Cara Merawat Payudara
Cara Merawat Payudara
Cara Merawat Payudara
Urat-urat halus di bawah permukaan kulit payudara juga menjadi lebih jelas, pembuluh
darah bertambah dan melebar, serta puting susu dan aerola (daerah sekitar puting susu)
menjadi lebih gelap. Di sekitar aerola ini, pada masa-masa menjelang melahirkan muncul
bintik-bintik putih mengandung kelenjar-kelenjar yang memproduksi minyak sehingga dapat
meminyaki dan melindungi puting susu saat menyusui.
HORMON PROLAKTIN
Semua perubahan yang terjadi menunjukkan ada perkembangan dan pertumbuhan jaringan
kelenjar di payudara. Karena pada ibu hamil, terang Suharjanti, “pembuluh-pembuluh darah
bekerja lebih aktif untuk menyiapkan kelenjar-kelenjar yang ada pada payudara, agar
nantinya bisa berproduksi.”
Lebih jauh dijelaskan Suharjanti, di dalam payudara terdapat 15-25 segmen/cuping yang
terdiri atas tandon kelenjar/alveoli. Lapisan otot terbentuk saling berkait di sekitar alveoli,
yang nantinya akan berkontraksi memeras susu keluar dari kantung saluran kecil yang
mengalir ke puting susu.
Sejak awal kehamilan, hormon merangsang perkembangan sel-sel produksi susu di alveoli.
Hormon yang paling penting dalam pembentukan air susu adalah prolaktin, yang mulai
bekerja sejak kehamilan berusia 8 minggu. Hormon ini juga menjaga keseimbangan
banyaknya jumlah susu yang diproduksi pada tiap tahapan dengan bantuan hormon
estrogen yang dibuat oleh plasenta.
Selain itu, prolaktin juga membikin warna aerola menjadi lebih gelap dan puting susu lebih
menonjol. Namun bagi yang putingnya datar atau melesak ke dalam, tonjolan ini memang
tak terasakan.
Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan berusia 5-6 bulan.
Sebab, jika sejak awal kehamilan kita sudah melakukan perangsangan puting, misalnya,
bukan hasil baik yang diperoleh, “tapi malah bisa menimbulkan kontraksi rahim,” jelas
Suharjanti.
Adapun perawatan yang dilakukan ialah:
1. Pemijatan
Hal ini bisa dilakukan kala mandi. Sebelumnya siapkan di waskom air hangat dan air dingin,
minyak kelapa yang bersih (paling baik jika bikinan sendiri) atau baby oil, handuk, dan kapas.
Bersihkan payudara memakai air, lalu massage memakai minyak. Pemijatan dilakukan
dengan memakai kedua tangan, sekeliling payudara diurut memutar searah jarum jam dan
kemudian berbalik arah/berlawanan jarum jam. Setelah itu lakukan pengurutan dari bawah
menuju puting, namun putingnya sendiri tak perlu di-massage karena tak berkelenjar tapi
hanya merupakan saluran air susu belaka.
Usai massage, ketuk-ketuklah payudara memakai ujung jari atau ujung ruas jari. Gunanya
agar sirkulasi darah bekerja lebih baik. Selanjutnya puting dibersihkan dengan menggunakan
kapas dan minyak. Minyak ini berguna melenturkan dan melembabkan puting agar saat
menyusui kelak puting sudah tak gampang lecet.
Terakhir, bersihkan payudara dan puting memakai air hangat dan dingin. Tujuannya untuk
memperlancar sirkulasi darah. Setelah itu keringkan pakai handuk.
2. Senam Teratur
Sebaiknya payudara juga dirawat dengan melakukan senam. Gunanya untuk memperkuat
otot pektoralis di dada, sehingga memadatkan payudara dan merangsang produksi ASI agar
lebih baik.
Senamnya sangat mudah, kok, Bu. Bisa dilakukan sebelum atau sesudah mandi. Ada dua
macam senam yang bisa dilakukan para ibu, yaitu:
*) Posisi berdiri, tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri dekat siku, sebaliknya
tangan kiri memegang lengan bawah kanan (seperti orang bersidekap). Kemudian tekan
kuat-kuat ke arah dada dengan cara mempererat pegangan, sehingga terasa tarikannya
pada otot-otot di dasar payudara. Selanjutnya lemaskan kembali. Lakukan berulang-ulang
hingga 30 kali.
