Cara Merawat Payudara

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Cara Merawat Payudara

Sebagaimana diketahui, payudara selama kehamilan akan mengalami perubahan. Antara


lain terasa lebih kencang, lebih besar, dan lebih penuh. Konon, menjelang kelahiran berat
setiap payudara mencapai 1,5 kali lebih besar dibandingkan sebelum hamil.

Urat-urat halus di bawah permukaan kulit payudara juga menjadi lebih jelas, pembuluh
darah bertambah dan melebar, serta puting susu dan aerola (daerah sekitar puting susu)
menjadi lebih gelap. Di sekitar aerola ini, pada masa-masa menjelang melahirkan muncul
bintik-bintik putih mengandung kelenjar-kelenjar yang memproduksi minyak sehingga dapat
meminyaki dan melindungi puting susu saat menyusui.

HORMON PROLAKTIN

“Biasanya wanita yang berpayudara besar lebih merasakan perubahan-perubahan yang


terjadi. Sebab, lemaknya sudah banyak sehingga ia bisa langsung merasakan bila ada
perubahan,” tutur Suharjanti. Sementara yang payudaranya kecil tak begitu merasakannya,
namun bukan berarti tak ada perubahan. “Tergantung pada tingkat sensitivitas si ibu hamil.”

Semua perubahan yang terjadi menunjukkan ada perkembangan dan pertumbuhan jaringan
kelenjar di payudara. Karena pada ibu hamil, terang Suharjanti, “pembuluh-pembuluh darah
bekerja lebih aktif untuk menyiapkan kelenjar-kelenjar yang ada pada payudara, agar
nantinya bisa berproduksi.”

Lebih jauh dijelaskan Suharjanti, di dalam payudara terdapat 15-25 segmen/cuping yang
terdiri atas tandon kelenjar/alveoli. Lapisan otot terbentuk saling berkait di sekitar alveoli,
yang nantinya akan berkontraksi memeras susu keluar dari kantung saluran kecil yang
mengalir ke puting susu.

Sejak awal kehamilan, hormon merangsang perkembangan sel-sel produksi susu di alveoli.
Hormon yang paling penting dalam pembentukan air susu adalah prolaktin, yang mulai
bekerja sejak kehamilan berusia 8 minggu. Hormon ini juga menjaga keseimbangan
banyaknya jumlah susu yang diproduksi pada tiap tahapan dengan bantuan hormon
estrogen yang dibuat oleh plasenta.

Selain itu, prolaktin juga membikin warna aerola menjadi lebih gelap dan puting susu lebih
menonjol. Namun bagi yang putingnya datar atau melesak ke dalam, tonjolan ini memang
tak terasakan.

TIGA LANGKAH PERAWATAN

Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan berusia 5-6 bulan.
Sebab, jika sejak awal kehamilan kita sudah melakukan perangsangan puting, misalnya,
bukan hasil baik yang diperoleh, “tapi malah bisa menimbulkan kontraksi rahim,” jelas
Suharjanti.
Adapun perawatan yang dilakukan ialah:
1. Pemijatan

Hal ini bisa dilakukan kala mandi. Sebelumnya siapkan di waskom air hangat dan air dingin,
minyak kelapa yang bersih (paling baik jika bikinan sendiri) atau baby oil, handuk, dan kapas.
Bersihkan payudara memakai air, lalu massage memakai minyak. Pemijatan dilakukan
dengan memakai kedua tangan, sekeliling payudara diurut memutar searah jarum jam dan
kemudian berbalik arah/berlawanan jarum jam. Setelah itu lakukan pengurutan dari bawah
menuju puting, namun putingnya sendiri tak perlu di-massage karena tak berkelenjar tapi
hanya merupakan saluran air susu belaka.

Usai massage, ketuk-ketuklah payudara memakai ujung jari atau ujung ruas jari. Gunanya
agar sirkulasi darah bekerja lebih baik. Selanjutnya puting dibersihkan dengan menggunakan
kapas dan minyak. Minyak ini berguna melenturkan dan melembabkan puting agar saat
menyusui kelak puting sudah tak gampang lecet.

