencapai 56,7%.
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 4
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (1):1 – 9
kecil dimana terlihat dari jumlah kinerja reproduksi ternak babi. Keterampi-
kepemilikan ternak berkisar antara 1-5 lan dalam mendeteksi estrus dan proses
ekor. Performans reproduksi ternak yang mengawinkan babi menjadi kunci dalam
rendah sering terjadi pada peternakan keberhasilan terhadap produksi dan produk-
dengan skala usaha kecil hal ini disebabkan tivitas ternak. Hasil penelitian terlihat
peternakan skala kecil rendah dalam mana- bahwa sistem pemeliharan induk babi pada
jemen kontrol terhadap reproduksi, pakan umumnya dilakukan secara intensif
kesehatan maupun manejemen pemeli- sehingga gambaran perfomans reproduksi
haraan. Sedangkan peternakan dengan skala diperoleh dalam kategori baik. Performans
besar berdampak pada manajemen kontrol reproduksi merupakan gambaran umum
yang rutin secara teratur dan sistematis baik keberhasilan suatu usaha dibidang peter-
berbagai aspek manajemen ternak babi. nakan. Hasil penelitian terhadap perfor-
mans reproduksi ternak babi betina di Ke-
Performans reproduksi induk babi lurahan Kambajawa terlihat pada tabel
Performans reproduksi merupakan dibawah ini (Tabel 2)
salah satu indikator keberhasilan dari
ternaknya dengan cara meminjam pejantan hari dengan rata-rata 2 hari. Sedangkan
atau menyewa pejantan milik peternak Toelihere (2002) dan Feradis (2010) yakni
lainnya. Kemampuan peternak dalam 2-3 hari. Adanya perbedaan ini diduga ka-
mendeteksi estrus dibuktikan dengan infor- rena perbedaan umur ternak, lingkungan
masi tentang munculnya estrus pertama kali ternak, teknik pengamatan oleh peternak,
pada ternak babi di lokasi penelitian. Ada- jumlah kepemilikan ternak serta penge-
pun tanda-tanda estrus pada induk betina tahuan peternak dalam mengamati tingkah
antara lain: gelisah, napsu makan menurun, laku maupun tanda estrus.
vulvanya membengkak dan berlendir serta Secara umum siklus estrus pada ter-
vulva terlihat merah muda, diam bila nak babi merupakan interval waktu, pada
punggunya di pegang dan sering menggigit permulaan periode estrus yang pertama
kandang serta mengeluarkan suara nyaring sampai periode estrus berikutnya. Siklus es-
(teriak) yang tidak seperti biasanya. Tanda- trus terdiri dari proestrus, estrus, metestrus
tanda estrus tersebut hampir sama seperti dan diestrus. Lama siklus estrus pada babi
yang dilaporkan oleh peneliti terdahulu berkisar 18-24 hari dengan rata-rata 21 hari
yakni (Toelihere, 1993); (Feradis, 2010) dan panjang estrus 1-5 hari dengan rata-rata
dan (Sumardani dan Andika, 2015). 2 hari (Frandson, 1993).
