6 - Bab II Konsep Dasar Geodesi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KONSEP DASAR GEODESI

2.1 Bentuk Bumi


Pemetaan (mapping) meliputi penentuan lokasi fitur geografi di Bumi,
mentransformasikan lokasi tersebut ke dalam bidang datar menggunakan proyeksi peta
serta memberikan simbol grafis pada fitur. Pengetahuan tentang bentuk dan ukuran Bumi
mutlak diperlukan untuk membuat sistem koordinat geografi. Terdapat tiga pendekatan
yang cukup akurat terkait bentuk Bumi yaitu sphere, ellipsoid dan geoid.

Bentuk Bumi Bulat


Lebih dari 2000 tahun yang lalu, kebanyakan orang-orang berpendidikan paham
bahwa jika kenampakan Bumi seperti lembah dan bukit diabaikan, maka bentuk Bumi
adalah bulat. Pemahaman tersebut disebabkan oleh adanya ajaran Pythagoras (abad ke 6
SM) yang menyatakan bahwa manusia tinggal pada benda dengan bentuk yang sempurna
yaitu bulat. Argumen yang sama juga dinyatakan oleh Aristotle’s (abad ke 4 SM). Dia
melihat fenomena perahu yang berlayar selalu tidak terlihat ketika semakin menjauh.
Pengamatan astronomi juga menunjukkan bahwa pada saat terjadi gerhana bulan,
bayangan Bumi pada bulan terlihat bulat. Adanya argument-argumen tersebut
menyebabkan anggapan bahwa bentuk Bumi bulat diterima secara luas oleh bangsa
Yunani kuno.

Gambar 2.1 Hubungan geometri yang digunakan Eratosthenes untuk


menghitung keliling Bumi

Halaman | 18
Penentuan ukuran bentuk Bumi bulat kali pertama dilakukan oleh Ilmuan Yunani
yang bernama Eratosthenes, sekitar 250 tahun SM. Erastosthenes yang merupakan kepala
perpustakaan Mesir di Alexandria melakukan pengukuran kedalaman sumur di Syene
(Aswan modern). Cahaya matahari sampai ke dasar sumur terjadi hanya satu kali setiap
tahun yaitu pada tanggal 21 Juni. Hal tersebut membuat Erastosthenes beranggapan
bahwa Syene berlokasi di garis balik utara dimana setiap tanggal 21 Juni matahari tepat
berada di atas garis balik utara.
Pada titik balik matahari berikutnya, dia mengukur sudut di atas horizon selatan pada
tengah hari di Alexandria, utara Syene sepanjang meridian. Dengan mengukur panjang
bayangan kolom vertikal tinggi yang diketahui, direpresentasikan oleh garis vertikal pada
Alexandria, sudut vertikal pada kedua lokasi diketahui sebesar 82°48′. Jika garis vertikal
pada kedua lokasi diperpanjang menuju pusat Bumi, keduanya akan membentuk sudut
7°12′ yang berarti bahwa jarak lengkung antara dua kota relatif terhadap keliling Bumi
sebesar 7°12′/360° atau 1/50 keliling Bumi.
Eratosthenes kemudian mengestimasi jarak dari Alexandria ke Syene berdasarkan
laporan traveler yaitu 5.000 stadia atau sekitar 925 km (satu stadia sekitar 185 m). Angka
tersebut (5.000 stadia) kemudian dikalikan limapuluh sehingga estimasi keliling Bumi
adalah 250.000 stadia atau sekitar 46.250 km, 15% lebih besar dari keliling Bumi
sebenarnya berdasarkan perhitungan modern.
Meskipun pada kenyataannya bentuk Bumi tidaklah sempurna, kartografer masih
menggunakan bentuk bulat pada permukaan area yang sama sebagai ellipsoid yang
kemudian disebut authalic sphere. Dimensi authalic sphere (berdasarkan pada ellipsoid
WGS 84) untuk radius Bumi adalah 6.371 kilometer sedangkan keliling Bumi 40.030,2
kilometer.