Terakhir, bersihkan payudara dan puting memakai air hangat dan dingin. Tujuannya untuk
memperlancar sirkulasi darah. Setelah itu keringkan pakai handuk.

2. Senam Teratur

Sebaiknya payudara juga dirawat dengan melakukan senam. Gunanya untuk memperkuat
otot pektoralis di dada, sehingga memadatkan payudara dan merangsang produksi ASI agar
lebih baik.

Senamnya sangat mudah, kok, Bu. Bisa dilakukan sebelum atau sesudah mandi. Ada dua
macam senam yang bisa dilakukan para ibu, yaitu:

*) Posisi berdiri, tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri dekat siku, sebaliknya
tangan kiri memegang lengan bawah kanan (seperti orang bersidekap). Kemudian tekan
kuat-kuat ke arah dada dengan cara mempererat pegangan, sehingga terasa tarikannya
pada otot-otot di dasar payudara. Selanjutnya lemaskan kembali. Lakukan berulang-ulang
hingga 30 kali.

*) Pegang bahu dengan kedua ujung tangan, kemudian siku diputar ke depan sehingga
lengan bagian dalam mengurut (massage) payudara ke arah atas. Diteruskan gerakan tangan
ke atas ke belakang dan kembali pada posisi semula. Lakukan latihan ini 20 kali putaran.

3. Memakai Bra Yang Pas

Untuk mengatasi rasa tak enak pada saat payudara membesar, pakailah bra yang pas dan
bisa memegang. Jangan pakai yang terlalu ketat atau longgar, tapi harus benar-benar pas
sesuai ukuran payudara saat itu dan dapat menopang perkembangan payudara. Jika terlalu
sempit akan menghambat perkembangan kelenjar payudara, sedangkan kalau terlalu
longgar akan tampak jatuh dan sakit dipakainya.
Jika payudara sangat besar, ada baiknya untuk memilih yang memakai penyangga kawat.
Karena bra yang tak menopang dengan baik pada payudara besar cenderung akan turun dan
membentuk lipatan di bagian bawah payudara. Sementara jika si ibu tak menjaga
kebersihan dan kekeringan di bawah lipatan tersebut, maka jamur biasanya akan tumbuh.

Jangan lupa, tubuh ibu hamil cenderung berkeringat. Untuk itu, pilihlah bra dari bahan
katun atau campuran katun sehingga nyaman dipakai dan mudah menyerap keringat. Tali
pengikatnya agar dipilih yang lebar sehingga dapat menyangga payudara dengan baik

Bila jamur sudah terlanjur hadir, segera bawa ke dokter. Sebab, jika jamur naik hingga ke
seluruh payudara bisa menjadi masalah pada saat menyusui nanti.

Cara Menyusui Yang Benar


Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004)
Memberi ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat kondisi ibu senyaman
mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 -3 jam sekali.
Menjelang akhir minggu ke enam, sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam
sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10-12 bulan. Pada usia ini sebagian besar
bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan di malam hari
(Saryono, 2008; h. 30)

Posisi menyusui

1) Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini membolehkan
perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu.
Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan
bayi perlu berada di bagian sisinya (Saryono ,2008; h. 34).
2) Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang
besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya atau menyusui anak kembar
pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal
untuk menyokong belakang badan ibu (Saryono, 2008; h; 35).
3) Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini
mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari pertama. Sokong kepala
ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008; h. 35).
c. Fungsi menyusui yang benar

1. Puting susu tidak lecet


2. Perlekatan menyusu pada bayi kuat
3. Bayi menjadi tenang
4. Tidak terjadi gumoh

d. Akibat tidak menyusui dengan benar


1. Puting susu menjadi lecet
2. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
3. Bayi enggan menyusu
4. Bayi menjadi kembung

e. Tanda bayi menyusu dengan benar

1. Bayi tampak tenang


2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih banyak
6. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7. Puting susu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala bayi agak menengadah

f. Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup


1. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
3. pertama (100-200 gr setiap minggu)
4. Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
5. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air
besar berwarna kuning 2 kali sehari
6. Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan
dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.

