Geologi Dan Studi Analisis Jenis Struktur Lipatan
Geologi Dan Studi Analisis Jenis Struktur Lipatan
Geologi Dan Studi Analisis Jenis Struktur Lipatan
SKRIPSI
Oleh :
FRANSISKUS K POILADO
04 321 002
JAYAPURA
2011
GEOLOGI DAN STUDI ANALISIS JENIS STRUKTUR LIPATAN
BERDASARKAN INTERLIMB ANGLE DAN HINGESURFACE
DAERAH MALAUMKARTA DAN SEKITARNYA
DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG
PROVINSI PAPUA BARAT
FRANSISKUS K POILADO
04 321 002
JAYAPURA
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Industri dan Kebumian
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
Oleh:
FRANSISKUS K POILADO
04 321 002
Disetujui oleh :
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka memperoleh
gelar Sarjana Teknik Geologi Fakultas Teknologi Industri dan Kebumian
universitas Sains dan Teknologi Jayapura
Oleh:
FRANSISKUS K. POILADO
04 321 002
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji
Mengetahui, Mengesahkan,
Fakultas Teknologi Industri dan Kebumian Program Studi Teknik Geologi
Dekan Ketua
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bapak dan Mama tercinta “Vester Poilado dan Fransina” Fadan mereka
adalah Pahlawanku yang selalu membimbing aku didalam doa agar setiap
langkahku dipimpin oleh sang penebus dosa Yesus Kristus.
Kakak – kakak ku : Kk Fransiska.Poilado, Noldy Maynary, Martinus Smy dan
Lindawati Osok, Yahan Malalu dan Adomina Osok, Estepanus
Mambringgofok dan Yohan Osok, Luter Gisim dan Natalia Anggaloli.
Kekasih ku : Elda Lorina Su, yang selalu mendampinggiku dalam suka
maupu duka.
Adik – adik ku : Daniel. Poilado, Christin Sawaki, Theresia. Poilado dan
Lukas. Poilado.
Keponakan – keponakanku : Fredi Smy, Fredrik. Smy, Alex Smy, Novela.
Smy, Neles. Smy, Sonya Smy, Yahya. Malalu, Sepi. Malalu, Safira Malalu,
Lodia. Malalu, Daniel. Malalu,: Efendi Mambringgofok, Dina,
Mambringgofok, Salo. Mambringgofok, Farlin Gisim, Basten. Gisim, yang
imoet “ Christin Maynary"
Om dan sekeluarga : (Om Marthen. Fadan, tanta Yuli. Hu dan Sarah. Smy, Kk
Vince. Fadan, Bapa ade Abu. Ulim dan Anak Salomo. Ulim, Frengki. Fadan,
Sipora. Fadan, Delince. Fadan, Abdon Fadan, Mesia. Fadan, Ian. Fadan dan
Delano. Fadan), (Om Manase. Fadan, tanta Korina. Samolo dan Hagar.
Kokmala, adik Sereptura. Fadan, Valentina. Fadan, Papua. Fadan), (Om
Dominggus. Fadan, tanta Rahel. Dam, adik Yakob. Fadan, Yusup. Fadan,
Marcelin. Fadan, Dora. Fadan), (Om Soleman. Fadan, tanta Jasia, adik Juita.
Fadan, Satri. Fadan, Brian. Fadan), (Om Sadrak. Fadan, tanta Rahel. Semugu,
adik Ina. Fadan, Maklon. Fadan, Demas. Fadan, Else. Fadan), (Om Jefri.
Fadan, tanta Yakoba. Kokmala, adik Ulis. Fadan, Eka. Fadan), (Om Petrus.
Fadan tanta Sandra. Korwa)
Bapak Lurans. Su dan Mama Naomi. Do, adik Mike. Su, Yulce. Su, Kostan.
Su, Refael. Su.
Sahabatku Elon. Fadan, tanta Linda. Kolin, adik Diego. Fadan.
Almamaterku USTJ.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan perlindungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan peyusunan Skripsi ini
dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Industri dan
Kebumian, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
Skripsi ini berjudul “ Geologi dan Studi Analisis Jenis Struktur Lipatan
berdasarkan Interlimb Angle (sudut dalam) dan Hingesurface (bidang sumbu
lipatan) daerah Kampumg Malaumkarta dan Sekitarnya Distrik Makbon
Kabupaten Sorong Propinsi Papua Barat”
Pada kesempatan ini Penulis juga inigin menyampaikan ucapan terima kasih
Kepada :
1. Samuel P. Siregar.MT Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri dan
Kebumian Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
2. Lukman N. Reliubun. M.Eng Selaku Ketua Program Studi Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknologi Industri dan Kebumian Universitas Sains dan
Teknologi Jayapura.
3. Bapak, Fredrick S. Howay, ST Selaku dosen Pembimbing
4. Seluruh Staf Dosen dilingkungan Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknologi Industri dan Kebumian Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura.
5. Adik – Adikku (Caken. Mulu, Marlon. Nauw, Ifan. Ohee, Yanto.
Rumbewas, Q-lo “2006”) (Jimmy. Kalasuat, Fay. Ugaje, Andreas.
Asmuruf 2009”) yang telah membantu dan memfasilitasi penulis dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
6. Tiem Mapping Geologi (Nelson. Su, Yance. Magablo, Terianus, Raymon.
Mobalen, Matius. Mobalen).
7. Rekan – rekan “ Ompreng 2004”, Erick H. Beda, ST. Allen Saiba, ST;
Lidya. Wakum, ST; Jimmy Korwa, Frengky. Malak, Jimmy Yaas, dan
Elon Fadan yang senasib dan seperjuangan dalam bangku perkuliahan.
8. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penulisan Skripsi ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran kritik dari pembaca
guna penyempurnaan Skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis ajukan, semoga dapat menjadi sumber informasi.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Penulis
‘
Fransiskus K. Poilado
SARI
Laporan ini merupakan hasil pemetaan Geologi di daerah Malaumkarta
dan sekitarnya, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Secara
Astronomis, daerah ini terletak pada kedudukan 131o31’00” – 131o35’00” Bujur
Timur dan 0o46’00” – 0o50’00” Lintang Selatan, dengan luas daerah peneltian
adalah 7 x 8 km atau sekitar 56 Km2 pada skala peta 1 : 25.000.
Geomorfologi daerah Malaumkarta dan sekitarnya terdiri dari satuan
bentang alam perbukitan bergelombang struktural, satuan bentang alam
perbukitan denudasional, satuan pedataran fluvial dan satuan pedataran marine.
Berdasarkan singkapan batuan yang dijumpai di lapangan, maka
stratigrafi daerah ini dikelompokan berdasarkan keseragaman ciri fisik,
komposisi, dominasi serta hubungan antar litologi menjadi tujuh satuan batuan
yang secara berurutan dari tua ke muda adalah satuan batuan granit, satuan
batuan Batulempung pasiran, satuan serpentinit, endapan asal marine dan
endapan aluvial.
Kondisi geologi yang nampak saat ini di Malaumkarta adalah implikasi
dari aktifitas geologi yang berlangsung sejak Kala Eosen-Oligosen akhir hingga
Miosen awal akibat kolisi lempeng samudera Pasifik dan lempeng benua
Australia yang menyebabkab obduksi Utara-Selatan dan terangkatnya busur
muka lempeng samudera ke atas busur lempeng benua yang disertai erosi
tektonik dan pemalihan batuan dengan protolit busur kontinen dan kerak
samudera. Selama obduksi berlangsung, sejak awal Kala Oligosen hingga Miosen
tengah terjadi pengangkatan sehingga batuan granit yang berumur karbon awal
teangkat ke permukaan, sementara proses pengangkatan terjadi, proses
sedimentasi pun berlangsung pada cekungan muka busur sehingga mengahsilkan
batulempung pasiran dan selama proses sedimentasi pada cekungan muka busur,
diikuti pengangkatan yang terus berlanjut hingga Kala Pliosen sehingga
mengakibatkan batuan kerak samudra serpentinit terangkat dan muncul ke
permukaan yang merupakan puncak dari fase tektonik.
Dua proses tektonik terakhir ini bertanggung jawab membentuk struktur
lipatan Kalain yang kemudian menyebabkan gaya kompresif utara – selatan
sehingga membentuk struktur sesar anjak Teluk Dore.
Pada Kala Holosen iklim kemudian berperan menghasilkan pelapukan dan
erosi sehingga memungkinkan suksesi geologi kuarter berupa transportasi
material didarat sebagai endapan fluvial yang masuk ke cekungan pengendapan
didarat oleh aktivitas transport disungai dalam bentuk dataran banjir dan dari
aktivitas arus dilaut sebagai dataran pasang surut membentuk endapan aluvial
asal marine dan masih giat hingga saat ini,
Potensi bahan galian dijumpai hanya pada daerah shore line dari daerah
penelitian berupa endapan pasir.
Kata Kunci : Geologi, Analisis Jenis Struktur Lipatan, Interlimb Angle,
Hingesurface,Kabupaten Sorong.
ABSTRACT
This report is the result of geological mapping in the area and
surrounding Malaumkarta, Makbon District, Sorong in West Papua Province. In
Astronomically, this area lies in the position 131o31'00 "- 131o35'00" East
Longitude and 0o46'00 "- 0o50'00" south latitude, with an area of a study area is
7 x 8 km or about 56 km2 on the map scale 1: 25,000.
Malaumkarta local geomorphology and the surrounding landscape unit
consists of undulating hills of the structural, landscape unit denudational hill,
units plain plain fluvial and marine units.
