Isi
Isi
Isi
I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui sasaran penetapan harga dan penentuan harga.
2. Mengetahui metode dasar dalam menetapkan harga.
3. Mengetahui kebijakan dan strategi penetapan harga.
3
II. PEMBAHASAN
Ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi guna melaksanakan strategi ini:
Perlu adanya analisis secara terperinci mengenai posisi perusahaan dan
struktur biaya bila dibandingkan dengan industri secara keseluruhan
Dibutuhkan informasi yang berkaitan dengan variabilitas harga pada
penawaran harga yang sama kepada setiap orang
Perlu pemahaman atas skala ekonomis yang tersedia bagi perusahaan
Dibutuhkan informasi tentang harga kompetitif,yaitu harga yang sanggup
dibayar oleh pelanggan
Hasil yang diharapkan dari implementasi strategi satu harga meliputi empat
aspek pokok,yaitu:
a. Biaya penjualan dan biaya administrasi yang semakin menurun.
b. Marjin laba yang konstan .
c. Image pelanggan yang baik terhadap perusahaan.
d. Pertumbuhan pasar yang stabil.
b. Strategi Penetapan Harga Fleksibel.
Fleksibilitas dapat dilakukan dengan jalan menetapkan harga yang berbeda
pada pasar yang berlainan atas dasar lokasi geografis, waktu penyampaian/pengiriman,
atau kompleksitas produk yang di harapkan
Strategi penetapan harga fleksibel merupakan strategi pembebanan harga
yang berbeda kepada pelanggan yang berbeda untuk produk yang
kualitasnya sama.
Tujuan strategi ini adalah untuk memaksimalkan laba jangka panjang dan
memberikan keluwesan dengan jalan memungkinkan setiap
pentesuaian,baik kebawah maupun k eats terhadap harga.
Penyesuaian harga sangat tergantung pada tingkat persaingan yang dihadapi
(harga pesaing),hubungan dengan pelanggan,dan seberapa besar pelanggan
bersedia membayar untuk produk tersebut (termasuk didalamnya
kemampuan tawar-menawar pelanggan).
Penetapan harga fleksibel banyak diterapkan dalam kalangan saluran
distribusi,penjualan langsung produk-produk industrial,dan pada penjualan
7
2. Penetration Pricing
Dalam Strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru
dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang
besar dalam waktu relatif singkat. Tujuan dari strategi ini untuk mencapai skala
ekonomis dan mengurangi biaya per unit. Pada saat bersamaan strategi penetrasi juga
dapat mengurangi minat dan kemampuan pesaing karena harga yang rendah
menyebabkan marjin yang diperoleh setiap peusahaan menjadi terbatas.
3. Prestige Pricing
Merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen
yang sangat peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk tersebut, dan
kemudian membelinya. Sedangkan apabila harga diturunkan sampai tingkat tertentu,
maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan turun. Produk-produk yang
sering dikaitkan dengan prestige pricing antara lain adalah permata, berlian, mobil
mewah, dan sebagainya.
4. Price Lining
Lebih banyak digunakan pada tingkat pengecer. Di sini, penjual menentukan
beberapa tingkatan harga pada semua barang yang dijual. Sebagai contoh: sebuah toko
yang menjual berbagai macam sepatu dengan model, ukuran dan kualitas yang berbeda,
menentukan 3 tingkatan harga yaitu Rp. 30.000,-; Rp. 50.000,-; dan Rp. 100.000, -. Hal
ini akan memudahkan dalam pengambilan keputusan bagi konsumen untuk membeli
dengan harga yang sesuai kemampuan keuangan mereka.
5. Odd-Even Pricing
Metode penetapan harga ini sering digunakan untuk penjualan barang pada
tingkat pengecer. Dalam metode ini, harga yang ditetapkan dengan angka ganjil atau
harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Misalnya harga Rp. 2.975 bagi
sekelompok konsumen tertentu masih beranggapan harga tersebut masih berada dalam
kisaran harga Rp 2.000-an.
6. Demand-Backward Pricing
Adalah penetapan harga dimana melalui proses berjalan ke belakang,
maksudnya perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar
11
sebesar 15% dari biaya konstruksi (Rp 15 juta), maka harga akhirnya sebesar Rp 115
juta.
