Pemanfaatan Batubara
Pemanfaatan Batubara
Pemanfaatan Batubara
0
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB 2
BAB 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................10
BAB 4
PENUTUP .............................................................................................................25
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan mod-
ern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang
bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat
terawetkan.
3
2.3 Pembentukan batubara
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara
disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2
tahap proses yang terjadi, yakni :
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel
fuel) yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis
batu bara jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai
4
berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp
0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting
bagi Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton.
Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga
ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar
habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU.
Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara
ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan
efisien jika dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain
yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini
adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi (penyubliman) batu bara.
Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan
teknologinya secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi
pembakaran yang maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed
grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-lain, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
a. Pertumbuhan ekonomi.
b. Program elektrifikasi.
c. Pengalihan captive power ke jaringan PLN.
Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian yang sederhana adalah proses
meningkatkan output barang dan jasa. Proses tersebut memerlukan tenaga
listrik sebagai salah satu input untuk menunjangnya, disamping input-input ba-
rang dan jasa lainnya. Disamping itu hasil dari pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong peningkatan permintaan
barang-barang/peralatan listrik seperti televisi, pendingin ruangan, lemari es
dan lainnya. Akibatnya permintaan tenaga listrik akan meningkat.
5
Faktor kedua adalah program elektrifikasi. Sebagai upaya PLN untuk
mendukung program pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi, maka
PLN perlu melistriki semua masyarakat yang ada dalam wilayah usahanya. Hal
ini secara langsung akan menjaga eksistensi wilayah usaha PLN dan sekaligus
meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, khususnya pada daerah-daerah
yang telah menjadi wilayah usaha PLN.
Faktor ketiga yang menjadi pendorong pertumbuhan permintaan tenaga
listrik PLN adalah pengalihan dari captive power (penggunaan pembangkit
sendiri berbahan bakar minyak) menjadi pelanggan PLN. Captive power ini
timbul sebagai akibat dari ketidakmampuan PLN memenuhi permintaan
pelanggan di suatu daerah, terutama pelanggan industri dan bisnis. Bilamana
kemampuan PLN untuk melayani di daerah tersebut telah meningkat, maka
captive power ini dengan berbagai pertimbangannya akan beralih menjadi
pelanggan PLN. Pengalihan captive power ke PLN juga didorong oleh ting-
ginya harga BBM untuk membangkitkan tenaga listrik milik konsumen indus-
tri/bisnis, sementara harga jual listrik PLN relatif lebih murah. Faktor ketiga ini
sangat bergantung pada kemampuan pasokan PLN di suatu daerah/sistem
kelistrikan dan skema bisnis jual beli listrik PLN dengan captive power jadi
tidak berlaku umum.
Kebutuhan energi listrik pada tahun 2021 akan menjadi 358 TWh, atau
tumbuh rata-rata 8,65% per tahun. Sedangkan beban puncak non coincident
pada tahun 2020 akan menjadi 61.750 MW atau tumbuh rata-rata 8,5% per ta-
hun.
6
Tabel 3.1 Pertumbuhan ekonomi, proyeksi kebutuhan tenaga listrik dan beban
puncak periode 2012-2021
Pertumbuhan ekonomi Jumlah beban puncak
Tahun (%) Sales Twh (non-coincident)
MW
2012 6.5 172.3 30.237
2013 7.2 187.8 32.77
2014 7.4 205.8 35.872
2015 6.9 225.1 39.209
2016 6.9 246.2 42.796
2017 6.9 266.8 46.291
2018 6.9 287.3 49.891
2019 6.9 309.4 53.611
2020 6.9 333 57.606
2021 6.9 358.3 61.752
7
Pada sistem Jawa-Bali, kandidat pembangkit yang dipertimbangkan un-
tuk rencana pengembangan adalah PLTU batu bara ultra supercritical kelas
1.000 MW dan supercritical 600 MW. Untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali,
PLN telah merencanakan PLTU batu bara kelas 1.000 MW dengan teknologi
ultra super critical15 untuk memperoleh efisiensi yang lebih baik dan emisi
CO2 yang lebih rendah. Penggunaan ukuran unit sebesar ini dimotivasi oleh
manfaat economies of scale dan didorong oleh semakin sulitnya memperoleh
lahan untuk membangun pusat pembangkit skala besar di Pulau Jawa. Pertim-
bangan lainnya adalah ukuran sistem Jawa-Bali telah cukup besar untuk
mengakomodasi unit pembangkit kelas 1.000 MW.
Pengembangan PLTU batu bara skala kecil dan PLTGB (pembangkit
listrik tenaga gasifikasi batu bara) skala kecil merupakan program untuk meng-
gantikan pembangkit listrik berbahan-bakar BBM pada sistem kelistrikan skala
kecil yang belum dapat dilayani melalui grid extension dalam waktu cukup
dekat.