g. Langkah-langkah menyusui yang benar


1. Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes
2. Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu
3. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi).
4. Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas
5. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar
areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu).
6. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
7. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu
tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap
payudara
8. Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
9. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
10. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan puting
susu atau menyentuh sudut mulut bayi

Cara yang benar

Cara yang salah


11. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala bayi
ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola ke mulut
bayi)
12. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau menyangga
payudara lagi
13. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
14. Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui
sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

15. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu
dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya

cara menyusui yang benar

16. Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi :


§ Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk
perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10 – 15 menit) ATAU
Bayi ditengkurapkan dipangkuan

Cara menyendawakan bayi

h. Upaya memperbanyak ASI


1) Untuk Bayi

a. Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam dengan lama menyusui antra 10-15
menit disetiap payudara

b. Bangunkan bayi, lepas baju bayi yang menyebabkan rasa gerah

c. Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan mendengarkan
suara menelan yang aktif.

d. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui.

2) Untuk Ibu

a) a.Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum

b) b.Makan makanan yang bergizi

c) c.Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi
setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.

d) d.Susukan bayinya sesering mungkin (Anggraini, 2010; h. 22).


Masalah dalam pemberian ASI

A. Masalah dalam pemberian ASI


a. Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan
nyeri akan hilang.
Cara menangani :
a) Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.
b) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit guna membantu mengurangi sakit
pada puting susu yang sakit.
c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan di puting susu dan biarkan payudara
terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu kering (Kristiyansari, 2009).

Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting susu ketika menyusui :
a) Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat menyusui. Hal ini akan membantu
meningkatkan aliran air susu ibu. Meletakkan kain basah yang hangat pada payudara atau
mengambil shower hangat untuk mengguyur payudara setelah menyusui (Proverawati, 2010).
b) Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai menetek, memastikan bayi
tidak lagi menetek sebelum melepaskan dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari anak
susuan, melalui sudut mulut bayi memasukkan jari ke dalam mulutnya. Ini akan melepaskan
isapan bayi dari payudara dan dapat dengan mudah mengangkat atau menarik bayi dari
puting susu (Proverawati, 2010).
c) Mencari posisi yang nyaman saat menyusui
Karena tidak nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan mengurangi atau
menghentikan aliran susu. Belajar posisi menyusui yang nyaman dan benar. Menggunakan
salah satu jari dari posisi tersebut setiap kali menyusui bayi. Jika bayi tidak dalam posisi yang
tepat ia mungkin memiliki masalah dalam penghisapan. Bayi mungkin tidak mendapatkan
cukup susu dan menyedit dengan keras. Hal ini dapat menyebabkan sakit atau mengubah
bentuk puting untuk beberapa menit (Proverawati,2010).
d) Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi menyusu terlalu keras maka puting
menjadi sakit, anda perlu membuat santai mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu perlu memijat
rahang bawah telinga bayi. Stroke adalah gerakan untuk beristirahat dan melebarkan mulut
bayi. Ibu dapat menarik perlahan-lahan bayi ke bawah menggunakan jari. Hal ini
memungkinkan istirahatnya lidah, gusi dan puting susu. Tarik kepala bayi sehingga
rahangnya ada di belakang puting susu, dengan cara ini susu dapat terjepit dan tidak akan
cukup susu mengalir keluar (Proverawati,2010).
e) Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca petunjuk yang ada pada
saat menggunakan perangkat dan menjaga selalu tetap bersih. Jika ada alat yang
menyebabkan cedera pada payudara, maka penggunaannya harus dihentikan. Ibu mungkin
memerlukan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara penggunaan alat. Cedera ini
meningkatkan risiko untuk kerusakan dan infeksi puting (Proverawati,2010).

