Diagram Relasi E-Business
Diagram Relasi E-Business
Diagram Relasi E-Business
EKOJI999 Nomor SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].
HALAMAN 1 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Keberadaan
dunia
maya
memiliki
arti
yang
berbeda
untuk
masing-‐masing
perusahaan,
terutama
yang
masih
menggunakan
paradigma
lama
dalam
berbisnis
(konvensional).
Banyak
perusahaan
yang
sangat
hati-‐hati
dalam
menanggapi
fenomena
ini
dan
tidak
mau
terburu-‐
buru
untuk
segera
melakukan
tindakan
reaktif
terhadap
tawaran-‐tawaran
kemudahan
yang
disediakan
oleh
internet.
Dibandingkan
dengan
negara-‐negara
maju
yang
berani
untuk
melakukan
suatu
tindakan
revolusioner
untuk
sama
sekali
mengubah
cara
berbisnis,
karena
berbagai
alasan
negara-‐negara
berkembang
semacam
Indonesia
lebih
senang
menggunakan
pendekatan
evolusi.
Alasannya
adalah
selain
agar
resiko
yang
dipertaruhkan
lebih
kecil,
perusahaan
ingin
meyakinkan
diri
agar
tahapan
pengembangan
business
konvensional
ke
arah
e-‐business
benar-‐benar
dapat
memberikan
value
kepada
pelanggan.
Ada
empat
tahapan
evolusi
yang
dapat
dipergunakan
sebagai
bahan
pijakan,
yaitu
masing-‐masing:
1. Channel Enhancement
2. Value-‐Chain Integration
3. Industry Transformation
4. Convergence
Channel
Enhancement
Perusahaan
konvensional
yang
ingin
memanfaatkan
internet
dapat
memulai
dengan
mempergunakan
teknologi
informasi
sebagai
kanal
tambahan
dan/atau
alternatif
dalam
menghubungkan
perusahaan
dengan
para
pelanggannya,
sebagai
contoh:
Jika
dahulu
perusahaan
harus
membagi-‐bagikan
company
pro�ile-‐nya
kepada
mereka
yang
berkepentingan
(calon
investor
dan
pelangganmisalnya),
saat
ini
seluruh
masyarakat
di
dunia
dapat
melihat
seluk
beluk
perusahaan
terkait
melalui
situs-‐nya
di
dunia
maya
(website);
HALAMAN 2 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Jika
dahulu
nasabah
harus
datang
menemui
teller
untuk
melakukan
transaksi
perbankan,
saat
ini
yang
bersangkutan
dapat
memilih
karena
disediakannya
fasilitas
e-‐
banking
melalui
internet;
Jika
dahulu
seorang
pelajar
harus
membeli
buku
di
toko
buku
dengan
harga
yang
sepadan
dengan
biaya
produksi
buku
terkait,
saat
ini
yang
bersangkutan
memiliki
pilihan
untuk
melihat
dan
mencetak
isi
buku
yang
sama
dengan
cara
proses
download
dari
internet
dengan
harga
yang
lebih
murah;
dan
hal-‐hal
lainnya
yang
pada
prinsipnya
tersedianya
kanal
akses
baru
disamping
pilihan
akses
konvensional
yang
selama
ini
dikenal.
Dengan
menggunakan
internet
sebagai
kanal
alternatif
untuk
dapat
berhubungan
dengan
mitra
bisnis
maupun
pelanggan,
maka
perusahaan
tidak
perlu
khawatir
akan
kehilangan
pangsa
pasar
yang
telah
dimiliki
pada
saat
ini
karena
akses
melalui
internet
hanya
merupakan
salah
satu
pilihan
utama
saja
dimana
sebagai
pelengkap
fasilitas
konvensional
yang
telah
ada
semenjak
lama.
Jika
pada
saatnya
nanti
berdasarkan
evaluasi
terlihat
adanya
trend
pergeseran
pelanggan
untuk
lebih
memilih
internet
dibandingkan
dengan
jalur
konvensional,
maka
pada
saat
itulah
perlahan-‐lahan
cara
lama
dapat
mulai
ditinggalkan.
Dengan
melakukan
channel
enhancement
ini,
sebuah
perusahaan
dapat
dikatakan
mulai
mengimplementasikan
apa
yang
kerap
disebut
sebagai
e-‐business
dalam
skala
kecil.
Pada
tahapan
evolusi
kedua
ini,
value
e-‐business
yang
didapatkan
perusahaan
melalui
pengintegrasian
via
internet
ini
akan
semakin
meningkat.
Jika
pada
tahapan
pertama
sebelumnya
pelanggan
mendapatkan
value
yang
cukup
berarti,
maka
pada
tahap
kedua
ini
selain
manajemen,
para
pemilik
perusahaan
(shareholders)
juga
dapat
secara
langsung
merasakan
manfaatnya
karena
meningkatnya
tingkat
pro�itabilitas
dihasilkan
perusahaan.
Industry
Transforma�on
Transformasi
industri
terjadi
sebagai
hasil
dari
perusahaan
yang
telah
menyadari
benar
kekuatannya
dan
dapat
memanfaatkan
peluang
e-‐business
yang
ditawarkan
oleh
internet
dan
dunia
maya.
