Makalah Teknik Pengolahan Limbah
Makalah Teknik Pengolahan Limbah
Makalah Teknik Pengolahan Limbah
Disusun Oleh :
Nama : 1.Fenty Alnafrah (NIM : 061640421617)
2.Nadia Zaky Fadillah (NIM : 061640421953)
Kelas : 2KIA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teknik
Pengolahan Limbah dengan judul “Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada
seluruh pihak, terutama kepada Pak Adi Syakdani, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah
Teknik Pengolahan Limbah Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Ada beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini :
a. Menambah wawasan tentang penolahan limbah cair secara biologi.
b. Menambah wawasan tentang prinsip pengolahannya.
c. Mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat dari pengolahan limbah secara biologi.
d. Mengetahui klasifikasinya berdasarkan kondisi prosesnya.
e. Serta mengetahui dan memahami faktor – faktor yang berpengaruh pada proses tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Yaitu pengolahan (treatment) air limbah dengan mendayagunakan mikroorganisme untuk
mendekomposisi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang
kurang menimbulkan potensi bahaya (misalnya keracunan, kematian biotik akibat penurunan
DO, maupun kerusakan ekosistem). Pengolahan secara biologi seringkali merupakan
pengolahan tahap kedua (secondary treatment) dalam sebuah IPAL.
2.4 Klasifikasi
Proses pengolahan limbah cair secara biologis, secara garis besar terbagi menjadi 3, yakni :
a. Proses Biologis Dengan Biakan Tersuspensi
Ialah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan
senyawa polutan yang ada dalam air limbah dan mikroorganisme yang digunakan dibiakkan
secara tersuspensi di dalam reaktor. Contoh dari pengolahan dengan sitem ini adalah lumpur
aktif, kolam oksidasi, dan lain – lain.
3
b. Proses Biologis Dengan Biakan Melekat
Ialah proses pengolahan limbah dimana mokroorganisme yang digunakan dibiakkan dalam
suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Contoh
pengolahan dengan sistem ini adalah trickling filter, aerasi kontak, dan RBC.
c. Proses Biologis Dengan Sistem Lagun Atau Kolam.
Pengolahan dengan sistem ini dilakukan dengan cara menampung air limbah pada suatu kolam
penampungan dalam waktu tinggal yang cukup lama sehingga aktifitas mokroorganisme
tumbuh secara alami dan senyawa polutan yang terkandung dalam air limbah akan terurai
secara perlahan.
Proses pengolahan limbah secara biologi jika diklasifikasikan berdasarkan ketergantungan
mikroorganisme pengurai akan oksigen atau berdasar kondisi proses :
1. Aerob (Memerlukan Oksigen)
Proses ini membutuhkan mikroorganisme maupun kondisi aerob, selain itu proses aerob biasa
digunakan untuk limbah dengan kadar BOD Yng tidak terlalu tinggi.Ada beberapa teknik
pengolahan limbah cair secara biologi dengan proses aerob :
a. Lumpur Aktif (Activated Sludge Process)
Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif mulai dikembangkan di Inggris pada tahun
1914 oleh Ardern dan Lockett, dan dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan
massa mikroorganisme yang aktif, dan mampu menstabilkan limbah secara aerobik. Istilah
lumpur aktif diterapkan baik pada proses maupun padatan biologis di dalam unit pengolahan.
Cara Kerja :
1. Setelah dilakukan penyaringan dan equalisasi, air limbah dimasukkan kedalam bak
pengendap awal untuk menurunkan suspended solid.
2. Limbah cair dimasukkan ke dalam tangki aerasi di mana terjadi pencampuran dengan
mikroorganisme yang aktif (lumpur aktif). Mikroorganisme inilah yang melakukan
penguraian dan menghilangkan kandungan organik dari limbah secara aerobik. Oksigen
yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan
udara ke dalam tangki aerasi dengan blower. Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur
limbah cair dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.
3. Campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki
sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai
effluen dari proses.
4. Sebagian besar lumpur aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi tersebut dikembalikan
ke tangki aerasi sebagai return sludge supaya konsentrasi mikroorganisme dalam tangki
aerasinya tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge.
4
Kelebihan :
· Daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar.
· Efisiensi proses lebih tinggi.