Bentuk Bumi Elips


Sampai akhir tahun 1.600-an, Bumi masih dianggap memiliki bentuk bulat sempurna.
Paradigma ini mulai berubah sekitar tahun 1670-an ketika Isaac Newton mengusulkan
adanya konsekwensi dari teorinya tentang gravitasi bahwa terjadi pembengkakan pada
ekuator dikarenakan gaya sentrifugal yang lebih besar sebagai akibat rotasi Bumi.
Menurut Newton, pembengkakan tersebut menghasilkan sedikit pemepatan pada kutub
sebesar 1/300 kali radius equator. Prediksi Newton telah dibenarkan oleh pengukuran
yang dilakukan dari tahun 1735 hingga 1743 oleh ekspedisi yang dikirim ke Ekuador dan
Finlandia untuk mengukur jarak lapangan satu derajat perubahan angular (satu derajat
latitude) ekuator dan kawasan kutub. Sebagaimana prediksi Newton, jarak kutub
ditemukan sedikit lebih besar akibat pemepatan.

Gambar 2.2 Geodetic latitude pada ellipsoid

Halaman | 19
Dalam istilah geometri, jika Bumi dipotong dari kutub ke kutub melalui pusat Bumi,
maka dapat dilihat sebuah irisan melintang berbentuk sedikit elips. Perputaran elips
tersebut kira-kira sampai pada aksis polar akan menghasilkan gambar tiga dimensi Bumi
yang disebut oblate ellipsoid atau juga disebut oblate spheroid (Gambar 2)
Rasio pemepatan kutub (oblateness) diberikan oleh persamaan f=(a-b)/a dimana a
adalah radius ekuator dan b adalah radius kutub. Pemepatan selalu diekspresikan sebagai
1/f sehingga menurut nilai prediksi Newton pemepatan yang terjadi sebesar 1/300. Nilai
pemepatan berdasarkan data orbital satelit adalah sekitar 1/298.
Sejak tahun 1800-an hingga sekarang, terdapat lebih dari 20 penentuan radius dan
pemepatan Bumi yang diperoleh berdasarkan pengukuran pada lokasi berbeda dan pada
area yang luas. Contohnya diantaranya adalah ellipsoid WGS 72 dan 84 dan ellipsoid
Clarke 1866. Ellipsoid WGS 72 dan 84 ditentukan dari data orbital satelit dan
dipertimbangkan lebih akurat dibandingkan dengan penentuan pengukuran lapangan
sebelumnya, tetapi mungkin tidak cocok digunakan pada bagian Bumi tertentu. Ellipsoid
Clarke 1866 yang berdasarkan pada pengukuran di Eropa, India, Peru, Rusia dan Afrika
Selatan merupakan ellipsoid yang banyak digunakan di Amerika Serikat terutama untuk
pemetaan di Amerika Utara yang dilakukan hingga saat ini.

Bentuk Bumi Geoid


Pendekatan bentuk Bumi yang ketiga adalah geoid. Geoid merupakan bentuk tiga
dimensi yang dapat diperkirakan dengan rerata tinggi muka air laut di samudra dan
permukaan serangkaian hipotesis level kanal laut yang menyilang benua. Dalam istilah
teknis disebut ekuipotensial permukaan air laut, yaitu permukaan dimana gravitasi
dimanapun adalah sama kuatnya dengan gravitasi pada rerata permukaan air laut. Jika
komposisi geologi Bumi seragam dan tanpa adanya rangkaian pegunungan, basin
samudra dan ketidakteraturan ketinggian yang lain maka permukaan geoid akan sama
persis dengan ellipsoid. Namun demikian, karena adanya variasi kerapatan batuan dan
relief topografi, maka lokasi permukaan geoid tidak sama dengan ellipsoid hingga lebih
dari 300 ft atau sekitar 100 m pada lokasi yang sama.

Gambar 2.3 Permukaan geoid berdasarkan perhitungan model gravitasi GEM-T3

Halaman | 20
Detik undulasi pada geoid dapat dilihat pada “peta kontur” variasi diantara
permukaan geoid dan ellipsoid WGS 84 (Gambar 3). Garis kesamaan gravitasi (dalam
meter) dimodelkan dari jutaan observasi gravitasi diseluruh dunia. Catatan bahwa bukit
dan lembah pada geoid tidak berhubungan dengan benua dan samudera. Titik tertinggi
pada geoid adalah 75 meter di atas ellipsoid di New Guinea, dan titik terendah adalah 104
meter di bawah ujung sebelah selatan India.

