Momentum Sudut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

http://darlancivil.blogspot.co.id/2014/09/contoh-
laporan-fisika-momentum-sudut.html
1.1 Landasan Teori
Momentum merupakan hasil kali antara massa dengan kecepatan. Dalam gerak
rotasi, besaran analog dengan momentum linear adalah momentum sudut. Untuk benda
yang berotasi disekitar sumbu yang tetap, besaran momentum sudut dinyatakan
L=I.ω
Keterangan : L = momentum sudut (kgm2 / c)
I = momen inersia (kgm2)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
Momentum sudut merupakan besaran vector. Arah momentum sudut dari suatu
benda yang berotasi dapat ditentukan dengan kaidah putaran sekrup. Atau dengan aturan
tangan kanan. Jika keempat jari menyatakan jarak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah
momentum sudut.
(stove setford , 1966 , 120)
Perhatikan sebuah benda tegar yang berotasi terhadap sumbu Z dengan kecepatan
sudut ω. tiap partikel benda pada sumbu, misalnya, partikel Ai membentuk lingkaran
dengan jari-jari Ri = Ai Bi dengan kecepatan Vi = ω -ri, dimana ri merupakan vector posisi
relatif terhadap pusat o (ini dipilih sebagai titik tetap dalam suatu kerangka inersial atau
dipusat massa benda tersebut). Besarnya kecepatan adalah :
Vi = ω ri sin θ

Keterangan : V = kecepatan (m/s)


ω = kecepatan sudut (rad/s)
r= jari-jari (m)
sin θ = sudut yang di bentuk
Perhatikan bahwa telah dituliskan bahwa ω dan tidak ωi karena kecepatan sudut
semua partikel dama dalam benda tegar itu. Momentum sudut partikel Ai relatif terhadap
pusat o adalah:
L = r . m .v
Keterangan : L = momentum sudut (kgm²/s)
m = massa benda (kg)
r = jari-jari (m)
v = kecepatan (m/s)

Arah tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh vector ri dan vi dan oleh
karena itu membuat sudut π/2 - Ai dengan sumbu rotasi z. Besar Li adalah mi ri vi dan
komponen sejajarnya dengan sumbu Z. Untuk sebuah partikel yang bergerak melingkar,
komponen momentum sudut total benda berada dan berotasi sepanjang sumbu rotasi z
mempunyai besaran.
1.1.1 Momen Gaya
Torsi menunjukan kemampuan sebuah gaya untuk membuat benda melakukan
gerak rotasi. Besar torsi tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu
putaran dan letak gaya.
Torsi juga disebut momen gaya dan merupakan besaran vektor. Torsi adalah hasil
perkalian silang antara vektor posisi (r) dengan gaya (F), dapat ditulis sebagai berikut :
τ = r . F sin α
keterangan : F = Gaya ( N )
τ = Momen Gaya ( N . m)
r = Lengan Gaya (m)
α = sudut yang dibentuk
Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu bentuk usaha
dengan salah satu titik sebgai titik acuan, misalnya anak sedang bermain jungkat jungkit
dengan titik acuan adalah poros jungkat jungkit.
Momen gaya merupakan penyebab gerak rotasi. Momen gaya merupakan penyebab
putaran benda searah jarum jam disebut momen gaya positif. Adapun momen gaya yang
menyebabkan putaran benda berlawanana dengan putaran jarum jam disebut momen gaya
negatif.
Pada sistem keseimbangan resultan momen gaya selalu bernilai nol, sehinga
dirumuskan ∑τ = 0. Torsi dalam gerakan rotasi sama dengan gaya pada gerak translasi.
Benda tegar adalah benda pada yang tidak berubah bentuk apabila dikenai gaya luar.
Satuan dari momen gaya atau torsi adalah N.m.
Untuk lebih memahami momen gaya secara detail, perhatikan gambar dibawah ini
b
d₂
0
F₂ d₁ a
F₁
Gambar 1.1 Skema momen gaya pada jungkit - jungkit

