Melakukan Dan Melaporkan Hasil Evaluasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan


mengumpulkan dan mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan
tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil
belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk
mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah
ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran
yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam
evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui
tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima
pelajaran yang telah diberikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Itu Pengembangan Instrument?
2. Apa Saja Cara Pengumpulan Data?
3. Bagaimana Menafsirkan Informasi Untul Evaluasi?
4. Apa Saja Tujuan Dan Hasil Evaluasi?
5. Bagaimana Bentuk-Bentuk Laporan Evaluasi?

1
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Pengembangan Instrument
2. Mendeskripsikan Pengumpulan Data
3. Mendeskripsikan Menafsirkan Informasi Untul Evaluasi
4. Mendeskripsikan Tujuan Dan Hasil Evaluasi
5. Mendeskripsikan Bentuk-Bentuk Laporan Evaluasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

MELAKUKAN DAN MELAPORKAN HASIL EVALUASI

1. PENGEMBANGAN INSTRUMENT
Prosedur Pengembangan Instrumen Tes
Penyusunan prosedur pengembangan tes ini dimaksudkan agar didapatkan
tes yang sesuai dengan apa yang akan diukur, sehingga kompetensi atau
kemampuan yang diukur tercermin dalam hasil yang diperoleh. Prosedur
pengembangan tes ini disusun untuk memudahkan para pemangku
kepentingan tes seperti guru dan dosen dalam menyusun tes. Secara umum
ada beberapa tahapan dalam mengkonstruksi tes terutama tes hasil belajar,
maupun tes kinerja. Tahapan tersebut terdiri dari menetapkan tujuan tes,
analisis kurikulum atau standar yang akan dicapai, analisis buku, modul atau
sumber belajar lainnya, penyusunan kisi – kisi, menentukan indikator atau
tujuan pembelajaran, menulis butir tes, menelaah butir tes, revisi atau
perbaikan butir tes, reproduksi tes terbatas, uji coba tes, analisis butir tes,
dan penyusunan tes (finalisasi).

1) Menetapkan tujuan tes.


Diadakannya sebuah tes, pada dasarnya memiliki tujuan yang akan dicapai,
tujuan tersebut dapat berupa pemetaan, keperluan seleksi, kelulusan (fungsi
sumatif), diagnostik, melihat potensi, pemacu motivasi, maupun perbaikan
dalam pembelajaran (fungsi formatif).

Dalam menentukan tujuan tes hendaknya diperhatikan tentang kesesuaian


antara tujuan khusus tes dengan tujuan umum dari sebuah program yang
lebih besar seperti program pembelajaran, pelatihan, maupun seleksi. Tujuan
yang akan dicapai sangat erat kaitannya dengan tes yang diadakan sehingga
semaksimal mungkin butir tes dan tes yang digunakan mencerminkan
pencapaiannya. Untuk tes tengah semester dan tes akhir semester
dibutuhkan tes yang mengakomodir seluruh program pembelajaran yang

3
telah dilaksanakan. Dalam hal tingkat kesulitan, sebaiknya butir – butir tes
dengan tingkat kesukaran rendah, sedang dan tinggi disusun atas dasar
proporsi yang berkeadilan. Seperti 30%, 50%, dan 20% atau 20%, 50% dan
30%.

Ada hal yang menarik mengapa tingkat kesukaran diproposikan seperti itu.
Ini lebih disebabkan oleh asumsi bahwa siswa berkemampuan sedang pada
umumnya lebih dominan di dalam satu kelompok atau kelas. Oleh karena
itu, persentase 50% tersebut menggambarkan tes pada dasarnya mencari
titik keseimbangan pada satu kriteria kelulusan tertentu. Begitu pula pada
persentase tingkat kesulitan rendah dan tinggi yang didasarkan pada suatu
kelompok yang umumnya siswa berekemampuan tinggi dan rendah lebih
sedikit. Sehingga pembuatan butir dengan tingkat kesukaran tinggi atau
rendah pada dasarnya untuk pembeda dan mengakomodir siswa dengan
kemampuan luar biasa, baik luar biasa tinggi maupun luar biasa rendah.

Untuk tes yang bertujuan untuk seleksi dibutuhkan butir tes dengan tingkat
kesukaran yang disesuaikan antara proporsi peserta dengan tempat yang
disediakan. Makin besar peserta yang ikut dalam seleksi, maka sebaiknya
tingkat kesukarannya pun ditingkatkan. Dalam kaitannya dengan tes seleksi,
selain skor perolehan yang didapat peserta, banyak pula yang
memperhitungkan waktu yang dibutuhkan sebagai pertimbangan seleksi.

