Laporan Prakerin Budidaya Buncis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) adalah salah satu kegiatan pendidikan yang di
tunjukan kepada semua siswa agar siswa memiliki jiwa usaha dan mampu mengidentifikasi,
menganalisis dan memecakan suatu persoalan yang di hadapi serta mengetahui kegiatan yang
sebenernya di lapangan. Dalam pencapai tujuan tersebut maka praktik kerja industri
(Prakerin) dilakukan SMK Pertanian yaitu merupakan institusi pendidikan yang bertujuan
untuk mengahasilkan tenaga teknis atau lapangan yang terampil, berbudidaya, mempunyai
tanggung jawab, serta memiliki sikap disiplin yang tinggi.
Pertanian merupakan faktor yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Oleh
karena itu perlu dikembangkan kearah maju dan perlu didorong dengan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang cukup handal sehingga benar-banar dapat
memberikan kontribusi bagi peningkatan taraf hidup rakyat. Salah satu upaya untuk
memenuhi tuntunan tersebut, maka di semester ganjil selalu di laksanakan kegiatan
pembelajaran di luar sekolah atau langsung terjun kelapangan dengan memanfaatkan lahan
pilihan di areal pekarangan sekolah untuk tujuan pembudidayaan tanaman. Kegiatan
pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam merupakan kebudayaan manusia yang paling
tua. Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-
produk agroindustri dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya
tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Pada umumnya tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospektif
yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Terkait dengan hal tersebut, kegiatan prakerin kami di pekarangan sekolah, terlebih dahulu
kami memilih dua jenis tanaman yakni tanaman buncis dan tomat. Mengingat waktu prekerin
kami yang sangat singkat maka pemilihan bahan tanam, waktu tanam dan pengolahan lahan
perlu disesuaikan dengan waktu yang telah ditetapkan, untuk itu kami mempersiapkan lahan
untuk media tanam yang baik, memilih benih yang baik melalui uji fisik, penanaman dengan
memperhatikan jarak tanam, pemeliharaan terhadap tanaman dengan melalukan penyiraman,
penyiangan, dan pengendalian hama, gulma dan penyakit serta yang terakhir adalah
pemanenan dengan kriteria tanaman yang sudah masak. Sedangkan perlakuan yang juga
penting adalah memanfaatkan teknologi tepat guna seperti pemupukan dan pemberian arang
sekam (biochar) untuk ketersediaan makanan dan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Pemanfaatan teknologi tepat guna seperti pemupukan dan pemberian biochar adalah
salah satu solusi yang tepat, guna meningkatkan produksi tanaman. Pertumbuhan tanaman
yang baik memerlukan unsur hara yang cukup selama pertumbuhan sejak perkecambahan
sampai menjelang panen. Ketersediaan hara yang cukup dan seimbang bagi tanaman
memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik sehingga memberikan hasil yang baik pula
(Adiningasih dan Soejipoto, 1987; Purwodadi, 1992).
Kemampuan tanah menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman relatif terbatas