2.2 Penggunaan Bentuk Bumi Bulat, Elips, dan Geoid


Kartografer menggunakan tiga pendekatan bentuk Bumi dengan cara yang berbeda.
Authalic sphere merupakan referensi permukaan untuk peta skala kecil untuk negara,
benua dan area yang lebih besar. Hal ini dikarenakan perbedaan diantara sphere dan
ellipsoid tidak berarti atau diabaikan ketika memetakan area luas dengan cara yang
umum pada kertas peta. Terdapat sebuah peningkatan kompleksitas yang signifikan dari
persamaan proyeksi pada ellipsoid. Di samping itu, persamaan spherical dan spheroidal
untuk proyeksi peta tertentu memberikan hasil yang sama untuk peta skala kecil.
Pada peta skala besar, perbedaan diantara lokasi pada pendekatan spherical dan
ellipsoidal dapat signifikan dan memerlukan earth’s oblateness (sifat yang dimiliki benda
bulat yang mengalami perataan pada kutubnya) dalam perhitungan. Jarak, arah dan
pengukuran area yang diukur pada detil peta tersebut akan keliru pada lokasi individu jika
authalic sphere digunakan. Oleh karena itu, kartografer menggunakan ellipsoid sebagai
referensi permukaan untuk peta skala besar. Penggunaan ellipsoid juga berkaitan dengan
baik dengan metode pengumpulan data secara modern untuk pemetaan skala besar.
Sebagai contoh adalah penerima satelit GPS yang menghitung ketinggian, garis bujur dan
kemiringan menggunakan ellipsoid WGS 84 sebagai referensi permukaan.
Geoid merupakan referensi permukaan untuk survey posisi horizontal dan vertikal
lapangan. Posisi horizontal diperbaiki pada permukaan ellipsoid, namun karena
ketidakteraturan pada geoid maka akan membuat proyeksi peta dan perhitungan
matematika yang lain begitu sangat komplek. Di sisi lain, elevasi ditentukan secara relatif
untuk rerata tinggi muka air geoid.

Koordinat Geografis
Sistem koordinat geografis merupakan sistem referensi utama Bumi. Sistem tersebut
selalu digunakan dalam kartografi dan semua perhitungan dasar yang terkait lokasi serta
telah dirancang untuk memungkinkan membuat sebuah pernyataan yang unik dari lokasi
untuk masing-masing fitur. Kutub utara dan selatan dimana aksis berotasi memotong
permukaan Bumi merupakan titik awal dasar sistem. Sebuah spesifikasi lokasi di Bumi
memerlukan penentuan ketinggian (latitude atau garis lintang) yang merupakan jarak
sudut utara-selatan dari ekuator, dan garis bujur (longitude) yang merupakan jarak sudut
timur-barat dari meridian utama. Semua titik di Bumi memiliki garis lintang yang sama
dari sebuah garis yang disebut parallel dan memiliki garis bujur yang sama dari garis
meridian.

Latitude
Sistem garis lintang untuk menempatkan posisi utara-selatan tergantung pada
keteraturan kelengkungan permukaan Bumi. Ekuator yang merupakan garis di Bumi yang
dibentuk oleh titik-titik yang membagi diantara dua kutub merupakan tempat alami
permulaan garis lintang.

Halaman | 21
Authalic Latitude
Garis lintang authalic digunakan pada pembuatan peta skala kecil yang berdasarkan
pada spherical Bumi. Garis lintang authalic didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh
pasangan garis yang membentang dari ekuator menuju pusat Bumi dan kemudian dari
pusat suatu posisi. Garis lintang tersebut memilki rentang kutub ke kutub dari 90°N
hingga 90°S, atau +90° hingga -90° ketika menggunakan database spasial dan persamaan
proyeksi. Secara normal garis tersebut diberikan dalam derajad, menit dan detik dan
menggunakan sistem penomoran sekagesimal (dasar 60) yang dikembangkan oleh ahli
matematika nenek moyang Babylonian.

Gambar 2.4 Authalic latitude

Jarak utara-selatan pada sphere diantara masing-masing derajad garis lintang


authalic adalah identic dan hanya tergantung pada keliling dari sphere. Untuk authalic
sphere WGS 84 dengan keliling 40.030,02 kilometer memiliki jarak antara masing-masing
derajad ketinggian 111,2 kilometer.