3. Cost Plust Fixed Fee Pricing
Metode ini banyak diterapkan dalam produk-produk yang sifatnya sangat
teknikal, seperti mobil, pesawat, atau satelit. Dalam strategi ini, pemasok atau produsen
akan mendapat ganti atas semua biaya yang dikeluarkan, seberapapun besarnya. Tetapi
produsen atau pemasok tersebut hanya memperoleh fee tertentu sebagai laba yang
besarnya tergantung pada biaya final proyek tersebut yang disepakati bersama.
40%nya), dan pedagang besar harus membayar kepada produsen sebesar Rp.216,- (dari
Rp.240,- dikurangi 10%,-nya).
3. Potongan Tunai
Potongan tunai adalah potongan yang diberikan kepada pembeli atas
pembayaran rekeningnya pada suatu periode, dan mereka melakukan pembayaran tepat
pada waktunya. Sebagai contoh : pembeli telah membeli barang seharga Rp. 100.000,-
dengan syarat pembayaran 2/10,n/30 pada tanggal 7 Agustus. Pembeli akan
memperoleh potongan sebesar 2% (Rp.2.000,-) jika ia dapat membayar dalam jang
waktu sepuluh hari setelah pembelian disetujui atau setelah barang diterima (tanggal
17 Agustus). Cara lain yang harus dilakukan oleh pembeli adalah membayar faktur
tersebut dalam waktu maksimum 30 hari. Jika pembayaran dilakukan pada tanggal
sesudah 17 Agustus, pembeli tidak memperoleh potongan. Dalam praktek, syarat
pembayaran tersebut dapat ditetapkan dengan kombinasi yang berbeda-beda menurut
keinginan masing-masing penjual.
4. Potongan Musiman
Potongan musiman adalah potongan yang diberikan kepada pembeli yang
melakukan pembelian di luar musim tertentu. Misalnya pembeli yang membeli jas
hujan pada musim panas, akan memperoleh potongan sebesar 5%, 10% atau 20%.
5. Kelonggaran Promosional
Kelonggaran promosional (promotional allowance) adalah potongan harga
yang diberikan oleh penjual kepada pembeli yang ikut menjalankan usaha promosi.
Penghargaan ini juga dapat berbentuk bahan-bahan promosi yang diberikan oleh
penjual. Misalnya, pembeli yang bersedia membeli sepeda motor merk tertentu, diberi
dengan Cuma-Cuma sebuah helm, sebuah jaket, sebuah tas dengan merk seperti sepeda
motor yang dibelinya.
6. Penghargaan Komisi
Kelonggaran komisi (brokerage allowance) ini merupakan variasi lain dari
bentuk potongan dagang. Apabila makelar bertindak sebagai perantara dalam saluran
distribusi, maka ia dapat memperoleg persentase tertentu dari volume penjualan
sebagai jasanya. Potongan inilah yang disebut penghargaan komisi.
15
7. Kelonggaran Barang
Kelonggaran barang (product allowance) adalah sejumlah pengurangan dari
harga jual semestinya yang diberikan kepada pembeli karena bersedia membeli barang
dalam kondisi tidak normal. Misalnya pembelian barang yang belum selesai,
ukurannya tidak tepat, warnanya sudah luntur, atau rusak.
dapat mengurangi fleksibilitas menejemen dalam penetapan harga karena mereka harus
mempertimbangkan berbagai macam akibat yang ditimbulkan oleh adanya harga yang
sama pada beberapa macam barang. Untuk jenis mesin misalnya, dapat dibedakan dari
segi kekuatannya (10 tenaga kuda, 15 tenaga kuda, 25 tenaga kuda, dan sebagainya).
Pada saat menetapkan harga untuk mesin yang berkekuatan 15 tenaga kuda, perusahaan
harus mempertimbangkan harga untuk jenis mesin yang berkekuatan 10 tenaga kuda
dan 25 tenaga kuda. Jadi, perusahaan harus berusaha menetapkan harga pada
sekelompok barang yang berkaitan, bukannya pada masing-masing barang itu sendiri.
model yang lain seharga Rp.40.000,- dan lini yang termahal seharga Rp.50.000,-
sepasang.
Bagi konsumen, maslahat (keuntungan) utama dari penetapan lini harga adalah
penyederhanaan keputusan beli. Dari sudut pengecer, strategi ini juga menguntungkan
karena membantu perencanaan dan keberlanjutan toko. Pengecer toko pakaian,
misalnya, pergi kepasar mencari pakaian yang dapat diecerkan seharga Rp.49.500,-,
Rp.59.500,-, atau Rp.69.500,-.