Berikutnya, untuk tes diagnostik atau dapat pula digunakan pada tes dengan
tujuan perbaikan pembelajaran serta perbaikan pola belajar siswa. Tes dalam
tujuan tersebut sebaiknya digunakan tes dalam bentuk uraian. Hal tersebut
dikarenakan butir bentuk obyektif kurang mempunyai fungsi diagnostik.
Artinya, tidak didapatkan penjelasan yang komprehensif dari sebuah
jawaban salah siswa pada suatu butir. Sedangkan melalui tes bentuk uraian,
kita dapat menelusuri “jejak” kesalahan siswa dalam menjawab suatu butir
serta kesulitan atau kelemahan siswa sehingga berakibat pada kesalahan
dalam menjawab.

Tes diagnostik hendaknya juga memperhatikan cakupan pokok bahasan dan


sub pokok bahasan yang akan diukur. Sebagai contoh sebuah tes diagnostik

4
berjumlah 100 butir soal, terdiri dari 25 butir penjumlahan, 25 butir
pengurangan, 25 butir perkalian dan 25 butir pembagian. Seorang siswa
menjawab benar pada seluruh butirpenjumlahan dan pengurangan, 15 butir
perkalian dijawab dengan benar, namun demikian tidak ada satu pun butir
pembagian yang dijawab dengan benar. Walaupun mendapat skor akhir 65,
akan tetapi hendaknya disikapi secara bijaksana hasil ini. Oleh karena ada
sub pokok bahasan pembagian yang cukup bermasalah.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat menimbulkan kesulitan belajar atau


kesulitan dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya, jika guru memaksakan
siswa tersebut untuk melangkah pada pokok bahasan berikutnya. Dengan
demikian, hasil tes diagnostik pada dasarnya bukan hanya sekedar hasil
akhir semata. Lebih dari itu, sepatutnya menjadi bahan analisa dan
pertimbangan yang mendalam bagi seorang guru atau pendidik lainnya
dalam membelajarkan siswa.

2) Analisis Kurikulum Yang Akan Dicapai


Analisis kurikulum yang akan dicapai pada dasarnya bertujuan untuk
menentukan bobot dari suatu kompetensi dasar yang akan dijadikan dasar
dalam menentukan jumlah item atau butir tes untuk tiap kompetensi dasar
butir objektif atau bentuk uraian dalam membuat kisi – kisi tes. Penentuan
bobot untuk tiap kompetensi dasar tersebut dilakukan atas dasar jumlah jam
pertemuan yang tercantum dalam program pembelajaran, dengan asumsi
bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai dengan apa tercantum
dalam program pembelajaran tersebut.

3) Analisis Buku, Modul Atau Sumber Belajar Lainnya


Analisa buku pelajaran atau sumber belajar lain pada dasarnya mempunyai
tujuan yang sama dengan analisis kurikulum. Namun demikian, dalam
analisis buku lebih mengarah kepada bobot kompetensi dasar berdasarkan
jumlah halaman materi yang termuat dalam buku atau sumber belajar. Tes
yang yang akan disusun diharapkan dapat mencakup seluruh materi yang
diajarkan. Untuk itu, kedua langkah yang telah disebutkan di atas sangat
diperlukan untuk memperkecil kesalahan dan bias materi yang terjadi pada
penyusunan tes.

5
4) Penyusunan Kisi – Kisi
Kisi – kisi merupakan suatu perencanaan dan gambaran sebaran butir pada
tiap–tiap kompetensi dasar yang juga didasarkan pada kriteria dan
persyaratan tertentu. Penyusunan kisi – kisi digunakan untuk menentukan
sampel tes yang baik, dalam arti mencakup keseluruhan materi dan
kompetensi dasar secara proporsional serta berkeadilan. Oleh karena itu,
Sebelum menyusun butir – butir tes sebaiknya kisi – kisi dibut terlebih
dahulu sebagai pedoman dalam memuat jumlah butir yang harus dibuat
untuk setiap bentuk butir, materi, tingkat kesukaran serta untuk setiap aspek
kemampuan
yang hendak diukur.

5) Menentukan Indikator Atau Tujuan Pembelajaran


Indikator pada dasarnya adalah suatu ciri – ciri perilaku yang khas dari
sebuah kompetensi atau perilaku yang akan diukur oleh suatu alat. Penulisan
indikator harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Indikator
harus mencerminkan tingkah laku siswa. Oleh karena itu harus dirumuskan
secara operasional dan secara teknis menggunakan kata – kata kerja
operasional.