Ketika AB diberi gaya pada ujung-ujungnya yaitu F1 dan F2 maka batang akan
berotasi, besar momen gaya yang bekerja pada batang, bergantung pada besar gaya yang
diberikan dan panjang lengan momen gaya. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin
besar pula momen gayanya.
Demikian juga momen semakin besar, maka semakin besar pula momen gayanya.
Lengan gayanya adalah jarak tegak lurus sumbu rotasi kearah gayanya
Pada gerak rotasi, sebuah benda hanya dapat merubahnya dari diam menjadi
berputar jika pada benda itu diterapkan sebuah gaya. Perubahan gerak pada gerak rotasi
terjadi karena adanya gaya pemutar.yang dikenal dengan momen gaya. Perhatikan gambar
pada benda dengan poros P.Q adalah terjadi gaya (f) bekerja pada benda yang teman kerja
gaya F yaitu, titik tempat gaya bekerja dan menumpuk. T adalah vector posisi Q terhadap
poros P dan sudut antara t dan f adalah Q (r dan f adalah vector atau besaran vector)
momen gaya yang disebabkab oleh gaya F1 dan F2 sebagai berikut :
T1 = + F1 . d1
T2 = - F2 . d2
Keterangan : T1=Momen gaya yang disebabkan oleh F1 (Nm)
T2=Momen gaya yang disebabkan oleh F2 (Nm)
F1=Gaya 1 (N)
F2=Gaya 2 (N)
D1=panjang lengan mome pertama (m)
D2=panjang lengan momen kedua (m)
Pada mekanika dan dinamika untuk tranlasi rotasi banyak kesamaan-
kesamaan besaran yang dapat dibandingkan dengan symbol-simbol besarannya. Termasuk
hukum 2 newton ditunjukan dalam tabel berikut :
Perbandingan dinamika translasi dan rotasi

Translasi Rotasi

Momentum
p = mv Momentum sudut* L = Iw
linier

Gaya F = dp/dt Torsi t = dL/dt

Benda massa Benda momen


F = m(dv/dt) t = I (dw/dt)
Konstan inersia konstan*

Gaya tegak
lurus Torsi tegak lurus
F=wxp t=W´L
terhadap momentum sudut
momentum

Energi
Ek = ½ mv2 Energi kinetik Ek = ½ Iw2
kinetik

Daya P=F.v Daya P=t.w


Konsep Translasi Rotasi Catatan

Perubahan
S q s = r.q
sudut

Kecepatan v = ds/dt w = dq/dt v = r.w

Percepatan a = dv/dt a = dw/dt a = r.a

Gaya resultan,
F t t = F.r
momen

Keseimbangan F=0 t=0

v = v0 + at w = w0 + at
Percepatan
s = v0t = ½ at2 q = w0t + ½at2
konstan
v2 = + 2as w2 = + 2qa

Massa, momen
M I I = åmiri2
kelembaman

Hukum kedua
F = ma t = Ia
Newton

Usaha W = ò F ds W = ò t dq

Daya P = F.v P=Iw

Energi potensial Ep = mgy

Energi kinetik Ek = ½ mv2 Ek = ½ Iw2

Impuls ò F dt t ò dt

Momentum P = mv L = Iw
Analogi antara besaran translasi dan besaran rotasi

1.1.2 Gerak Melingkar


Gerak melingkar adalah gerak suatu benda yang membentuk lintasan berupa
lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Agar suatu benda dapat bergerak melingkar
membutuhkan gaya yang selalu membelokkannya menuju pusat lingkaran lintasan. Gaya
ini di namakan gaya sentripetal. Suatu gerak melingkar beraturan dapat dikatakan sebagai
suatu gerak dipercepat beraturan, mengingat perlu adanya suatu percepatan yang
bergerak tetap dengan arah yang berubah,yang selalu merubah arah gerakan benda agar
menempuh lintasan berbentuk lingkaran.
Besaran-besaran yang mendeskripsikan suatu gerak melingkar adalah Q,w,d atau
berturut-turut berarti sudut. Kecepatan sudut, dan percepatan sudut. Besaran-besaran ini
bila dianalogikan dengan gerak linear setara dengan posisi, kecepatan, dan percepatan atau
dilambangkan berturut-turut dengan r.v dan α.