Kendala yang mungkin dihadapi oleh strategi ini, perubahan lini harga yang
harus selalu dilakukan setiap kali biaya naik. Pengecer akna bingung. Keseringan
merubah lini harga akan merusak citra toko. Apabila situasi harga tetap, margin laba
ditekan serendah mungkin, pengecer bisa selalu mencari harga produk yang tidak
terlalu tinggi. Pihak produsen juga bisa menolong par apengecer melalui
penyederhanaan kemasan atau kualitas produk (berarti biaya yang lebih murah) –
pengecer bisa mempertahannkan harga pada tingkat harga yang tetap.
Act dan McGuire Act. Kedua undang-undang ini diperlukan agar pabrikan dapat
memperdagangkan produknya secara bersih antar Negara bagian.
Sarana harga jual eceran merupakan salah satu strategi penetapan harga yang
paling konvensional. Label “hukum dagang yang bersih” merupakan pilihan judul
yang benar-benar strategis. Masa depresi dunia di tahun 1930-an menyebabkan
berbagai hukum dagang yang bersih lahir. Hukum-hukum ini dibuat untuk melindungi
para pengecer kecil dari kesewenangan para pengecer kelas kakap, terutama rangkaian
toko. Pada masa jayanya, hokum seperti ini berlaku diseluruh Negara bagian kecuali
Vermont, Missouri, Texas dan Distrik Columbia.
Ditahun 1975 hukum federal (consumer goods princing act) dikeluarkan untuk
menghapus Miller-Tydings Act dan McGuire Act. Ini berarti, semua penetapan harga
dagang yang bersih yang berlaku untuk bisnis Negara bagian menjadi tidak ada lagi
kekebalan kukum terhadap tuntutan tuntutan yang timbul praktek monopoli.
Tujuan umum dari undang-undang ini baik, yaitu mencegah praktek penurunan
harga secara seenaknya senidiri. Namun demikian, undnag-undang ini masih
mengijinkan praktek banting harga sebagai strategi promosi dan strategi harga. Intinya,
seorang pengecer bisa menawarkan sebuah barang di bawah biaya total tetapi msih
tetap diatas jumlah biaya ditambah 6% kenaikan untuk laba. Tidak seperti hokum
dagang bersih, hokum yang mengatur praktek banting harga ini tidak menjatuhkan
denda pada pengecer dengan biaya rendah atau melindungi pengecer dengan biaya
tinggi. Perbedaan dalam harga pokok pengecer bisa tercermin dalam harga jual mereka.
Serta hasil yang diperoleh dari dihapusnya pelbagai pelayanan ekstra pada pembeli
dapat dikembalikan lagi pada pelanggan.
Keterbatasan hukum ini adalah sukar atau bahkan tidak mungkin untuk
menentukan biaya usaha dari setiap barang dagangan. Karena kelemahan seperti inilah
beberapa hukum dinyatakan tidak konstitusional. Lagipula tujuan dari sebuah bisnis
adalah menghasilkan laba dari operasi total, tidak perlu dari setiap penjulan masing-
masing produk.
harga produk. Dalam jangka panjang, strategi pengurangan harga bukan merupakan
pilihan yang terbaik. Pengirangan harga secara temporer lebih efekti di dayagunakan
terutama untuk memperbaiki ketidakseimbangan dalam persediaan barang atau untuk
merintis produk baru.
Bagi penjual, kekurangan tersebsar dari penurunan harga terletak pada reaksi
dari para pesaing, mereka juga akan ikut menurunkan harga. Hal ini sering terjadi
dalam pasar oligopoly. Akibatnya, terjadilah perang harga dan pada akhirnya harga
produk akan tetap rendah. Perlu dicatat bahwa, oligopoly tidak selalu menyangkut
perusahaan besar. Oligopoli berarti penjual tidak banyak. Jadi sekelompok kecil
usahawan binsnis tata rambut, misalnya bisa membentuk sebuah oligopoly. Para
usahawan ini akan selalu menghindari persaingan harga karena bila salah satu mulai
menurunkan harga, yang lain pasti akan segera ikut.
