Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi

Ilmu komunikasi dikategorikan ke dalam ilmu sosial dan ilmu terapan oleh para ahli komunikasi
dan bersifat lintas disiplin ilmu. Hal ini dikarenakan obyek material ilmu komunikasi memiliki
kesamaan dengan ilmu lainnya yaitu manusia. Sebagai sebuah ilmu, komunikasi telah
menorehkan jejak sejarah yang sangat panjang. Dalam artikel sebelumnya yang bertajuk
Pengantar Ilmu Komunikasi telah disinggung secara sekilas tentang sejarah ilmu
komunikasi. Sebagai sebuah ilmu, komunikasi sejatinya telah dikaji oleh para peneliti ataupun
ahli dari berbagai disiplin ilmu namun dengan penamaan yang berbeda yaitu Publisistik,
Jurnalistik, atau Komunikasi Massa.

ads

Dapat dikatakan bahwa pada awalnya ilmu komunikasi hanya berkutat pada konteks komunikasi
massa. Namun, melalui serangkaian penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh para ahli, ilmu
komunikasi kemudian berkembang tidak hanya mengkaji gejala sosial yang terjadi akibat proses
komunikasi massa namun juga komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dan
komunikasi kelompok.

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, maka ilmu komunikasi pun mengalami
perkembangan lebih lanjut. Kehadiran internet sebagai media komunikasi serta berbagai media
komunikasi modern tidak dipungkiri turut memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu
komunikasi. Perjalanan sejarah perkembangan ilmu komunikasi pun memasuki fase berikutnya
sejalan dengan sejarah perkembangan teknologi komunikasi dan sejarah perkembangan alat
komunikasi (Baca juga : Jenis-jenis Komunikasi Daring Berdasarkan Metode Penyampaiannya).

Bagaimanakah sebenarnya sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu? Sebelum kita


membahasnya lebih lanjut, ada baiknya kita pahami lebih dahulu pengertian ilmu komunikasi itu
sendiri yang telah dikemukakan oleh para ahli.

Pengertian Komunikasi
Di Amerika Serikat, ilmu komunikasi dikenal dengan sebutan Communication Science atau
Communicology. Ilmu komunikasi sendiri kemudian menjadi pusat perhatian di Amerika Serikat
pada tahun 1940an ketika Carl I. Hovland merumuskan pengertian ilmu komunikasi. Berikut
adalah beberapa pengertian ilmu komunikasi atau komunikologi yang dikemukakan oleh para
ahli.

Carl I. Hovland mendefinisikan ilmu komunikasi sebagai sebuah usaha sistemik untuk
merumuskan dengan ketat prinsip-prinsip yang dengannya informasi ditransmisikan serta opini
dan sikap terbentuk. Lebih lanjut, Hovland menyatakan bahwa proses komunikasi adalah proses
dimana seorang individu yaitu komunikator mentransmisikan stimuli yang biasanya berupa
simbol-simbol verbal untuk mempengaruhi perilaku individu lainnya atau komunikate (Efendi,
1984 : 5).

Keith Brooks (1967) menjelaskan komunikologi dalam bukunya The Communicative Arts and
Science of Speech dengan menyatakan bahwa Komunikologi atau Ilmu Komunikasi merupakan
integrasi prinsip-prinsip komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai sebuah disiplin
akademis. Komunikasi juga memiliki sebagai filsafat komunikasi yang realistis, suatu program
penelitian sistematis yang mengkaji berbagai teori komunikasi, menjembatani kesenjangan yang
ada dalam pengetahuan, memberikan penafsiran, dan saling mengabsahkan berbagai penemuan
yang dihasilkan oleh berbagai disiplin khusus dan program penelitian lainnya. Menurutnya,
Komunikologi merupakan program yang sangat luas, yang mencakup-tanpa membatasi dirinya
sendiri-kepentingan-kepentingan atau teknik-teknik setiap disiplin akademik (Efendi, 1984 : 5-
6).

Joseph A. Devito menegaskan dalam bukunya Communicology : An Introduction to the Study of


Communication bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi utamanya komunikasi yang
dilakukan oleh dan di antara manusia. Lebih lanjut Devito menyatakan bahwa seorang
komunikolog adalah seorang pakar ilmu komunikasi. Istilah komunikasi digunakan untuk
menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda yaitu proses komunikasi, pesan yang
dikomunikasikan, serta studi mengenal proses komunikasi(Efendi, 1984 : 6-7).
International Communicology Institute mendefinisikan komunikologi dengan merujuk pada
pendekatan kualitatif ilmu pengetahuan manusia terhadap penelitian komunikasi manusia.
Komunikologi telah digunakan untuk menggambarkan sebuah disiplin dibawah luasnya bidang
komunikasi dengan menggunakan metode semiotika dan metode fenomenologis berbasis logika
untuk mempelajari kesadaran perilaku manusia. Pemahaman proses komunikasi manusia
dikembangkan dengan menggunakan metodologi kualitatif dalam disiplin komunikologi.

