Momentum Sudut
Momentum Sudut
Momentum Sudut
http://darlancivil.blogspot.co.id/2014/09/contoh-
laporan-fisika-momentum-sudut.html
1.1 Landasan Teori
Momentum merupakan hasil kali antara massa dengan kecepatan. Dalam gerak
rotasi, besaran analog dengan momentum linear adalah momentum sudut. Untuk benda
yang berotasi disekitar sumbu yang tetap, besaran momentum sudut dinyatakan
L=I.ω
Keterangan : L = momentum sudut (kgm2 / c)
I = momen inersia (kgm2)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
Momentum sudut merupakan besaran vector. Arah momentum sudut dari suatu
benda yang berotasi dapat ditentukan dengan kaidah putaran sekrup. Atau dengan aturan
tangan kanan. Jika keempat jari menyatakan jarak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah
momentum sudut.
(stove setford , 1966 , 120)
Perhatikan sebuah benda tegar yang berotasi terhadap sumbu Z dengan kecepatan
sudut ω. tiap partikel benda pada sumbu, misalnya, partikel Ai membentuk lingkaran
dengan jari-jari Ri = Ai Bi dengan kecepatan Vi = ω -ri, dimana ri merupakan vector posisi
relatif terhadap pusat o (ini dipilih sebagai titik tetap dalam suatu kerangka inersial atau
dipusat massa benda tersebut). Besarnya kecepatan adalah :
Vi = ω ri sin θ
Arah tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh vector ri dan vi dan oleh
karena itu membuat sudut π/2 - Ai dengan sumbu rotasi z. Besar Li adalah mi ri vi dan
komponen sejajarnya dengan sumbu Z. Untuk sebuah partikel yang bergerak melingkar,
komponen momentum sudut total benda berada dan berotasi sepanjang sumbu rotasi z
mempunyai besaran.
1.1.1 Momen Gaya
Torsi menunjukan kemampuan sebuah gaya untuk membuat benda melakukan
gerak rotasi. Besar torsi tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu
putaran dan letak gaya.
Torsi juga disebut momen gaya dan merupakan besaran vektor. Torsi adalah hasil
perkalian silang antara vektor posisi (r) dengan gaya (F), dapat ditulis sebagai berikut :
τ = r . F sin α
keterangan : F = Gaya ( N )
τ = Momen Gaya ( N . m)
r = Lengan Gaya (m)
α = sudut yang dibentuk
Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu bentuk usaha
dengan salah satu titik sebgai titik acuan, misalnya anak sedang bermain jungkat jungkit
dengan titik acuan adalah poros jungkat jungkit.
Momen gaya merupakan penyebab gerak rotasi. Momen gaya merupakan penyebab
putaran benda searah jarum jam disebut momen gaya positif. Adapun momen gaya yang
menyebabkan putaran benda berlawanana dengan putaran jarum jam disebut momen gaya
negatif.
Pada sistem keseimbangan resultan momen gaya selalu bernilai nol, sehinga
dirumuskan ∑τ = 0. Torsi dalam gerakan rotasi sama dengan gaya pada gerak translasi.
Benda tegar adalah benda pada yang tidak berubah bentuk apabila dikenai gaya luar.
Satuan dari momen gaya atau torsi adalah N.m.
Untuk lebih memahami momen gaya secara detail, perhatikan gambar dibawah ini
b
d₂
0
F₂ d₁ a
F₁
Gambar 1.1 Skema momen gaya pada jungkit - jungkit
Ketika AB diberi gaya pada ujung-ujungnya yaitu F1 dan F2 maka batang akan
berotasi, besar momen gaya yang bekerja pada batang, bergantung pada besar gaya yang
diberikan dan panjang lengan momen gaya. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin
besar pula momen gayanya.
Demikian juga momen semakin besar, maka semakin besar pula momen gayanya.
Lengan gayanya adalah jarak tegak lurus sumbu rotasi kearah gayanya
Pada gerak rotasi, sebuah benda hanya dapat merubahnya dari diam menjadi
berputar jika pada benda itu diterapkan sebuah gaya. Perubahan gerak pada gerak rotasi
terjadi karena adanya gaya pemutar.yang dikenal dengan momen gaya. Perhatikan gambar
pada benda dengan poros P.Q adalah terjadi gaya (f) bekerja pada benda yang teman kerja
gaya F yaitu, titik tempat gaya bekerja dan menumpuk. T adalah vector posisi Q terhadap
poros P dan sudut antara t dan f adalah Q (r dan f adalah vector atau besaran vector)
momen gaya yang disebabkab oleh gaya F1 dan F2 sebagai berikut :
T1 = + F1 . d1
T2 = - F2 . d2
Keterangan : T1=Momen gaya yang disebabkan oleh F1 (Nm)
T2=Momen gaya yang disebabkan oleh F2 (Nm)
F1=Gaya 1 (N)
F2=Gaya 2 (N)
D1=panjang lengan mome pertama (m)
D2=panjang lengan momen kedua (m)
Pada mekanika dan dinamika untuk tranlasi rotasi banyak kesamaan-
kesamaan besaran yang dapat dibandingkan dengan symbol-simbol besarannya. Termasuk
hukum 2 newton ditunjukan dalam tabel berikut :
Perbandingan dinamika translasi dan rotasi
Translasi Rotasi
Momentum
p = mv Momentum sudut* L = Iw
linier
Gaya tegak
lurus Torsi tegak lurus
F=wxp t=W´L
terhadap momentum sudut
momentum
Energi
Ek = ½ mv2 Energi kinetik Ek = ½ Iw2
kinetik
Perubahan
S q s = r.q
sudut
Gaya resultan,
F t t = F.r
momen
v = v0 + at w = w0 + at
Percepatan
s = v0t = ½ at2 q = w0t + ½at2
konstan
v2 = + 2as w2 = + 2qa
Massa, momen
M I I = åmiri2
kelembaman
Hukum kedua
F = ma t = Ia
Newton
Usaha W = ò F ds W = ò t dq
Impuls ò F dt t ò dt
Momentum P = mv L = Iw
Analogi antara besaran translasi dan besaran rotasi
- - perioda s
- - radius m
Persamaan diatas menyatakan energi kinetic dari suatu benda tegar dengan momen inersia
I dan kecepatan sudut w. satuan energi kinetic adalah joule.