Reaksi terhadap perubahan harga yang dilakukan pesaing
Setiap perusahaan pada dasarnya harus selalu waspada terhadap perubahan
harga yang mungkin dilakukan oleh para pesaing. Ini berarti setiap perusahaan haus
selalu siap dengan pedoman kebijakan tentang bagaimana reaksi perusahaan apabila
pesaing mulai menurunkan harga.perencanaan didepan seperti ini terutama sangat
bermanaat dalam perang pengurangan harga karena waktu merupakan faktor utama.
Lain halnya jika pesaing menikkan harga. Lebih bermanfaat lagi jika perusahaan
menunggu dengan sekaligus mengkaji apakah kenaikan harga ini merupakan kebijakan
yagn tepat atau tidak.
2. Persaingan non-harga
Dalam persaingan non-harga melakukan strategi harga stabil. Mereka berupaya
meningkatkan posisi pasar melalui penekanan pada aspek lain dari program pemasaran.
Dengan memakai istilah yang sama dalam teori ekonomi, kita dapat membedakan
persaingan harga dengan persaingan non harga. Dalam persaingan harga, penjual
berusaha menaikkan atau menurunkan kurva permintaan perusahaan melalui
perubahan harga. Dalam persaingan non-harga, penjual berupaya menggesar kurva
permintaan ke sebelah kanan melalui pembedaan produk, kegiatan promosi, atau
aspek-aspek lain dari program pemasaran.
25
dengan baik dan angkat tangan dengan “strategi” seperti berikut ini: “Kami
menentukan biaya kami dan mengambil marjin tradisional industri.” Kesalahan umum
lainnya adalah tidak cukup sering merevisi harga untuk mengkapitalisasikan perubahan
pasar menetapkan harga bauran pemasaran lainnya secara independen dan bukan
sebagai elemen intrinsik dari strategi positioning pasar serta tidak cukup
memvariasikan harga untuk berbagai jenis produk, segmen pasar, saluran distribusi,
dan kejadian pembelian. CEO GE Jeffrey Immelt menawarkan keluhan yang dapat
dihubungkan oleh banyak eksekutif.
GE merespons dengan membuat penetapan harga menjadi salah satu dari tiga
inisiatif teratas dan memperkenalkan sejumlah perubahan:
Organisasi matriks yang didedikasikan untuk penetapan harga telah diciptakan.
CMO, melapor ke CEO, memimpin inisiatif penetapan harga.
Manajer penetapan harga yang berdedikasi memfokuskan diri pada penetapan
harga produk, dan dalam setiap unit bisnis biasanya ada Wakil Presiden atau
direktur penetapan harga yang melapor ke pimpinan pemasaran.
Penetapan harga telah ditambahkan dalam kurikulum pendidikan eksekutif GE dan
menjadi inisiatif wajib bagi Commercial Excellence Council yang terdiri dari 100
eksekutif puncak GE.
Dewan Penetapan harga Global, yang terdiri dari pemimpin penetapan harga dari
setiap unit bisnis GE, mencari praktik penetapan harga terbaik di seluruh GE dan
menanamkan ke seluruh organisasi.
Dalam unit bisnis besar, Dewan Penetapan Harga Industri memenuhi kebutuhan
industri yang unik.
Bagi setiap organisasi, strategi penetapan harga yang dirancang dan
diimplementasikan secara efektif memerlukan pemahaman mendalam tentang
psikologi penetapan harga konsumen dan pendekatan sistematis untuk mengatur,
menyesuaikan, dan mengubah harga
Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Di perusahaan
kecil, harga sering ditentukan oleh atasan. Di Coca Cola, penetapan harga ditangani
oleh manajer divisi dan manajer lini produk. Bahkan di sini, manajemen puncak
27
menetapkan tujuan dan kebijakan penetapan harga umum dan sering menyetujui harga
yang diajukan oleh tingkat manajemen yang lebih rendah. Dalam industri di mana
penetapan harga menjadi faktor kunci, perusahaan sering membentuk departemen
penetapan harga untuk mengatur atau membantu departemen lain dalam menetapkan
harga yang tepat. Departemen ini melapor ke departemen perusahaan, departemen
keuangan atau manajemen puncak. Departemen lain yang mempengaruhi penetapan
harga meliputi manajer penjualan, manajer produksi, manajer keuangan, dan akuntan.