Berikut ini adalah fase perkembangan ilmu komunikasi di dunia, yaitu:

A. Ilmu Pernyataan Manusia di Yunani dan Romawi Kuno

Jejak sejarah perkembangan ilmu komunikasi dimulai pada abad ke lima sebelum masehi yang
ditandai dengan berkembangnya istilah Rhetorike di masa Yunani Kuno sebagai sebutan untuk
ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia. Georgias adalah tokoh pertama yang
mempelajari dan menelaah proses pernyataan antar manusia. Tokoh-tokoh lainnya yang juga
mengkaji ilmu pernyataan manusia adalah Protagoras, Socrates, Plato, Demosthenes, dan
Aristoteles. Selain di Yunani, ilmu pernyataan manusia juga berkembang di Romawi yang
dikenal dengan Rhetorika. Adapun tokoh yang mengembangkan retorika di Romawi adalah
Cicero.

Ketika Romawi dipimpin oleh kaisar yang bernama Gaius Julius Caesar, berkembang ilmu
pernyataan manusia melalui media. Pada masa kepemimpinannya, semua kegiatan yang
dilakukan oleh senat harus diumumkan setiap hari kepada masyarakat melalui Acta Diurna atau
semacam papan pengumuman. Ilmu pernyataan manusia kemudian mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan teknologi seperti ditemukannya kertas pada tahun 105 M dan
mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad 15.

Kemudian, pada tahun 1609 surat kabar pertama yaitu Avisa Relation Oder Zitung terbit di
Jerman. Beberapa tahun kemudian, yaitu sekitar tahun 1622 di Inggris terbitlah surat kabar
Weekly News. Berdasarkan catatan sejarah, pada masa ini telah lahir dan berkembang berbagai
macam surat kabar yang memiliki berbagai pengaruh terhadap khalayaknya. Hal inilah yang
membuat para ahli tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan
persuratkabaran.

B. Munculnya Ilmu Persuratkabaran

Di abad 19, ilmu persuratkabaran lahir. Di Inggris, ilmu persuratkabaran disebut dengan Science
of the Press, di Jerman disebut dengan Zeitungswissenschaft, di Belanda disebut dengan Dagblad
wetenschap, dan di Perancis disebut dengan Science de la Presse. Adapun tokoh-tokoh yang
menaruh minat dalam mengkaji ilmu persuratkabaran diantaranya adalah Prof. Dr. Emil
Dovivat, Dr. H.J. Prakke, Wilhelm Bauer, dan lain-lain. Ilmu persuratkabaran inilah yang
kemudian menjadi dasar bagi tumbuh kembangnya Communication Science di Amerika Serikat
dan Publizistikwissenschaft di Jerman.

Baca juga : Jenis-jenis Jurnalistik

ads
Munculnya berbagai media massa seperti radio dan film membuat ilmu persuratkabaran tidak
lagi dianggap memadai. Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Prof. Dr. K. Baschwitz dan
diamini oleh Prof. Dr. Walter Hagemann. Pada International Congress of University Teachers
of the Science of the Press yang dihelat pada tahun 1933, Baschwitz menyatakan bahwa ilmu
persuratkabaran sudah usang dan sempit cakupannya karena seharusnya ilmu persuratkabaran
juga mencakup media massa lainnya. Media massa menurut para ahli mencakup seperti televisi,
radio, dan film serta seluruh bidang pembinan opini beserta pengaruh-pengaruh yang
dilancarkan. Karena itulah, ilmu persuratkabaran kemudian berganti menjadi ilmu publisistik.

C. Ilmu Publisistik di Eropa

Sebelum berkecamuknya Perang Dunia II, berkembang ilmu publisistik di Eropa terutama di
Jerman dan Belanda. Istilah Publisistik adalah terjemahan dari Publizistik (Bahasa Jerman) dan
Publicistiek (Bahasa Belanda) dan merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran yang
terjadi pada abad 19. Istilah ini mulai digunakan di Eropa pada dekade 1930an untuk
menggantikan istilah ilmu persuratkabaran yang dianggap tidak lagi dapat digunakan akibat
terlalu sempit cakupannya.
Di Belanda, seorang ahli yang bernama Prof. Dr. Pater N. De Volder mengenalkan istilah
pengganti bagi ilmu persuratkabaran dengan nama communicatie wetenschap atau ilmu
komunikasi. Istilah ini muncul setelah De Volder mengadakan studi di Amerika Serikat guna
mempelajari jurnalistik. Dampak lanjutan dari hasil studinya ke Amerika Serikat adalah De
Volder mengajarkan ilmu komunikasi di Leuven.

Baca juga : Fungsi-fungsi Komunikasi

D. Ilmu Komunikasi di Amerika

Selama dan pasca Perang Dunia II, ilmu komunikasi lebih berorientasi ke Amerika Serikat. Studi
tentang komunikasi di Amerika Serikat dapat dilacak melalui beberapa tokoh sentral yang sangat
berpengaruh seperti Paul F. Lazarfeld, Harold D. Lasswell, Kurt Lewin, dan tentunya Carl I.
Hovland.