6) Menulis Butir Tes


Langkah selanjutnya dalam mengembangkan tes adalah menulis butir tes.
Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menulis butir tes,
antara lain:
a) Butir tes yang dibuat harus valid. Artinya, butir tersebut mampu
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b) Butir tes harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu
kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi oleh kemampuan lain yang
tidak relevan. Seperti halnya membuat butir soal matematika dengan
menggunakan bahasa asing. Jelas antara kemampuan matematika
dan bahasa asing merupakan dua kemampuan yang berbeda sama
sekali dan tidak bisa disangkutpautkan dalam satu butir soal dalam
tes.

6
c) Butir tes harus memiliki (kunci) jawaban yang benar. Butir tes yang
tidakmemiliki jawaban akan sangat menyulitkan siswa, bahkan akan
membuang waktu siswa jauh lebih banyak daripada soal yang
memiliki tingkat kesulitan tinggi sekalipun. Butir yang tidak
memiliki jawaban yang benar dapat berpengaruh pada mental
psikologis siswa, bahkan dapat pula berimbas kepada kurang
kredibelnya kegiatan pengukuran yang dilakukan.
d) Butir yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan
dengan langkah – langkah lengkap sebelum digunakan pada tes
sesungguhnya. Khususnya butir uraian atau essay pada bidang
eksakta seperti matematika, fisika dll langkah – langkah lengkap
sangat dibutuhkan dalam pedoman penskoran butir.
e) Hindari kesalahan ketik atau penulisan. Kesalahan penulisan dapat
berbeda makna dalam bahasa tertentu, bidang eksakta bahkan bidang
sosial sekalipun dan ini akan menimbulkan perbedaan arah butir.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengeditan yang teliti dan presisi.
f) Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk
setiap butir yang akan dibuat. Aspek kemampuan dapat mengacu
pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor atau dapat pula mengacu
pada salah satu aspek di masing–masing ranah tersebut seperti
pemahaman dalam ranah kognitif atau melakukan duplikasi dalam
ranah psikomotor.
g) Berikan petunjuk pengerjaan soal secara lengkap dan jelas. Petunjuk
pengerjaan soal selain dituliskan di awal soal atau kelompok soal,
hendaknya juga disosialisasikan terlebih dahulu kepada siswa
dengan cara dibacakan sebelum tes berlangsung.

7) Menelaah Butir Tes


Walaupun telah dilakukan dengan penuh kehati–hatian, dalam menulis
kadang kala masih mungkin saja terjadi kekeliruan, kekurangan maupun
kesalahan yang menyangkut beberapa aspek dalam pengukuran terhadap
kemampuan yang spesifik,penggunaan bahasa, bahasa yang biasa atau juga
kekurangan pemberian opsi jawaban. Oleh karena itu, sebelum dilakukan tes
kepada siswa, ada baiknya dilakukan telaah butir tes. Menelaah butir tes
dapat dilakukan secara mandiri atau melibatkan orang lain maupun pakar

7
dalam bidangnya. Secara mandiri dapat dilakukan dengan bantuanmodul
atau buku panduan menyusun tes.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam telaah butir antara lain penggunaan
bahasa, kesesuaian butir dengan indikator atau materi pembelajaran yang
disampaikan, konstuksi tes Sama halnya dengan telaah mandiri pelibatan
teman sejawat dan pakar dalambidang pengukuran merupakan hal yang
penting dan lumrah untuk dilakukan dengan tujuan memperoleh butir – butir
tes yang baik secara kualitas dan konstruksinya.

8) Revisi Atau Perbaikan Butir Tes


Setelah melalui pengkajian mandiri, teman sejawat maupun pakar, maka
langkah selanjutnya adalah merevisi atau memperbaiki konstruksi tes sesuai
dengan masukan, arahan dan perbaikan yang disarankan. Revisi atau
perbaikan butir tes hendaknya memperhatikan aspek kebutuhan juga, karena
belum tentu juga masukan dari teman sejawat dan pakar dapat diterapkan
langsung kepada siswa. Karakteristik, jenjang sekolah dan kondisi sosial
siswa perlu diperhatikan pula. Karena tidak jarang masukan yang diberikan
tentang bahasa yang kurang tepat, namun diganti dengan bahasa yang malah
tidak dapat dipahami oleh siswa. Guru atau pendidik adalah orang yang
paling tau tentang siswanya, maka guru sebaiknya berperan aktif pula seraya
memilah apa yang baik untuk siswanya

9) Reproduksi Tes Terbatas


Tes yang sudah melewati fase telaah dan revisi dapat diproduksi secara
terbatas dengan tujuan diujicobakan terlebih dahulu kepada sejumlah siswa
dalam suatu kegiatan uji coba tes.