· Cocok untuk pengolahan air limbah dengan debit kecil untuk polutan organik yang susah
terdegradasi.
·
Kekurangan :
· Area instalasi luas, sehingga membutuhkan dana investasi cukup besar, akibatnya
pemanfaatan teknologi lumpur aktif menjadi tidak efisien di Indonesia.
· Proses operasional yang rumit mengingat proses lumpur aktif memerlukan pengawasan yang
cukup ketat seperti kondisi suhu dan bulking control proses endapan.
· Membutuhkan energi yang besar.
· Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba
dalam reaktor.
· Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.
Contoh Pengaplikasian :
Sistem pegolahan air limbah pada rumah sakit & industri kertas (pulp).
b. Lagun Aerasi (Aerated Lagoon)
Lagun Aerasi adalah sebuah kolam yang dilengkapi dengan aerator. Proses kerja reaktor ini
ialah menampung air limbah dalam sebuah kolam besar yang diatur supaya suasana aerobik
berjalan melalui pengadukan mekanis ataupun memasang penggelembung udara seperti
gambar dibawah ini. Biomassa yang terbentuk akan mendegradasi polutan organik. Suplai
oksigen juga terkadang mendapat bantuan dari fotosintesis alga maupun ganggang dalam
kolam tersebut.
Cara Kerja :
Lagun aerasi mempunyai proses yang hampir sama dengan proses kerja lumpur aktif,
perbedaannya adalah dalam hal pengembalian lumpur. Pada lagun aerasi lumpur tidak
dikembalikan. Aerator langsung beroperasi di atas permukaan lagun dan menggoncang seluruh
permukaan limbah agar dapat tercampur merata antara udara dan limbah. Mikroorganisme
memanfaatkan limbah sebagai sumber energi. Yang penting disini adalah berapa jumlah
oksigen yang dapat ditransfer untuk kebutuhan kolam.
5
Kelebihan :
· Biaya pemeliharaan rendah.
· Effluent yang dihasilkan baik karena daya larut oksigen dalam air limbah lebih besar sehingga
mengoptimalkan kinerja mikroorganisme.
· Dapat menampung air limbah dengan kuantitas volume yang sangat besar.
· Tidak menimbulkan bau.
Kekurangan :
· Membutuhkan lahan yang luas.
· Membutuhkan energi yang besar, karena disamping untuk suplai oksigen juga untuk
pengadukan secara sempurna.
Contoh Pengaplikasian :
Sistem pengolahan air limbah pada industri pangan.
Kelebihan :
· Mudah dioperasikan.
· Mudah dalam perawatan.
· Tidak membutuhkan banyak lahan.
· Beberapa variasi parameter dapat di kontrol seperti kecepatan putaran disc, resirkulasi, dan
waktu detensi.
6
Kekurangan :
· Kerusakan pada materialnya seperti as, coupling, bearing, rantai, gear box, motor listrik, dan
lain – lain yang membutuhkan biaya cukup banyak.
· Biaya kapital dan pemasangan mahal.
· Biaya investasi mahal jika debit airnya besar.
Kelebihan :
· Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas serta mudah pengoperasiannya.
· Sangat ekonomis dan praktis.
· Tidak membutuhkan pengawasan yang ketat.
· Suplai oksigen dapat diperoleh secara alamiah melalui permukaan paling atas media.
7
Kekurangan :
· Tidak bisa diisi dengan beban volume yang tinggi mengingat masa biologi pada filter akan
bertambah banyak sehingga bisa menimbulkan penyumbatan filter.
· Timbulnya bau yang tidak sedap
· Prosesnya sering terganggu oleh lalat-lalat yang datang menghampiri.
· Hanya untuk limbah yang encer dan dengan BOD yang rendah.
Contoh Pengaplikasian :
Sistem pengolahan limbah cair domestik dan industri obat herbal.
Kelebihan :
· Efisiensi yang tinggi.
· Mudah dalam konstruksi derta pengoperasiannya.
· Tidak membutuhkan lahan yang luas.
· Membutuhkan energi dalam jumlah yang sedikit.
· Jumlah lumpur yang dihasilkan sedikit.
· Serta jumlah nutrien dan bahan kimia yang dibutuhkan juga sedikit.
8
Kekurangan :
· Penyisihan kandungan nutrien an patogen yang rendah.