Meskipun demikian, hasil wa- Hasil penelitian menunjukkan
wancara terhadap peternak babi di Ke- bahwa rata-rata siklus estrus pada babi
lurahan Kambajawa menunjukkan bahwa dikelurahan Kambajawa mencapai
rata-rata induk babi yang estrus dikawinkan 20,81±4,27 hari dengan kisaran 19,82±3,05
pada 1-5 periode siklus estrus. Kondisi ini sampai dengan 22,22±2,01 hari. Hasil ini
disebabkan karena keterbatasan pejantan tergolong lebih lama jika dibandingkan
baik sebagai sistem perkawinan alami mau- dengan penelitian Sumardani dan Andika
pun inseminasi buatan yang pada akhirnya (2015), rata-rata siklus estrus dicapai 16,65
populasi ternak babi menurun. Data hari. Namun hasil penelitian ini hampir
Statistik Pertanian Sumba Timur dalam sama seperti yang dilaporkan Toelihere
angka (2015), bahwa dalam rentan waktu 3 (1993) dan Feradis (2010), yakni siklus es-
tahun berturut-turut populasi ternak babi di trus rata-rata 20 hari meskipun kisaran ber-
Sumba Timur terjadi penurunan dengan beda yakni siklus estrus mencapai 18-22
pertumbuhan per tahun hanya 1,37%. Se- hari. Adanya variasi siklus estrus disebab-
dangkan populasi ternak babi pada tahun kan karena perbedaan individu ternak
2013 di capai (100.949 ekor); tahun 2014 betina, bangsa ternak, umur, hormon,
(97.933) dan tahun 2015 (99.272 ekor). musim, pakan serta lingkungan. Hal ini di
Lama estrus merupakan salah satu dukung penelitian (Hafez dan Hafez 2000;
indikator performans reproduksi induk babi Morel 2002; England 2004 dan Malinowski
yang dihitung dari waktu awal munculnya 2008) bahwa siklus estrus dapat berbeda an-
estrus hingga berakhirnya estrus. Hasil tara individu ternak betina.
penelitian diperoleh lama estrus pada ternak
babi rata-rata di capai pada 3,67±1,28 hari Liter size dan mortalitas
dengan kisaran 3,29±0,99 sampai dengan Liter size merupakan salah satu in-
4,04±1,58 hari. Hasil ini sedikit berbeda dikator dalam mengukur produktivitas
seperti yang dilaporkan oleh beberapa seekor induk babi ditentukan oleh jumlah
peneliti terdahulu antara lain (Frandson, anak yang lahir per induk babi dalam rentan
1993), lama estrus pada babi mencapai 1-5 waktu setahun. Menurut (Ardana dan Putra,
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 6
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (1):1 – 9
2008), bahwa makin tinggi litter size dan Hasil penelitian ini diketahui bahwa
farrowing rate (angka melahirkan anak) angka mortalitas tergolong tinggi jika di
dari seekor induk, dapat diharapkan makin bandingkan dengan hasil penelitian (Aku,
tinggi pula produktivitasnya dalam setahun et., al 2013 dan Prasetyo, et.,al 2013) yakni
atau selama umur reproduksi induk terse- mortalitas mencapai 20,69% dan 33,6%,
but. Rata-rata liter size yang diperoleh pada namun hasil penelitian terhadap angka mor-
lokasi penelitian ini mencapai 8,50±1,39 talitas ini lebih rendah dari hasil penelitian-
ekor. Hasil penelitian ini tergolong tinggi penelitian lainya diberbagai daerah. Wea
jika dibandingkan hasil hasil penelitian Tiro (2016), melaporkan bahwa mortalitas
(2004), melaporkan bahwa rataan jumlah terbesar pada babi lokal di Kodya Kupang
anak disapih adalah 6,8 dan 5,7 ekor mas- terjadi pada fase pre weaning 62,07%. Mor-
ing-masing untuk Kecamatan Wamena dan talitas yang tinggi pada fase pre weaning ini
Kecamatan Hubikosi. Demikian juga juga terjadi pada Kecamatan Wamena dan
penelitian yang dilaporkan Sumardani dan Kecamatan Hubikosi Kabupaten Jayawi-
Andika (2015), bahwa rata-rata liter size jaya yakni masing-masing 76,9% yang
yakni 6,98 ekor. Namun, tiga penelitian lain disebabkan karena terhimpit induk dan
litter size tergolong tinggi seperti laporan 90,7% disebabkan karena terhimpit induk,
Toelihere (1993); Sihombing (2006) dan diare dan penyakit pneumonia (Tiro, 2004).