10) Uji Coba Tes


Uji coba tes dapat dilakukan dengan menggunakan data empiris dengan
memberikan kepada subjek tes (testee) yang se level, atau memiliki
karakteristik yang sama dengan subjek yang sesungguhnya dikenai tes
tersebut. Pengambilan sampel untuk uji coba hendaknya memenuhi aturan
yang baik dengan cara acak dan memenuhi syarat uji coba (minimal 30
orang)

11) Analisis Butir Tes

8
Berdasarkan data hasil ujicoba dilakkukan analisis, terutama analisis butir
soal yang meliputi validitas butir, reliabilitas, tingkat kesukaran dan fungsi
pengecoh. Validitas butir dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
tertentu (r product moment untuk n= 30 adalah 0,361) atau juga dapat
menggunakan koefisien praktis sebesar 0,3. Untuk butir yang tidak valid
dilakukan langkah pembuangan (drop), sedangkan yang valid tetap
digunakan. Proses tersebut di atas biasa juga disebut validitas empirik atau
validitas dengan menggunakan kriteria. Tahap berikutnya adalah uji
reliabiltas tes, reliabilitas dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1. 0,000 – 0,499 => rendah (tidak reliabel)
2. 0,500 – 0,799 => sedang (kurang reliabel)
3. 0,800 – 0,999 => tinggi (reliabel)
Reliabilitas pada dasarnya merupakan sebuah koefisien yang menunjukan
tingkat konsistensi/ tingkat ke”ajeg”kan dari seperangkat soal yang berarti
tes tersebut akan menujukan hasil yang relatif kosisten/sama/stabil dalam
tiap pengukuran yang dilakukannya. Walaupun reliabilitas bukanlah suatu
ukuran yang harus “dipatuhi” akan tetapi sampai saat ini masih banyak
dijadikan salah satu acuan dalam penentuan kualitas tes. Sedangkan untuk
tingkat kesukaran dapat dilihat dari seberapa banyak persentase tingkat
kesukaran tinggi, sedang dan rendah yang kemudian disesuaikan
denganpersentase yang dipersyaratkan. Fungsi pengecoh pada dasarnya
merupakan keterpilihan opsi lain selain jawaban benar dari bentuk tes
pilihan ganda. Ketika ada persentase yang memilih jawaban lain selain
jawaban benar, maka pengecoh pada dasarnya sudah berfungsi. Namun
demikian, jika pengecoh lebih banyak dipilih baik dari siswa kelompok atas
maupun bawah, maka hal tersebut menunjukan kemungkinan besar terjadi
kesalahan dalam menentukan jawaban benar (kunci jawaban).

12) Revisi Butir Soal


Butir – butir yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik
dikonfirmasikan dengan kisi – kisi dari segi sebaran kompetensi dasar /
indikator, sebaran materi, aspek kemampuan yang diukur maupun
persentase tingkat kesukaran butir. Apabila butir – butir tersebut sudah
memenuhi syarat, butir – butir tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah
tes, akan tetapi apabila butir – butir yang valid belum memenuhi syarat

9
berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi – kisi, dapat dilakukan perbaikan
terhadap beberapa butir yang diperlukan atau dapat disebut revisi butir tes.

13) Penyusunan Tes (Final)


Butir – butir yang valid dan telah memenuhi syarat yang ditentukan dapat
dijadikan seperangkat tes yang valid. Urutan butir dalam suatu tes pada
umumnya dilakukan menurut tingkat kesukarannya, yaitu dari butir yang
paling mudah sampaibutir yang paling sukar.
Langkah-Langkah Penyusunan Tes
 Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting
karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda.
Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi.
Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi
yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan
materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas
individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas,
laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
 Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD). Standar kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus
dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar
yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
 Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau
mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan
penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar.
Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan
urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan
materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain),
dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi. Langkah
selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah
materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya
tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk
soal apa, pilihan ganda atau uraian. Bila jawabannya tidak tepat,
maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja

10
(performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau
lainnya
 Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman
penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus
memperhatikan kaidah penulisan soal.