*) Pegang bahu dengan kedua ujung tangan, kemudian siku diputar ke depan sehingga
lengan bagian dalam mengurut (massage) payudara ke arah atas. Diteruskan gerakan tangan
ke atas ke belakang dan kembali pada posisi semula. Lakukan latihan ini 20 kali putaran.
Untuk mengatasi rasa tak enak pada saat payudara membesar, pakailah bra yang pas dan
bisa memegang. Jangan pakai yang terlalu ketat atau longgar, tapi harus benar-benar pas
sesuai ukuran payudara saat itu dan dapat menopang perkembangan payudara. Jika terlalu
sempit akan menghambat perkembangan kelenjar payudara, sedangkan kalau terlalu
longgar akan tampak jatuh dan sakit dipakainya.
Jika payudara sangat besar, ada baiknya untuk memilih yang memakai penyangga kawat.
Karena bra yang tak menopang dengan baik pada payudara besar cenderung akan turun dan
membentuk lipatan di bagian bawah payudara. Sementara jika si ibu tak menjaga
kebersihan dan kekeringan di bawah lipatan tersebut, maka jamur biasanya akan tumbuh.
Jangan lupa, tubuh ibu hamil cenderung berkeringat. Untuk itu, pilihlah bra dari bahan
katun atau campuran katun sehingga nyaman dipakai dan mudah menyerap keringat. Tali
pengikatnya agar dipilih yang lebar sehingga dapat menyangga payudara dengan baik
Bila jamur sudah terlanjur hadir, segera bawa ke dokter. Sebab, jika jamur naik hingga ke
seluruh payudara bisa menjadi masalah pada saat menyusui nanti.
Posisi menyusui
1) Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini membolehkan
perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu.
Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan
bayi perlu berada di bagian sisinya (Saryono ,2008; h. 34).
2) Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang
besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya atau menyusui anak kembar
pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal
untuk menyokong belakang badan ibu (Saryono, 2008; h; 35).
3) Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini
mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari pertama. Sokong kepala
ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008; h. 35).
c. Fungsi menyusui yang benar
15. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu
dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya
a. Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam dengan lama menyusui antra 10-15
menit disetiap payudara
c. Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan mendengarkan
suara menelan yang aktif.
d. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui.
2) Untuk Ibu
c) c.Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi
setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting susu ketika menyusui :
a) Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat menyusui. Hal ini akan membantu
meningkatkan aliran air susu ibu. Meletakkan kain basah yang hangat pada payudara atau
mengambil shower hangat untuk mengguyur payudara setelah menyusui (Proverawati, 2010).
b) Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai menetek, memastikan bayi
tidak lagi menetek sebelum melepaskan dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari anak
susuan, melalui sudut mulut bayi memasukkan jari ke dalam mulutnya. Ini akan melepaskan
isapan bayi dari payudara dan dapat dengan mudah mengangkat atau menarik bayi dari
puting susu (Proverawati, 2010).
c) Mencari posisi yang nyaman saat menyusui
Karena tidak nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan mengurangi atau
menghentikan aliran susu. Belajar posisi menyusui yang nyaman dan benar. Menggunakan
salah satu jari dari posisi tersebut setiap kali menyusui bayi. Jika bayi tidak dalam posisi yang
tepat ia mungkin memiliki masalah dalam penghisapan. Bayi mungkin tidak mendapatkan
cukup susu dan menyedit dengan keras. Hal ini dapat menyebabkan sakit atau mengubah
bentuk puting untuk beberapa menit (Proverawati,2010).
d) Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi menyusu terlalu keras maka puting
menjadi sakit, anda perlu membuat santai mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu perlu memijat
rahang bawah telinga bayi. Stroke adalah gerakan untuk beristirahat dan melebarkan mulut
bayi. Ibu dapat menarik perlahan-lahan bayi ke bawah menggunakan jari. Hal ini
memungkinkan istirahatnya lidah, gusi dan puting susu. Tarik kepala bayi sehingga
rahangnya ada di belakang puting susu, dengan cara ini susu dapat terjepit dan tidak akan
cukup susu mengalir keluar (Proverawati,2010).
e) Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca petunjuk yang ada pada
saat menggunakan perangkat dan menjaga selalu tetap bersih. Jika ada alat yang
menyebabkan cedera pada payudara, maka penggunaannya harus dihentikan. Ibu mungkin
memerlukan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara penggunaan alat. Cedera ini
meningkatkan risiko untuk kerusakan dan infeksi puting (Proverawati,2010).
c. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri
disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi
dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
a) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
b) Produksi ASI berlebihan
c) Terlambat menyusui
d) Pengeluaran ASI yang jarang
e) Waktu menyusui yang terbatas
Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah:
a. Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar dan
tidak demam
b. Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau
tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam setelah 24 jam
Untuk mencegah maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on
demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat
menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, agar ketegangan menurun.