"Meet-the-kompetisi harga": Coca-Cola produk harga yang ditetapkan di sekitar
tingkat yang sama seperti pesaingnya, Coca Cola harus dirasakan berbeda namun tetap
terjangkau.
Seperti perusahaan yang telah berhasil telah ada selama lebih dari satu abad,
Coca Cola telah tetap sangat lancar dan konsisten dengan strategi harga mereka.
Mereka telah memiliki layak dan "berbahaya" pesaing terus mendorong mereka untuk
menjadi lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih baik. Sebuah kutipan dari CEO Pepsi Co
"mereka lebih sukses, begitu juga dengan kita semakin harus tajam. Jika Coca Cola
Company tidak ada, kita akan berdoa bagi seseorang untuk menemukan mereka."
Sepanjang tahun Coca Cola telah membuat banyak keputusan harga tetapi tidak
ada keraguan bahwa tujuan utama mereka adalah untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham. Dalam rangka untuk merebut pangsa pasar, Pepsi umumnya mulai
turun harga, dan tak lama setelah itu, Coca Cola memutuskan untuk menurunkan
mereka sedikit tapi tidak untuk semua produk. Misalnya, dalam Indi atau Pakistan,
Coca Cola difokuskan pada pengurangan harga wadah 200ml mereka (kaleng).
Coca Cola menggunakan titik harga yang lebih rendah untuk menembus pasar
baru yang sangat sensitif terhadap harga. Coca Cola melakukan itu untuk menghadapi
persaingan dan untuk meningkatkan kesadaran merek di kalangan penduduk. Setelah
diimplementasikan kuat, maka posisinya sebagai "premium" dibandingkan dengan
banyak pesaing (ex: Pepsi), merek memiliki citra membawa manfaat yang bersifat
intangible dalam gaya hidup, afiliasi kelompok, saat sukacita dan kebahagiaan ... tapi
strategi pemasaran masih fokus pada kenikmatan terjangkau kehidupan.
28
Pada pengecer ', biasa promosi on-pack tersedia dalam rangka memenuhi tujuan
perusahaan dan juga untuk menarik konsumen untuk membeli lebih banyak.
Penetapan harga yang berbeda-beda ini dikarenakan setiap komposisi pada
setiap produk mereka yang berbeda-beda, selain itu juga tingkat minat konsumen yang
tinggi mempengaruhi tingkat harga yang berbeda juga.
Semakin besarnya komposisi produk maka semakin besarnya juga harga dari
produk tersebut, karena coca cola tidak mau mengalami kerugian, jika menjual produk
tersebut dengan harga yang terlalu murah.
Tingkat minat konsumen yang tinggi akan mengakibatkan harga produk dari
coca cola juga akan lebih tinggi, hal ini disebapkan karena permintaan dari konsumen
yang sangat tinggi juga.
Namun hal yang terjadi pada saat ini adalah harga produk coca cola dari bahan
plastic lebih mahal daripada yang berbahan kaca, hal ini terjadi lagi karena minat
konsumen terhadap bahan plastic lebih tinggi daripada botol kaca tersebut, melihat hal
ini coca cola juga akhirnya memperbanyak produksi botol plastic daripada botol kaca.
8 20-25 P mahasiswa 3 3 1 2 1 2 1 3 4 3 23
9 20-25 W mahasiswa 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 28
10 20-25 W mahasiswa 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 22
11 20-25 W mahasiswa 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 30
12 20-25 W mahasiswa 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 26
13 20-25 W mahasiswa 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 30
14 20-25 W mahasiswa 3 3 2 2 3 3 2 2 4 4 28
15 15-19 W Pelajar 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 26
16 15-19 W Pelajar 3 3 3 2 3 2 3 4 2 2 27
17 20-25 W mahasiswa 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 25
18 >36 W Karyawan 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 25
19 26-35 W Karyawan 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 26
20 15-19 P Pelajar 3 3 4 3 4 2 2 2 2 3 28
21 15-19 W Pelajar 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 33
22 >36 P Karyawan 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 30
23 20-25 P mahasiswa 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2 22
24 20-25 W Karyawan 4 3 4 3 4 2 2 2 2 2 28
25 20-25 P mahasiswa 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 34
26 20-25 P Karyawan 3 3 1 2 2 3 2 2 3 2 23
27 20-25 P Karyawan 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 20
28 20-25 L Karyawan 3 3 3 3 2 2 2 2 4 4 28
29 15-19 L Pelajar 4 3 2 3 2 3 2 2 3 4 28
30 15-19 P Pelajar 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 31
8 9 8 8 8 7 6 7 8 9
∑x 9 8 1 6 7 7 8 8 4 0
∑y 838
30
Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat
ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009)
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya
suatu kuesioner.