Besaran gerak lurus dan melingkar


Gerak lurus Gerak melingkar

Besaran Satuan (SI) Besaran Satuan (SI)

poisisi m sudut rad

kecepatan m/s kecepatan sudut rad/s

percepatan m/s2 percepatan sudut rad/s2

- - perioda s

- - radius m

a. Gerak melingkar beraturan


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui benda-benda yang melingkar
beraturan.salah satu contoh benda yang bergerak melingkar beraturan adalah jarum, detik
jarum menit, dan jarum jam pada jam analog.
Gerak melingkar beraturan memiliki dua pengertian. Pertama, suatu benda bergerak
melingkar beraturan jika selama benda tersebut bergerak melingkar, kelajuan benda selalu
konstan atau kelajuan setiap bagian benda selalu konstan. Kedua, suatu benda bergerak
melingkar beraturan jika kecepatan sudut benda selalu konstan, kecepatan sudut
merupakan besaran vector, karenanya kecepatan sudut terdiri dari besar kecepatan sudut
dan arah kecepatan sudut.
1. Periode Dan Frekuensi
Periode ( T ) putaran sebuah benda didefinisikan sebagai waktu yang diperlkan untuk
salah satu kali putaran. Jika untuk menempuh n putaran diperlukan waktu selama t seko,
maka periode benda dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
T=
Keterangan : T = periode (s)
t = waktu tempuh (s)
n = banyaknya putaran
Frekuensi (f) adalah banyaknya putaran per satuan waktu. Jika untuk melakukan n putaran
memerlukan waktu t sekon maka frekuensi dapat dinyatakan dalam persamaan:
f=
keterangan : f = frekuensi ( Hz )
n = banyaknya putaran
t = waktu temph ( s )

2. Kecepatan Sudut dan Kecepatan Linier


Kecepatan sudut didefinisikan sebagai besar sudut yang ditempuh tiap satu satuan
waktu dalam gerak melingkar beraturan, kecepatan sudut atau kecepatan anguler untuk
slang waktu yang sama selal konstan. Untuk partikel yang melakukan gerak satu kali
putaran, berarti sudut yang ditempuh adalah 360derajat atau 2π dan waktu yang
diperlukan satu kali putaran disebut satu Periode ( T ). Maka kecepatan sudut dapat
dinyatan dalam persamaan berikut :
ω = atau ω = 2πf
keterangan : ω = kecepatan sdut ( )
T = Periode (s)
f = frekuensi (Hz)
b. Gerak melingkar berubah beraturan
Gerak melingkar berubah beraturan ( GMBB ) adalah gerak suatu benda dengan
bentuk lintasan melingkar dan besar percepatan sudut /anguler konstan. Jika percepatan
anguler benda searah dengan perubahan kecepatan anguler, maka perputaran benda
semakin cepat, dan dikatakan GMBB dipercepat sebaliknya jika percepatan anguler
berlawanan arah dengan perubahan kecepatan anguler benda akan semakin lambat, dan
dikatakan GMBB diperlambat.
Dalam GMBB dikenal juga percepatan tangensial cat ). Pada semua benda bergerak
melingkar selalu memiliki percepatan sentripetal, tetapi belum tentu memiliki percepatan
tangensial.
Percepatan tangensial hanya dimiliki bila mana benda bergerak melingkar dan
mengalami perubahan kelajuan linier. Benda yang bergerak melingkar dengan kelajuan
linear tetapi hanya memiliki percepatan sentry pental, tetapi tidak mempunyai percepatan
tangensial cat=0). Sama halnya dengan gerak lurus berubah beraturan ( GLBB ). Pada
GMBB juga berlaku mencari kecepatan sudut akhir (wt) dan mencari posisi sudut/besar
sudut yang ditempuh.
1.1.3 Momen Inersia
Momen inersia ( satuan SI : kg m2 ) adalah ukuran kelembaban suatu benda untuk
berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi dari pada massa . Momen
inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika rotasi dasar. Dan
menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen inersia dan
percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan scalar terhadap
momen inersia, pembahasan menggunakan pendekatan tensor memungkinkan analisis
sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik yang sering kita lihat.
Lambang ‘’I’’ dan kadang-kadang ‘’J’’ biasanya digunakan untuk merujuk kepada
momen inersia.
Konsep ini diperkenalkan oleh Euler dalam bukunya ‘’ a Theoria motus
corporum solidorum seurigidiroum’’ pada tahun 1730. Dalam buku tersebut, dia mengupas
momen inersia dan banyak konsep terkait. Momen inersia menyatakan bagaimana massa
benda yang berarti di distribusikan disekitar sumbu rotasinya. Apabila sistem yang tidak
berotasi adalah sebuah partikel yang bermassa m dan berjarak r dari sumbu rotasi, maka
momen inersia tersebut merupakan hasil kali antara massa partikel dengan kuadratnya
dari sumbu rotasi. Momen inersia di rumuskan sebagai berikut :
I=m.r²
Keterangan : I = momen inersia (kg.m²)
m =massa benda ( kg )
r = jarak partikel dari sumbu putar (m)
Apabila benda yang berotasi terdiri dari susunan partikel kontinu, seperti benda
tegar, maka momen inersianya dapat dihitung dengan metode integral yang dirumuskan
sebagai berikut :
I=
Keterangan : I = momen inersia (kg.m²)
m =massa benda ( kg )
dm = turunan massa (kg)
Besaran momen inersia tergantung pada bentuk benda, jarak, sumbu putar kepusat
massa, dan posisi benda relatif terhadap sumbu putar.