2. PENGUMPULAN DATA
2.1 Macam-Macam Data
Untuk memperoleh data atau informasi dalam studi kasus tentu perlu
dilakukan kegiatan pengumpulan data. Data sebagai informasi awal yang
dibutuhkan sebagai penunjang studi kasus, untuk itu diperlukan data-data
sebagai berikut :
2.2.1 Latar belakang keluarga; data tentang orang tua, saudara-saudara,
taraf sosial ekonomi keluarga, suasana kehidupan keluarga, adapt
istiadat, pola asuh orang tua.
2.2.2 Riwayat sekolah; jenjang pendidikan sekolah yang telah diselesaikan
dalam waktu berapa tahun, tamat dimana, tahu berapa, kesulitan
belajar yang dialami.
2.2.3 Taraf prestasi; dalam bidang-bidang studi yang mempunyai relevansi
bagi perencanaan pendidikan lanjutan dan penentuan jabatan kelak.
2.2.4 Taraf kemampuan intelektual atau kemampuan akademik;
kemampuan untuk mencapai prestasi disekolah yang didalamnya
berpikir memegang peranan pokok.
2.2.5 Bakat khusus; kemampuan untuk mencapai prestasi yang tinggi di
bidang tertentu.
2.2.6 Minat terhadap bidang studi dan bidang pekerjaan tertentu;
kecenderungan menetap untuk merasa tertarik pada sesuatu.
2.2.7 Pengalaman diluar sekolah; kegiatan dalam organisasi muda-mudi
dan pengalaman kerja.
2.2.8 Ciri-ciri keperibadian yang tidak termasuk kedalam no 4 ,5, 6 diatas;
sifat tempramen, sifat karakter, corak kehidupan emosional, nilai-
nilai kehidupan yang dijunjung tinggi, kadar pergaulan social dengan
teman-teman sebaya, sikap dalam menghadapai permasalahan dalam
berbagai bidang kehidupan, keadaan mental dsb.
2.2.9 Kesehatan jasmani; keadaan kesehatan pada umumnya, gangguan
pada alat-alat indera, cacat jasmani dan penyakit serius yang pernah
diderita.

11
2.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data tentu diperlukan sebuah alat atau instrument
pengumpul data. Alat pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pertama alat pengumpul data dengan menggunakan metode test dan metode
non test.

A. Pengumpulan Data Dengan Metode Test

Test merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh


informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin
seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang
menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti.

Keunggulan metode ini adalah :

 Lebih akurat karena test berulang-ulang direvisi.


 Instrument penelitian yang objektif.

Sedangkan kelemahan metode ini adalah :

 Hanya mengukur satu aspek data.


 Memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan
secara berulang-ulang.
 Hanya mengukur keadaan siswa pada saat test itu dilakukan.

Jenis-jenis Tes

1) Tes Intelegensi

Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir,


terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu
dalam belajar di sekolah (Mental ability Test; Intelegence Test; Academic
Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Jenis data yang dapat diambil dari
tes ini adalah kemampuan intelektual atau kemampuan akademik.

2) Tes Bakat

12
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional
tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes
kemampuan intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ).
Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi,
hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan
untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil
manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.

3) Tes Minat

Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai


seseorang. Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih
macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational
Interest).

4) Tes Kepribadian

Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat


kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan
emosional, kesehatan mental, relasi-relasi social dengan orang lain, serta
bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam
penyesuaian diri. Tes Proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian
seseorangmelalui reaksi-reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau
suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian
seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah
pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau
bereaksi emosional, yang khas untuk orang itu.

Kelemahan Tes Proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang


berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam
menafsirkannya.

5) Tes Perkembangan Vokasional

13
Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal
kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation);
dalam memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan cirri-ciri
kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis; dan dalam
menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa
depannya sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan
orang muda dalam mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia
pekerjaan (career maturity).

6) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi,
jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement
Test) ini adalah taraf prestasi dalam belajar.

B. Pengumpulan Data Dengan Metode Non Test


Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan
dengan data-data yang dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda,
berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes.

B.1Observasi

Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap


gejala yang tampak pada objek penelitian. Berikut alat dan cara
melaksanakan observasi :

Keunggulan metode ini adalah :

a) Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya


lebih akurat dan sulit dibantah.
b) Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan
observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai
atau menisci kuisioner.
c) Kejadian yang serempak dapat diamati dan dan dicatat serempak pula
dengan memperbanyak observer.

14
d) Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh
alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil
penelitian.

Kelemahan metode ini adalah :

a) Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat.


b) Kelemahan-kelemahan observer dalam pencatatan.
c) Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama
yang menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia.
d) Oberservasi sering menjumpai observe yang bertingkah laku baik dan
menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi.
e) Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan
tertentu, sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi
tidak dapat dilakukan.