(siswanto , 2009 , 122)
Suatu tumbukan selalu melibatkan setidaknya dua benda. Misalnya, benda itu adalan
bola A dan bola B. sesaat sebelum tumbukan, bola A bergerak mendatar kekanan dengan
momentum mAvA dan bola B bergerak mendatar ke kiri dengan momentum mBvB .
momentum sistem partikel sebelum tumbukan tertentu saja sama dengan jumlah
momentum bola A dan bola B sebelum tumbukan
P = mAvA +mBvB
Keterangan:
P = momentum (kg.m/s)
mA = massa bola A (kg)
mB = massa bola B (kg)
vA = kecepatan bola A (m/s)
vB = kecepatan bola B (m/s)
Momentum sistem partikel sesudah tumbukan tentu sama dengan jumlah momentum
bola A dan bola B sesudah tumbukan.
P’ = mAvA’ + mBvB’
Keterangan:
P’ = momentum sesudah tumbukan (kg.m/s)
mA = massa bola A (kg)
mB = massa bola B (kg)
vA’= kecepatan bola A setelah tumbukan (m/s)
vB’= kecepatan bola A setelah tumbukan (m/s)
selama bola A dan bola B saling bersentuhan, bola B mengerjakan gaya pada bola A,
diberi lambang FA.B . sebagai reaksi, bola A mengerjakan gaya pada bola Bdiberi lambing FB.A
.
kedua gaya ini sama besar, tetapi berlawanan arah. Untuk sistem dimana gaya yang
terlibat saat interaksi hanyalah gaya dalam. Maka, menurut hukum III Newton, resultan
semua gaya ini sama dengan nol, sehingga untuk sistem interaksi dua bola berlangsung
tumbukan ,resultan gaya pada sistem oleh gaya-gaya dalam tumbukan di dalam sebagai
berikut
∑F = FA.B + FB.A = -F + F = 0
Keterangan :
∑F = resultan gaya(N)
F = gaya (N)
FA.B = gaya bola A yang dikerjakan bola B (N)
FB.A = gaya bola B yang dikerjakan bola A (N)
∑P = ∑F . ∆t = 0
Keterangan :
∑F = resultan gaya (N)
∑P = resultan momentum (kg.m/s)
∆t = perubahan waktu(s)
Keterangan
P = momentum (kg.m/s)
PA = momentum benda A (kg.m/s)
PB= momentum benda B (kg.m/s)
PA’ = momentum benda A setelah tumbukan(kg.m/s)
PB’= momentum benda B setelah tumbukan(kg.m/s)
MA = massa benda A(kg)
MB = massa benda B(kg)
vA= kecepatan benda A (m/s)
vB = kecepatan benda B (m/s)
vA’= kecepatan benda A sesudah tumbukan (m/s)
vB’ = kecepatan benda B sesudah tumbukan (m/s)
2.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1. Pipa besi 1
2. Pipa besi 2
3. Pipa besi 3
4. Bola
Pada ketinggian H = 0,4050 dan h =0,2055 pipa 1,2,3 dan bola .Momen
inersianya sama pada setiap ketinggian,untuk pipa 1 percepatan teori
0,9759 m/s.percepaatan eksperimen 1,0252m/s.untuk pipa 2 percepatan
teori 0,7828m/s percepatan eksperimen 0,8422 m/s untuk pipa 3
percepatan teori 0,5533m/s dan percepatan eksperimen 0,9089 m/s dan
bola ,percepatan 1,1656 dan percepatan dan percepatan eksperimen
1,2557 m/s.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya simpulkan dari percobaan kali ini adalah :
1. Jika momen gaya yang bekerja pada suatu benda yang mempunyai momen inersia
terdapat sumbu putar, akibatnya benda tersebut akan berputar atau bergerak memutar
dengan kecepatan sudut dan kecepatan atau laju benda dipengarhi kemiringan dan
diameter dari benda tersebut.
2. Momentum sudut benda yang berotasi akan memiliki nilai yang sebanding dengan
momen inersia dan kecepatan angkernya.
3. Jika massa benda semakin berat maka percepatannya semakin cepat. Jika massa benda
semakin ringan maka percepatannya semakin lambat.
4. Jika semakin tinggi bidang miring, maka semakin cepat percepatnnya. Jika semakin
rendah bidang miring, maka semakin lambat percepatannya
1.2 saran
saran saya yang pertama yaitu tambahan waktu aisitensi diperpanjang yang
kedua agar percobaan ini lebih efektif ada kalanya mempunyai ruangan tersendiri dan
tidak menggunakan triplek karena berhubung beban yang di gunakan cukup berat
DAFTAR PUSTAKA
Bambang.Haryadi.2009.Rangkuman Fisika. Bandung: Pusat Pembuatab Bandung
Jaladam.Paksi.2010.Kumpulan Fisika Dasar Jakarta Pusat Pembukuan
(Http://id.wikipedia.org.wiki/d_m_g)
Kuncoro.Tri.2005.Belajar Fisika Dasar Yogyakarta :Erlangga
Sukaryadi 2009.Senang belajar Fisika SMA/MA.jakarta tiga serangkai
Diposkan oleh Darlan civil di 23.28