Geodetic Latitude
Ketinggian pada ellipsoid disebut garis lintang geodetik (geodetic latitude). Garis
tersebut didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh sebuah garis dari ekuator menuju
pusat Bumi dan sebuah garis detik yang tegak lurus permukaan ellipsoid pada satu lokasi.
Perhatikan bahwa garis tegak lurus yang memotong garis pertama pada pusat ellipsoid
hanya pada garis lintang geodetik dari 0 hingga 90 derajad.

Halaman | 22
Gambar 2.5 Geodetic latitude pada ellipsoid

Jarak utara-selatan antara derajad garis lintang geodetik adalah hampir sama tetapi
tidak sama. Jarak tersebut lebih besar pada daerah kutub dan sedikit dekat pada ekuator.
Dengan cara yang sama, dari ekuator ke kutub jarak tersebut terus-menerus bertambah.
Sebagai contoh, jarak pada ellipsoid WGS 84 bertambah dari 110,57 km pada ekuator
menjadi 111,69 km pada kutub. Perbedaan satu kilometer dari 110 km dirasa tidak
signifikan ketika membuat peta skala kecil, tetapi tidak dapat diabaikan ketika membuat
peta skala besar dan charts. Garis lintang geodetik sebaiknya digunakan untuk pemetaan
skala besar.

Longitude
Garis bujur, menunjukkan posisi timur-barat suatu titik di Bumi, diasosiasikan dengan
sebuah set meridian tak terbatas dan tersusun tegak lurus terhadap parallel. Tidak ada
meridian yang memiliki sumbu alam yang digunakan dalam perhitungan permulaan posisi
timur-barat sehingga garis permulaan yang disebut meridian utama (prime meridian)
yang berlokasi di Royal Observatory, Greenwich didekat London dianggap sebagai 0°.
Meridian utama tersebut kemudian disetujuai sebagai garis permulaan meridian universal
pada konferensi meridian internasional pada tahun 1884 di Washington D.C.
Garis lintang dapat dianggap sebagai sudut yang dibentuk oleh garis dari
perpotongan meridian utama dan ekuator pada pusat Bumi dan kemudian kembali pada
perpotongan ekuator dan meridian lokal yang melalui posisi. Garis tersebut memiliki
rentang antara 180°W hingga 180°E dari meridian utama atau dari -180° hingga 180°
untuk perhitungan database dijital dan proyeksi peta.

2.3 Sifat-sifat Gratikul


Jaringan khayal parallel dan meridian Bumi disebut sebagai gratikul. Gratikul memiliki
sifat-sifat geometri yang pasti seperti jarak, arah, dan area.

Jarak
Jarak terdekat diantara dua titik disebut sebagai garis lurus. Pada permukaan tiga
dimensi yang melengkung, garis lurus di atas permukaan diantara dua titik pada sphere
membentuk arc atau busur. Busur tersebut dibentuk oleh perpotongan permukaan
spherical dengan plane melewati dua titik dan pusat Bumi dan kemudian desebut sebagai
great cilcle atau lingkaran besar.

Halaman | 23
Ekuator hanya memiliki great circle yang lengkap pada gratikul. Kareana semua
meridian adalah satu setengah great circle dalam panjangnya, pasangan meridian juga
membuat great circle. Semua parallel selain ekuator disebut small circle atau lingkaran
kecil. Perhitungan keliling C didapat dari:

C = 6371 km.2π.cos θ, atau


C = 3959 mi.2π.cos θ

dimana θ adalah garis lintang parallel geografis.

Gambar 2.6 Great cyrcle and small cyrcle

Arah
Arah pada Bumi adalah sembarang karena permukaan spherical tidak memiliki tepi,
permulaan dan akhir. Arah yang ditentukan oleh orientasi gratikul disebut arah geografis
atau arah benar (geographic or true directions) yang membedakan dari dua jenis arah
yang lain yaitu magnetic dan grid. Kutub magnetic secara perlahan-lahan berubah
posisinya seiring berjalannya waktu sehingga kutub utara magnetik berlokasi pada sekitar
78°N, 103°W atau sekitar 1.300 km selatan kutub geografi. Sebagai konsekwensinya,
selalu ada perbedaan diantara true dan utara magnetik. Perbedaan tersebut disebut
dengan compass variation pada nautical charts dan magnetic declination pada peta
topografi.
Arah garis pada Bumi disebut dengan berbagai istilah diantarnya adalah bearing,
course, heading, flightline atau azimuth. Istilah-istilah tersebut pada dasarnya memiliki
maksud yang sama, perbedaan hanya pada konteks dimana istilah-istilah tersebut
digunakan.