· Membutuhkan waktu yang lama untuk start-up.
· Menimbulkan bau.
9
2.7 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Palm Oil Mill Effluent=POME)
Industri berbasis kelapa sawit merupakan investasi yang relatif menguntungkan, namun
demikian perlu diperhatikan pula beban pencemaran yang ditimbulkan bila tidak dilaksanakan
dengan baik. Setiap ton tandan buah segar yang diolah menghasilkan limbah cair sekitar 50%
dibandingkan dengan total limbah lainnya, sedangkan tandan kosong sebanyak 23% (Sutarta et
al, 2000). Lubis dan Tobing (1989) mengatakan bahwa setiap 1 ton CPO menghasilkan limbah
cair sebanyak 5 ton dengan BOD 20.000 - 60.000 mg/l.
Limbah yang dihasilkan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) ada yang berupa limbah padat dan
limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan fiber digunakan sebagai bahan bakar boiler
atau coir mesh dan tandan kosong dimanfaatkan kembali sebagai mulsa (pupuk bagi
tanaman).
Pada mulanya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas
daya dukung (carrying capacity approach). Keterbatasan daya dukung lingkungan secara
alami dalam menetralisir pencemaran membuat strategi pengelolaan pencemaran berkembang
ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment).
10
Limbah cair yang dihasilkan harus mengikuti standard yang sudah ditetapkan dan tidak
dapat dibuang/diaplikasikan secara langsung karena akan berdampak pada pencemaran
lingkungan. Parameter yang menjadi salah satu indikator kontrol untuk pembuangan limbah
cair adalah angka biological oxygen demand (BOD). Angka BOD berarti angka yang
menunjukkan kebutuhan oksigen. Jika air limbah mengandung BOD tinggi dibuang ke sungai
maka oksigen yang ada di sungai tersebut akan terhisap material organik tersebut sehingga
makhluk hidup lainnya akan kekurangan oksigen. Sedangkan angka chemical oxygen deman
(COD) adalah angka yang menunjukkan suatu ukuran apakah dapat secara kimiawi
dioksidasi. Fungsi dari pengolahan limbah (effluent treatment) adalah untuk menetralisir
parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum diaplikasikan (land
aplication). Mutu limbah cair yang dapat dialirkan ke sungai adalah: BOD 3.500 hingga
3.000 mg/liter, Minyak dan lemak ≤ 600 mg/liter, dan pH ≥ 6.
Limbah Cair Kelapa Sawit Limbah cair kelapa sawit berasal dari kondensat, stasiun
klarifikasi dan hidrocyclon atau yang lebih dikenal dengan istilah Palm Oil Mill Effluent
(POME) merupakan sisa buangan yang tidak bersifat toksik (tidak beracun), tetapi memiliki
daya pencemaran yang tinggi karena kandungan organiknya dengan nilai BOD berkisar
18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD berkisar 45.000-65.000 mg/L (Chin et al.,1996). Limbah
cair yang dihasilkan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkanpencemaran
lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuat tindakan pengendalian limbah cair
melalui sistem kolam yang kemudian dapat diaplikasikan ke lahan.
Limbah cair dalam sistem kolam terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Kolam Pendinginan C. Agar proses Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki temperatur
75-90oC
2. Kolam Pengasaman Pada kolam pengasaman akan terjadi penurunan pH dan pembentukan
karbondioksida. Proses pengasaman ini dibiarkan selama 30 hari.
3. Kolam Pembiakan Bakteri Pada fase ini terjadi pembiakan bakteri, bakteri tersebut
berfungsi untuk pembentukan methane, karbondioksida dan kenaikan pH. Proses
pembiakan bakteri hingga limbah tersebut dapat diaplikasikan memerlukan waktu 30-40
hari. (Kittikun et al., 2000)
11
Secara garis besar alur proses pengolahan limbah di Pabrik Kelapa Sawit adalah sebagai
berikut:
FAT PIT
Cooling Pond
Selain untuk mendinginkan limbah, cooling pond juga berfungsi untuk mengendapkan
sludge. Setelah daricooling pond I limbah kemudian masuk ke cooling pond II untuk
dilakukan proses pendinginan yang sama dengan cooling pond I. Limbah dari cooling
pond II kemudian dialirkan ke kolam anaerobic 1, 2, 3.