dan sangat tergantung pada sifat serta ciri tanah tersebut. Keadaan ini sering mengakibatkan
masalah dalam pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil yang
diperoleh (Buckman and Brady, 1982). Ketersediaan unsur hara makro esensial di dalam
tanah sangatlah terbatas, padahal unsur hara makro esensial sangat dibutuhkan oleh tanaman
agar dapat memeberikan hasil yang tinggi (Purwowidodo, 1992; Moljono, 1987), Sehingga
upaya yang umum dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan pupuk
ke dalam tanah.
Pupuk yang umum diberikan adalah berupa pupuk alam dan juga pupuk buatan yang
penggunaannya secara terus menerus akan merugikan tanaman, karena unsur tersebut dapat
diikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Disamping itu efisiensi
pemupukan juga akan berkurang karena tidak semua pupuk yang diberikan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman secara efektif.
Kompos adalah salah satu pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses
pembusukan sisa-sisa bahan organik seperti tanaman maupun hewan. Proses pengomposan
dapat berlangsung secara aerobik yaitu melibatkan oksigen dan anaerobik atau tanpa
menggunakan oksigen di dalam prosesnya. Proses dekomposisi atau penguraian inilah yang
menjadikannya disebut sebagai pupuk kompos. Sedangkan arti dari proses pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos berarti mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk
lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sebagai pupuk
alami, keberadaan kompos terutama sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi fisik
tanah, di samping untuk menyuplai unsur hara.
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan
adalah dengan pemberian biochar atau arang (charcoal). Arang merupakan jenis-jenis bahan
organik yang berasal dari berbagai sumber. Sumber dan komposisi bahan yang berbeda akan
menyebabkan kemampuan mempengaruhi penyediaan unsur hara pada tanah yang berbeda
pula (Nurhayati et al., 1986).
Dua hal yang menjadi pilar bagi pemanfaatan biochar di bidang pertanian adalah
afinitasnya yang tinggi terhadap hara dan persistensinya (Lehmann, 2007). Semua bahan
organik yang ditambahkan ke tanah nyata meningkatkan fungsi tanah, termasuk retensi
beberapa unsur hara yang esensial bagi tanaman. Biochar jauh lebih efektif dalam retensi hara
dan ketersediaannya bagi tanaman dibanding bahan organik lain. Arang mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai penyerap dan pelepas unsur hara (pupuk) dalam bidang
kesuburan tanah karena memiliki luas permukaan yang besar dan kurang lebih sama dengan
koloid tanah. Arang aktif mempunyai daya serap (adsorpsi) yang tinggi terhadap bahan yang
berbentuk larutan atau uap (Pohan et al., 2002; Damanouw, 1989).
Dari dasar uaraian di atas dan untuk membudidayakan tanaman hortikulturadan
meningkatkan hasil produksi di lahan kering seperti areal sekolah maka kami tertarik untuk
membudidayakan dua jenis tanaman hortikultura dengan memanfaatkan sisa-sisa tanaman
sebagai pupuk organik dan arang (biochar) yang salah satu sifatnya adalah mampu
pempertahankan air di media perakaran tanaman.