True Azimuth dan Constant Azimuth


Arah di Bumi, yang dibangun oleh gratikul, kemungkinan besar berubah secara
konstan karena pergerakan sepanjang busur great circle. Arah cenderung konstan hanya
terdapat pada sepanjang meridian atau ekuator. Penetapan true azimuth dapat dilakukan
dengan mengukur sudut busur searah jarum jam pada great circle dengan meridian
sebagai titik awal.

Halaman | 24
Gambar 2.7 Lengkung great cyrcle pada gratikul Bumi

Constant azimuth atau juga disebut garis rumb (rumb line atau loxodrome) adalah
garis yang memotong masing-masing meridian pada sudut yang sama. Semua meridian
memiliki constan azimuth dari 0° utara hingga 180° selatan tergantung pada arah gerakan.
Ekuator dan semua parallel mempunyai sebuah azimuth konstan 90° timur atau 270°
barat. Semua azimuth konstan menyilang meridian pada sudut yang sama, menelusuri
keluar sebuah spiral yang diketahui sebagai kurva loxodrome.

Area
Permukaan area persegi empat, area yang diikat oleh pasangan parallel dan meridian
sphere dapat bervariasi. Semua persegi empat pada saluran timur-barat diikat oleh dua
parallel, seperti 30° dan 40°, dan ruang meridian yang sama memiliki area permukaan
yang sama. Area persegi empat pada saluran dengan lebar sama, seperti 0°-10°N, 10°-
20°N dan seterusnya, berkurang pada area dari ekuator kea rah kutub. Pengurangan
sistematik pada area permukaan (S) dapat dikomputasikan menggunakan persamaan
berikut.
Ssq.km. = 63712(sin a.sin b).δλ, atau
Ssq.km. = 39592(sin a.sin b).δλ

Dimana a dan b adalah latitude atas dan bawah ikatan parallel dan δλ adalah perbedaan
pada longitude antara ikatan meridian, diekspresikan dengan radian.

Gambar 2.8 Peta menunjukkan great cyrcle arc (solid line) dan rumb (dashed line)

Halaman | 25
2.4 Proyeksi Peta
Salah satu cara untuk memetakan Bumi tanpa distorsi adalah dengan memetakan
Bumi ke dalam globe atau pada segmen spherical globe. Namun kekurangan dari cara ini
adalah diperlukan biaya yang cukup mahal untuk membuat globe, tidak praktis digunakan
di lapangan dan sebagainya. Semua kekurangan globe dapat dieliminasi ketika peta
disajikan pada bidang datar. Namun demikian, mengkonstruksi peta pada bidang datar
memerlukan operasi penting disamping juga terjadi perubahan skala karena bidang
spherical harus ditransformasi ke dalam bidang datar. Kombinasi perubahan skala dan
sistemtransformasi menghasilkan apa yang disebut proyeksi peta.

Gambar 2.9 Perbandingan globe dan peta datar Bumi

Faktor Skala dan Transformasi


Cara terbaik untuk memahami bagaimana proyeksi peta dibuat adalah dengan
memahami dua langkah proses berikut. Pertama, asumsikan bahwa Bumi telah dipetakan
pada globe yang ukurannya direduksi pada skala atau ukuran yang ditentukan pada
bidang datar. Kedua, bayangkan permukaan globe ditransformasi secara matematika, titik
ke titik, ke dalam bidang datar. Informasi tiga dimensi pada permukaan globe sekarang
ditampilkan pada dua dimensi bidang datar.
Referensi globe memiliki fraksi representative (representative fraction/RF) yang
disebut dengan skala utama (principal scale). Skala utama diperoleh dengan membagi
radius Bumi dengan radius globe. Pada referensi globe, skala aktual dimanapun akan
sama sebagai skala utama. Faktor skala atau scale factor (SF) merupakan skala aktual
dibagi dengan skala utama. Berdasarkan definisi, faktor skala akan bernilai satu
dimanapun lokasinya di globe. Ketika semua bagian dari globe ditransformasi ke dalam
peta datar, skala aktual pada berbagai tempat di peta akan diperbesar atau diperkecil
daripada skala utama. Hal ini dikarenakan sphere dan plane tidak dapat diterapkan
(unapplicable). Oleh karena itu, sphere tidak dapat ditransformasikan ke yang lain tanpa
adanya tarikan (stretching), penyusutan (shrinking) dan penyobekan (tearing). Sebagai
akibatnya, SF akan selalu bervariasi dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain pada peta
datar.

