Makalah Tafsir
Makalah Tafsir
Makalah Tafsir
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua, khususnya bagi kami yang telah menyelesaikan
makalah ilmu tafsir yang berjudul “penafsiran toleransi dalam hidup beragama (Qs. At-
mumtahanah surat ke 60 ayat 5-9)”.
Dalam menulis makalah ini, Alhamdulillah kami tidak mendapatkan kendala-
kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu, kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Dr. H. Ade Budiman, Lc. MA/61. sebagai dosen
bidang studi. Tak lupa kepada orang tua dan semua orang yang terlibat yang telah
memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya
kritik serta saran untuk perbaikan yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar, menakutkan, dan
mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan wajah
kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhr banyak muncul konflik, intoleransi, dan
kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung anakronostik
memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga
menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah
muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa nama agama
(mengatasnamakan agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah
saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk
dalam kerangka system teologi Islam sejatinya harus dikaji secara mendalam dan
diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan social
bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi focus utama
pembahasan makalah kami ini adalah sebagai berikut :
1. Definisi toleransi ?
2. Penggunaan kata “toleransi dalam Al-Qur’an” ?
3. Konsep toleransi dalam islam ?
4. Hubungan antara toleransi dengan ukhuwah (persaudaraan) sesama muslim ?
4
5. Hubungan antara toleransi dengan Mu’amalah antar umat beragama (non-
muslim) ?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”
(Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran,
ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology),
toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang
berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.1
Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut
agama-agama lain.
5
Al-Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata tasamuh/toleransi secara tersurat
hingga kita tidak akan pernah menemukan kata tersebut termaktub di dalamnya.
Namun, secara eksplisit al-Qur’an menjelaskan konsep toleransi dengan segala batasan-
batasannya secara jelas dan gambling. Oleh karena itu, ayat-ayat yang menjelaskan
tentang konsep toleransi dapat dijadikan rujukan dalam implementasi toleransi dalam
kehidupan.
Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau
mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit,
bahasa, adat istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan
sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah
firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
يايهاالناس اناخلقنكم من ذكروانش وجعلنكم شعوباوقبائل لتعارفوا ان اكرمكم عندهللا اتقكم ان هللا عليم خبير
Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini. Dengan demikian, bagi
manusia, sudah selayaknya untuk mengikuti petunjuk Tuhan dalam menghadapi
perbedaan-perbedaan itu. Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke
dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan
senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama,
suku, warna kulit, adat-istiadat, dsb.
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut
agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya
mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat.
Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan
adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara
peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama
masing-masing.
Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta
tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan
6
ibadah, umat Islamtidak mengenal kata kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam
kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-
tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang
penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau
toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam
kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
Karena itu, agama Islam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari,
Rasulullah saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka
beliau menjawab: al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi),
itulah agama Islam.2
يايهاالذين امنوااليسخرقوم من قوم عسى ان يكونواحيرامنهم والنساء من نساءعسى ان يكونوا حيرامنهم والنساءمن
نساءعسى
ان يكن خيرامنهن والتلمزواانفسكم والتنابزوابااللقاب بس االسم الفسوق بعدااليمان ومن لم يتب فاولىك هم
الطلمون
7
Ayat di atas juga memerintahkan orang mu’min untuk menghindari prasangka
buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan al-
Qur’an seperti memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal dunia (QS.Al-
Hujurat:11)
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih
dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan
(pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita
sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau
keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua
adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih saying, saling pengertian dan pada
akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan
agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah). Tetapi seandainya terjadi perbedaan
pemahaman al-Qur’an dan sunnah itu, baik mengakibatkan perbedaan pengamalan
ataupun tidak, maka petunjuk al-Qur’an adalah:
2.5 Hubungan antara Toleransi dengan Mu’amalah antar Umat Beragama (Non-
Muslim)
Sikap toleransi antar umat beragama bias dimulai dari hidup bertetangga baik
dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan
8
dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Hal
ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. ketika suatu saat beliau dan para
sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah.
Nabi saw. langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata:
“Bukankah mereka orang Yahudi wahai rasul?” Nabi saw. menjawab “Ya, tapi mereka
manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan
manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di
dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung agama kita dan agama selain kita,
juga sebaliknya. Dalam masa kehidupan dunia, dan untuk urusan dunia, semua haruslah
kerjasama untuk mencapai keadilan, persamaan dan kesejahteraan manusia. Sedangkan
untuk urusan akhirat, urusan petunjuk dan hidayah adalah hak mutlak Tuhan SWT.
Maka dengan sendirinya kita tidak sah memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk
menganut agama kita.
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar
pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi social, bila tidak
dotemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan
tidak perlu saling menyalahkan:
9
Bahkan al-Qur’an mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan ummatnya untuk
menyampaikan kepada penganut agama lain setelah kalimat sawa’ (titik temu) tidak
dicapai (QS. Saba:24-26):
قل من يرزقكم من السموت واالرض قل هللا وانااواياكم لعلى هدى اوفى ضلل ُمبِين
Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak
dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak
saling menghormati hak-haknya masing-masing (QS. Al-Mumtahanah: 8):
الينهكم هللا عن الذين لم يقاتلوكم فى الدين ولم يخرجوكم من دياركم ان تبروهم وتقسطوا اليهم ان هللا يحب
المقسطين
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para
pemeluk agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang
lainnya.
Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal,
dapat diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-
masalah sosial kemasyarakatan, sehingga bisa merasakan apa yang orang lain rasakan.
Dengan semangat saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa maka akan
menumbuhkan sikap dan rasa berempati kepada siapapun yang sedang mengalami
10
kesulitan dan dapat memahami bila berada diposisi orang lain. Sehingga akan terwujud
dan terpelihara kerukunan antar umat beragama.
11