Feradis (2010), mengemukakan bahwa liter Penyebab lain tingginya angka mor-
size 10-14 ekor/kelahiran. Penelitian dan talitas pada anak babi, terjadi karena be-
Prasetyo, et al (2013), melaporkan hal yang berapa faktor antara lain abortus, keku-
sama bahwa liter sise mencapai 11,6 rangan nutrisi dan terjepit induk serta pen-
ekor/kelahiran. Sedangkan Sihombing yakit (Sihombing, 2006). Lebih lanjut
(2006) litter size pada sekelahiran adalah 6- dikatakan bahwa sekitar 20 - 25% dari anak
12 ekor anak babi. babi yang lahir mati sebelum disapih dan
Meskipun demikian, angka mortali- sekitar 12% anak babi mati disebabkan ter-
tas dalam penelitian ini tergolong tinggi tindih atau terjepit induk dan 10 - 15%
yakni 39,71% dengan kisaran 18,18% sam- disebabkan penyakit.
pai dengan 55,55 %. Tingginya angka mor-
talitas ini dipengaruhi oleh manajemen KESIMPULAN
pemeliharaan yang masih tradisional oleh Berdasarkan hasil penelitian dapat
peternak terutama pada ternak yang pen- disimpulkan bahwa rata-rata perfomans
yapihan dilakukan sendiri oleh ternak reproduksi induk babi di Kelurahan
sendiri tanpa memperhatikan kualitas dan Kambajawa tergolong dalam kategori baik
kuantitas pakan yang yang diberikan se- dengan beberapa indikator performans
hingga peternak umumnya tidak memper- reproduksi induk yakni lama estrus induk
hatikan kematian yang ditimbulkan baik ka- babi mencapai 3,67±1,28 hari, siklus estrus
rena penyakit maupun lingkungan. Ber- rata-rata 20,81±4,27 hari, rata-rata liter size
dasarkan hasil wawancara membuktikan mencapai 8,13±2,72 ekor dan mortalitas
bahwa penyebab utama kematian anak babi mencapai 39,71%. Sedangkan paritas ke
adalah penyakit (diare), terhimpit atau ter- tiga lama estrus cenderung lebih lama yakni
tindih induknya sendiri dan induk yang (4,04±1,58 hari) dibandingkan dengan
mengalami sakit serta kurangnya perhatian paritas ke lima dicapai pada 3,29±0,99 hari.
peternak pada ternak yang dipelihara teru- .
tama yang kepemilikan ternak 2-3 ekor.
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 7
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (1):1 – 9
Geisert, R.D and R.A.M, Schmitt. (2002). Prasetyo, H., I.B.K. Ardana dan M.K. Budi-
Early Embryonic Survival In The asa. (2013). Studi Penampilan Re-
Pig: Can It Be Improved. J. Anim. produksi (Litter Size, Jumlah
Sci. 80 :54- 85. Sapih, Kematian) Induk Babi pada
Peternakan Himalaya, Kupang.
Hafez B. and Hafez E.S.E. (2000). Repro- Jurnal Indonesia Medicus Veter-
ductive Behavior. In: Hafez ESE, iner 2 (3): 261-268.
Hafez B, editor. Reproduction in
farm Animals.7th Ed. USA: Wil- Pardosi, U. (2004). Pengaruh Perkawinan
liams & Wilkins. Antara Tiga Bangsa Babi Ter-
hadap Prestasi Anakdari Lahir
Sampai Dengan Sapih Di PT.
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 8
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (1):1 – 9
Sapanca, P.L.Y; Wayan, I.C dan Made, I.S. Utomo, S. dan V. Wahyuningsih. (2010).
(2015). Peningkatan Manajemen Dosis Campuran Limbah Sapi
KelompokTernak Babi di Kabu- dengan Limbah Babi terhadap
paten Bangli.Agrimeta Vol. 15 No. Produksi Gasbio. Jurnal AgriSains
09: 1-69. 1 (8): 7-14.
Sihombing. (2006). Ilmu Ternak Babi. Gad- Wea, R. (2016). Performans Produksi dan
jah Mada University Press. Yogya- Reproduksi Ternak Babi Lokal Di
karta. Kodya Kupang. Partner, Tahun
2016 Nomor 1 halaman 21-28.
Sondang dan P. Siagian, (1999). Mana-
jemen Sumber Daya Manusia,
Bumi Aksara. Jakarta
DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.01.01 9