Laporan Pengolahan Air Bersih Di Instalasi PDAM Tirtawening
Laporan Pengolahan Air Bersih Di Instalasi PDAM Tirtawening
Laporan Pengolahan Air Bersih Di Instalasi PDAM Tirtawening
Disusun oleh:
Tsani Nur Achmad F 133020111
Untuk menjaga dan mengetahui pengolahan air kotor menjadi air bersih, peneliti
mengambil bahan penelitian mengenai pengolahan air bersih di Instalasi PDAM
Tirtawening yang berlokasi di Dago Pakar. PT. Tirtawening adalah perusahaan
daerah yang mengelola air bersih di Kota Bandung. Perusahaan ini dikelola
langsung oleh pemerintah Kota Bandung untuk memenuhi kebutuhan air bersih 2,5
juta penduduk Kota Bandung. Sehingga untuk memenuhi hajat hidup warga Kota
Bandung, air yang didistribusikan oleh PT. Tirtawening harus terjaga
kebersihannya sampai kran rumah warga. Disinilah alasan mengapa peneliti ingin
melihat langsung dan mempelajari bagaimana PT. Tirtawening mengolah air
bersih.
Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum,
mandi, cuci, masak, dan lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan
sangatlah penting. Namun, mengingat bahwa tidak semua kawasan mendapatkan
air bersih, maka perlu adanya pemerataan distribusi air bersih bagi masyarakat.
Kriteria air bersih meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
Dalam usaha menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang berkaitan
dengan hal ini adalah PDAM – Perusahaan Dagang Air Minum.
PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses
penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah
di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting
dalam sistem pengolahannya.
Skema pengolahan air bersih
1. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari
sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi
untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan
masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya,
yaitu WTP – Water Treatment Plant.
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan
utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak
koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita bahas
satu per satu bagian-bagian ini.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi
dalam bak ini..?? pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel
koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk
koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi
partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun
dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan
atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk).
Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump.
Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi.
Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah
dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan
unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi.
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis.
Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada
berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.
Proses Sedimentasi
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini,
sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media
berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga
ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.
Unit Filtrasi
Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses tambahan,
dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan
lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.
3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke
dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena
kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya
diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang
menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air.
Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir
dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak
diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk
menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih
siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah
distribusi.
Sumber:
http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/
Kapasitas Produksi
2. Mata Air
Sumber air ini diambil dari beberapa mata air di daerah Bandung Utara dengan total
debit 190 l/dtk dan diolah di Resevoir XI Ledeng.
Ada pun Mata Air-Mata Air tersebut adalah :
Mata air Cigentur I
Mata air Cigentur II
Mata air Ciliang
Mata Air Cilaki
Mata air Ciwangun
Mata air Cisalada I & II
Mata air Cicariuk
Mata air Cibadak
Mata air Cirateun
Mata air Cikendi
Mata air Ciasahan
Mata air Legok Baygon
Mata air Citalaga
Mata air Panyairan
Mata air Ciwangi
3. Air Tanah
Untuk pengolahan air baku yang berasal dari air tanah dalam digunakan
sistem aerasi, filtrasi dan desinfektan untuk membunuh bakteri digunakan
gaschlorkaporit. Kualitas air baku ini pada umumnya memiliki kandungan Fe dan Mn
diatas standar yang ditetapkan.
Air tanah ini sebagian dimanfaatkan untuk membantu daerah yang tidak terjangkau
oleh pelayanan dari Instalasi Induk PDAM. Jumlah sumur air tanah dalam PDAM
ada 32 buah dengan sistem pendistribusian secara langsung ke konsumen dengan
melalui proses.
Cakupan Layanan
Saat ini PDAM Tirtawening Kota Bandung baru mampu melayani + 72,19 %
penduduk Kota Bandung yaitu sebanyak 1.789.836 jiwa. Sedangkan target nasional
pelayanan air minum untuk kota besar sebesar 80 %, hal ini disebabkan semakin
meningkatnya kebutuhan air minum dari tahun ke tahun.
PELAYANAN AIR
MINUM ( % )
2008 63,97 %
2009 66,42 %
2010 67,26 %
2011 74,20 %
2012 72,19 %
Tarif Air Minum ditentukan berdasarkan Peraturan Walikota No. 270 Tahun 2013
• Tarif Air Minum per m 3 ( per 1.000 liter ) berlaku sebagai berikut :
STRUKTUR TARIF
Pemakaian
SOSIAL RUMAH TANGGA / NON NIAGA NIAGA INDUSTRI
(M 3 )
1-10 900 900 1.000 2.000 2.600 3.300 2.100 2.900 4.600 4.900 6.800
11-20 900 900 1.600 3.600 4.600 6.000 3.800 5.300 7.200 7.500 9.600
21-30 900 1.400 2.300 5.700 7.400 9.400 6.000 8.700 10.700 11.300 13.300
>30 1.300 2.900 5.500 8.800 10.700 12.600 8.500 12.600 14.400 14.300 16.300
2 1 Rp. 43.000,-
4 2 Rp. 129.000,-
5 3 Rp. 158.500,-
6 4 Rp. 187.000,-
Sumber:
http://www.pambdg.co.id/
a.2 Flokulasi
Pada tahap ini air disalurkan melewati beberapa kolam dengan arus kecil
yang diciptakan dengan menggunakan kincir didasar kolam yang berguna untuk membantu
proses pemisahan air dengan flok.
a.3 Lumpur yang mengendap di dasar kolam flokulasi dan koagulasi, dibuang ke bawah,
untuk selanjutnya dialirkan kembali ke sungai Cikapundung. Lumpur dibuang setiap hari.
a.4 Sedimentasi
Pada proses ini air ditampung pada kolam besar yang didasarnya terdapat media yang
terdiri atas antrasit dan pasir silika yang berguna untuk menangkap kotoran. Pada saat
proses filtrasi dilakukan, kolam akan diberi sedikit arus dengan menggunakan putaran
kecil. Pasir silica dan antrasit dibersihkan setiap sekitar 20 jam.
c. Penambahan Chlorin
Setelah melewati proses filtrasi selanjutnya air disalurkan melalui pipa dan ditambahkan
gas chlor untuk membunuh pathogen-patogen yang ada dan kemudian barulah air ke
tempat penampungan(reservoir), namun sebelum disalurkan ke reservoir air diambil
terlebih dahulusa sample-nya guna melihat kandungan-kandungan yang ada didalam air.
Apakah sudah sesuai dengan standar baku mutu air atau belum.
d. Uji Sampel
Setelah dialiri gas klor, air siap dialirkan ke reservoir, yaitu tempat penampungan sebelum
didistribusikan ke pelanggan. Tetapi, sebelum masuk ke reservoir sampel air diambil
terlebih dahulu, kemudian diuji, apakah layak disalurkan atau belum.
Saran
Alat-alat instalasi ada yang telah tua dan mengalami kerusakan, seharusnya
mendapat perhatian dari pemerintah.
Jika pada musim hujan, pasokan air bersih ke warga menurun. Ini terjadi
karena semakin banyak kotoran di sungai menyebabkan semakin keras alat
instalasi bekerja, sehingga jumlah jumlah debit air pun juga menurun. Jadi para
warga tidak layak mengeluhkan hal ini kepada PDAM.
Untuk warga di sekitar sungai di Bandung harap jangan membuang sampah di
sungai untuk membantu kelancaran proses pengolahan air bersih.