b. Puting susu lecet


Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya
menyusui akan menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat
disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush
(candidates) atau dermatitis.
Cara menangani :
a) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, candidates atau dermatitis)
b) Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui
c) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi
d) Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit
e) Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain,
sperti krim, salep, dan lain-lain
f) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam,
dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam
g) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
h) Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun
i) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara
untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh
j) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk
tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI
k) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot
l) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang lebih
singkat
m) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas (Suradi,2004).

c. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri
disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi
dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
a) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
b) Produksi ASI berlebihan
c) Terlambat menyusui
d) Pengeluaran ASI yang jarang
e) Waktu menyusui yang terbatas
Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah:
a. Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar dan
tidak demam
b. Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau
tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam setelah 24 jam
Untuk mencegah maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on
demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat
menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, agar ketegangan menurun.
Untuk merangsang refleks oksitosin maka dilakukan:
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
e. Stimulasi payudara dan puting
f. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema
g. Memakai BH yang sesuai
h. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik
Cara mengatasinya :
a) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu
b) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang
efektif
c) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat
untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan punggung
d) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Suradi,2004).

d. Mastitis atau abses payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa
padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan
ini disebabkan kurangnya ASI dihisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat
juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.
Tindakan yang dapat dilakukan :
a) Kompres hangat/panas dan pemijatan
b) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi puting susu,
pijat leher, punggung, dll
c) Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari
d) Bila perlu bisda diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri
e) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan bedah.

B. Masalah menyusui pada masa nifas lanjut


a. Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin saja”
ASI benar-benar kurang antara lain:
a) Bayi tidak puas setiap selesai menyusui, sering kali menyusu, menyusu dengan waktu yang
sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang
padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
b) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu
c) Tinja bayi keras, keringat atau berwarna hijau
d) Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang) atau ASI tidak “datang”
pasca lahir
Walaupun ada tanda-tanda tersebut diperiksa apakah tanda-tanda tersebut dapat
dipercaya. Tanda bahwa ASI benar-benar kurang antara lain :
a) Berat badan bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
b) Berat badan lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali
c) Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada 4 kelompok faktor
penyebab :
1) Faktor teknik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai meliputi : masalah
frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain
2) Faktor psikologis, juga sering terjadi
3) Faktor fisik ibu (jarang) meliputi kontrasepsi, diuretik, hamil, merokok, kurang gizi
4) Sangat jarang adalah faktor kondisi bayi, misalnya penyakit, abnormalitas dan lain-lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus
memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI memang
tidak memadai maka upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi, maka bila perlu dapat
dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus
lainnya yang ditempelkan pada puting untuk dihisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan
dengan ASI atau formula (Suradi, 2004).

b. Ibu yang bekerja


Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada
beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :
a) Susuilah bayi sebelum ibu bekerja
b) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja
c) Pengosongan payudara di tempat kerja setiap 3-4 jam
d) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja
dengan cangkir
e) Pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui dang anti jadwal menyusuinya
sehingga banyak menyusui di malam hari
f) Ketrampilan mengelurakan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai
dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
g) Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama menyusui
bayinya (Suradi,2004).

C. Masalah menyusui pada pada keadaan khusus


a. Ibu melahirkan dengan bedah caesar
Posisi menyusui yang dianjurkan sebagai berikut :
a) Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang ditopang bantal,
sementara bayi disusukan dengan kakinya kearah ibu
b) Apabila ibu sudah dapat duduk bayi dapat ditidurkan di bantal di atas pangkuan ibu dengan
posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu
c) Dengan posisi memegang bola (football position) yaitu ibu terlentang dan bayi berada di
ketiak ibu dengan kaki kearah atas dan tangan ibu memegang kepala bayi (Syradi,2004).