1.1.4 Energi kinetik rotasi


Energi kinetic adalah energi yang dimiliki oleh benda karena gerakannya (atau
kecepatannya). Benda bermassa m yang bergerak tranlasi (linear) dengan kecepatan
memiliki energi kinetic yang ditentukan oleh :
Ektranslasi = ½ mv²
Keterangan : Ekt = Energi kinetic translasi (j)
m = massa (kg)
v = kecepatan linear (m/s)
Jika suatu benda berotasi terhadap poros, maka benda itu memiliki energi kinetic
rotasi. Energi kinetic rotasi dapat diturunkan dari energi translasi. Telah diketahui bahwa
V = rw , maka :
Ekrotasi = ½ m (rw)² = ½ mr² w²
Keterangan : Ekr = Energi kinetic rotasi (J)
m = MASSA (kg)
r = jari-jari (m)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
Telah diketahui bahwa mr2 = I (yaitu momen inersia), sehingga :
Ekrotasi = ½ . I ω²
Keterangan : EKr = energi kinetic rotasi (J)
I = Momen inersia (kg m²)
ω = kecepatan sudut (rad/s)

Persamaan diatas menyatakan energi kinetic dari suatu benda tegar dengan momen inersia
I dan kecepatan sudut w. satuan energi kinetic adalah joule.
(siswanto , 2009 , 122)

1.1.5 Energi Kinetik Gabungan


Jika benda tegar bergerak translasi sambil berotasi, maka total energi kinetiknya
sama dengan jumlah energi translasi dan energi kinetinya sama dengan jumlah energi
kinetik translasi dan energi kinetik rotasinya.
Keterangan : = Energi kinetik total ( J )
= Energi kinetik translasi ( J )
= Energi kinetik rotasi ( J )

1.1.6 Dinamika Rotasi


Dinamika rotasi didasarkan pada hukum Newton II, yaitu :
F = m . a atau a
Keterangan : F = gaya (N)
m = massa benda ( kg )
a = percepatan (m/s²)
Dengan F adalah resultan gaya yang bekerja pada benda, m adalah massa benda
dan a adalah percpatan benda. Untuk menghitung resultan gaya (∑F). Kita harus
menggambaran setiap gaya yang bekerja pada benda tersebt dinamika rotai didasarkan
pada hukum II Newton untuk gerak rotasi yaitu:
∑τ = I . a atau a=
Keterangan : ∑τ = Resultan momen gaya luar ( N.m )
I = momen inersia (kg.m²)
a = Percepatan sudut (rad/s²)
untuk menentukan atau menghitung resultan gaya luar ( ∑τ ) kita harus
menggambarkan setiap gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Sebuah benda yang berjari-jari r dan bermassa m, berada dipuncak suatu bidang
miring yang licin. Karena bidang icin, maka benda hanya mengalami gerak translasi. Gerak
benda pada kasus ini dinamakan gerak melunur. Dengan demikian, kita hanya meminjau
resultan gaya untuk gerak translasi.
1.1.7 Hukum Kekentalan Mometum

Hokum kekentalan momentum yang menjelaskan tumbukan-tumbukan


Pada satu dimensi dirumuskan pertama kali oleh Jhon willis, Christopher Warrren, dan
Christian Huggens pada tahun 1668.