Untuk merangsang refleks oksitosin maka dilakukan:
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
e. Stimulasi payudara dan puting
f. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema
g. Memakai BH yang sesuai
h. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik
Cara mengatasinya :
a) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu
b) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang
efektif
c) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat
untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan punggung
d) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Suradi,2004).
b. Ibu sakit
1) Ibu yang menderita hepatitis (HBsAg + atau HIV/AIDS)
Untuk kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat. Yang pertama bahwa ibu
yang menderita hepatitis atau AIDS tidak diperkenankan menyusui bayinya, karena dapat
menularkan virus kepada bayinya melalui ASI. Namun demikian pada kondisi negara-negara
berkembang, dimana kondisi ekonomi masyarakat dan lingkungan yang buruk, keadaan
pemberian makanan pengganti ASI justru lebih membahayakan kesehatan dan kehidupan
bayi. Karenanya WHO tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat yang mungkin tidak
akan sanggup memberikan PASI yang adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka
menyusui adalah jauh lebih dianjurkan daripada dibuang (Suradi,2004).
2) Ibu dengan TBC Paru
Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh nenyusu. Ibu perlu diobati secara
adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi
tidak langsung diberi BCG oleh karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun
sebagian obat anti TBC melalui ASI, bayi tetap diberi INH dengan dosis penuh sebagai
profilaksis. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan
lagi dan setelah itu pada bayi dilakukan uji mantoux. Bila hasilnya negative terapi INH
dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG (Suradi,2004).
3) Ibu dengan diabetes
Bayi dan ibu dengan diabetes sebaiknya diberikan ASI, namun perlu dimonitor kadar
gula darahnya (Kristiyansari,2009).
d. Ibu hamil
Kadangkala ibu sudah hamil lagi padahal bayinya masih menyusu. Dalam hal ini tidak
ada bahaya untuk ibu maupun janinnya bila ibu meneruskan menyusui bayinya namun ibu
harus makan lebih banyak lagi (Kristiyansari,2004).
D. Masalah menyusui pada bayi
a. Bayi sering menangis
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.
Karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari sebabnya, dan sebabnya tidak selalu karena
kurang ASI.
1) Perhatikan mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi belum berjalan baik, atau sebab
lain seperti ngompol, sakit, merasa jemu, ingin digendong dan disayang.
2) Keadaan itu merupakan hal yang biasa dan ibu tidak perlu cemas, karena kecemasan ibu
dapat mengganggu proses laktasi itu sendiri, dan akibatnya produksi ASI bisa berkurang.
3) Cobalah atasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu diganti karena basah, coba
mengganti posisi bayi menjadi tengkurap atau digendong dan dibelai.
4) Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar saat menyusu akibatnya
ASI tak sempurna keluarnya.
5) Bayi menangis mempunyai maksud menarik perhatian terutama ibu karena suatu hal, oleh
karenanya janganlah membiarkan bayi menangis terlalu lama, ia akan menjadi lelah,
kemampuan menyusu kurang, kecuali itu ibu juga menjadi kesal, sehingga mengganggu
proses laktasi. Sering bayi hanya mempunyai masalah psikologis ingin merasa aman dan
menginginkan perhatian ibu.
Secara sistematis sebab bayi menangis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bayi merasa tidak “aman”. Ia justru membutuhkan banyak dekapan dan “ditemani selalu”
b. Bayi merasa sakit seperti : panas. kolik, hidung tersumbat dll.
c. Bayi basah seperti : mengompol, BAB tak lekas diganti dll.
d. Bayi kurang gizi. Kurang sering menyusu, kurang lama menyusu, menyusu tidak efisien
(Kristiyansari,2009).
1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI
seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.
Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan
pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap
pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai,
ataupun duduk di kursi.
Tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat
dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:
Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa
terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera
keluar.
Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi
mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses
menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks
prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat
menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early
infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi.
Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga
mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI
secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat
dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat
dibutuhkan oleh ibu.
Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk
rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian
susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu
dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat.
Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang
dianggap tidak wajar.