13
Gambar 4. Cooling Pond
Kolam Anaerobic
Pada kolam anaerobic ini terjadi perlakuan biologis terhadap limbah dengan menggunakan
bakteri metagonik yang telah ada di kolam. Unsur organik yang terdapat dalam limbah cair
digunakan bakteri sebagai makanan dalam proses mengubahnya menjadi bahan yang tidak
berbahaya bagi lingkungan. Pada kolam anaerobic terjadi penurunan BOD dan kenaikan pH
minimal 6. Ketebalan scum pada kolam anaerobic tidak boleh > 25 cm, jika ketebalannya
telah melebihi 25 cm maka itu merupakan tanda bahwa bakteri sudah kurang berfungsi.
14
Maturity Pond
Setelah dari kolam anaerobic, limbah masuk ke kolam maturity pond yang berfungsi untuk
pematangan limbah (serta kenaikan pH dan penurunan BOD). Di maturity pond ini terdapat
pompa yang berfungsi mensirkulasikan limbah kembali ke kolam anaerobic (ditunjukkan oleh
garis putus-putus pada flow process). Kegunaan sirkulasi adalah untuk membantu
menurunkan suhu dan menaikkan pH di kolam anaerobic 1, 2, 3.
Kolam Aplikasi
Setelah dari maturity pond limbah kemudian masuk ke kolam aplikasi yang merupakan
tempat pembuangan akhir limbah. Limbah yang terdapat pada kolam aplikasi ini digunakan
untuk pupuk tanaman kelapa sawit (land application).
15
Gambar 7. Kolam Aplikasi
Ada beberapa pilihan dalam pengelolaan limbah cair PKS setelah diolah di kolam
pengelolaan limbah (IPAL) diantaranya adalah dibuang ke badan sungai atau diaplikasikan
ke areal tanaman kelapa sawit yang dikenal dengan land application. Pembuangan limbah
cair ke badan sungai bisa dilakukan dengan syarat telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan oleh peraturan perundangan. Alternatif ini mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya:
· Pengelolaan limbah cair sehingga menjadi layak dibuang ke badan sungai (BOD dibawah
100 ppm ), secara teknis bisa dilakukan tetapi memerlukan biaya dan teknologi yang tinggi
di samping waktu retensi efluen yang panjang di kolam-kolam pengelolaan
· Tidak ada nilai tambah baik bagi lingkungan maupun bagi perusahaan
· Merupakan potensi sumber konflik oleh masyarakat karena perusahaan dianggap
membuang limbahnya ke badan sungai adalah berbahaya walaupun limbah tersebut
mempunyai BOD di bawah 100 ppm.
Model alternatif lainnya dalam pengelolaan efluen adalah dengan mengaplikasikan ke areal
pertanaman kelapa sawit (land application), sebagai sumber pupuk dan air irigasi. Banyak
lembaga penelitian yang melaporkan bahwa efluen banyak mengandung unsur hara yang
cukup tinggi. Potensi ini menjadi semakin penting artinya dewasa ini karena harga pupuk
impor yang meningkat tajam serta kerap terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan.
Pemanfaatan limbah cair PKS melalui land application telah menjadi hal yang rutin
Dilakukan di perkebunan besar dengan hasil yang baik, yaitu dapat meningkatkan produksi
kelapa sawit tanpa menimbulkan dampak negatif yang berarti terhadap lingkungan. (baca
artikel land application).
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
a. Pengolahan limbah cair secara biologi ialah pengolahan limbah dengan bantuan
mikroorganisme untuk mendekomposisikan senyawa organik yang terkandung dalam air
limbah.
b. Prinsip dari pengolahan limbah secara biologi ialah menggunakan mikroorganisme serta
media penunjang yang membantu pertumbuhan mikroorganisme itu.
c. Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah untuk menguraikan
senyawa organik yang terkandung dalam air limbah menjadi senyawa yang tidak berbahaya
lagi.
d. Berdasarkan kondisi proses pengolahan serta mikroorganisme yang digunakan, pengolahan
limbah cair secara biologi terbagi menjadi dua, yakni : pengolahan secara aerob dan anaerob.
e. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pengolahan limbah cair secara biologi,
seperti suhu, pH, nutrien, dan kadar oksigen.
17
Daftar Pustaka
18