Suatu tumbukan selalu melibatkan setidaknya dua benda. Misalnya, benda itu adalan
bola A dan bola B. sesaat sebelum tumbukan, bola A bergerak mendatar kekanan dengan
momentum mAvA dan bola B bergerak mendatar ke kiri dengan momentum mBvB .
momentum sistem partikel sebelum tumbukan tertentu saja sama dengan jumlah
momentum bola A dan bola B sebelum tumbukan

P = mAvA +mBvB

Keterangan:
P = momentum (kg.m/s)
mA = massa bola A (kg)
mB = massa bola B (kg)
vA = kecepatan bola A (m/s)
vB = kecepatan bola B (m/s)
Momentum sistem partikel sesudah tumbukan tentu sama dengan jumlah momentum
bola A dan bola B sesudah tumbukan.

P’ = mAvA’ + mBvB’

Keterangan:
P’ = momentum sesudah tumbukan (kg.m/s)
mA = massa bola A (kg)
mB = massa bola B (kg)
vA’= kecepatan bola A setelah tumbukan (m/s)
vB’= kecepatan bola A setelah tumbukan (m/s)

selama bola A dan bola B saling bersentuhan, bola B mengerjakan gaya pada bola A,
diberi lambang FA.B . sebagai reaksi, bola A mengerjakan gaya pada bola Bdiberi lambing FB.A
.

kedua gaya ini sama besar, tetapi berlawanan arah. Untuk sistem dimana gaya yang
terlibat saat interaksi hanyalah gaya dalam. Maka, menurut hukum III Newton, resultan
semua gaya ini sama dengan nol, sehingga untuk sistem interaksi dua bola berlangsung
tumbukan ,resultan gaya pada sistem oleh gaya-gaya dalam tumbukan di dalam sebagai
berikut

∑F = FA.B + FB.A = -F + F = 0

Keterangan :
∑F = resultan gaya(N)
F = gaya (N)
FA.B = gaya bola A yang dikerjakan bola B (N)
FB.A = gaya bola B yang dikerjakan bola A (N)

Sesuai dengan hukum II Newton bentuk momentum ∑F = , momentum sistem adalah

∑P = ∑F . ∆t = 0

Keterangan :
∑F = resultan gaya (N)
∑P = resultan momentum (kg.m/s)
∆t = perubahan waktu(s)

Karena ∆P = P’ – P = 0 maka P’ = P dan ini dikenal sebagai hokum kekekalan momentum


linear. Pada hukum kekekalan momentum menjelaskan interaksi benda karena
gerakannya. Interaksi ini menjelaskan bahwa momentum yang dialami suatu benda dapat
berpindah ke benda lain . hukum kekekalan momentum linear menyatakn bahwa dalm
peristiwa tumbubukan , momentum total dalam peristiwa tumbukan, momentum total
sebelum tumbukan sama dengan momentum total sistem sesudah tumbukan, asalkan tidak
ada gaya luar yang bekerja pada sistem . secara sistemamatis hokum kekekalan momentum
linear sebagai berikut.
Psebelum = Psesudah
PA +PB =PA’ +PB’
MAVA MBVB +MAVA’ +MBVB’

Keterangan
P = momentum (kg.m/s)
PA = momentum benda A (kg.m/s)
PB= momentum benda B (kg.m/s)
PA’ = momentum benda A setelah tumbukan(kg.m/s)
PB’= momentum benda B setelah tumbukan(kg.m/s)
MA = massa benda A(kg)
MB = massa benda B(kg)
vA= kecepatan benda A (m/s)
vB = kecepatan benda B (m/s)
vA’= kecepatan benda A sesudah tumbukan (m/s)
vB’ = kecepatan benda B sesudah tumbukan (m/s)