Based on rock outcrops found in the field, the stratigraphy of this area can
be sorted by the uniformity of physical characteristics, composition, dominance
and the relationship between lithology into seven rock units that sequentially from
old to young is a unit of granite, sandy claystone lithologies, serpentinite unit, the
sediment from marine and alluvial deposits.
Geological conditions which appear today in Malaumkarta are the
implications of geological activity that took place since the Eocene-Oligocene
Kala end until the early Miocene due kolisi Pacific oceanic plates and continental
plates obduksi menyebabkab Australia's North-South and the lifting arc oceanic
plate faces upward arc continental shelf accompanied by tectonic erosion and
pemalihan protolit arc rocks with continental and oceanic crust. During obduksi
progress, since the early Oligocene to Miocene Kala was going on so that the
appointment of an old granite teangkat initial carbon to the surface, while the
appointment process occurs, the process of sedimentation also took place in the
forearc basin that produces a rich sandy claystone and during the process of
sedimentation in the forearc basin, followed by the appointment that continues to
Kala Pliocene resulting serpentinite rocks uplifted oceanic crust and come to the
surface which is the peak of tectonic phases.
Two recent tectonic processes responsible for forming the Gulf factoring
Kalain fold which then causes the compressive force northeast - southheast to
form sesar Anjak Teluk Dore.
In times of Climate Holosen then act to produce the weathering and
erosion, allowing a quarter of a succession of geological material transportation
on land as fluvial sediments that enter the basin of deposition on land by river
transport activity in the form of flood plains and of the current activities at sea as
the tidal plains formed from marine sediment and still active today,
Potential minerals are found only on the shore line area of the research area of
sand deposition.
Halaman Tujuan
Halaman Pengesahan
Halaman Moto
Halaman Persembahan
Abstract ......................................................................................................... iv
1.2.1.1 Litologi................................................................ 38
2.2.3.1 Litologi.................................................................. 46
4.2.3.1 Mekanisme............................................................... 67
4.2.3.2 Umur......................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Indeks Lokasi Lembar Peta.............................................. 3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelas lereng dengan sifat – sifat proses alamiah yang
Kemudian terjadi usulan warna untuk peta serta klasifiksi
secara umum (oleh van Zuidam)............................................. 15
DAFTAR FOTO
Foto 2.1 Tampak sebagian satuan perbukitan Struktural (x), satuan
Denudasional (xx) dan satuan pedataran asal Marine (xxx).
Difoto pada arah N 280oE relatif barat.................................... 17
DAFTAR LAMPIRAN
1. LAMPIRAN TERJILID
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Papua Barat. Daerah ini sangat kompleks dengan kondisi geologi baik
Dengan corak yang berbeda-beda secara bentuk permukaan dan litologi penyusun
ilmu kebumian dan sekaligus merupakan ilmu terapan yang dapat memberikan
struktur geologi.
Informasi yang akurat tentang kondisi geologi dari suatu daerah sangat
ilmu kebumian.
Dengan alasan tersebut di atas penelitian ini diharapkan dapat menambah
kemampuan penulis dalam bidang geologi dan dapat memberikan informasi dalam
: 25.000.
bahan galian, sejarah geologi dan klasifikasi struktur lipatan yang terdapat pada
daerah penelitian.
tentang kondisi geologi yang telah terjadi dan proses – proses geologi pada masa
yaitu Distrik Makbon dan tiga (3) Kampung antara lain: Kampung Malaumkarta,
Kampung Kwadaz dan Kampung Bainkete. Daerah penelitan berada pada bagian
Secara astronomis daerah penelitian terletak antara 131o 32’ 00’’ - 131o
35’ 00’’ Bujur Timur dan 00o 46’ 00’’ – 00o 50’ 00’’ Lintang Selatan.
Daerah penelitian termasuk dalam regional lembar Sorong dengan lembar
peta 7523 – IV. Luas daerah penelitian adalah 7 x 8 Km atau sekitar 56 Km2.
Namun 3,59 atau 6,41% Km2 adalah daerah laut, maka luas daerah penelitian
yang dipetakan sekitar 51,41 atau 93,59% Km2, daerah ini akan dipetakan dengan
meliputi pengambilan data selama kurang lebih satu bulan dengan tahap
kapal laut adalah selama tiga (3) hari perjalanan Jayapura – Sorong. Lokasi
roda dua (2) maupun roda empat (4), dengan jarak kurang lebih 53 Km dari kota
ke stasiun terjauh, dengan kondisi jalan raya yang baik kecuali pada beberapa titik
– titik pengambilan data yang hanya dapat di tempuh dengan berjalan kaki melalui
tahapan untuk mencapai sasaran atau tujuan dari pemetaan ini, yaitu:
umum.
12,5.
dilapangan.
Tahap
Penelitian Lapangan
Pemetaan Pemetaan
Pendahuluan Detail
Tahap Analisa
Laboratorium
Pemetaan
Ulang
Pengolahan
Data
Tahap Peneyelesaian
Skripsi
Skripsi
Palu geologi
Kompas geologi
Klip board
Loupe
Pita ukur
Komprator butir
Kantong sampel
Tas Lapangan
Kamera Digital
GPS
Kertas HVS
membuat peta geologi Irian Jaya Indonesia dengan skala 1 : 1.000.000 yang
diterbitkan oleh pusat peneliti dan pengembangan geologi, Departemen
membuat laporan yang berjudul “ Geology Of Irian Jaya” dan diterbitkan oleh
pendahuluan.
adanya petunjuk minyak didaerah Klamono dan Klasafet pada tahun 1924.
6. Penyelidikan pola pergerakan sistim sesar sorong, Oleh Tjia (1973 a,b), yang
menyelidiki tentang kelurusan sistim sesar sorong itu merupakan Bancuh dan
Waigeo dan beberapa pulau dekatnya, oleh PT Pacific Nikel Indonesia, 1969
1973 dan terdapat juga mineral nikel di pulau Fam, oleh Reynolds dan Drr,
1973.
9. Pieters P E, Pigram C J, Trail, DS, Dow, DB, Ratman N dan Sukamto R, 1983
10. Semua Hasil penyelidikan NNGPM yang bagus dalam Laporan Lengkap dan
disertai peta – peta geologi berskala 1 : 500.000, oleh Viser dan Hermes 1962.
11. Visser dan Hermes, 1962, melakukan penyelidikan Geologi dalam rangka
dipulikasikan oleh Veth Van Het Koninklijke Netherland Geol Mijn Gennot.
BAB II
GEOMORFOLOGI
Lingkungan geografis dan fisiografi Papua terlihat pada gambar 01 dan 02.
Daerah Papua mirip dengan seekor burung dimana daerah – daerahnya terbagi
atas, kepala (Head), Leher (neek), dan Badan (Body). Menurut DOW, et.al, 1988,
geomorfologi regional daerah penelitian terletak pada kepala. Daerah kepala atas
utara daerah Papua, dan pulau Batanta serta Salawati utara puncak tertingginya,
dibagian utara pulau Salawati, 931 m diatas permukaan laut, dengan timbulan
yang kuat. Sungai Warsamsun, dengan lembahnya yang lebar terbentang sejajar
dengan perbukitan kasar itu, memotong didaratan Papua di timur secara tiba-tiba
15 Km di timur Kota Sorong bertukar arah alirannya, dan sambil mengalir dari
sana ke Samudra Pasifik di utara, menoreh jurang terjal. Setempat dibagian bawah
jurang itu berkembang riam dan air terjun. Dipulau Batanta, perbukitan yang kasar
sepanjang pantai utara tercirikan oleh sisi selatan yang curam dan lereng utara
yang landai.
dan lembah Dore Hum (di barat teluk Dote Hum). Lembah Warsamsun
berdampingan dengan sistem sesar Sorong. Lembah itu ditempati dengan sungai
Warsamsun yang banyak kelokannya, lebar sungainya sekitar ± 100 meter.
Diatasnya terdapat penutupan endapan danau berupa lumpur, pasir, kerikil dan
tengah dan barat, dan pulau mansure. Medan itu dikuasai oleh tonjolan dan
air laut.
tentang bagaimana bentuk lahan atau bentuk bentang alam suatu daerah, proses-
hal ini dipengaruhi oleh aspek – aspek geologi yang menjadi dasar dalam
Untuk membagi morfologi suatu daerah para ahli telah membuat beberapa
batuan dan struktur geologi. Terdapat dua (2) macam proses yang mempengaruhi
Proses eksogen, merupakan proses yang terjadi pada permukaan bumi dan
Proses endogen, merupakan proses yang berasal dari dalam bumi dan
kelas lereng dengan sifat proses dan kondisi alamiah serta klasifikasi relief antara
morfogenesa (table 2.2), yang kebanyakan digunakan juga sebagai acuan dalam
Aerospace Survey and Earth Science) (Vestappen & Van Zuidam, 1986).
terwakili bisa dilakukan dengan cara menampilkan warna, lambang, huruf dan
garis.
Tabel.2.2. Klasifikasi pewarnaan satuan geomorfologi (ITC.1986)
Struktural Ungu
Vulkanik Merah
Denudasional Coklat
Marine Hijau
Aeolian Kuning
Karts Orange
suatu daerah hendaknya memuat aspek relief dan genetik. Maka satuan
geomorfologi daerah penelitian dapat terbagi menjadi empat (4) satuan yaitu.
sekitar 43,09 % dari daerah penelitian dengan luas areal 22,15 km². Satuan
perbukitan struktural Kilis secara genetis dikategorikan kedalam subsatuan
perbukitan lipatan (S1) (Van Zuidam, 1983, dalam Handayana et al., 1994).