1.2 Tujuan Prakerin


Tujuan dari pelaksanaan prakerin yang kami lakukan adalah :
1. Sebagai suatu proses pembelajaran mempersiapkan diri turun ke masyarakat dengan bekal ilmu
baik teori maupun praktek yang didapat selama dibangku sekolah dengan kenyataan yang ada
di masyarakat.
2. Agar mampu menganalisa dan memahami permasalahan dalam sistem pertanian yang lebih
kompleks terutama penggunaan teknologi tepat guna dalam budidaya tanaman di lahan kering.
3. Untuk memperoleh informasi baru mengenai kemajuan di bidang pertanian.
1.3 Manfaat Prakerin
Praktek Kerja Lapangan diharapkan dapat menjadi wadah belajar siswa baik secara
teori dan praktek, berinteraksi, menjadi inovator dan motifator dalam budidaya pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan morfologi Tanaman Buncis


Buncis(Phaseolus vulgaris, L.)bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari
meksiko selatan dan Amerika Tengah. Buncis yang dibudidayakan oleh masyarakat di
Indonesia memiliki banyak jenis. Dari ragam varietas tersebut, tanaman buncis secara garis
besar dibagi dalam dua tipe, yaitu buncis tipe membelit atau merambat dan buncis tipe tegak
atautidak merambat (Cahyono, 2007).Kedudukan tanaman buncis dalam tatanama tumbuhan
(taksonomi) di klasifikasikan:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio :Spermatophyta
Sub division :Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub family : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris, L.
Suku kacang kacangan (Leguminosaeatau Papilionaceae) mempunyai 690 genus dan
sekitar 18.000 spesies. Beberapa spesies yang paling dekat dengan tanaman buncis
diantaranya adalah kratok (P. lunatus L.) dan kacang hijau (P. radiates L) (Rukmana,
1998).Buncis memiliki bentuk semak atau perdu dengan tinggi tanaman buncis tipe tegak
berkisar antara 30-50 cm, tergantung pada varietasnya. Sedangkan tinggi tanaman buncis tipe
merambat dapat mencapai 2 m.Tanaman buncis berakar tunggang yang tumbuh lurus ke
dalam hingga kedalaman sekitar11-15 cm, dan berakar serabut yang tumbuh menyebar
(horizontal) dan tidak dalam. Batang tanaman buncis berbengkok-bengkok, berbentuk bulat,
berbulu atau berambut halus, berbuku-buku atau beruas-ruas, lunak tetapi cukup kuat.
Tanaman buncis memiliki bentuk daun bulat lonjong, ujung daun runcing, tepi daun rata,
berbulu atau berambut sangat halus, dan memiliki tulang-tulang menyirip. Bunga tanaman
buncis berbentuk bulatpanjang (silindris) yang panjangnya 1,3 cm dan lebarnya bagaian
tengah 0,4 cm.
Bunga buncis berukuran kecil dengankelopak bunga berjumlah 2 buah dan pada bagian
bawah atau pangkal bunga berwarna hijau. Polong buncis memiliki bentuk bervariasi,
tergantung pada varietasnya, ada yang berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya lebih dari
20 cm, bulat lurus dan pendek kurang dari 12 cm, serta berbentuk silindris agak panjang
sekitar 12-20 cm. biji buncis yang telah tua agak keras berukuran agak besar, berbentuk bulat
lonjong dengan bagiantengah (mata biji) agak melengkung (cekung), berat biji buncis bekisar
antara 16-40,6g (berat 100 biji) (Cahyono, 2007). Buah buncis merupakan sumber
protein,vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat-zat lain yang berkhasiat untuk
obat dalam berbagai macam penyakit. Gum dan pektin yang terkandung dapat menurunkan
kadar gula darah, sedangkan lignin berkhasiat untuk mencegah kanker usus besar dan kanker
payudara.Serat kasar dalam polong buncis sangat berguna untuk melancarkan pencernaan
sehingga dapat mengeluarkan zat-zat racun dari tubuh (Cahyono, 2007).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Buncis
a. Iklim
Tanaman Buncis dapat tumbuh baik apabila ditanaman di dataran tinggi yaitu pada
ketinggian 1000-1500 meter dpl. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk di tanam pada
daerah dengan ketinggian 500-600 meter dpl. Temperatur udara yang paling baik untuk
tanaman Buncis berkisar antara 20-500C. Di luar kisaran temperatur tersebut produksinya
tidak maksimal. Umumnya tanaman Buncis menghendaki kelembaban 50-60%, kondisi
terlalu lembab dapat mengundang hama dan penyakit sehingga dapat mengancam
pertumbuhan tanaman (Setiawan, 1994).
b. Curah Hujan
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 1.500 -
2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim kemarau
(menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Pada saat
peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal
tanaman buncis, fase pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan
terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujan terlalu tinggi.
c. Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25°C. Pada suhu
kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit.
Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25°C banyak polong yang hampa. Hal ini
terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses fotosintesis pada
suhu tinggi.
d. Cahaya
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya
tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles.
Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan.
e. Kelembapan udara
Kelembapan udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 % (sedang).
Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari lebat dan rimbunnya
tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi terhadap tingginya serangan
hama dan penyakit. Beberapa jenis aphids (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada
kelembapan 70-80%.
f. Tanah
Tanah yang cocok bagi tanaman Buncis adalah Regosol, Latosol dan Andosol yang
merupakan tanah lempung ringan dan memiliki draenase yang baik. Sifat tanah untuk Buncis
gembur, remah dan keasaman (pH) adalah berkisar 5,5-6.