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat yang diharapkan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
a. Dapat menerapkan prinsip – prinsip dan hukum Newton tentang gerak
b. Memahami analogi antara gerak translasi dan gerak rotasi benda putar
c. Menentukan kecepatan benda yang mengelinding
d. Menyelidiki hubungan antara kecepatan benda, momen inersia yang terjadi pada gerakan
rotasi
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Percobaan praktikum Momentu Sudut dan Rotasi Benda Tegar di laksanakan pada
hari Minggu, 6 Oktober 2013 Pukul 14.30 sMPi 16.00 WITA bertempat di laboratorium
Fisika Dasar dan Akustik Bangunan Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Tabel 2.1 Alat Praktikum
Nama Alat NST Kegunaan
Papan - Meluncurkan Objek
Mistar 1mm Mengukur tinggi/panjang objek
Jangka Sorong 0,02mm Mengukur diameter objek
Stopwatch 0,01 s Menghitung waktu tempuh objek
Neraca 1 gr Untuk mengukur massa objek

2.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1. Pipa besi 1
2. Pipa besi 2
3. Pipa besi 3
4. Bola

2.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur dari percobaan ini adalah :
a. Menyiapkan bidang miring/ papan yang telah ditetapkan pada lantai
b. Mengukur panjang bidang miring (s)
c. Mengukur tinggi dari bidang miring (H dan h)
d. Mengukur waktu tempuh (pipa dan bola) yang dilepaskan dari ketinggian H untuk sampai
ketinggian h
e. Meggulangi langkah tersebut diatas sapai beberapa kali
f. Mengubah tinggi dari bidang miring sebanyak 2 kali kemudia mengulangi prosedur d dan e
sebanyak 2 kali
g. Mengukur diameter luar dan diameter dalam pipa, serta diameter bola.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini dengan percobaan praktikum “momentum sudut


dan Benda tegar” menggunakan 4 beban yaitu pipa 1,pipa 2,pipa 3 dan juga
bola.Pipa 1 bermassa 0,129 kg dengan diameter luarnya 0,047,diameter
dalamnya 0,0348, diameter luarnya 0,0418.

Dari percobaan yang dilakukan pada ketinggian H=0,5550 dan 0,2750


m,untuk pipa satu waktu tempuh rata rata 1,3775 s,pipa 2 dengan rata rata
waktu 1,2850 s,pipa 3 dengan rata rata 1,1375 s.pada ketinggian
H=0,4050,h=0,2750 untuk pipa satu dengan rata rata 1,8850 s,pipa2
dengan rata rata waktu tempuh 1,890s.pipa 3 dengan rata rata waktu
tempuh 1,9275.dan bola dengan rata rata waktu tempuh 1,5300,pipa 2
dengan rata rata1,8900 fan pipa 3 1,5300 sedangkan bola wktu tempuh
rata rata 1,3852.

Dari hasil percobaan dalam analisa tanpa ralat pada ketinggian


H=0,5550 dan h =0,2750 m dengan jarak 1,2 m sin = 0.2333 pada
ketinggian kedua H = 0,4050 dan h 0,2750 m sin =1083 pada ketinggian ke
3 dengan H = 0.4050 dan h = 0,0255 dan sin 0,1662.

Pada ketinggian H=0.5550 dan h =0,2760 momen inersia (i) yaitu


6,6518.10-5 kg.m^3percepatan teori (ateori) yaitu 0,6254 m/s percepatan
eksperimen (aeks) 0,6754 (ateori) untuk pipa 2.momen inersia yaitu
7,8234 kg/m untuk pipa 3 momen inersia yaitu 7,1405.10-4 untuk bola
,momen inersia 1,0471 kg.m2.percepatan teori 0,7584 dan percepatan
eksperimen 0,7532 m/s2
Pada ketnggian H=0,4050 dan h =0,2750 untuk pipa 1 percepatan
teori 0,6354.percepatan eksperimen 0,6754 m/s.pipa 2 percepatan teori
0,6354 m/s.percepatan eksperimen 0,6754 m/s.pipa 3 percepatan teori
0,0998m/s percepatan eksperimen 0,6459 m/s dan untuk bola percepatan
teori 0,0484 m/s.percepatan eksperimen 0.7532 m/s.

Pada ketinggian H = 0,4050 dan h =0,2055 pipa 1,2,3 dan bola .Momen
inersianya sama pada setiap ketinggian,untuk pipa 1 percepatan teori
0,9759 m/s.percepaatan eksperimen 1,0252m/s.untuk pipa 2 percepatan
teori 0,7828m/s percepatan eksperimen 0,8422 m/s untuk pipa 3
percepatan teori 0,5533m/s dan percepatan eksperimen 0,9089 m/s dan
bola ,percepatan 1,1656 dan percepatan dan percepatan eksperimen
1,2557 m/s.