Satuan ini sebagian besar terletak didaerah sungai Kilis dan Kilus, membentang
dari timur ke barat dan relatif melebar ke selatan dari daerah penelitian.
Berbatasan langsung dengan satuan pedataran fluvial Kalain dan satuan pedataran
575 meter dari permukaan air laut. Secara umum satuan ini dikontrol oleh struktur
batulempung .
X
XX
XXX
hingga terjal, dimana bentuk lembah dan puncak pada satuan ini berbentuk “V”
tumpul hingga “U”. Pada peta topografi memperlihatkan pola kontur yang rapat
dan melingkar, beberapa puncak, beberapa titik – titik elevasi tanpa garis kontur.
Sifat batuan yang kurang resisten menyebabkan tingkat pelapukan yang cukup
pada satuan ini cukup kuat dimana erosi vertikal lebih dominan dibandingkan
dengan erosi lateral. Tingkat erosi yang cukup tinggi dapat dilihat dari banyaknya
alur-alur erosi dan adanya aliran air permukaan berupa aliran sungai yang
menghasilkan erosi vertikal maupun lateral. Pada sungai peringkat muda banyak
Selain itu pelapukan yang tinggi ditandai juga dengan tebal soil dari beberapa
soil pada daerah penelitian sebagian besar dikontrol oleh keadaan iklim yang
pada lereng – lereng yang terjal hal ini disebabkan karena proses pelapukan
sehingga batuan terpecah dalam bentuk bongkah – bongkah yang jatuh karena
gaya berat batuan tersebut, juga aktivitas sesar dan lipatan yang melalui satuan
tersebut. Hal ini nampak dari beberapa stasiun pengamatan dijumpai hancuran
18,02 Km2 dari total luas daerah penelitian. Satuan ini menempati sebagian besar
struktural dibagian selatan melampar dari timur - barat pada daerah penelitian.
persentase kemiringan lereng 2% -70%, pada ketinggian 12- 575 meter diatas
permukaan air laut. Bentuk puncak dominan cembung, namun sebagian masih
nampak meruncing dan bentuk lereng yang masih berbentuk “V” dan setempat
berbentuk “ U “.
Proses geomorfologi yang bekerja berupa pelapukan, erosi dan gerakan
tanah (“land slide” ) nampak pada satuan morfologi ini (foto 2.4).
XX
XX
antara 1-5 meter disepanjang alur-alur erosi, alur-lur sungai dan punggungan
dengan, dijumpainya pelapukan pada satuan litologi batuan serpentinit dan satuan
batuan Granit . Hal ini dicirikan dengan jenis soil feldasperd yang berwarna coklat
XX
penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah satuan batuan serpentinit dan satuan
batuan granit. Tata guna lahan, satuan ini dijadikan oleh masyarakat setempat
memanjang dari tmur- barat . Secara genetis, satuan ini termasuk dalam subsatuan
“floodplain” dan sungai (F3) (Foto 2.7) (VAN ZUIDAM, 1983). Satuan
pedataran fluvial ini menempati luasan sekitar 17,89% atau 9,20 Km2 Satuan ini
ditandai dengan bentuk topografi yang landai – hampir datar sampai datar pola
kontur pedataran dengan kemiringan lereng antara 0-2%, berada pada ketinggian
0-50 meter dari permukaan air laut dan tergenang pada waktu debit air sungai
meningkat. Satuan ini didominasi oleh vegetasi yang heterogen berupa hutan,
rumput dan semak belukar. Litologi penyusun merupakan endapan aluvial hasil
pelapukan dari batuan yang telah ada sebelumnya yaitu batulempung. Proses –
proses geologi yang berkembang pada daerah ini adalah erosi, dimana erosi lateral
lebih dominan dibadingkan dengan erosi vertikal. Hal ini ditandai dengan mulai
berkeloknya sungai pada daerah selatan dari daerah penelitian. Oleh masyarakat
setempat dijadikan sebagai daerah berburu dan meramu makanan, daerah ini
genetik satuan ini termasuk dalam subsatuan dataran aluvial pantai tergenang
asal marine terletak di bagian utara daerah penelitian dan berbatasan langsung
sekitar 3,97% dari luas daerah penelitian atau sekitar 2,04 Km2.
2%. Berada pada ketinggian antara 0-12,5 meter dari permukaan air laut di
dominasi oleh vegetasi yang hetorogen berupa hutan bakau dan rumput alang -
alang. Litologi penyusun berupa endapan pasir yang merupakan material hasil
pelapukan dari batuan granit yang telah ada sebelumnya dan endapan sungai yang
kemudian telah tertransport kembali ke daratan pada saat pasang atau bila terjadi
XXX
XX
selain itu di daerah ini juga oleh Pemerintah dan Masyarakat setempat dijadikan
2.2.3 Sungai
tipe genetik, stadia sungai dan tahap perkembangan sungai sehingga dapat
Berdasarkan debit air sungai yang mengalir pada daerah penelitian maka,
sungai-sungai yang ada didaerah penelitian dibagi menjadi dua yaitu sungai
periodis dan sungai episodis. Sungai periodis adalah sungai yang volume airnya
bertambah pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Sungai
episodis adalah sungai yang hanya mengalir pada musim penghujan dan kering
Kalawilis, Sungai Kalaluk dan Sungai Kalain. Ketiga sungai ini merupakan sungai
periodis dan mengalir melewati satuan litologi batulempung dan satuan morfologi
merupakan sungai yang berada di bagian barat daya daerah penelitian, kemudian
Sungai Kalain berada dibagian timur daerah penelitian dan Sungai Kalaluk di
bagian tengah dari lokasi penelitian. Sungai – sungai periodis tersebut sangat
dibagian baratlaut, utara dan timur laut daerah penelitian. Sungai – sunagi ini
Malaumkarta dan satuan pedataran asal marine hingga bermuara ke Laut. Sungai
asal marine.
Yang dimaksud dengan pola aliran sungai adalah sistem pengaliran sungai
disuatu daerah yang relatif luas, bisa dapat dikenal langsung dilapangan atau
Pola aliran yang berkembang pada suatu daerah baik lokal maupun
kondisi erosi dan sejarah geomorfik dari cekungan pola pengaliran (VAN
ZUIDAM, 2983 dan THORNBURY, 1969). Penentuan jenis pola aliran sungai
pada daerah penelitian mengacu kepada tipe atau jenis batuan yang ada dibawah
atau struktur geologi yang mengontrolnya (A.D. HOWARD, 1967 dalam VAN
topografi maka, diketahui bahwa pola aliran sungai yang berkembang didaerah
1983). Pola aliran dendritik berkembang dibagian baratlaut, utara dan timurlaut
Bainkete dan sekitarnya. Pola aliran sungai ini melewati satuan batuan serpentinit
Pola aliran Trelis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai
trellis dicirikan oleh saluran – saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Pola aliran ini
terdapat pada bagian selatan dari daerah penelitian. Pola aliran sungai ini
Sungai-sungai ini mengalir dan melawati diatas satuan batulempung, dan endapan
Pola aliran ini sedikit dikontrol oleh struktur kekar dan lipatan
disamping itu dipengaruhi juga oleh kemiringan lereng dan iklim didaerah
tipe genetik sungai harus didasarkan pada hubungan antara kedudukan perlapisan
batuan terhadap arah aliran sungai, dalam hal ini batuan sedimen normal dengan
arah aliran.
Dengan demikian, sehingga tipe genetik sungai ideal akan nampak pada
batuan sedimen yaitu Sungai Kalaluk, Sungai Kalawilis dan Sungai Kalain,
sehingga jelas terdapat suatu tipe genetik sungai tertentu. Dengan demikian tipe
sungai disuatu daerah dengan berbagai proses dan corak sehingga dapat
eksogen yang bekerja didaerah penelitian seperti bentuk topografi, lembah sungai
yaitu topografi, resistensi batuan dasar terhadap erosi, kehadiran struktur, vegetasi
setempat.
pelapukan, yaitu berbagai proses lanjutan yang dialami daerah tersebut mulai dari
saat terangkat hingga terjadinya perataan. Hal ini terlihat dari tingkat erosi yang di
lain:
menjelang dewasa.
dibahas di atas, maka daerah penelitian disimpulkan berada pada tahapan muda
menjelang dewasa.
BAB III
STRATIGRAFI
Lembar Sorong, Irian Jaya, 1990 masuk kedalam 7 Formasi yaitu : Bancuh Tak
Terpisahkan Didalam Sistem Sesar Sorong (SFx), Kalsilutit didalam sesar sorong
(SFc), Batuan Ultramafik Didalam Sistem Sesar Sorong (SFu), Batuan Gunung
atas : Bancuh sesar terdiri dari kepingan dan matriks terutama berasal
dari sumber asing tetapi juga dari Blok Tambarau dan blok Kemum.
6. Tmdo (Batuan Gunung Api Dore) Terdiri atas : Lava, Breksi Lava, Tufa
Andesitan sampai basalan dan batuan gunung api klastika, tubuh kecil
terobosan diorite.