B.2Angket Tertulis

Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa secara tertulis juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan
keterangan tentang sejumlah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan,
seperti keterangan tentang keluarga, kesehatan jasmani, riwayat pendidikan,
pengalaman belajar sekolah dan dirumah, pergaulan social, rencana
pendidikan lanjutan, kegiatan diluar sekolah, hobi dan mungkin kesukaran
yang mungkin dihadapi.

Keunggulan :

 Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.


 Pengisiannya dapat dilakukan dikelas, siswa dapat menjawab sesuai
dengan keadaannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Kelemahan

15
 Siswa tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena
jawaban terbatas pada hal-hal yang ditanyakan.
 Siswa dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya jika dia menghendaki demikian.
 Jawaban hanya mengungkap keadaan siswa pada saat angket diisi.

B.3 Wawancara Informasi

Wawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data


untuk memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan. Proses
wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung dengan
siswa. Selama proses wawancara petugas bimbingan mengajukan
pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang
diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan
kepadanya.

Keunggulan :

 Diperoleh informasi dalam suasana komunikasi secara langsung,


yang memungkinkan siswa selain memberikan data factual seperti
yang ditulis dalan angket, juga mengungkapkan sikap, pikiran,
harapan, dan perasaan.
 Rumusan pertanyaan dapat disesuaikan dengan daya tangkap siswa.
 Dapat ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitive, seperti suasana
keluarga, corak pergaulan dengan saudara kandung dan teman
sebaya, penggunaan bahan narkotika, pengalaman seksual, dsb.
 Interview penting untuk memperoleh informasi, tidak hanya
merngenai item-item yang factual seperti yang biasa tercakup pada
kuesioner pengumpul data-siswa, namun juga mengenai sikap,
ambisi dan hal afektif lain yang menyusun studi kasus ini.
 Fact-Finding interview dapat digunakan karena data sebelumnya
tidak jelas atau karena perasaan yang mendasari perlu ditemukan dan
dipahami.

Kelemahan :

16
 Memakan banyak waktu bagi petugas bimbingan.
 Siswa berprasangka terhadap petugas bimbingan dan memberikan
informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
 Petugas bimbingan mendengarkan terlalu selektif atau bertanya-
tanya dengan cara yang sugestif.
 pembuatan catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia
sedang berhadapan dengan petugas kepolisian.
 Interview mungkin mengubah informasi mengenai interview mereka
sendiri, reaksi mereka, dan pengalaman mereka.
 Interview dapat menjadikan sumber kesalahan. Mereka dapat
mencatat informasi karena “pendengaran yang selektif”. Mungkin
mereka hanya gagal mendengarkan pernyataan interviewee yang
bertentangan dengan opini,reaksi, sikap atau ide tentang situasi
mereka sendiri.

17
B.4 Otobiografi

Otobiografi merupakan karangan yang dibuat oleh siswa mengenai riwayat


hidupnya sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup itu dapat mencakup
keseluruhan hidupnya dimasa lalu atau hanya beberapa aspek kehidupannya
saja.

Keunggulan :

 Disamping menceritakan kejadian-kejadian dimasa lalu terungkap


pula pikiran dan perasaan subjektif tentang kejadian tersebut.
 Menolong Konselor memahami kehidupan batin siswa dan
membantu siswa menyadari garis besar riwayat perkembangannya
sampai sekarang.
 Berunsur subjektifitas sehingga siswa menggambarkan duniaini,
dilihat dari sudut pandang sendiri (internal frame of reference).

Kelemahan :

 Unsur sujektifitas juga menimbulkan kesulitan bagi interpretasi,


karena siswa cenderung melebihkan-lebihkan kebaikan atau
kelemahan sendiri dan menilai peranan orang lain secara berat
sebelah.
 Memerlukan waktu yang lama,

B.5 Sosiometri

Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang


jaringan social dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50
orang, data diambil berdasarkan preferensi pribadi antara anggota
kelompok.

Keunggulan :

 Mungkin kelebihan terbesar teknik sosiometri adalah teknik ini


memberikan informasi obyektif mengenai fungsi-fungsi individu

18
dalam kelompoknya, dimana informasi ini tidak dapat diperoleh dari
sumber yang lain.