Dalam penelitian ini diambil dari 30 responden dari 10 pertanyaan, dapat kita
lihat di corrected item-total correlation nilai yang ada diatas 0,25, karena uji validitas
yang baik nilai dari setiap pertanyaan harus lebih dari 0,25. jika ada nilai yang dibawah
niali tersebut sebaiknya dihilangkan, karena didalam kuesioner ini ada pertanyaan yang
kurang dari 0,25 maka nilai tersebut dihilangkan, pertanyaan yang dihilangkan adalah
pertanyaan no 9 dan 10. karena dihilangkan butir pertanyaan berkurang menjadi 8 dari
30 responden.
Uji validitas dari kuesioner kami dapat dilihat dalam tabel dibawah berikut:
a. Uji validitas sebelum P9 & P10 belum dihilangkan
Item-Total Statistics
Corrected
Scale Scale Item- Cronbach
Mean if Variance Total 's Alpha
Item if Item Correlati if Item
Deleted Deleted on Deleted
P1 24,9667 12,033 ,303 ,733
P2 24,6667 11,402 ,628 ,701
P3 25,2333 9,909 ,513 ,701
P4 25,0667 10,547 ,629 ,687
P5 25,0333 10,171 ,488 ,706
P6 25,3667 11,757 ,434 ,719
P7 25,6667 10,713 ,644 ,688
P8 25,3333 10,782 ,423 ,717
P9 25,1333 13,085 -,016 ,782
P10 24,9333 12,202 ,199 ,748
31
Item-Total Statistics
Corrected
Scale Scale Item- Cronbach'
Mean if Variance Total s Alpha if
Item if Item Correlati Item
Deleted Deleted on Deleted
P1 19,1667 10,695 ,307 ,810
P2 18,8667 10,189 ,602 ,780
P3 19,4333 8,116 ,647 ,763
P4 19,2667 9,237 ,651 ,765
P5 19,2333 8,668 ,550 ,781
P6 19,5667 10,737 ,342 ,806
P7 19,8667 9,154 ,744 ,754
P8 19,5333 9,499 ,427 ,800
Uji Reliabilitas
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes
tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi
yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten
untuk pengukuran yang sama.Dari hasil kuesioner yang dibuat menunjukan bahwa
dalam pengujian realibilitas sudah sangat reliable dengan nilai 0,816 dari 8 pertanyaan
karena uji reliabilitas yang baik berada diangka 0,6-0,8. ditunjukan dalam tabel spss
berikut:
32
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,806 8
Dari hasil analisis tabel diatas, diketahui bahwa besarnya koefisien alpha
cronbach yaitu 0,806. Hasil tersebut menunjukan bahwa koefisien reliabilitas lebih
besar dari 0,6 yang berarti bahwa dimensi tersebut sangat reliable (handal) untuk
mengukur variable harga.
33
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari dan dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
Didalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan
tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan non ekonomis lainnya. Tujuan-tujuan dalam penetapan harga
mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk memilih, menetapkan dan
membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai
oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.
Produk tidak terlepas dari masalah harga, agar dapat sukses dalam memasarkan
suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harga secara tepat, ada
beberapa metode penetapan harga yaitu : pendekatan permintaan untuk menetapkan
harga, pendekatan biaya untuk menetapkan harga dan diskon selain itu pula terdapat
beberapa metode penetapan harga khusus untuk produk baru yaitu : Penetracing Pricing
dan Skimming Pricing.
3.2. Saran
Berdasarkan pada permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitu mengenai
penentapan harga, maka dari itu penulis memberikan saran yaitu:
1. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang penentuan harga produk,
sesuaikanlah kualitas produk yang akan di jual.
2. Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan
harus menetapkan harga secara tepat.
3. Penetapan harga jangan terlalu berorientasi pada biaya.
4. Harga ditetapkan secara independen dari bauran pemasaran lainnya dan
bukannya sebagai unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar.
34
DAFTAR PUSTAKA