Secara umum, litologi daerah penelitian disusun oleh batuan beku, batuan
sedimen dan endapan permukaan yang tidak terkonsilidasi dari hasil aktivitas
sungai dan pasang surut air laut. Setiap batuan pada daerah penelitian memiliki
dan batuan gunung api, dengan ukuran yang berkisar dari kerakal sampai bongkah
dengan panjang beberapa kilometer. Kepingan itu menempati kedudukannya yang
satu terhadap yang lain sekarang ini disebabkan oleh pergerakan sistem sesar
sorong antara Miosen Akhir sampai Kuarter. Beberapa bongkah ini nisbi dan
terpadu, terpetakan dalam skala 1: 250.000, dan nyata berasal dari geologi yang
Menurut William, Tuner dan Gilbert (1982) batuan beku adalah batuan
yang terbentuk karena proses pembekuan magma. Batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk dari material – material yang telah terbentuk sebelummnya akibat
bersendikan pada ciri fisik serta dominasi litologi, yang meliputi jenis batuan,
keseragaman ciri litologi di lapangan, dan dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000.
maka satuan batuan penyusun daerah penelitian dibagi dalam 5 satuan yang
diurutkan dari tua ke muda adalah satuan batulempung (packstone), satuan batuan
granit, satuan batuan serpentinit, serta endapan aluvial dan endapan asal marine.
Satuan ini terletak dibagian selatan dari lokasi penelitian (Lampiran peta
goologi), satuan ini berbatasan langsung dengan satuan batuan serpentinit dan
endapan aluvial . Satuan ini melampar relatif memanjang dari timur - barat
berbatasan langsung dengan satuan batuan serpentinit di bagian barat, utara-
Satuan batuan ini menempati luasan sekitar 22.30 Km2 atau 43.38% dari
total luas daerah penelitian. Satuan batuan ini merupakan bagian dari satuan
dengan satuan litologi batupasir yang berukuran antara pasir sedang – pasir kasar.
Hanya saja kenampakkan lapangan dari ketebalan litologi batupasir ini tidak
memenuhi syarat untuk dijadikan satuan tersendiri sehingga satuan ini di masukan
X XX X XX
Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas ciri fisik litologi berupa
tekstur, struktur dan komposisi mineral sebagai landasan untuk penamaan satuan
batuan ini. Dalam kondisi segar di lapangan, batuan ini menunjukkan warna
coklat kemerahan dan bila dalam keadaan lapuk berwarna coklat kehitaman
kenampakan lapangan tidak terlalu jelas. Nama lapangan dari satuan litologi ini
atas mikrit (lumpur karbonat) dan butiran kalsit, dan fosil. Mikrit, berwarna
interferensi putih, ukuran butir 0.05 – 0.1 mm, bentuk butir subangular-
merata (12%). Penamaan mikroskopis dari conto batuan ini adalah “Packestone”
Penentuan umur pada satuan litologi ini didasarkan pada analisa data
lapangan, analisa fosil dan disebadingkan dengan regional lembar daerah sorong.
Kondisi lapangan bila dilakukan percobaan dengan larutan asam klorida (HCL)
satuan batulempung akan bereaksi atau gecos, maka diketahui bahwa batuan ini
mengandung karbonat. Data analisis fosil menunjukan satuan litologi ini berumur
Miosen Tengah bagian atas – Miosen Akhir bagian Tengah yang mana telah
ditunjukan pada zonasi Blow berkisar antar N13 – N17, (lihat tabel 3.1). Satuan
litologi ini juga disebandingkan dengan regional lembar daerah Sorong yang mana
satuan ini merupakan formasi Sfc, didalam sistem sesar Sorong terdiri dari
batugamping, dan sedikit kalsirudit putih. Dengan mengacu pada bukti – bukti
diatas maka dapat ditafsirkan umur satuan litologi ini berumur Miosen Tengah
bagian atas – Miosen Akhir bagian Tengah. Satuan litologi ini terendapkan
dilingkungan pengendapan laut zona netritik Luar dengan kedalaman antara 100-
MIOSEN
KUARTER
) ,
Orbulina universa D ORBIGNY)
) ,
Globorotalia menardi D ORBIGNY)
)
Globigerinoides conglobatus BRADY)
)
Globigerina seminulina SCHWAGER)
N 21 N 22
6
N 11 N 13 N1 6 6
BLOW, 1 6
6
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N N 10 N 12 N 14 N 15 N 16 N 17 N 18 N 20 N 23
G y p s in a S P
M a rgi on op ora S P
L e p y d o y c l in a S P
M yo gi psi na S P
K is a r an K ed al am an Z o n a N er itik Lu a r
sentuhan tektonik dan merupakan satuan batuan yang tertua di daerah penelitian
serpentinit yang mana hanya merupakan kepingan – kepingan atau bongkah yang
yang berukuran beberapa centimeter hingga kilometer pada lokasi penelitian, dan
wilayah 1.27 km² atau sekitar 2.23 % dari luas wilayah daerah penelitian.
Ketebalan satuan ini tidak dapat diukur karena bagian bawah dari satuan ini tidak
tersingkap dengan jelas di lapangan. Satuan batuan ini berasal kumpulan granit
Melaiurna yang merupakan kemagmaan Granit pada Zaman Awal Karbon – Trias
yang menyusup dan terangkat kembali ke permukaan oleh proses tektonik kedua
3.2.2.1 Litologi
dengan penyebaran batuan secara regional, maka satuan ini termasuk dalam
satuan batuan granit sorong yang berasal dari formasi granit Melaiurna yang
berumur Zaman Karbon Awal - Trias (Visser & Hermers, 1962). Kenampakan
satuan batuan granit ini telah deformasi dan tergeruskan kuat sehingga tidak masif
atau tidak kompak, satuan ini mengalami tingkat pelapukan yang tinggi hal ini
batuan yang lain, dan merupakan ciri nyata bahwa satuan ini terdeformasi dan
0.1 – 0.8 mm, bentuk butir kristal , tersusun atas mineral kuarsa, plagioklas,
muskovit, dan grafit. Kuarsa, tidak berwarna, warna interferensi putih, ukuran 0.1
Plagioklas, tidak berwarna, warna interferensi putih keabu-abuan, ukuran 0.2 – 0.5
penyebaran batuan secara regional, maka satuan ini termasuk dalam kelompok
satuan batuan Granit Sorong yang berasal dari kepingan-kepingan atau bongkah
dari formasi Granit Melaiurna yang berumur Karbon awal – Trias (Visser &
Hermers, 1962). Yang mana kepingan itu menempati kedudukan yang satu
terhadap yang lain sekarang ini disebabkan oleh pergerakan sistem sesar sorong
antara Miosen Akhir sampai Kuarter. Beberapa bongkah ini nisbi dan terpadu,
terpetakan dalam skala 1: 250.000, dan nyata berasal dari geologi yang
bukti tersebut sehingga diperkirakan satuan batuan ini berumur sekitar Miosen
berada dan tampak sebagai bongkah yang berukuran dari beberapa centimeter
sampai kilometer pada satuan batuan serpentinit. Pada stasiun 19 dan 28 di daerah
sungai Kalabo dijumpai singkapan satuan batuan granit sebagai bongkah muncul
satuan batuan granit bersentuhan langsung dengan satuan batuan serpentinit yang
merupakan sentuhan tektonik dalam hal ini kontak struktur. (foto 3.11)
sebagai mineralogi batuan dasar yang berasal dari batuan intrusi pada kerak
benua.
Berdasarkan kenampakkan secara keseluruhan menunjukkan bahwa satuan
batuan granit merupakan kepingan –kepingan dari batuan intrusi granit Melaiurna
yang menyusup dan terangkat oleh proses orogenesis melanesia yang melibatkan
daerah papua secara keseluruhan yang mana terjadi pengangkatan secara besar –
besaran berkisar antara Miosen Tengah – Miosen Akhir dan puncaknya pada
Hubungan satuan batuan granit dengan satuan batuan yang lebih tua di
bidang gerusan. Namun dengan satuan yang lebih muda di atasnya, satuan
serpentinit, endapan aluvial dan endapan asal marine adalah hubungan
ketidakselaran.
batuan lainnya di daerah penelitian. Satuan ini terdapat relatif di bagian barat,
barat dari satuan ini berbatasan langsung dengan satuan batulempung (Packstone).
Dimana dapat dijumpai juga batuan Dunit yang merupakan bagian dari kelompok
peridotit, namun penyebaran dari batuan ini tidak luas sehingga batuan tersebut
km² atau sekitar 35.97% dari luas daerah penelitian. Ketebalan satuan ini tidak
terukur, karena bagian bawah singkapan ini tidak tersingkap jelas di lapangan.