Kelemahan :

 Perlu diketahui bahwa tes sosiometri, tidak memberikan jawaban


yang pasti. Tes ini hanya bisa memberikan indikasi struktur social
atau petunjuk bagi peneliti tentang individu pada periode tertentu.
 Seluruh teori sosiometri atau postulatnya belum dites dan
dikembangkan sampai pada tingkat yang tak tersangkal
kebenarannya.
 Siswa cenderung memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan
siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan kegiatan
(sosiogroup) melainkan atas dasar simpati dan antipati
(psychogroup)

3. MENAFSIRKAN INFORMASI UNTUK EVALUASI


Ada dua jenis penafsiran data :
A. Penafsiran kelompok.
Penafsiran kelompok yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi yang meliputi
prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap pendidik
dan materi yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuannya adalah
sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui
sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok dan untuk menggandakan
perbandingan antarkelompok.

B. Penafsiran individual.
Penafsiran indivudual yaitu penafsiran yang hanya dilakukan secara
perseorangan diantaranya bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis
lainnya. Tujuannya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik
(readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya. Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta
didik mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang
berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak .

19
4. TUJUAN DAN HASIL EVALUASI
 Evaluasi pembelajaran memilki berbagai tujuan diantaranya adalah
untuk :Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa.
Berfungsi sebagai
a) Laporan kepada orang tua / wali siswa.
b) Penentuan kenaikan kelas
c) Penentuan kelulusan siswa.
 Penempatan siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan
serasi dengan tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik
yang dimiliki.
 Mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang
berguna baik bagi penempatan maupun penentuan sebab-sebab
kesulitan belajar para siswa, yakni berfungsi sebagai masukan bagi
tugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
 Sebagai umpan balik bagi guru, yang pada gilirannya dapat digunakan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remedial bagi
siswa.

Menurut Arikunto dalam Wiyono dan Sunarni (2009: 78) menyatakan


bahwa laporan tentang hasil evaluasi bermanfaat bagi siswa sendiri, guru
yang mengajar, guru lain, dan orang tua siswa. Bagi siswa hasil pelaporan
sebagai support baginya atas jerih payah yang selama ini dilakukan.

Tujuan laporan evaluasi berhubungan langsung dengan tujuan pemakainya.


Apabila evaluasi formatif tujuan utamanya yaitu untuk memperbaiki dan
megembangkan program dan laporannya harus diserahkan secepatnya
kepada orang program tentang bagaimanan program berfungsi dan
perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut.

5. BENTUK-BENTUK LAPORAN EVALUASI


Sesudah laporan evaluasi berkembang, arah komunikasi mulai berubah,
evaluator bertanggungjawab menyiapkan dan memberi laporan atau
informasi. Sejak awal rencana evaluasi telah ditentukan siapa yang akan
menerima informasi dan kapan informasi diperlukan. Sekarang harus
ditentukan bagaimana informasi akan dibagikan.

20
Secara langsung atau tidak langsung, pemakai memakai kriteria tersebut atas
laporan anda, dan mereka akan menerima atau menolak sejalan dengan
kriteria tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh media komunikasi dan gaya dalam
memberikan laporan. Apabila pesan yang disampaikan tak dipercaya atau
tak dimengerti, tidak dipakai.

Laporan yang penting bahkan laporan teknis, secara singkat dan to the point.
Singkat dan jelas itulah yang penting. Kalau laporan teknis dibaca juga
biasanya dibaca cepat oleh orang-orang yang sibuk. Ada yang menyarankan
untuk membuat laporan evaluasi amat berguna bagi pemegang keputusan,
evauator cukup menulis “satu kalimat saja” dalam laporan yang tidak lebih
dari satu lembar saja. Yang paling penting dalam laporan final bukannya
setumpuk data dan analisis yang rici tetapi ringkasan eksekutif yang dibuat
pada awal atau akhir laporan. Hanya beberapa halaman, dua atau tiga
halaman, kalau perlu disertai grafik dan tabel untuk lebih menjelaskan
berupa outline tentang penemuan dan saran-saran.

Kelompok masyarakat, klien yang potensial, karena kesibukan mereka


hanya ingin mengetahui garis-garis besar penemuan dan dampak yang akan
mungkin mempengarihi mereka. Program service providers mereka yang
langsung mengimplementasikan program juga memilih laporan yang singkat
dan jelas sedangkan mereka yang punya kepentingan pribadi dalam program
dan hasil evaluasi akan memilih aporan teknis yang rinci dan lengkap.