Halaman | 26
Distorsi Akibat Transformasi Peta
Ketika bidang spherical ditransformasi ke bidang datar, maka semua hubungan
geometri pada sphere seperti parallel-parallel, meridian pusat, dan perpotongan tegak
lurus parallel dan meridian tidak dapat seluruhnya diduplikat. Perubahan utama yaitu
sudut, area, jarak dan arah.

Klasifikasi Proyeksi Peta


Menurut bidang proyeksi yang digunakan, proyeksi peta diklasifikasikan ke dalam tiga
kelas yaitu proyeksi azimuthal, proyeksi kerucut, dan proyeksi silinder. Proyeksi peta
menurut kedudukan garis karakteristik atau bidang proyeksi terhadap bidang datum yang
digunakan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu proyeksi normal (garis karakteristik
berhimpit dengan sumbu Bumi), proyeksi miring (garis karakteristik membentuk sudut
terhadap sumbu Bumi), dan proyeksi transversal (garis karakteristik tegak lurus terhadap
sumbu Bumi).

Gambar 2.10 Contoh klasifikasi proyeksi peta

Menurut ciri-ciri asli yang ingin depertahankan, proyeksi peta dibedakan menjadi tiga
yaitu proyeksi ekuidistan, proyeksi konform, dan proyeksi ekuivalen. Proyeksi peta
menurut karakteristik singgungan antara bidang proyeksi dengan bidang datumnya
dibedakan menjadi proyeksi menyinggung, proyeksi memotong, dan proyeksi baik yang
tidak menyinggung dan tidak memotong.

Gambar 2.11 Contoh karakteristik singgungan bidang proyeksi dengan bidang datum

Halaman | 27
Pemilihan Proyeksi Peta
Seorang kartografer harus memahami proyeksi peta serta memahami efek
perbedaan transformasi pada representasi sudut, area, jarak dan arah. Kartografer harus
dapat menentukan proyeksi terbaik apa yang digunakan untuk peta tertentu. Tugas
tersebut memerlukan penyesuaian karakteristik proyeksi dengan tujuan peta.
Terdapat berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan proyeksi peta.
Namun demikian, kartografer sebaiknya tetap mempertimbangkan beberapa hal. Yang
pertama terkait dengan sifat-sifat utama proyeksi seperti conformality, equivalence,
azimuthality, reasonable appearance, dan sebagainya. Atribut-atribut proyeksi seperti
parallel-parallel, localized area distortion, dan rectangular coordinat mungkin juga
berkontribusi terhadap sukses tidaknya peta. Yang kedua adalah jumlah dan susunan
distorsi. Rerata distorsi, baik maksimum angular (2Ω) atau area (S), merupakan nilai rerata
aritmetik tertimbang yang terjadi pada titik proyeksi. Ketika memperoleh area yang mirip
pada proyeksi yang berbeda, perbandingan nilai rerata distorsi memberikan satu indeks
efisiensi relatif proyeksi. Oleh karena itu, sebuah kecocokan diantara bentuk area dengan
distorsi rendah pada proyeksi mutlak diinginkan. Kelas-kelas umum proyeksi memiliki
pengaturan spesifik distorsi. Memahami pola tersebut akan membantu dalam memilih
dan menggunakan sebuah sistem tertentu.

Proyeksi Peta yang Sering Digunakan


Proyeksi peta dapat dikategorikan berdasarkan pada bentuk dasar dari bidang
proyeksinya. Kategori proyesi peta yang sering digunakan diantaranya adalah conformal
projections, equal-area projections, azimuthal projections dan polyconic projection.