3.2.3.1 Litologi
Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada ciri litologi batuan tersebut
yang meliputi tekstur, struktur dan komposisi mineral. Pada kondisi segar di
lapangan, batuan ini menunjukan warna hijau kecoklatan hingga agak keabuan,
namun bila lapuk berwarna coklat kemerahan hingga agak kehitaman tekstur
rendah menjadi mineral klorit dan mieneral serpentin, namun didominasi oleh
putih, berbentuk fibrous yang membentuk tekstur mesh pada batuan ini, kehadiran
melimpah, penyebaran kurang merata. (foto 3.8). Kondisi fisik batuan yang
tampak tergeruskan, terkekarkan sangat kuat seperti dijumpai pada stasiun 35, 03
dengan penyebaran batuan secara regional, maka satuan ini termasuk dalam
batuan Ultramafik (um) yang berumur Pliosen Ch.Amri, B.H Harahap (GRDC),
P.E Pieters, & G.M. Bladon (BMR), 1990. Kenampakan satuan serpentinit yang
dengan soil yang tebal dibandingkan dengan satuan yang lain, merupakan ciri
nyata bahwa satuan ini telah terdeformasi kuat didalam sistem sesar sorong
selama proses pengangkatan dan lebih muda dari satuan batuan lain yang ada di
daerah penelitian. Menurut para ahli seperti Wilson, M., 1989, Girardeau, J. et. al.,
2005, dan Nockolds, S. R., 1978, sepakat bahwa batuan ini terbentuk pada
kedalaman lebih dari 4 km. Batuan ini berasal dari lapisan mantel atau selubung
bumi yang keluar melalui pusat-pusat pemekaran lantai samudera dan merupakan
asosiasi produk dari “axial rift valley” pada batas lempeng divergen dari lempeng
samudera.
laut dalam karena batuan ini merupakan batuan kerak samudera yang terbentuk
oleh pemekaran lantai samudera mendekati tepi benua aktif, lalu akan menyusup
kembali ke dalam mantel. Dalam kondisi tertentu, dalam batas lempeng, keratan
lempeng litosfer samudera akan terlepas dan terobdaksikan pada tepian benua atau
busur kepulauan (Permana, H, dan Girardeau, J., 2005). Hal ini nampak pada
daerah penelitian bahwa satuan batuan ini umumnya tidak masif lagi. Maka
sangatlah jelas bahwa satuan ini telah terdeformasi dan terangkat secara perlahan-
lahan dari bawah kerak samudera ke laut dalam terus ke laut dangkal hingga
Terhadap satuan batuan yang berada di bawah dari satuan batuan ini, tidak
selarasan dapat dijumpai sentuhan langsung antara satuan serpentinit dan satuan
batuan granit yang merupakan sentuhan struktur pada stasiun 10 dijumpai satuan
yang lebih muda atau satuan serpentinit selalu berada di atas satuan batuan granit
sebagai bukti adanya sentuhan tektonik, dan terhadap endapan aluvial dan
XX
batuan yang lebih tua disebabkan oleh aktifitas sungai dan terendapkan pada
pedataran Flvuial sungai Kalain membentuk areal seluas 8.20 Km2 atau 15.95%
dari luas daerah peneletian. Endapan ini tersusun atas material rombakan dari
Formasi Quarter Danau (Ql) yang berumur Holosen tersusun oleh material-
didanau antar gunung (Ch.Amri, B.H Harahap (GRDC), P.E Pieters, & G.M.
kedalam endapan asal marine, endapan ini tersusun dari material-material sedimen
areal seluas 1.15 Km2 atau sekitar 2.47% dari luas daerah penelitian, membentuk
satunan geomorfologi pedataran asal marine. Endapan ini secara umum tersusun
oleh material yang berukuran pasir halus – pasir sedang yang membundar –
membundar tangguh dengan ketebalan rata-rata 0 - 5 meter dan cangkang –
cangkang oleh proses sedimentasi yang masih aktif akibat dari pasang surut air
laut.
adalah resen dengan proses sedimentasi di lingkungan dataran pasang surut air
laut yang masih giat hingga sekarang. Bila disebandingkan dengan stratigrafi
regional, maka satuan ini termasuk dalam Quarter alluvium (Qa) yang berumur
kuarter terdiri dari material pasir, kerikil, lumpur, bahan tumbuhan, dan gambut
KUARTER
OLIGOSEN PLIOSEN SPESIES FORAMINIFERA
PLANTONIK
,)
Orbulina universa D ORBIGNY)
,)
Globorotalia menardi D ORBIGNY)
)
Globigerinoides conglobatus BRADY)
)
Globigerina seminulina SCHWAGER)
N 21 N 22
6
N 11 N 13 N1 6 6
BLOW, 1 6
6
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N N 10 N 12 N 14 N 15 N 16 N 17 N 18 N 20 N 23
)
L in g ku n g an P e n g e n d ap an B o lto vs ky an d W rig h t, 17 6 )
Z on a Z on a N e rit ik Z o n a N eritik Z o na N e ritik B at hy al Ba th ya l
SP E SIE S F O R A M IN IF ER A T ran sisi Te p i Te n ga h Lu a r A ta s - Te n ga h A ta s
B EN T O N IK
0 0 - 3 0 M tr 3 0 - 1 0 0 M tr 1 0 0 - 13 0 M tr 1 3 0 - 3 0 0 0 M tr 3 0 0 0 - 5 0 0 0 M tr
G y ps ina S P
M a rgi on op ora S P
Le py do y c l ina S P
M y o gi ps i na S P
K is a r an K ed alam an Z o n a N eritik Lu a r
DARAT
INNER OUTER UPER LOWER
ABYSAL
(1971)
TRANSISI
EN Endapan aluvial Qa Dan Endapan Danau
LOS Endapan aluvial
H O
&
EN N 23 Endapan asal Marine
OS
KUARTER
Unconformity
IST N 22
PL
N 21 Batuan Beku Sa tuan Batuan Serpentinite,warna coklat
kehitaman
Serpentinit 2,25 tekstur mesh, tersusun atasserpentin, piroksen,
N 20 Unconformity dengan kehadiran yang sangat melimpah.
PLIOSEN
N 19
Batuan Beku Satuan Batuan Granit, tekstur fanerik, ukukiran
N 18 Granit Unconformity butir euhedral
3,25 tersusun atas kuarsa, plagioklas, muskovit,
penyebaran merata dan melimpah.
N 17
AKHIR
TERSIER
NEOGEN
MIOSEN
N 16
Outline Suturalis (Browman)
N 15 Spheerradinella Delaissens
Batulempung (Paker & Jones)
5,12 Glaigerinaides Lekuenssensi(Bolly)
N 14 pasiran
Tengah
N 13
Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar mendatar, dan
sesar naik. Struktur yang dapat dikenal didaerah Sorong terbagi menjadi empat (4)
yang dapat memisahkan mandala geologi antara satu dengan mandala geologi
yang lain. Bongkah Kemum dibatasi di utara oleh sistim sesar Sorong . Bongkah
Tamrau dibatasi di selatan oleh sistim sesar Sorong, dan Mandala Batanta Waigeo
Kofiau, Boo, Fam, Doif dan pulau Mansuar juga termasuk dalam Mandala
Batanta.
Batuan endapan malihan dasar bongkah ini (Formasi Kemum) teriuk dan
termalihkan pada Devon akhir sampai Karbon awal. Orogenesis itu diikuti oleh
kemagmaan granit pada Karbon awal (Granit Melaiurna), dan mungkin pula pada
permukaan sumbu yang curam sampai tegak. Ukuran lipatan berkisar dari
sumbu yang kelihatan jelas oleh belahan menyabak. Derajat malihan batuan itu
adalah berderajat rendah fasies sekis hijau (Mintakat Klorit). Jalur lipatan Morait
yang menekup tinggi Ayamaru di timur laut dan cekungan Salawati yang meliputi
pulau Salawati bagian selatan dan tengah dan bagian baratdaya daratan Papua.
Tinggian Ayamaru (Visser & Hermes, 1962 ) adalah corak dengan batasan
yang disisi utara lebih kuat dengan Formasi Kemum tersingkap disana.
menjadi struktur antiklin yang melebar sejajar sistim sesar Sorong yang masih
tinggal dibagian barat, dengan canduk yang kurang nyata. Di selatan, pada
panjang 25 Km. Batuan dijalur itu tersesar – sesarkan oleh banyak sesar. Sesar itu
umumnya berpusat di sederet sesar turun yang berarah ke timur dan mengumpul
Sorong. Dalam jalur sesar itu, batugamping Kais dan Formasi Sirga membentuk
Sejumlah sesar itu miring arah utama ke timur, itu yang menyebabkan tergesernya
sumbu lipatan.
selatan pulau Salawati. Di utara, cekungan itu terpotong oleh sistim sesar Sorong.
Di timur batas sulit ditentukan, karena disana berakhir di tinggian Ayamaru yang
tertutup oleh lapisan tipis endapan cekungan dan yang lebih mudah, ( Qa) yang
dipastihkan.
Dalam hal ini umur cekungan itu berkisar dari Miosen awal sampai
paling tinggi 4500 m yang membilas dan terlipat pada ujung utara cekungan
Sistim sesar Sorong menjurus dari daratan Papua bagian utara, tempat
sesar itu sebagian mengikuti garis pantai, menyeberangi selat Sele dan menuju
bagian utara pulau Salawati. Lebarnya sampai 10 Km dari arah wilayah barat –
baratdaya. Sistem sesar ini berkembang sebagai hasil pensesaran geser putus dan
turun disepanjang bidang sesar yang terputus – putus, lurus sampai melengkung
dan berarah ke barat. Sistim sesar Sorong umumnya ditafsirkan sebagai sesar
wilayah geser jurus menyamping ke kiri yang membentuk jalur pergerakan antara
Papua dan bagian utara pulau Salawati. Satuan tertua yang terpetakan disana
adalah Formasi Tamrau dan Formasi Waiyar dibatasi oleh sistem sesar Sorong
atau malih menjadi sekis hijau berderajat rendah (Mintakat Klorit). Alas yang
berumur mesozoikum itu tertindih selaras oleh batuan karbonat Miosen (Formasi
berjemari dengan batuan gunung api dan diterobos oleh retas Diorit sekerabat
magma (Batuan Gunungapi Door yang memberi kesan bahwa pencenggaan dan
Sesar geser – jurus dan turun – wajar yang terutama berarah ke barat
hingga baratdaya di Bongkah Tamrau adalah pasca Miosen, dan boleh jadi
Batuan mandala ini tersingkap di pulau Waigeo, dibeberpa pulau yang ada
diantara kedua puluh itu, dan pulau – pulau di barat Salawati dan di utara garis
jurus sistem sesar Sorong. Dari segi kesamudraan Mandala ini ditunjukan oleh
keterdapatan secara meluas batuan gunung api busur kepulauan dan batuan
ultramafik. Batas antara Mandala ini dipulau Batanta dan bongkah Tamrau
Sagawin).