Paul F. Lazarsfeld

Paul F. Lazarsfeld adalah tokoh yang telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan
ilmu komunikasi melalui sebuah model komunikasi yang terkenal yaitu two-steps flow of model
communication. Model ini dikembangkan Lazaesfeld untuk menggambarkan efek media serta
pesan-pesan propaganda terhadap pemirsa.

Harold D. Lasswell

Apa yang telah dikembangkan oleh Lazarsfeld kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Harold
D. Lasswell. Ketertarikannya pada dunia politik, Lasswell menggunakan berbagai macam
pendekatan untuk memahami efek pesan-pesan serta media propaganda. Lasswell dipengaruhi
oleh pragmatism dan pemikiran Freudian. Lasswell memberikan kontribusinya terhadap ilmu
komunikasi dengan menciptakan sebuah model komunikasi yang terkenal yaitu model
komunikasi Lasswell guna menjelaskan apa itu komunikasi.

Kurt Lewin
Tokoh lain yang tercatat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi adalah
Kurt Lewin. Sebagai seorang psikolog, ia dikenal sebagai salah satu pelopor dalam psikologi
sosial, psikologi organisasi, serta psikologi terapan di Amerika Serikat. Kontribusinya terhadap
ilmu komunikasi adalah analisisnya terkait dengan komunikasi kelompok khususnya dinamika
kelompok (Baca juga : Teori Komunikasi Kelompok Menurut Para Ahli).

Carl I. Hovland

Selain ketiga tokoh di atas, terdapat satu ahli psikolog lain yang turut serta memberikan
konstribusi besar terhadap perkembangan ilmu komunikasi. Carl I. Hovland menaruh minat
terhadap perubahan sikap dan persuasi. Bersama dengan Irving Janis mengembangkan sebuah
teori komunikasi kelompok yaitu groupthink theory. Hovland juga mengembangkan social
judgement theory atau teori penilaian sosial. Dalam komunikasi persuasif, Hovland banyak
dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Freudian dan behaviorisme serta teori SOR atau teori
stimulus organism respons.

Itulah segelintir tokoh yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu
komunikasi di Amerika Serikat selama dan pasca Perang Dunia II. Masih banyak tokoh-tokoh
besar lainnya yang juga berkontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi yang berlatar
belakang ilmu yang berbeda.

Baca juga : Teori Penetrasi Sosial – Teori Perbandingan Sosial – Teori Pertukaran Sosial

Selanjutnya, perjalanan sejarah perkembangan ilmu komunikasi beralih ke fase berikutnya yang
ditandai dengan semakin berkembang dan luasnya kajian tentang propaganda dan bidang
komunikasi. Kajian yang terkait dengan interaksi manusia tidak lagi menjadi fokus utama namun
mulai beralih kepada pentingnya mempelajari proses pembentukan isi pesan dan pertukaran
pesan dari segi psikologi komunikasi.

Para peneliti mengembangkan berbagai pendekatan dan tradisi dalam komunikasi untuk berteori
dan meneliti tentang komunikasi antar manusia. Beragam pendekatan ontologi, epistemologi,
dan aksiologi telah digunakan oleh para peneliti seperti pendekatan filsafat, pendekatan retorika
dan tekstual, pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif-etnografi-dan performatif, pendekatan
kritis atau budaya, pendekatan feminisme, dan pendekatan queer. Selain itu, berbagai tradisi juga
dikembangkan yang meliputi tradisi retorika, semiotika (Baca juga : Semiotika
Komunikasi), fenomenologi (Baca juga : Teori Fenomenologi), sibernetik, sosiopsikologis,
sosiokultural, dan kritis.

Pada masa ini berbagai pusat kajian komunikasi maupun lembaga didirikan dan topik penelitian
terkait komunikasi antar manusia pun semakin beragam. Berbagai metode penelitian komunikasi
dikembangkan oleh para peneliti. Beragam program studi dibentuk untuk mempelajari
komunikasi yang begitu luas cakupannya hingga melahirkan cabang ilmu komunikasi baru
seperti jurnalistik, public relations, kajian media, serta periklanan. Luasnya cakupan ilmu
komunikasi dapat kita lihat melalui konteks komunikasi, bidang komunikasi, sifat komunikasi,
dan tujuan ilmu komunikasi.

 Konteks komunikasi. Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks, yaitu


komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi
massa.
 Bidang komunikasi. Adapun bidang-bidang komunikasi yang menarik minat para
peneliti meliputi komunikasi manajemen, komunikasi politik, komunikasi pendidikan,
komunikasi sosial, komunikasi bisnis, komunikasi hukum, komunikasi pemasaran,
komunikasi pembangunan, komunikasi periklanan, komunikasi lingkungan, komunikasi
terapeutik dalam keperawatan, dan lain-lain.
 Sifat komunikasi. Dilihat dari sifatnya, komunikasi dapat dibedakan menjadi
komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, komunikasi tatap muka, dan komunikasi
bermedia.
 Tujuan komunikasi. Komunikasi memiliki beberapa tujuan yaitu mengubah
pengetahuan, mengubah sikap, mengubah opini, mengubah keterampilan, dan mengubah
perilaku (Suryana, 2004 : 34-36)

Anda mungkin juga menyukai