Proyeksi Konformal
Peta yang digunakan untuk analisis, panduan, atau merekam gerakan dan hubungan
sudut memerlukan proyeksi koformal (conformal projections). Proyeksi tersebut banyak
digunakan untuk keperluan navigasi baik udara maupun laut, peta plotting dan analisis
meteorology dan kelas peta umum topografi.
Konsep distorsi pada proyeksi konformal adalah sebuah definisi. Karena semua yang
berubah adalah SF, satu point seakurat point yang lain dan hanya skala yang berbeda.
Variasi pada S sebenarnya adalah distorsi. Perubahan sistematik S dari tempat ke tempat
dapat berakibat pada distorsi area dari satu bagian ke bagian yang lain dari peta. Terdapat
empat proyeksi konformal yaitu Mercator, transverse Mercator, Lambert’s conformal
conic dengan dua standar parallel, dan stereographic azimuthal.
Proyeksi Merkator telah banyak dikenal dan memiliki sejarah yang panjang terutama
banyak digunakan dalam dunia kelautan dan secara khusus digunakan untuk navigasi
udara. Proyeksi Merkator memiliki sifat bahwa semua garis rumb ditampilkan sebagai
garis lurus. Kecuali untuk meridian dan ekuator, kelengkungan great cyrcle tidak
ditampilkan sebagai garis lurus. Proyeksi Merkator juga tidak menunjukkan true direction.
Pada bentuk normal proyeksi Merkator, garis standar adalah ekuator yang mana SF
adalah 1.0. Perubahan nilai SF relatif kecil untuk latitude yang lebih rendah sehingga zona
sepanjang ekuator direpresentasikan dengan baik. Proyeksi Merkator memperbesar area
pada peningkatan nilai secara cepat menuju ke latitude yang lebih tinggi sehingga
proyeksi Merkator jarang digunakan untuk tujuan lain selain navigasi.

Halaman | 28
Gambar 2.12 Proyeksi Merkator

Bentuk Bumi adalah spherical dan ekuator seperti great cyrcle sehingga proyeksi
Merkator dapat diputar 90° yang menyebabkan garis standar menjadi sebuah meridian
(great cyrcle) yang mengambil tempat pada ekuator. Proyeksi tersebut disebut dengan
proyeksi transverse Merkator.
Proyeksi transverse Merkator merupakan tipe proyeksi konformal tetapi tidak
memiliki atribut dimana semua rhumb garis lurus. Sebagai akibatnya, karena skala
meningkat berlebihan menjauh dari meridian standar sehingga proyeksi ini hanya
digunakan untuk zona yang sempit sepanjang pusat meridian. Pada saat ini, proyeksi
transverse Merkator telah digunakan secara luas untuk pemetaan topografi dan sebagai
dasar sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM).

Gambar 2.13 Universal Transverse Mercator (UTM)

Lambert’s conformal conic projection dengan dua parallel standar, dalam bentuk
normal mempunyai parallel konsentris dan ruang yang sama, meridian lurus yang
bertemu pada sudut kanan. Nilai SF <1 diantara parallel standard an >1 diluar parallel
standar. Distorsi area antara dan dekat parallel standar relatif kecil. Proyeksi UTM
memberikan arah yang bagus dan bentuk hubungan timur-barat zona garis lintang tengah.
Sebagai akibatnya, proyeksi tersebut banyak digunakan untu keperluan navigasi udara,
peta topografi dan peta meteorology pada garis lintang tengah.

Halaman | 29
Gambar 2.14 Proyeksi Lambert’s conformal conic

Proyeksi konformal stereografik adalah kelompok azimuthal. Distorsi tersusun secara


sistematis disekitar titik pusat. Hal ini merupakan keuntungan ketika bentuk dari area
yang direpresentasikan lebih atau kurang kompak.

Gambar 2.15 Proyeksi konformal stereografik

Proyeksi Equal-Area
Sifat equal-area banyak digunakan untuk peta instruksi dan peta referensi skala kecil.
Pemilihan proyeksi equal-area bergantung pada dua pertimbangan penting yaitu ukuran
area yang dipetakan dan distribusi angular perubahan bentuk.
Proyeksi Albers’ equal-area banyak digunakan secara luas. Ketika konvensi disusun,
proyeksi tersebut disepakati memiliki dua standar parallel. Proyeksi Albers’ conic memiliki
nilai distorsi yang rendah.Proyeksi tersebut baik digunakan untuk area middle-latitude
perluasan timur-barat daripada perluasan utara-selatan. Di luar standar parallel, SF
sepanjang meridian berkurang secara progresif yaitu <1.0. Diantara parallel standar, nilai
SF>1.0. Kelengkungan parallel menjadi tidak dapat diperkirakan jika proyeksi diperluas
untuk lebih dari latitude 100°. Proyeksi tersebut sangat bagus digunakan untuk studi
distribusi geografi peta-peta di Amerika Serikat.