Gambar 4.1Perkembangan stadia tektonik Papua sejak
Kala Eosen hingga Miosen akhir. (gambar di adaptasi
dari Dow et al., 1988).
dari adanya struktur geologi tersebut yang dicatat sebagai data struktur primer dan
sekunder. Data primer berupa bidang sesar, milonit dan gores garis yang diukur
langsung pada jalur sesar. Sedangkan data sekunder berupa zona hancuran,
digunakan adalah data yang dianggap representatif dan sesuai dengan maksud dan
Analisis pola struktur pada daerah penelitian didasarkan pada tiga metode
yaitu metode analisis deskriptif meliputi identifikasi dan pencatatan data struktur
struktur yang dapat teramati langsung di lapangan maupun dari interpretasi peta
topografi dan analisis dinamis yaitu untuk mengetahui arah gaya dan tegasan yang
melalui proyeksi stereografis. Terkadang dalam analisis ini, hanya digunakan satu
atau dua metode dari ketiga metode tersebut jika data yang diperoleh dianggap
memadai, atau akan digunakan gabungan dari ketiga metode tersebut jika data
yang diperoleh tidak memadai. Penentuan lokasi atau lintasan pendataan struktur
ditunjukan sebagian atau kumpulan lengkungan pada unsur garis dan bidang
(HANSEN, 1971, vide RAGAN, 1973). Struktur lipatan merupakan salah satu
struktur geologi yang paling mudah untuk dijumpai dilapangan disamping struktur
kekar. Struktur ini umumnya berkembang pada batuan sedimen klastika (kadang
pada batuan volkanik dan metamorf). Salah satu ciri dari khas dari batuan sedimen
klastika adalah dijumpainya bidang perlapisan batuan yang terbentuk pada proses
sedimentasi.
tersebut umum mengalami proses perlipatan, dengan kata lain batuan tersebut
bidang perlapisan ini sering dinamakan dip sedangkan arah bidang lapisan batuan
terhadap posisi geografis utara yang dinamakan strike. Ukuran dari dari suatu
lipatan dapat mencapai puluhan meter bahkan hingga ratusan kilometer sehingga
sering terjadi bentuk lengkungan yang utuh tidak dapat diamati. Untuk
mempelajari dan menganalisa struktur lipatan ini dapat dilakukan dengan melihat
langsung dragfold (lipatan minor), mengukur bidang perlapisan dari batuan
dengan menggunakan metode yang telah dikemukan oleh beberapa ahli geologi.
Merupakan salah satu dari struktur geologi yang berkembang pada daerah
penelitian dengan arah sumbu lipatan relatir utara - selatan terletak dan berada
relatif dibagian barat, baratdaya, selatan hingga tenggara dari daerah penelitian.
Sturuktur ini berkembang pada satuan batulempung pasiran dan juga merupakan
sentuhan tektonik sehingga satuan batuan ini tertindih dan terlipat kuat dibawah
satuan batuan serpentinit akibat dari pergerakan sistem sesar sorong yang
Zona struktur lipatan ini terletak memanjang dari 131° 31' 00" BT dan 00°
49'00 " LS yang berada di daerah sungai Kalawilis dan 131° 35' 00" BT dan 00°
48' 00" LS yaitu berada di daerah Sungai Kalain, dengan panjang lipatan yang
terpetakan adalah 6 km. Diusulkan nama struktur lipatan Kalain berdasarkan ciri-
berukuran utama pada daerah penelitian ini adalah berupa dragfold (lipatan-
lipatan minor) berupa antiklin pada stasiun 55 (foto 4.1), bidang – bidang
perlapisan pada satuan batulempung dengan kemiringan dip yang berbeda dan
orientasi strike terhadap posisi geografis utara pada stasiun 52,54,61,7 dan stasiun
pengamatan yang lainnya (foto 4.2) . Interpretasi pola kontur pada peta dasar juga
semakin mempertegas adanya suatu zona lipatan, dicirikan dengan adanya
Struktur sesar adalah bidang rekahan atau zona rekahan yang telah
jalur sesar dan umumnya berhubungan dengan struktur yang lain terutama
rekahan secara umum, lipatan, bidang belahan dan sebagainya. Klasifikasi sesar
pembentuk, kedudukan bidang sesar dan sifat pergeserannya. Oleh sebab itu maka
digunakan klasifikasi Richard, 1972 sebagai acuan penentuan jenis dan sifat
pergerakan sesar.
batuan satu dengan batuan lainnya. Sesar yang terbentuk di daerah Malaumkarta
Merupakan suatu zona sesar anjak berukuran utama, yang berada relatif di
bagian utara daerah penelitian. Sesar ini mengangkat naik satuan batuan
serpentinit yang terletak di bagian utara relatif lebih tinggi dari satuan batuan
lainnya. Selain itu juga hadir sebagai sentuhan struktural antara satuan serpentinit
Zona sesar ini terletak memanjang dari 131° 31' 00" BT dan 00° 48'00 "
LS yang berada di daerah sungai Kalisodos dan 131° 35' 00" BT dan 00° 47' 00"
LS yaitu berada di daerah Sungai Kalawos, dengan panjang sesar yang terpetakan
adalah 7 km. Diusulkan nama sesar anjak Teluk Dore berdasarkan ciri-ciri utama
yang dijumpai, yaitu keberadaan sesar tersebut sebagian besar terpetakan dan
utama ini adalah berupa bidang sesar dengan kenampakan gores garis pada stasiun
07 yang berarah N 129º E (foto 4.3). Dijumpai zona breksiasi dan breksi pada
stasiun 03,15, 20 dan 21, mata air pada stasiun 06, backing efek pada stasiun 03
(foto 4.4), zona hancuran pada sepanjang jalur sesar, zona gerusan disepanjang
lintasan stasiun serta zona longsoran batuan maupun tanah. Interpretasi pola
kontur pada peta dasar juga semakin mempertegas adanya suatu zona sesar anjak
350
4.2.3.1. Mekanisme
struktur dan proses tektonik regional yang bekerja serta prinsip keterakan batuan
yang terdeformasi dari teori Harding, 199? yang diadaptasi kedalam prinsip
gerusan Riedel, 1978 (dalam McClay, K.R., 1987) (lihat gambar 4.3) dan Mody &
daerah penelitian oleh tegasan utama maksimum regional utara - selatan kemudian
berkembangnya zona sistim sesar Sorong-Yapen yang transpresional mengiri
zona sesar utama tersebut yang juga berkembang secara lokal di daerah penelitian
pada periode I. Pada gambar 4.3 di halaman 122 menjelaskan sistim penamaan
dan asosiasi struktur yang terbentuk oleh simple shear mendatar-mengiri sesar
Sorong-Yapen,diantaranya:
σ1 σ3
oleh Mody & Hills, 1956 yang mana pure shear disebabkan oleh tegasan tekanan
atau tarikan dan tegasan utama yang berarah utara - selatan yang mana
kemudian di ikuti orde – orde selanjutnya yaitu II, III dan seterusnya serta
memiliki orientasi dan dimensi yang lebih serta dibatasi oleh sesar – sesar orde
yang lebih tinggi, sedangkan tegasan gerus (Shear Strees) akan menyebabkan
rotational strain (Simple Shear) seperti model keterakan yang dikembang oleh dari
fracture dan tension fracture terdapat dalam pure shear dan shear fracture dan
bila mengalami pergeseran akan menimbulkan shear stress yang bersifat couple
oleh bidang gerus atau shear plane tersebut akan menimbulkan compressive stress
baru yang membentuk sudut 54°-75° terhadap bidang gerus atau bidang sesar.
Tegasan tekanan inilah yang membentuk sistim pure shear baru yang mempunyai
arah penyimpangan 15°-45° terhadap tegasan tekanan terbesar yang pertama. Jadi
pada hakekatnya pure shear akan membentuk simple shear dan simple shear akan
menghasilkan simple shear 1 dan pure shear 2, sedangkan pure shear 2 akan
yang melewati proses pembentukan pure shear dan simple shear yang berulang
tersebut, akan membentuk struktur baru yang tetap mengikuti hukum kekandasan
batuan yang sama. Jadi subsidiary structure adalah pembentukan struktur baru
gerusan Riedel pada dasarnya mengacu kepada terbentuknya pure shear 1 dari
teori Harding yang menghasilkan simple shear 1 dan pure shear 2, demikian
4.2.3.1.1 Periode I
pergerakan Sesar Sorong - Yapen pada Miosen akhir yang menghasilkan tegasan
periode. Pada tahapan dan proses selanjutnya dari pergerakan sesar Sorong-Yapen
σ1
38°, N 070° E
W E
Orde I
Lipatan Kalain
σ3 σ1
4.2.3.1.2 Periode II
regional, struktur dan tektonik regional yang berarah utara – selatan dengan
perlipatan yang relatif sejajar dengan sesar utama tersebut. Sehingga diperkirakan
bersamaan dengan akhir dari orogenesa melanesia pada Miosen akhir yang
dari fase tektonik ini dalah terbentuknya retakan mayor berupa pergerakan
tenggara yang berpengaruh secara regional di bagian utara pulau Papua. Pada
tahapan dan proses selanjutnya dari pergerakan sesar Sorong-Yapen ini kemudian
membentuk tegasan maksimum lokal yang berlaku secara regional pada daerah
n
ape
g -Y
Soron
ar
Ses
Regional = Lokal
dimulai dengan pembentukan struktur lipatan Periode I yang adalah simple shear
2 sebagai konsekwensi dari adanya pure shear 2 yang diberikan oleh sistim sesar
berkembang di daerah penelitian (dalam konteks lokal) pada periode I dan Periode
3.2.3.2 Umur
Walaupun struktur lipatan dan sesar diketahui bukan merupakan data primer
penentuan umur sesar dilokasi penelitian didasarkan atas batuan yang tersesarkan
dan terlipatan, dimana berdasarkan umur penempatan batuan, umur sesar dan
penelitian kemudian diikuti sesar anjak teluk Dore yang mengangkat naik satuan
batuan serpentinit yang mana merupakan satuan batuan yang berumur Pliosen
Akhir bagian tengah (umur pengangkatan) ke elevasi yang lebih tinggi dengan
sudut terjal yang relatif miring dan menindih diatas satuan batulempung berumur
Pasifik – Lempeng Australia dan system sesar sorong sebagai major fault.