2.3 Klasifikasi dan morfologi Tanaman Tomat


Tanaman tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dahulu.
Peranannya yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat sudah sejak lama diketahui
orang. Tanaman tomat (Lycopersium escuslentum Mill) adalah tumbuhan setahun, berbentuk
perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (angiospermai).
Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonnae (berkeping dua).
Secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistemik
sebagai berikut (Tugiyono, 2005).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae (berbunga seperti terompet)
Genus : Solanum (Lycopersicum)
Species : Lycopersicum esculentum Mill
Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna
batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya banyak
ditumbuhi rambut halus terutama dibagian berwarna hijau. Diantara rambut-rambut tersebut
terdapat rambut kelenjar. Pada bagian bukubukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang
pada buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas) tanaman
tomat akan mempunyai banyak cabang yang menyebar rata. Sebagaimana tanaman dikotil
lainnya, tanaman tomat berakar samping yang menjalar ke tanah. Daunnya mudah dikenali
karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah
yang menyirip. Daunnya merupakan Dibagian bawah terdapat 5 buah kelopak bunga yang
berwarna hijau. Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak
karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan 2-9 kantong lendir.
Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya
hilang dan rasanyapun jadi enak, asam-asam manis ( Trisnawaty dan Setiawan, 1993 ).
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari dataran
rendah sampai tinggi (pegunungan). Tanaman tomat tomat tidak menyukai tanah yang
tergenang air atau becek. Tanah yang keadaannya demikian menyebabkan akar tomat mudah
busuk dan tidak mampu mengisap zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam
tanah disekitar akar tomat kurang baik. Akibatnya tanaman akan mati.
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur,
kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung
humus serta pengairan yang teratur dan cukup mulai tanaman mulai dapat dipanen. Bagi
tanaman genjah dan yang dikehendaki cepat panen, tanah liat berpasir akan lebih baik. Suhu
yang terbaik bagi pertumbuhan tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam
hari. Selisihnya adalah adalah 6°C. Suhu yang inggi dapat menyebakan panyakit daun
berkembang, sedangkan kelembapan yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan
buah.
Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor suhu malam hari. Pengalaman di
berbagai negara membuktikkan bahwa suhu yang terlalu tinggi di waktu malam
menyebabkan tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga sama sekali, sedangkan pada
suhu kurang dari 10°C tepung sari menjadi lemah tumbuhnya dan banyak tepung sari yang
mati, akibat hanya sedikit saja yang terjadi pembuahan (Tugiyono, 2005).
2.5 Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisisk, kimia, atau
biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk adalah bahan
organik atau anorganik, alami atau sintetis yang menyuplai tanaman dengan nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak bisa diandalkan untuk
memacu pertumbuhan tanaman secara optimal, terutama pada penanaman sistem intensif.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman meliputi unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah relatif besar
dibandingkan dengan unsur hara lainnya. Contoh unsur hara makro adalah seperti nitrogen
(N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Sementara itu,
pengertian unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang
sangat kecil, tetapi fungsinya sangat penting dan tidak tergantikan. Contoh unsur hara mikro
antara lain besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), boron (B), molybdenum (Mo),
dan khlor (Cl).
Pupuk kandang adalah limbah ternak yang berasal dari kotoran hewan dalam bentuk
organik padat maupun cair yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.
Sutedjo (1997) menambahkan bahwa fungsi penting pupuk kandang antara lain 1) untuk
menggemburkan tanah; 2) meningkatkan populasi jasad renik dan 3) meningkatkan daya
serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Menguatkan bukti tersebut, Yuliarti (2009) menjelaskan pula bahwa penggunaan pupuk
organik dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah mudah diolah dan mudah ditembus
akar tanaman.
Selain itu Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak baik
ternak ruminansia ataupun ternak unggas. Sebenarnya, keunggulan pupuk kandang tidak
terletak pada kandungan unsur hara karena sesungguhnya pupuk kandang memiliki
kandungan hara yang rendah. Kelebihannya adalah pupuk kandang dapat meningkatkan
humus, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme pengurai
(Zulkarnain, 2009).
Pupuk kandang adalah salah satu pupuk organik yang memiliki kandungan hara yang
dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorrganisme dalam tanah.
Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat
mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah
(Mayadewi, 2007).
Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah. Pupuk kandang
menyediakan unsur makro (Nitrogen, Phospor, Kalium, Kalsium dan Belerang) serta unsur
mikro (Besi, Seng, Boron, Kobalt dan Molibdenium) (Mayadewi, 2007; Nasahi, 2010).
Hardjowigeno (2007) menambahkan bahwa fungsi dari unsur hara Nitrogen, Phospor
dan Kalium. Nitrogen (N) dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan befungsi
dalam pembentukan protein. Tanaman yang cukup N, daunnya berwarna lebih hijau. Phospor
(P) memiliki fungsi dalam perkembangan akar dan dapat memperkuat batang agar tidak
mudah patah. Kalium (K) yaitu sebagai pembuka stomata (mengatur pernapasan dan
penguapan), meningkatkandaya tahan terhadap kekeringan dan penyakit daun serta
memperkuat perkembangan akar.
Jenis-jenis pupuk kandang yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat antara lain
pupuk kandang sapi, pupuk kandang babi dan pupuk kandang kambing yang sebelum
diaplikasikan ke tanaman terlebih dahulu kami melakukan pengomposan yang bertujuan
untuk mengurangi aktifitas mikraba yang terkandung didalam pupuk kandang. pupuk kompos
mempunyai beberapa manfaat, antara lain: a). Menambah kemampuan tanah dalam
menyimpan air dan menyerap pupuk tambahan lainnya. Selain itu kompos juga menciptakan
lingkungan yang baik bagi kehidupan jasad renik sehingga tanah menjadi subur. Hal ini akan
membantu pertumbuhan tanaman di lahan kering.
BAB III
METODE PRAKERIN