Secara umum laporan evaluasi di sajikan dalam tiga bentuk yaitu: angka dan
huruf, bahasa, dan gambar/grafis (Wiyono dan Tumardi dalam Wiyono dan
Sunarni, 2009: 80). Angka dapat dari range 0-10 atau 0-100. Berupa huruf
misalnya dari huruf A, B, C, D, dan E. Bahasa dapat berupa: gagal, kurang,
cukup, baik, dan memuaskan. Berupa grafik dapat berupa: kolom, gars,
ingkaran, area, scatter dan bar. Menurut Arikunto dalam Wiyono dan
Sunarni (2009) bahwa laporan atau catatan tentang siswa dapa dibuat
dengan dua cara yaitu catatan lengkap dan catatan tidak lengkap. Catatan
lengkap berisi prestasi siswa maupun aspek-aspek kepribadian misalnya:

21
kejujuran, kebersihan, kerajinan dan sebagainya. Sedangkan catatan tidak
lengkap hanya berisi prestasi siswa dan sidikit aspek kepribadian.

Contoh laporan hasil evaluasi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berupa
raport terdiri dari: Program Pendidikan dan Pelatihan/Komperensi, nilai
PPL, dan kegiatan ekstrakurikuler, kepribadian, serta ketidakhadiran.
Program pendidikan dan Pelatihan/Kolpetensi terdiri dari normatif
(Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah, Bahasa
Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Olahraga). Adaptif terdiri dari
matapeajaran: Matematika, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Keterampilan
Komputer dan Pengolahan Informasi.
Dalam penyusunan Laporan hasil proses belajar dan pembelajaran hal yang
harus diperhatikan adalah :
1. Laporan hasil evaluasi memiliki landasan prosedur penilaian.
2. Laporan menggambarkan hasil monitoring selama proses
pembelajaran berlangsung yang dapat dijadikan bahan informasi
pihak ketiga.
3. Laporan sebagai ukuran tingkat keberhasilan peserta didik.
4. Laporan dapat menggambarkan klasifikasi siswa ke dalam
kelompok prestasi (baik, sedang, dan lemah).
5. Laporan dapat dijadikan acuan untuk seleksi kecakapan peserta didik
dalam kompentesi bidang keahlian.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa di dapat pada makalah ini adalah bahwa


pengembangan instrument memiliki tahapan pengembangan terdiri dari
menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum atau standar yang akan dicapai,
analisis buku, modul atau sumber belajar lainnya, penyusunan kisi-kisi,
menentukan indikator atau tujuan pembelajaran, menulis butir tes, menelaah
butir tes, revisi atau perbaikan butir tes, reproduksi tes terbatas, uji coba tes,
analisis butir tes, dan penyusunan tes (finalisasi). Pada pengumpulan data
memiliki 2 metode yang digunakan yaitu metode tes dan nontes. Menafsirkan
informasi untul evaluasi memiliki 2 jenis penafsiran data yaitu individual dan
kelompok. Tujuan dari evaluasi itu ialah penempatan siswa ke dalam situasi
belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat dan
berbagai karakteristik yang dimiliki. Begitu juga dnegan bentuk laporan
evaluasi

B. Saran
Dalam makalah ini kami sangat meyakinkan bahwa isi dari makalah ini
masih jauh dari yang diharapkan, oleh sebab itu penyusun sangat
mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran yang bertujuan untuk
penyempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Atas saran dan
sumbangan pemikiran yang diberikan oleh pembaca kami ucapkan
terimakasih.

23
DAFTAR PUSTAKA

123dok. “Metode yang Dipakai Untuk Menafsirkan Informasi Valuasi”. (Online).


Tersedia: https://text-id.123dok.com/document/wye98r5rq-metode-yang-
dipakai-untuk-menafsirkan-informasi-evaluasi.htmldi unduh pada 15
November 2017.
Bahrurrosyididuraisy. 2016. “Evaluasi Hasil Belajar”. (Online). Tersedia:
https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/research/evaluasi-hasil-
belajar/di unduh pada 15 November 2017.
Dariyanto. H. 2007. “Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Eko. 2008. “Jenis Data Dan Metode Pengumpulan Data.” (Online). Tersedia:
https://eko13.wordpress.com/2008/03/18/jenis-data-dan-metode
pengumpulan-data/ di unduh pada 15 November 2017.
Noerzusniyaap. 2016. “Penyusunan Laporan Hasil Evaluasi”. (Online). Tersedia:
http://noerzusniyaap14.blogspot.co.id/2016/04/penyusunan-laporan-hasil-
evaluasi.htmldi unduh pada 15 November 2017.
Tayibnapis yusuf farida. 2008. “Evaluasi Program Dan Instrument Evaluasi”.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Purwanto Ngalim. 1994. ”Prinsip-prinsip & Teknik Evaluasi Pengajaran”.
Bandung: PT.Remaja Rosda Karya

24

Anda mungkin juga menyukai