Pliosen.
BAB V
SEJARAH GEOLOGI
fakta singkapan batuan dan kondisi struktur geologi yang dijumpai di lapangan
pada daerah penelitian yang bersifat lokal, serta beberapa pemikiran dan analisa,
penilaian serta pendapat yang mengandung nilai logika dan interpretatif serta
korelatif dengan sudut pandang geologi yang lebih luas, maka sejarah geologi
melalui dua fase tektonik yang aktif sejak Eosen hingga Miosen akhir dan
kemudian berlanjut lagi pada Plistosen yang berhubungan erat dengan Melanesian
Orogeny.
ditandai oleh terjadinya kolisi lempeng samudera Pasifik dan lempeng benua
selatan dari tepi barat lempeng samudera pasifik ke bawah tepi utara lempeng
busur muka lempeng samudera ke atas busur muka lempeng benua yang disertai
erosi tektonik dan pemalihan batuan dengan protolit kerak samudera berjenis
MORB. Selama obduksi berlangsung, sejak Awal Kala Oligosen - Miosen akhir
bagian tengah terjadi proses pengangkatan dan proses sedimentasi pun terjadi
pada cekungan depan busur sehingga menghasilkan batulempung pasiran, selama
proses sedimentasi pada cekungan muka busur, di ikuti pengangkatan yang terus
berlanjut hingga Miosen Akhir bagian atas sehingga daerah penelitian merupakan
bagian dari cekungan busur belakang, pada kala itu daerah penelitian berada
mengiri yaitu sistem sesar sorong dan membentuk satuan batuan granit. Kala
lipatan Kalain yang kemudian terjadi subsidiary stress yang berarah utara –
darat sebagai endapan fluvial yang masuk ke cekungan pengendapan di darat oleh
aktifitas transport di sungai dalam bentuk dataran banjir dan aktifitas arus di laut
sebagai dataran pasang surut sebagai endapan aluvial asal marine yang dimulai
galian dan geologi terpakai sangat penting dilakukan. Sebab potensi suatu bahan
galian yang bernilai ekonomis bisa menjadi defisa besar bagi suatu daerah.
pengukuran terhadap beberapa aspek geologi berupa potensi sebaran bahan galian.
penelitian lapangan maka bahan galian yang terdapat pada daerah penelitian bisa
dikatan penyebarannya tidak merata hanya berada pada daerah endapan pantai ,
bahan galian pada lokasi penelitian letaknya strategis sehingga mudah dijangkau.
Sebagian besar potensi bahan galian pada lokasi penelitian sudah dikelola
oleh masyarakat sekitar baik dengan menggunakan alat mekanis maupun menual
Secara umum bahan galian menurut Sudarno, 1980 adalah segala unsur
kimia, material dan segala macam batuan yang terbentuk secara alami baik dalam
nomor 22 tahun 2009 dan 23 tahun 2010, maka pembagian bahan galian menjadi
terdapat pada daerah penelitian berupa sebaran bahan galian batuan baik yang
penelitian tersebar potensi bahan galian (peta sebaran bahan galian) yang bernilai
ini merupakan material sedimen lepas dari hasil pelapukan fisik yang terangkut
dari hulu ke hilir sungai sebagai hasil dari proses erosi sungai yang belum
pasir ini bersumber dari fragmen dan matrik satuan batuan granit.
Endapan pasir pada lokasi penelitian terdapat disekitar daerah Shore line,.
material sedimen dengan jenis fragmen yang dominan berasal dari batuan granit.
Oleh masyarakat setempat bahan galian berupa endapan pasir ini dimanfaatkan
Analisa polas struktur geologi dapat dikategorikan dalam tiga tahapan, (Mc Clay,
1987) adalah:
3. Analisa dinamis : untuk mengetahui arah gaya yang membentuk suatu pola
stereografis.
tahapan struktur yang telah dan akan terjadi. Dalam mengembangkan dan
sub displin ilmu geologi yaitu Geologi Struktur dengan beberapa pertimbangan
yaitu:
1. 43,09 % atau 22,15 Km2 luas daerah penelitian tersusun dari batuan sedimen
secara matematis.
daerah penelitian dengan klasifikasi yang telah dibuat oleh beberapa ahli, melalui
kepada pemerintah bahwa daerah tersebut mempunyai sumber daya alam (SDA)
tumbuhan – tumbuhan dan hewan dengan yang berada pada satu sekungangan
sedimentasi seperti batubara dan minyak. Sehingga perlu dilakukan pemetaan
Jenis – jenis struktur geologi yang umum diketahui adalah lipatan, kekar,
dan sesar. Penelitian ini dibatasi hanya pada struktur lipatan, yang menyangkut
Lipatan adalah salah satu bentuk struktur geologi yang umumnya terjadi
Menurut De Sitter (1956), bentuk lengkung suatu benda yang pipih dapat
disebabkan oleh dua (2) macam mekanis yaitu bucling dan bending. Pada gejala
sedangkan pada bending, arah gaya penyebabnya tegak lurus terhadap permukaan
lempeng
Gambar 7.1. Dua (2) macam mekanisme yaitu Bucling dan
Bending dalam pembentukan lengkungan suatu benda yang
pipih. Bucling gaya tekan penyebabnya beraarah sejajar dengan
permukaan lempeng (a). Bending, gaya tekan penyebabnya
tegak lurus terhadap permukaan lempeng (b) (De Sitter, 1956)
Lipatan adalah suatu distorsi volume dari suatu material yang dinampakan
dalam lengkung atau perlengkungan pada material yang linear atau planar
(Hansen 1971, dalam Ragan). Lipatan juga dapat didefnisikan sebagai hasil
perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai suatu lengkungan
atau kumpulan lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut.
Pada umumnya unsur – unsur yang berhubungan langsung dengan lipatan adalah
keterakan lokal, meliputi rotasi, translasi dan lain sebagainya (Turner dan Weiss),
bagian yang membentuk lipatan menjadi suatu bagun yang geometris, yang
menunjukkan sifat – sifat batuan, keadaan deformasi dan tingkatan deformasi
struktur lipatan.
Crest line, adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik – titik
Fold axis adalah garis imajener yang sejajar dengan cylinder dari
suatu lipatan.
Fold limb adalah permukaan lipatan yang terletak diantara hinge zone
kurva.
pada atau antara perubahan bentuk dari cekung ke cembung dari suatu
pelengkungan.
Hinge Surface adalah bidang khayal dimana terdapat semua axial line
dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, bidang ini dapat merupakan
kristal lain.
Plunge of hinge line adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap
arah tertentu dan ini merupakan arah dari penunjaman suatu axial line
Axial line, adalah bidang khayal dimana terdapat semua axial line dari
suatu lipatan
Rake, adalah sudut antara axial line atau hinge line dengan bidang atau
geometris lipatan, bentuk lipatan, dan letak lipatan dalam suatu kerangka tektonik
terhadap lipatan tersebut serta analisis lipatan dalam suatu kerangka tektonik.
mempunyai dua (2) sayap dengan arah yang sama atau kedudukan sayap
2. Sinklin adalah lipatan yang berbentuk cekung dengan kedua (2) sayap
(axial plane) (Billings, 1954). Lipatan simetri (symmetrical fold) adalah lipatan
dengan sumbu lipatan relatif vertical dengan kedua (2) sayap memiliki besar
sumbu miring dengan kedua (2) sayap mempunyai besar kemiringan yang
dengan kedudukan bidang sumbu miring dan kedua sayap lipatan tersebut
Lipatan rebah (recumbent fold) adalah suatu lipatan dengan bidang sumbu
Lipatan isoklin (isoclinals fold) adalah suatu lipatan dimana arah dan besar
kemiringan sayap lipatan tersebut relatif sama. Beberapa fariasi dari jenis
lipatan ini ditinjau dari kedudukan bidang sumbu lipatan adalah; lipatan
dengan bidang sumbu yang relatif tegak (Gambar7.5 e), lipatan isoklinal
bidang sumbu terletak miring (gambar 7.5 f), lipatan isoklinal rebah
Fan fold adalah suatu lipatan dimana ke dua (2) sayap lipatan tersebut
menggantung (7.5 i)
Gambar 7.5 beberapa variasi dari lipatan. Lipatan simetris (a); lipatan
asimetri (b); lipatan menunjam (c); lipatan rebah (d); lipatan isoklinal
vertikal (e); lipatan isoklinal miring (f); lipatan isoklinal rebah (g);
lipatan chevron (h); lipatan fan (i); monoklin (j); jejak lipatan (k)
Berdasarkan mekanisme pembentukan dan perubahan susunan dalam
(lapisan) maka lipatan dapat di keolompokkan dalam empat (4) jenis (gambar 7.6)
yaitu:
antara bidang perlapisan. Hal ini diakibatkan oleh gaya kohesi batuan
antara perlapisan batuan yang disebabkan sifat duktil batuan yang rendah
(7.6 b)
Shear folding adalah perlipatan yang terbentuk oleh gaya tensional yang
topografi mempunyai hubungan yang erat dan ditandai dengan cirri – cirri khusus
bidang perlapisan dengan permukaan bumi. Suatu contoh yang sederhana dari
hubungan ini (gambar 7.7), dimana bidang sumbu terletak horizontal. Pola
singkapan yang terbentuk adalah sejajar, sesuai dengan kemiringan sayap lipatan.
tegak lurus terhadap bidang sumbu lipatan, maka bentuk perlipatan secara vertical
dapat di ketahui.