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan prakerin ini dilaksanakan pada bulan Juni – September 2017 di kebun
sekolah SMKN Bikomi selatan, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara.
3.2 Alat dan Bahan Prakerin
Alat yang digunakan dalam prakerin adalah parang, linggis, pacul, sekop, ember,
gembor, paku, hamar.
Penyiapan bahan meliputi benih tanam (buncis dan tomat) diperoleh dari tokoh benih di
kota Kefamenanu yang sebelum disemai, terlebeh dahulu diseleksi untuk mendapatkan benih
bernas dengan cara merendamnya dalam air sebelum ditanam.
Pupuk kandang (pupuk kandang kambing, sapi dan ayam) dikumpulkan dari rumah,
sekam dan dedak padi yang dijadikan arang dan makanan mikroba diperoleh dari desa
Maurisu. Sekam selanjutnya ditumpuk membentuk guludan dan dibakar yang menyisakan
arang saja untuk digunakan dalam prakerin dalam media pertumbuhan. Hijauan berupa daun
gamal (Gliricidia sepium) dan daun kirinyu (Chromolaena odorata) dikumpulkan dariareal
sekolah.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kompos adalah pupuk kandang
sebanyak 10 karung, dedak padi 10 kg, EM4 800 ml, gula air 800 ml, dan air secukupnya.
Proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut: pupuk kandang, hijauan dicampur secara
merata dengan dedak padi kemudian disirami sambil diaduk secara merata dengan air yang
didalamnya telah dilarutkan EM4 dan gula cair. Adonan kemudian dibuat tumpukan setebal
5-10 cm, ditutup dengan terpal, dibalik setiap hari, suhu tumpukan diamati tiap hari hingga
matang dengan ciri-ciri tidak berbau busuk dan berwarna kecoklatan.
3.2 Rancangan prakerin
Rancangan yang digunakan dalam kegiatan prakerin ini adalah; Metode Observasi.
Metode yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke lapangan di lahan
budidaya tanaman serta terlibat langsung secara aktif dalam melakukan kegiatan –kegiatan
yang ada di antaranya adalah penyiapan lahan penanaman, pemeliharaan tanaman dan
pengamatan perkembangan pertumbuhan tanaman.
3.3 Pelaksanaan Prakerin
1. Persiapan Lahan
Sebelum melakukan pengolahan tanah, terlebih dahulu kami melakukan pengamatan di
sekitar areal sekolah untuk menentukan lahan praktikum. Pengolahan tanah dilakukan dengan
cara mencangkul, membersihkan dari gulma, penggemburan tanah, pembuatan bedengan
dengan ukuran panjang 10 m x 1 m. Jarak antar bedengan 50 cm.
2. Pemberian Pupuk dan Biochar (arang)
Pemberian pupuk dan biochar dilakukan seminggu sesudah pengolahan tanah sesuai
dosis pemberian. Dibiarkan (inkubasi) selama 2 minggu dengan tujuan agar mengurangi
aktifitas mikroorganisme yang terdapat pada pupuk yang diberikan pada lahan.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan 2 minggu setelah aplikasi pupuk dan biochar dengan
menggunakan tugal pada jarak tanam 40 x 30 cm.
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan Tanaman meliputi: 1) Penyiraman yang dilakukan 1-2 kali dalam sehari
yaitu pagi dan sore, 2) Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau tidak tumbuh,
3) Penyiangan, pengendalian hama dan penyakit (bila terserang)
5. Panen
Tanaman buncis yang dipanen adalah polong segar sedangkan tomat dipanen dengan
ciri fisik yang ditunjukan tanaman itu sendiri yaitu berwarna merah dan panen di lakukan
sebanyak 3 kali.
3.4 Pengamatan dan Analisis
Dalam menentukan keberhasilan suatu tanaman, baik pertumbuhan maupun produksi
tentu dipengaruhi oleh factor dalam dan factor dari luar tanaman, maka perlu suatu
pengamatan yang intensif yakni factor lingkungan seperti suhu tanah, pH, kelengasan tanah,
volume tanah dll.,factor pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, diameter batang,
jumlah daun, jumlah tangkai dan luas daun., factor hasil atau produksi seperti bobot segar dan
bobot kering. Dan dalam prakerin kami di ajarkan untuk mengamati beberapa parameter
pertumbuhan seperti jumlah daun, tinggi tanaman dan hasil dalam jedah waktu yang berbeda
untuk mengetahui tingkat pertumbuhan suatu tanaman terutama dapat dibandingkan dengan
perbedaan dosis pupuk dan biochar yang diaplikasikan. Selanjutnya hasil pengamatan
tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan hasil produksi yang akan
dibahas dalam pembahasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman


Hasil pengamatan menunjukkan tidak terjadi interaksi antara Pemberian kompos + Arang
sekam 15 t/ha, pada awal pertumbuhan tanaman semakin meningkat namun menurun pada hari ke-5
akan tetapi tidak terlalu beda dengan yg lainnya. Namun pada pengamatan tinggi tanaman 7 HST dan
14 HST semakin meningkat dengan nilai rata-rata, (4,70) dan (9,00) . (Tabel 1)
Tabel 1. Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman
Dosis Pupuk 7 HST 14 HST RERATA
12,5 16,4 14,5
8,25 9,0 9,0
16 12,5 12,5
6,25 5,4 5,4
9 5,1 7,1
RERATA 10,4 9,7 9,7

2. Jumlah daun
Hasil pengamatan menunjukkan tidak terjadi interaksi antara Pemberian kompos +
Arang sekam 15 t/ha, pada awal pertumbuhan tanaman semakin meningkat akan tetapi tidak
terlalu beda dengan pengukuran lainnya. Namun pada pengamatan tinggi tanaman 7 HST dan
14 HST semakin meningkat dengan nilai (8,58) dan (9,7).
Tabel 2. Jumlah daun
Jumlah Daun
Dosis Pupuk 7 HST 14 HST RERATA
8,9 12,0 10,5
7,8 10,0 10,0
9,5 9,9 9,9
7,7 8,9 8,9
9 7,5 8,3
RERATA 8,58 9,7 (-)
4. 2 Pembahasan
Tanaman hortikultura merupakan komuditas yang memiliki prospetik yang sangat baik
untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Tanaman yang
dibudidayakan dalam kegiatan prakerin ini adalah budidaya tanaman buncis dan tanaman
tomat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan analisa hasil dan pembahasan yang dilakukan maka dapat di simpulkan
bahwa penggunaan kompos dan arang sekam dengan dosis 15 t/ha dapat meningkat
pertumbuhan dan hasil berat polong segar tanaman buncis. Hasil pengukuran tanaman I dan
pengukuran ke II rata-rata sama. Namun pada pemanenan tanaman tomat dan buncis pada
tahap pertama adalah 3 kg untuk tomat dan 3 kg untuk buncis.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat dilakukan selama kurang lebih 3 bulan,
Penanaman kacang buncis pada awal musim hujan dengan perlakuan jenis dan kompos dan
arang sekam secara umum dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
buncis. Hasil ini dapat dilihat pada data hasil pengamatan baik pada parameter pertumbuhan
maupun pada hasil.
Kompos adalah salah satu pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses
pembusukan sisa-sisa bahan organik seperti daun kerinyu, daun gamal, daun lamtoro dan
sisa kotoran hewan, atau pupuk kandang.
5.2 Saran
Perlakuan jenis kompos dan arang sekam dengan dosis 15 t/ha dapat diterapkan dalam
budidaya kacang buncis, karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih dan soejipto, 1987, pemantapan penerapan pupuk kandang pada tanaman
pangan, direktorat bina produksi tanaman pangan bekerjasama dengan PT petrokimia gersik
