Filsafat Cina
Filsafat Cina
Filsafat Cina
Selain Whu Ching masih ada kitab lain yang merupakan sumber filsafat Cina yang
klasik diantaranya :
Titik berat ajaran aliran ini yaitu dibidang etika. Etika Konfusianisme didasarkan
pada kebutuhan manusia yaitu kebutuhan akan kebahagian hidup. Sehingga
dalam ajaran etikanya berlaku prinsip timbal balik atau principle of reciptocity
dan prinsip keseimbangan. Aliran ini dikemudian hari diangkat menjadi asas
kerohanian negara pada zaman dinasti Han, dengan tokoh utamanya Thung
Chung Shu. Akhirnya muncul lagi sebagai aliran Neo-Konfusianisme yang
berpengaruh besar diwilayah Cina dan sekitarnya sampai awal abad dua puluh
yaitu ditandai dengan munculnya Revolusi Tiongkok, (Lasiyo dan Yuwono,
1985:47).
b. Taoisme
Yaitu suatu mahzab yang terdiri dari orang-orang terpelajar dan mengalami
kekecewaan karena keadaan negara pada waktu itu mengalami kemunduran,
kemudian mereka menyadari dan hidup sebagai biarawan. Tokoh yang terbesar dalam
aliran ini adalah Lao Tzu dan Chuang Tzu.
Pokok-pokok ajaran dari Tao te Chia terutama mengenai metafisika dan
filsafat sosial. Buku yang dipakai sebagai pegangan adalah Tao te Ching. Tao artinya
jalan, te artinya kebajikan dan Ching artinya kitab. Jadi Tao te Ching diartikan
sebagai kitab tentang atau sebuah petunjuk bagi manusia untuk sampai pada
kebajikan.
Mahzab Taoisme mengajarkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan manusia
harus hidup dengan wu wi artinya tidak dapat berbuat apa-apa, non action : yaitu tidak
berbuat apa-apa yang bertentangan dengan alam. Sesuai dengan ajaran itu maka
manusia yang berbahagia menurut aliran Taoisme adalah mereka yang hidup dekat
dengan alam. Mereka ialah para petani, nelayan, dan para biarawan.