Tidak
sedikit
perusahaan
yang
pada
akhirnya
harus
“banting
stir”
atau
berganti
bisnis
inti-‐nya
(core
business)
setelah
melihat
kekuatan
utama
yang
dimilikinya
(core
competencies)
dan
tingginya
kompetisi
di
industri
terkait.
Tengoklah
beberapa
contoh
perusahaan
di
bawah
ini
yang
dengan
adanya
internet
menyadari
perlunya
dilakukan
suatu
transformasi
bisnis:
Perusahaan
penerbitan
buku-‐buku
bermutu
yang
biasa
memulai
rangkaian
prosesnya
dari
pemilihan
naskah,
pengeditan,
penyusunan
layout,
pencetakan,
dan
distribusi
dapat
hanya
berkonsentrasi
pada
proses
pemilihan
naskah
saja
karena
proses-‐prosess
lainnya
dapat
di-‐outsource-‐kan
ke
perusahaan
di
industri
terkait.
Lebih
jauh
lagi,
pemilihan
naskah
dapat
direduksi
lagi
menjadi
hanya
pada
proses
menjalin
hubungan
baik
(bermitra)
dengan
para
penulis
yang
berkompeten
di
bidangnya;
Perusahaan
penjual
lagu-‐lagu
musik
melalui
kaset
atau
pun
CD
yang
memiliki
banyak
sekali
toko
di
setiap
kota
dapat
dengan
mudah
mentransformasikan
dirinya
menjadi
portal
yang
dapat
“mencari
dan
meramu”
(compilation)
lagu-‐lagu
yang
diinginkan
masing-‐masing
pelanggan
uniknya,
karena
proses
produksi
sampai
dengan
distribusi
kaset
atau
CD
dapat
dilakukan
oleh
perusahaan
lain,
karena
yang
bersangkutan
cukup
mengetahui
informasi
lagu
apa
saja
yang
tersedia
di
pasaran
dan
dimana
mendapatkannya;
Perusahaan
pemberi
jasa
kesehatan
seperti
medical
center
dimana
para
dokter
berkumpul
untuk
memberikan
diagnosa
kepada
pasien
yang
datang
dapat
berubah
menjadi
perusahaan
penyedia
jasa
akses
pelayanan
kesehatan
melalui
televisi,
dalam
arti
kata
setiap
calon
pasien
cukup
menggunakan
televisi
khususnya
untuk
dapat
berkomunikasi
dengan
dokter
yang
diinginkan
dimana
saja
dan
kapan
saja
melalui
aplikasi
telemedicine;
Inti
dari
transformasi
industri
di
sini
adalah
diperlukannya
kemampuan
manajemen
untuk
merede�inisikan
ulang
bisnis
intinya
setelah
adanya
fenomena
e-‐business
yang
terjadi
di
dunia
maya.
Dengan
secara
jeli
mempelajari
berbagai
peluang
dan
kemungkinan
yang
ada,
tidak
mustahil
pemilik
perusahaan
akan
merubah
visi
dan
misi
usahanya
untuk
pengelolaan
suatu
bisnis
yang
jauh
lebih
menjanjikan
dan
menguntungkan.
HALAMAN 4 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Convergence
Konvergensi
antara
lebih
dari
satu
industri
terjadi
karena
dengan
adanya
internet,
perusahaan
dapat
secara
mudah
berkolaborasi
dan
berkooperasi
untuk
menciptakan
produk-‐
produk
baru
yang
tidak
mungkin
dapat
diciptakan
tanpa
adanya
kerja
sama
tersebut.
Lihatlah
bagaimana
maraknya
produk-‐produk
inovasi
baru
ditawarkan
di
pasaran
karena
adanya
konvergensi
sebagai
berikut:
Konvergensi
antara
industri
perbankan,
kesehatan,
dan
teknologi
informasi
melahirkan
sebuah
smart
card
yang
selain
berfungsi
sebagai
kartu
kredit
dan
kartu
debet,
dapat
dipergunakan
untuk
menyimpan
data
riwayat
kesehatan
pasien
yang
akan
secara
langsung
dihubungkan
dengan
program
asuransi
kesehatan
yang
ditawarkan;
Konvergensi
antara
industri
telekomunikasi
dan
internet
menghasilkan
sebuah
handphone
yang
tidak
saja
dapat
dipergunakan
sebagai
alat
komunikasi
dua
arah,
tetapi
lebih
jauh
lagi
dapat
dipergunakan
sebagai
internet
browser;
Konvergensi
antara
industri
robotika
dan
pertahanan
dapat
menghasilkan
suatu
robot
yang
dapat
menjinakkan
bom
dan
berfungsi
sebagai
mata-‐mata
institusi
tertentu
di
negara
lain;
Dengan
kata
lain,
kemajuan
teknologi
informasi
dan
internet
yang
sedemikian
rupa
memungkinkan
berbagai
jenis
perusahaan
di
beragam
industri
untuk
saling
bekerja
sama
menciptakan
produk-‐produk
atau
jasa-‐jasa
baru
yang
tidak
pernah
terpikirkan
sebelumnya.
Dan
tentu
saja
format
kerja
sama
ini
akan
mendatangkan
value
yang
sangat
besar
tidak
saja
bagi
masing-‐masing
perusahaan,
tetapi
terhadap
kualitas
kehidupan
manusia
secara
lebih
menyeluruh.
HALAMAN 5 DARI 5
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013