8
lalui transmisi SUTET yang pendek, sehingga dapat mendukung tegangan
sistem 500 kV di Jakarta, dan pada akhirnya dapat mengurangi pemakaian
BBM/LNG di Muara Karang, Priok dan Muara Tawar. PLTU Jawa-4 berka-
pasitas 2x100 MW dapat dilaksanakan sebagai proyek PLN atau IPP untuk
memenuhi kebutuhan listrik pada tahun 2019-2020
9
BAB 3
PEMBAHASAN
10
Gambar 3.1 Skema PLTU Bahan Bakar Batubara
11
Gambar 3.2 Stoker Boiler
12
Gambar 3.3 PCC Boiler
13
Gambar 3.4 Tipikal boiler FBC
o PFBC
Pada PFBC, selain dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan
air menjadi uap untuk memutar turbin uap, dihasilkan pula gas hasil pemba-
karan yang memiliki tekanan tinggi yang dapat memutar turbin gas, sehingga
PLTU yang menggunakan PFBC memiliki efisiensi pembangkitan yang
lebih baik dibandingkan dengan AFBC karena mekanisme kombinasi (com-
bined cycle) ini. Nilai efisiensi bruto pembangkitan (gross efficiency) dapat
mencapai 43%.
14
Gambar 3.5 Prinsip kerja PFBC
o ICFBC
15
Ruang pembakaran utama (primary combustion chamber) dan ruang
pengambilan panas (heat recovery chamber) dipisahkan oleh dinding
penghalang yang terpasang miring. Kemudian, karena pipa pemanas (heat
exchange tube) tidak terpasang langsung pada ruang pembakaran utama,
maka tidak ada kekhawatiran terhadap keausan pipa sehingga pasir silika
digunakan sebagai pengganti batu kapur untuk media FBC. Batu kapur
masih tetap digunakan sebagai bahan pereduksi SOx, hanya jumlahnya
ditekan sesuai dengan keperluan saja.
o IGCC
pada sistem ini terdapat alat gasifikasi (gasifier) yang digunakan un-
tuk menghasilkan gas, umumnya bertipe entrained flow. Yang tersedia
di pasaran saat ini untuk tipe tersebut misalnya Chevron Texaco
(lisensinya sekarang dimiliki GE Energy), E-Gas (lisensinya dulu di-
miliki Dow, kemudian Destec, dan terakhir Conoco Phillips ), dan
Shell. Prinsip kerja ketiga alat tersebut adalah sama, yaitu batubara dan
16
oksigen berkadar tinggi dimasukkan kedalamnya kemudian dilakukan
reaksi berupa oksidasi sebagian (partial oxidation) untuk menghasilkan
gas sintetis (syngas), yang 85% lebih komposisinya terdiri dari H2 dan
CO. Karena reaksi berlangsung pada suhu tinggi, abu pada batubara
akan melebur dan membentuk slag dalam kondisi meleleh (glassy
slag). Adapun panas yang ditimbulkan oleh proses gasifikasi dapat
digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi, yang selanjut-
nya dialirkan ke turbin uap.
17
kitan yang disebut dengan Integrated Coal Gasification Combined Cycle
(IGCC).
Seperti kita ketahui bahwa PLTU batu bara merupakan jenis pembangkit
terbesar yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia (PLN) untuk mengatasi
kekurangan pasokan listrik dan untuk mengurangi ketergantungan BBM pada PLTD
(Diesel). Ini tercermin pada program percepatan listrik nasional tahap pertama dan
kedua, walaupun porsinya dikurangi di tahap kedua. Untuk itu, berikut ini singkat sis-
tem kerja PLTU batubara yang ada dan berdasar pada referensi. Prinsip kerja PLTU
batubara secara umum dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
18
Keterangan gambar :
1. Cooling tower 14. Conveyor batubara
2. Cooling water pump 15. Penampung batubara
3. Transimission line 3 phase 16. Pemecah batubara
4. Transformer 3-phase 17. Tabung Boiler
5. Generator Listrik 3-phase 18. Penampung abu batubara
6. Low pressure turbine 19. Pemanas
7. Boiler feed pump 20. Forced draught fan
8. Condenser 21. Preheater
9. Intermediate pressure 22. combustion air intake
turbine 23. Economizer
10. Steam governor valve 24. Air preheater
11. High pressure turbine 25. Precipitator
12. Deaerator 26. Induced air fan
13. Feed heater 27. Cerobong
19
Gambar PLTU Suralaya Merak Cilegon unit 1 s/d 7 berkapasitas total 3400
MW. Untuk cerobong yang lebih pendek terlihat memiliki dua cerobong kecil
yang digabung, merupakan unit 4‐5 dan unit 6‐7. Saat ini juga sedang
dibangun Suralaya unit 8 yang letaknya tidak jauh dari unit lama, berkapasi-
tas 600 MW.
20
Contoh diagram alir PLTU Batubara
21
5
22
Gambar boiler
12
23
Gambar 3 Dimensi Boiler
24
BAB 4
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai “Pemanfaatan
Batubara Sebagai Bahan Bakar PLTU” dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengertian batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, ter-
bentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
2. Bahan bakar yang digunakan pada PLTU adalah batubara jenis sub-
bituminus dan bituminus.
3. Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar PLTU merukan solusi
yang dapat dipilih untuk menghemat penggunaan bahan bakar min-
yak sebagai sumber tenaga pembangkit listrik.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/55111505/Batubara-Sebagai-Bahan-Bakar-
PLTU. (diakases tanggal 29 April 2014)
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2014/02/20/teknologi-
pembakaran-pada-pltu-batubara-636534.html. (diakses tanggal 29 April
2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara. (diakses tanggal 29April 2014)
26