Halaman | 30
Gambar 2.16 Proyeksi Albers Equal Area Conic

Selain proyeksi Albers’ equal-area, proyeksi yang juga banyak digunakan adalah
Lambert’s equal-area. Proyeksi tersebut merupakan azimuthal dan juga ekuivalen.
Distorsinya simetrikal diseluruh titik tengah yang mana dapat ditempatkan dimanapun.
Namun demikian, proyeksi ini digunakan untuk area yang memiliki kesamaan dimensi
timur barat dan utara selatan.

Gambar 2.17 Proyeksi Lambert Azimuthal Equal Area

Proyeksi World Equal-Area


Terdapat beberapa proyeksi yang masuk ke dalam proyeksi world equal-area yaitu
proyeksi cylindrical equal-area, sinusoidal, Mollweide’s, dan Goode’s homolosine.
Keempat proyeksi tersebut disajikan pada Gambar 16. Proyeksi cylindrical equal-area
selalu menggunakan dua standar parallel. Dua standar parallel mungkin bertepatan dan
menjadi lingkaran yang besar (ekuator). Distorsi tersusun parallel menjadi lingkaran
standar kecil. Proyeksi sinusoidal memiliki sebuah meridian tengah lurus dan ekuator
sepanjang dua yang mana tidak ada distorsi angular. Semua parallel adalah standar.

Halaman | 31
A

D
Gambar 2.18 Proyeksi cylindrical equal-area (A), Mollweide’s (B),
Goode’s homolosine (C), dan sinusoidal

Proyeksi Azimuthal
Popularitas proyeksi azimuthal tidak lepas dari kehadiran teknologi seperti pesawat
terbang, radio elektronik dan satelit, pemetaan celestial body yang lain dan meningkatnya
aktivitas ilmuan. Proyeksi azimuthal memiliki sejumlah kualitas penggunaan yang tidak
dimiliki proyeksi lain.
Semua proyeksi azimuthal diproyeksi pada sebuah bidang yang memungkinkan
dipusatkan dimanapun dengan tetap memperhatikan referensi globe. Sebuah garis tegak
lurus pada bidang proyeksi akan memerlukan melewati pusat globe. Sebagai akibatnya,
distorsi karakteristik semua proyeksi azimuthal simetris di seluruh pusat yang dipilih.

Halaman | 32
Lebih dari itu, semua lingkaran besar yang lewat pada pusat proyeksi akan di garis lurus
dan akan menunjukkan azimuth benar dari dan ke pusat dalam hubungan titik manapun.
Pada titik pusat, semua proyeksi azimuth dengan skala prinsip yang sama akan
identik. Variasi diantara proyeksi tersebut hanyalah sebuah masalah bagaimana
perubahan skala sepanjang kelurusan lingkaran besar dari pusat. Fakta bahwa distorsi
tersusun secara simetris di seluruh titik pusat membuat proyeksi ini digunakan pada area
yang lebih atau kurang berdimensi equal pada masing-masing arah.
Terdapat empat proyeksi azimuthal yang banyak dikenal yaitu Lambert equal-area,
stereographic, azimuthal equidistant dan orthographic serta gnomonic. Kelima proyeksi
tersebut disajikan pada Gambar 19.

Halaman | 33
C

E
Gambar 2.19 Proyeksi Lambert equal-area (A), stereographic (B),
azimuthal equidistant (C), orthographic (D) dan gnomonic €

Proyeksi Polyconic
Penting dipertimbangkan beberapa fakor penting terutama dalam pemetaan
topografi skala luas untuk sebuah Negara. Kesesuaian harus dipertimbangkan, seluruh

Halaman | 34
distorsi sebaiknya minimal dan peta yang baru sebaiknya cocok secara bersama-sama.
Proyeksi peta yang dapat dipilih adalah proyeksi polyconic. Proyeksi tersebut memberikan
kemudahan kecocokan pada sheet yang berdekatan pada satu arah atau yang lain tetapi
tidak semua arah. Distorsi di dalam area yang tergambar pada satu lembar topografi
adalah signifikan untuk semua yang menggunakan segiempat.

Gambar 2.20 Proyeksi Polyconic

Halaman | 35

Anda mungkin juga menyukai