Gambar 7.7. Pola singkapan dengan lipatan tanpa penunjaman. Peta
geologi (a); penampang vertikal (b) (Ragan, 1968)
penunjaman (plunge) dimana lipatan tersebut berada. Suatu lipatan dengan arah
Pola singkapan pada daerah yang cukup luas dimana terdapat lipatan –
hokum “ V” (gambar).
yang tidak teratur (irreguler), maka pola singkapan juga tidak teratur, tetapi
lipatan, maka topografi yang menyolok ditunjukan oleh bukit – bukit sisa
Jika lipatan yang terdapat pada suatu daerah relatif horizontal, maka bukit –
bukit sisa yang terdapat pada daerah tersebut relatif lurus dan sejajar.
yang berbeda, dalam hal ini lebih dari (satu) 1 antiklin dan sinklin.
nilai dan hubungan dari unsur – unsur struktur lipatan. Menurut Mc Clay (1987)
unsur – unsur struktur lipatan yang saling berhubungan den dijadikan dasar
klasifikasi adalah:
lurus sumbu lipatan dimana dalam klasifikasi ini dapat melibatkan ketebalan
lapisan yang terlipat atau tanpa melibatkan ketebalan lapisan yang terlipat.
Klasifikasi ini dapat dilakukan melalui penampang geologi dan dapat juga
Klasifikasi lipatan yang dibuat oleh Fleuty, (1964, dalam Marshak, 1988,
hal 216), tidak melibatkan ketebalan lapisan yang terlipat tetapi hanya meninjau
bentuk permukaan dari lapisan yang terlipat, yaitu dengan mengetahui sudut
Klasifikasi lipatan secara tiga (3) dimensi, selain menunjukkan bentuk dua
(2) dimensi dari lipatan, juga menampilkan bentuk keseluruhan dan variasi dari
lipatan tersebut. Beberapa ahli yang membuat klasifikasi secara tiga (3) dimensi
diantaranya:
Fleuty, (1964, dalam Davis, 1984, hal 365); didasarkan pada hubungan
Rickard, (1971, dalam Ragan, 1973, hal. 57), didasarkan pada kombinasi
dua (2) dimensi yang dibuat Fleuty, (1964) dan Klasifikasi tiga (3) dimensi
(dua) dimensi dan 3 (tiga) dimensi, yang terdiri dari dua tahapan, yaitu:
perlapisan batuan dengan metode Proyeksi Kutub dan Proyeksi Stereogrfis yang
bertujuan untuk menenrukan nilai dari beberapa unsure geometris lipatan, adapun
1. Membuat proyeksi kutub dari setiap kedudukan batuan (table 7.1) pada
jaring schimidnet.
jarring perhitungan (Kalsbeek net) yang ditandai dengan titik dan nilai
dengan nilai kerapatan yang sama (Gambar 7.13 b). Nilai kerapatan
N113oE/34
sehingga pole I dan pole II terletak pada jarring lingkaran besar (Great
(hinge line = 510/N 356 E dan (π) axis). Sudut antara kedua pole tersebut
(gambar 7.14)
dari kedudukan umum sayap – sayap lipatan telah diperoleh pada langkah
dan bagi dua interlimb terletak pada satu lingkaran besar (great cirle).
geometri struktur lipatan yang telah diperoleh pada tahap pengolahan data dengan
diagram klasifikasi dua dimensi (Fleuty, 1964) dan diagram klasifikasi tiga
sudut antara sayap – sayap lipatan (angle of interlimb). Dari pengolahan data
diketahui sudut antara sayap – sayap lipatan (angle of interlimb) adalah 340 Maka
menurut klasifikasi dua dimensi (Fleuty, 1964), lipatan yang terdapat pada daerah
(plunge of hinge line) = 520, kemiringan bidang sumbu lipatan (dip of hinge
surface/axial plane) = 800 dan pitch rake =520. Maka menurut klasifikasi tiga
dimensi (Richard, 1971) lipatan yang terdapat pada daerah penelitian digolongan
Dari hasil pengolahan data dan klasifikasi lipatan, dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu:
2. Secara dua (2) dimensi, lipatan yang terdapat pada daerah penelitian
3. Secara tiga (3) dimensi, lipatan pada daerah penelitian digolongkan sebagai
4. Lipatan pada daerah penelitian terbentuk akibat tegasa minimum regional yang
Baratdaya.
VIII.1 Kemsipulan
seluas 20,32 Km2, satuan pedataran fluvial seluas 9,20 Km2, satuan pedataran
asala marine 2, 04 Km2. Pola aliran sungai yang berkembang pada daerah
penelitian yaitu pola denritik dan trellis umumnya berkembang pada satuan
pedataran asala marine. Tipe genetik sungai terdiri atas konsekuen dan
b. Satuan batuan beku granit yang berumur Miosen Akhir bagian atas
kerak samudra.
3. Struktur geologi daerah penelitian terdiri atas lipatan, kekar, dan sesar naik.
5. Jenis lipatan pada daerah penelitian adalah Upright fold dan merupakan
Book, The Open University Press Milton Keynes, Jhon Wiley and
D,B Dow , G..P Robinson ( BMR ), U . Hartono and Ratman ( GRDC ), 1986,
Australian.
Dahuri, Rokhman, dkk, 2004, Pengelolahan Sumber Daya Pesisir dan Lautan
Paramita, Jakart
Nibakken, J., 1994, Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis, PT. Gramedia,
Jakarta
Salim, H., 2001, Pengaruh Pasang Surut dan Peningkatan Muka Air Laut
Deskripsi Petrografi
Deskripsi komposisi :
- Kuarsa, tidak berwarna, warna interferensi putih, ukuran 0.1 – 0.4
mm, bentuk butir euhedra, kehadiran melimpah, penyebaran
merata.
- Plagioklas, tidak berwarna, warna interferensi putih keabu-abuan,
ukuran 0.2 – 0.5 mm, bentuk butir euhedra, kehadiran cukup
melimpah, penyebaran merata.
- Muskovit, tidak berwarna, warna interferensi kuning kehijau-hijauan,
ukuran 0.2 – 0.8 mm bentuk euhedra, kehadiran melimpah,
penyebaran merata.
0 0.5 mm
LAMPIRAN 2
Deskripsi Petrografi
Deskripsi komposisi :
- Mikrit, berwarna coklat, warna interferensi coklat kekuning-kuningan,
ukuran butir <0.01 mm, kehadiran melimpah, penyebaran merata. (41%)
- Kalsit, tidak berwarna, warna interferensi putih, ukuran butir 0.05 – 0.1
mm, bentuk butir subangular-subrounded, kehadiran melimpah,
penyebaran merata. (47%)
- Fosil, berwarna kecoklat-coklatan, ukuran 0.05 – 0.1 mm, kehadiran cukup
melimpah, penyebaran merata. (12%)
0 0.2 mm
LAMPIRAN 3
Deskripsi Petrografi
Deskripsi komposisi :
- Serpentin, tidak berwarna, warna interferensi putih, berbentuk
fibrous yang membentuk tekstur mesh pada batuan ini, kehadiran
sangat melimpah, penyebaran merata.
- Piroksen, tidak berwarna hingga kecoklat-coklatan, warna
interferensi kuning kemerah-merahan, piroksen pada batuan ini
sudah terubah sebagian, kehadiran melimpah, penyebaran merata.
- Mineral opak, berwarna coklat kehitam-hitaman, opak, ukuran 0.2 –
0.3 mm, kehadiran kurang melimpah, penyebaran kurang merata.
0 0.5 mm
LAMPIRAN 4
MIOSEN
KUARTER
OLIGOSEN PLIOSEN SPESIES FORAMINIFERA
PLANTONIK
) ,
Orbulina universa D ORBIGNY)
) ,
Globorotalia menardi D ORBIGNY)
)
Globigerinoides conglobatus BRADY)
)
Globigerina seminulina SCHWAGER)
N 21 N 22
6
N 11 N 13 N1 6 6
BLOW, 1 6
6
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N N 10 N 12 N 14 N 15 N 16 N 17 N 18 N 20 N 23
)
L in g ku n g an P e n g e n d ap an B o lto vs ky an d W rig h t, 17 6 )
Zon a Zon a N e ritik Zo n a N eritik Zo na N e ritik B athy al Ba th ya l
SP E SIE S F O R A M IN IF ER A Tran sisi Te p i Te n ga h Lu a r A ta s - Te n ga h A ta s
B EN T O N IK
0 0 - 3 0 M tr 3 0 - 1 0 0 M tr 1 0 0 - 13 0 M tr 1 3 0 - 3 0 0 0 M tr 3 0 0 0 - 5 0 0 0 M tr
G y ps ina S P
M a rgi on op ora S P
Le py do y c l ina S P
M y o gi ps i na S P