bogor.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
788 hal.
Brady, N. C. And H. O. Buckman. 1982. The Nature and Properties of Soil.
Terjemahan Soegiman. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Cahyono, 2007. Kacang Buncis, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit
Kanisius. Hal. 9-125.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Lehmann J, 2007. Bio-energy in the black. Department of Crop and Soil Sciences,
College of Agriculture and Life Sciences, Cornell University, Ithaca, NY 14853
([email protected]). © The Ecological Society of America. Front Ecol Environ 2007; 5(7):
381–387.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian.Jurnal Bidang
Ilmu Pertanian Vol 26 (4) : 153 – 159.
Rukmana, R. 1998. Bertanam Buncis. Kanisius, Yogyakarta.
Setiawan, A. I, 1993. Sayuran Dataran Tinggi dan Pengaturan Panen. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tugiyono, H. 2005. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Trisnawaty dan setiawan 1993, pare dan labu, penerbar swadaya, jakarta 2 CN
williams, jo uzo WTH..
Sutejo, M.M. dan A.G.Kartasapoetra. 1997. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta.
Rineka Cipta. 177 hlm
Yuliarti, Nurheti. (2009). A to Z Food Supplement. Yogyakarta: Penerbit Andi..
Yuliarti. 2009 .Keajaiban ASI – Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan
Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV. ANDI.
Zulkarnain, 2009 kultur jaringan tanaman solusi perbanyakan tanaman
budidaya..jakarta.
I. Lampiran Dokumentasi Kegiatan

Cincang kerinyu dan daun gamal Persiapan untuk pembuatan kompos

Persiapan Lahan
Persiapan Pembibitan

Pembenahan Pupuk kompos Inkubasi pupuk


Menjalankan Bingkai A dan Patok kayu

Terasering

Pemanenan Buncis Bersama Guru-guru SMK


FORMAT KEGIATAN PRAKERIN
SMKN BIKOMI SELATAN
TAHUN ANGKATAN III
BULAN JULI
No Hari/tanggal Waktu Jenis kegiatan Alat & bahan Langkah kerja
FORMAT KEGIATAN PRAKERIN
SMKN BIKOMI SELATAN
TAHUN ANGKATAN III
BULAN JULI
No Hari/tanggal Waktu Jenis kegiatan Alat & bahan Langkah kerja
FORMAT KEGIATAN PRAKERIN
SMKN BIKOMI SELATAN
TAHUN ANGKATAN III
BULAN JULI
No Hari/tanggal Waktu Jenis kegiatan Alat & bahan Langkah kerja
FORMAT KEGIATAN PRAKERIN
SMKN BIKOMI SELATAN
TAHUN ANGKATAN III
BULAN AGUSTUS
No Hari/tanggal Waktu Jenis kegiatan Alat & bahan Langkah kerja
FORMAT KEGIATAN PRAKERIN
SMKN BIKOMI SELATAN
TAHUN ANGKATAN III
BULAN AGUSTUS
No Hari/tanggal Waktu Jenis kegiatan Alat & bahan Langkah kerja
FORMAT KEGIATAN PRAKERIN
SMKN BIKOMI SELATAN
TAHUN ANGKATAN III
BULAN SEPTEMBER
No Hari/tanggal Waktu Jenis kegiatan Alat & bahan Langkah kerja

Anda mungkin juga menyukai