b. Ibu sakit
1) Ibu yang menderita hepatitis (HBsAg + atau HIV/AIDS)
Untuk kedua penyakit ini ditemukan berbagai pendapat. Yang pertama bahwa ibu
yang menderita hepatitis atau AIDS tidak diperkenankan menyusui bayinya, karena dapat
menularkan virus kepada bayinya melalui ASI. Namun demikian pada kondisi negara-negara
berkembang, dimana kondisi ekonomi masyarakat dan lingkungan yang buruk, keadaan
pemberian makanan pengganti ASI justru lebih membahayakan kesehatan dan kehidupan
bayi. Karenanya WHO tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat yang mungkin tidak
akan sanggup memberikan PASI yang adekuat dalam jumlah dan kualitasnya, maka
menyusui adalah jauh lebih dianjurkan daripada dibuang (Suradi,2004).
2) Ibu dengan TBC Paru
Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh nenyusu. Ibu perlu diobati secara
adekuat dan diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi
tidak langsung diberi BCG oleh karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun
sebagian obat anti TBC melalui ASI, bayi tetap diberi INH dengan dosis penuh sebagai
profilaksis. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan
lagi dan setelah itu pada bayi dilakukan uji mantoux. Bila hasilnya negative terapi INH
dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG (Suradi,2004).
3) Ibu dengan diabetes
Bayi dan ibu dengan diabetes sebaiknya diberikan ASI, namun perlu dimonitor kadar
gula darahnya (Kristiyansari,2009).

c. Ibu yang memerlukan pengobatan


Seringkali ibu menghentikan penyusuan bila meminum obat-obatan karena takut obat
tersebut dapat mengganggu bayi. Kadar obat dalam ASI tergantung dari masa paruh obat dan
rasio obat dalam plasma dan ASI. Padahal kebanyakan obat hanya sebagian kecil yang dapat
melalui ASI dan jarang berakibat kepada bayi, sehingga tidak dapat mengobati bayi dengan
menyuruh ibu memakan obat tersebut. Memang ada beberapa obat yang sebaiknya jangan
diberikan kepada ibu yang menyusui dan sebaiknya bila ibu memerlukan obat, pilihlah obat
yang mempunyai masa paruh obat pendek dan yang mempunyai rasio ASI plasma kecil atau
dicari obat alternatif yang tidak berakibat pada bayi. Disamping itu dianjurkan juga kepada
ibu, bila perlu memerlukan obat maka sebaiknya diminum segera setelah menyusui
(Suradi,2004).

d. Ibu hamil
Kadangkala ibu sudah hamil lagi padahal bayinya masih menyusu. Dalam hal ini tidak
ada bahaya untuk ibu maupun janinnya bila ibu meneruskan menyusui bayinya namun ibu
harus makan lebih banyak lagi (Kristiyansari,2004).
D. Masalah menyusui pada bayi
a. Bayi sering menangis
Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.
Karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari sebabnya, dan sebabnya tidak selalu karena
kurang ASI.
1) Perhatikan mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi belum berjalan baik, atau sebab
lain seperti ngompol, sakit, merasa jemu, ingin digendong dan disayang.
2) Keadaan itu merupakan hal yang biasa dan ibu tidak perlu cemas, karena kecemasan ibu
dapat mengganggu proses laktasi itu sendiri, dan akibatnya produksi ASI bisa berkurang.
3) Cobalah atasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin perlu diganti karena basah, coba
mengganti posisi bayi menjadi tengkurap atau digendong dan dibelai.
4) Mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak benar saat menyusu akibatnya
ASI tak sempurna keluarnya.
5) Bayi menangis mempunyai maksud menarik perhatian terutama ibu karena suatu hal, oleh
karenanya janganlah membiarkan bayi menangis terlalu lama, ia akan menjadi lelah,
kemampuan menyusu kurang, kecuali itu ibu juga menjadi kesal, sehingga mengganggu
proses laktasi. Sering bayi hanya mempunyai masalah psikologis ingin merasa aman dan
menginginkan perhatian ibu.
Secara sistematis sebab bayi menangis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bayi merasa tidak “aman”. Ia justru membutuhkan banyak dekapan dan “ditemani selalu”
b. Bayi merasa sakit seperti : panas. kolik, hidung tersumbat dll.
c. Bayi basah seperti : mengompol, BAB tak lekas diganti dll.
d. Bayi kurang gizi. Kurang sering menyusu, kurang lama menyusu, menyusu tidak efisien
(Kristiyansari,2009).