Untuk analisa dengan ralat pada ketinggian H 0,5550 dan h


0,2750.untuk pipa satu perubahan percepatan 9,1970.10 m/s kesalha
relatif (ksr)0,7272 % dan percepatan sebenarnya 1,2739 sampai dengan
1,2556 m/s.untuk pipa 2 perubahan percepatan 0,0113 m/s.kesalahan
relatif 0,7774 %.dan percepatan sebenarnya (a seb )1,4648 sampai dengan
1,2556 m/s.untuk pipa 2 ,perubahan percepatan 0.113 m/s kesalahan
relative 0,774 % percepatan sebenarnya 1,4648 sampai dengan 1,4422
m/s.untuk pipa 3 0,0107 m/s kesalahan relative 0,7656 % dan percepatan
sebenarnya 1,4092 m/s sampai dengan 1,3878 m/s.untuk bola perubahan
percepatan 1,6306.10-2 kesalahan relatif 0,8791 % dan percepatan
sebenarnya 3,4854 sampai dengan 0,2242.

Pada ketinggian H=0,4050 dan h = 0,2750.untuk pipa 1 perubahan


percepatan 3,5946.10kesalahan relative 0,5029 dan percepatan
3,3622.10,ksr 0,5205 % di percepatan sebenarnya 0,6492 sampai
dengan0,6425 untuk bola perubahan percepatan 4,2311.10 ksr 0,5617%
dan percepatan sebenarnya 0,7574 m/s sampai dengan 0,7489 m/s.

Pada ketinggian H=0,4050 untuk pipa 1 perubahan percepatan


5,0068.10 m/s.kesalahan relative 0,5907 %.percepatan 3,6158.10sampai
3,5733.10 .untuk pipa 2 perubahan percepatan 2,1233.10,kesalahan
relative 0,5940 %.percepatan sebenarnya 0,8478 sampai dengan 0,8377
m/s.pipa 3 perubahan percepatan 5,6058.10 m/s.kesalahan relative (ksr)
0,7245 % percepatan sebenarnya 1,2648 m/s 1,2466 m/s.

Untuk analisa grafik pada pipa 1 menggunakan persamaan y=0,2500x


+13,8399.pada pipa 2 menggunakan rumus y=0,1443x + 8,4533.pada pipa
3 menggunakan persamaan rumus y=0,1443x+8,5796.pada bola
menggunakan y=0,1361x + 18,2236.

BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya simpulkan dari percobaan kali ini adalah :
1. Jika momen gaya yang bekerja pada suatu benda yang mempunyai momen inersia
terdapat sumbu putar, akibatnya benda tersebut akan berputar atau bergerak memutar
dengan kecepatan sudut dan kecepatan atau laju benda dipengarhi kemiringan dan
diameter dari benda tersebut.
2. Momentum sudut benda yang berotasi akan memiliki nilai yang sebanding dengan
momen inersia dan kecepatan angkernya.
3. Jika massa benda semakin berat maka percepatannya semakin cepat. Jika massa benda
semakin ringan maka percepatannya semakin lambat.
4. Jika semakin tinggi bidang miring, maka semakin cepat percepatnnya. Jika semakin
rendah bidang miring, maka semakin lambat percepatannya
1.2 saran
saran saya yang pertama yaitu tambahan waktu aisitensi diperpanjang yang
kedua agar percobaan ini lebih efektif ada kalanya mempunyai ruangan tersendiri dan
tidak menggunakan triplek karena berhubung beban yang di gunakan cukup berat

DAFTAR PUSTAKA
Bambang.Haryadi.2009.Rangkuman Fisika. Bandung: Pusat Pembuatab Bandung
Jaladam.Paksi.2010.Kumpulan Fisika Dasar Jakarta Pusat Pembukuan
(Http://id.wikipedia.org.wiki/d_m_g)
Kuncoro.Tri.2005.Belajar Fisika Dasar Yogyakarta :Erlangga
Sukaryadi 2009.Senang belajar Fisika SMA/MA.jakarta tiga serangkai
Diposkan oleh Darlan civil di 23.28

Anda mungkin juga menyukai