b. Bayi bingung puting


Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Peristiwa ini
terjadi karena mekanisme menyusu pada puting ibu berbeda dengan mekanisme menyusu
pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah.
Sebaliknya pada menyusu botol bayi secara pasif dapat memperoleh susu buatan. Yang
menentukan pada menyusu botol adalah faktor dari “si pemberi” antara lain kemiringan botol
atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda-tanda bayi bingung puting :
a) Bayi menghisap putting seperti menghisap dot
b) Menghisap secara terputus-putus dan sebentar-sebentar
c) Bayi menolak menyusu
Karena itu untuk menghindari bayi bingung puting :
a) Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi (medis) yang kuat
b) Kalau terpaksa harus memberikan susu formula berikan sendok atau pipet dan bahkan
cangkir, jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot atau bahkan member kempeng
(Suradi,2004).

c. Bayi prematur dan bayi kecil (BBLR)


Bayi kecil, prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai masalah
menyusui karena refleks menghisapnya masih relatif lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru
harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering mungkin walaupun waktu
menyusunya pendek-pendek. Untuk merangsang menghisap sentuhlah langit-langit bayi
dengan ibu jari yang bersih. Bila bayi dirawat di RS, harus sering dijenguk, dilihat, disentuh
dengan kasih sayang dan bila mungkin disusui langsung. Bila belum biasa kemudian
diberikan dengan sendok atau cangkir
d. Bayi kuning (ikterik)
Kuning dini terjadi pada bayi usia anatara 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering terjadi dan
lebih berat kasusnya pada bayi-bayi yang tidak mendapat ASI cukup. Warna kuning
disebabkan kadar bilirubin (hiperbilirubinemia), yang dapat terlihat pada kulit dan sclera
(putih mata). Pada orang dewasa terlihat kuning bila kadar bilirubin serum mencapai kira-kira
2mg/100 ml, tetapi pada bayi baru lahir jarang terjadi sebelum mencapai kadar 5mg/100 ml.
Untuk mencegah agar warna kuning tidak lebih berat, bayi jelas membutuhkan lebih banyak
menyusu. Yang harus dilakukan adalah mulai menyusu segera setelah bayi lahir dan susui
bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. Menyusui dini sangat penting, karena bayi akan
mendapat kolostrum atau susu jolong (susu awal). Kolostrum bersifat purgatif ringan,
sehingga membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium (feses bayi pertama yang berwarna
kehitaman). Bilirubin dikeluarkan melalui feces, jadi disini kolostrum berfungsi mencegah
dan menghilangkan bayi kuning (Proverawati, 2010).
e. Bayi Kembar
Ibu perlu diyakinkan bahwa alam sudah menyiapkan air susu bagi semua makhluk
menyusui termasuk manusia, sesuai kebutuhan pola pertumbuhan masing-masing. Oleh
karena itu semua ibu tanpa kecuali sebenarnya sanggup menyusui bayi kembarnya. Mula-
mula ibu dapat menyusui demi seorang, tetapi sebenarnya ibu dapat menyusui sekaligus
berdua. Salah satu posisi yang mudah untuk menyusui adalah dengan posisi memegang bola
(football position). Jika ibu menyusui bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudara
secara bergantian, jangan hanya menetap pada satu payudara saja. Alasannya ialah, kecuali
memberi variasi kepada bayi (dia juga tidak hanya menatap satu sisi terus, agar tidak juling),
juga kemampuan menyusu masing-masing bayi mungkin berbeda, sehingga memberikan
kesempatan pada perangsangan puting untuk terjadi seoptimal mungkin. Walaupun football
position merupakan cara yang baik. Ibu sebaiknya mencoba posisi lainnya secara berganti-
ganti. Yang penting susuilah bayi lebih sering, dengan waktu penyusuan yang diinginkan
masing-masing bayi, umumnya lebih dari 20 menit. Bila ada yang harus dirawat di RS, susui
bayi di rumah, dan peraslah ASI dari payudara lainnya untuk bayi yang dirawat itu. Ibu juga
sebaiknya mempunyai pembantu, karena ibu perlu istirahat agar tidak terlalu kelelahan
(Suradi, 2004).
f. Bayi sakit
Sebagian kecil sekali dari bayi yang sakit, dengan indikasi khusus untuk diperbolehkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi apabila sudah diperbolehkan, maka ASI harus terus
diberikan. Bahkan pada penyakit-penyakit tertentu justru harus diperbanyak yaitu minimal 12
kali dalam 24 jam, misal pada diare, pneumonia,TBC dan lain-lain. Bila bayi sudah dapat
menghisap, maka ASI peras dapat diberikan dengan cangkir atau dengan pipa nasogastrik
(Suradi,2004).
g. Bayi Sumbing
Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar. Bila sumbing
pallatum molle (langit-langit lunak) ataupun bila termasuk pallatum durum (langit-langit
keras), bayi dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Ibu harus tetap
mencoba menyusui bayinya, karena bayi masih bisa manyusu dengan kelainan seperti ini.
Keuntungan khusus untuk keadaan ini adalah bahwa menyusu justru dapat melatih kekuatan
otot rahang dan lidah, sehingga memperbaiki perkembangan bicara anak.
Cara menyusui yang dianjurkan :
1) Posisi bayi duduk
2) Puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu bayi untuk
mendapatkan cukup ASI
3) Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
4) Bila bayi mempunyai sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatokizis),ASI
dikeluarkan dengan cara manual ataupun pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet,
atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan
cara ini bayi akan belajar menghisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan irama
pernafasannya (Suradi,2004).
h. Bayi dengan lidah pendek
Keadaan seperti ini jarang terjadi, yaitu bayi mempunyai lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku dan elastik, sehingga
membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting
dengan optimal. Bayi pada kondisi seperti ini akan sukar dapat melaksanakan laktasi dengan
sempurna, karena lidah tak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik. Ibu dapat
membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” puting
dan areola dengan benar. Pertahankan kedudukan kedua bibir bayi agar posisi tidak berubah-
ubah (Suradi, 2004).
i. Bayi yang memerlukan perawatan
Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu pada ibu,
sebaiknya bila ada fasilitas, ibu ikut dirawat agar pemberian ASI tetap dapat dilanjutkan.
Seandainya hal ini tidak memungkinkan maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan
disimpan di dalam lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit di dalam
termos es. Perlu diberikan tanda pada botol penampung ASI, jam berapa ASI diperah agar
yang lebih dahulu diperah dapat diberikan terlebih dahulu (Suradi,2004).
Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran
bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-
masalah umum terjadi.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara


ibunya.
2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir


selama beberapa jam pertama
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini
(early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana
bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan
kehangatan.

Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI
seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.

Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada


ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.

Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan


perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu,
pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara
paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan
krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI


Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin
sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini
disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.
Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.

Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :

1. Posisi berbaring miring


2. Posisi duduk
3. Posisi ibu tidur telentang

Posisi berbaring miring

Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.

Posisi duduk

Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan
pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap
pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai,
ataupun duduk di kursi.

Tidur telentang

Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat
dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.

Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:

1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.


2. Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
3. Areola tidak akan tampak jelas.
4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya.
5. Bayi terlihat senang dan tenang.
6. Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.

Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama


(rawat gabung)
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam
penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis,
psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis.

Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa
terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera
keluar.

Aspek fisiologis

Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi
mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses
menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks
prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat
menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.

Aspek psikologis

Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early
infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi.
Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga
mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI
secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.

Aspek edukatif

Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat
dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat
dibutuhkan oleh ibu.

Aspek ekonomi

Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk
rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian
susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.

Aspek medis

Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu
dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat.
Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang
dianggap tidak wajar.

Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin


Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan
keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong
dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.

Memberikan kolustrum dan ASI saja


ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi
ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang
melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.

Menghindari susu botol dan “dot empeng”


Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan
menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap
dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

Anda mungkin juga menyukai